Anda di halaman 1dari 13

Nama : Luh Putu Suci Tegarrini

Kelas : 4A

Nim : 2011031013

Jurusan : Dharma Acarya

Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran SD


Materi Daring 2 : Fungsi Penilaian proses dan hasil belajar

Pengertian Penilaian Hasil Belajar


Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang
capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek
keterampilan. Yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang di lakukan untuk
memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan
evaluasi hasil belajar.

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

Asesmen menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan
nilai kuantitatif (berupa angka).

Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah cara penilaian yang di rancang dan di laksanakan kepada peserta didik pada waktu
dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli

Implementasi dari belajar ialah hasil belajar, nah berikut ini dikemukakan defenisi hasil
belajar menurut para ahli yang diantaranya yaitu:

1. Menurut Dimyati Dan Mudjiono “2006”

Hasil belajar ialah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan
tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan
untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

2. Menurut Djamarah Dan Zain “2006”

Hasil belajar ialah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktifitas belajar.

3. Menurut Hamalik “2008”

Hasil belajar ialah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya
yang tidak tahu menjadi tahu.

4. Menurut Mulyasa “2008”

Hasil belajar ialah prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator
kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus
dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil
belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.

5. Menurut Winkel “Dikuti Oleh Purwanto, 2010”

Hasil belajar ialah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya.

6. Menurut Sudjana “2010”

Menyatakan hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia


menerima pengalaman belajar.

7. Menurut Suprijono “2009”


Hasil belajar ialah pola-pola perbuatan, niali-niali, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.

8. Menurut Nana Sudjana “2009: 3”

Mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.

9. Menurut Benjamin S. Bloom “Dimyati Dan Mudjiono, 2006: 26-27”

Yang dalam hal menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif sebagai berikut:

 Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tengtang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode.
 Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.

 Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi


masalah yang nyata dan baru misalnya menggunakan prinsip.

 Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian


sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi
masalah menjadi bagian yang telah kecil.

 Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan


menyusun suatu program.

 Evaluasi mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal


berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.

Pendekatan Penilaian

Ada dua pendekatan yang dapat di gunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu
penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced
assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau
criterion referenced assessment).
Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang di pakai. Pada penilaian yang
mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik di kaitkan dengan hasil
penilaian seluruh peserta didik yang di nilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil
seluruh peserta didik di gunakan sebagai acuan.

Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian
bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai
kriteria atau patokan yang telah di tentukan.

Kriteria atau patokan itu di rumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum
berbasis kompetensi. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan
penilaian yang di gunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan.

Sementara dalam hal ini prestasi peserta didik di tentukan oleh kriteria yang telah di tetapkan
untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat digunakan
penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya.

Seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk
mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar. Dan untuk menyeleksi peserta didik
yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.

Fungsi Hasil Belajar

Menurut Suryabrata “2001” mengemukakan beberapa fungsi penilaian dalam proses


pendidikan yaitu:

1. Dasar Psikologis

Secara psikologis seseorang butuh mengetahui sudah sampai sejauh mana ia berhasil
mencapai tujuannya, masalah kebutuhan psikologis akan pengetahuannya mengenai hasil
usaha yang telah dilakukannya dapat ditinjau dari dua sisi yaitu dari segi anak didik dan dari
segi pendidik.

1. Dari Segi Anak Didik


Seorang anak dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya seringkali berpedoman
pada orang dewasa, dengan adanya pendapat guru mengenai hasil belajar telah
diperoleh maka anak merasa mempunyai pegangan, pedoman dan hidup dalam
kepastian. Selain itu seoranga anak juga butuh mengetahui statusnya di hadapan
teman-temannya, tergolong apakah dia “apakah anak yang pintar sedang dan
sebagainya” juga terkadang dia membutuhkan membandingkan dengan teman-
temannya dan alat paling baik untuk melihat ini ialah pendapat pendidik “khususnya
guru” terhadap kemajuan mereka.
2. Dari Segi Pendidik
Seorang pendidik yang profesional butuh mengetahui hasil-hasil usahanya sebagai
pedoman dalam menjalankan usaha-usaha lebih lanjut.

2. Dasar Didaktis

Adapun dasar didaktis diantaranya yaitu:

 Dari Segi Anak Dididk


Pengetahuan akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya
berpengaruh baik terhadap prestasi selanjutnya, selain itu dengan adanya tes hasil
belajar, siswa dapat juga mengetahui kelebihan kelemahan yang dimilinya sehingga
siswa dapat mempergunakan pengetahuannya untuk memajukan prestasinya.
 Dari Segi Pendidik
Dengan adanya tes hasil belajar, maka seorang guru juga dapat mengetahuai sejauh
mana kelemahan dan kelebihan dalam pengajarannya. Mengetahui kelebihan dan
kekurang dalam pengajarannya akan menjadi modal bagi guru untuk menentukan
usaha-usaha selanjutnya. Selain itu tes hasil belajar juga berfungsi membantu guru
dalam menilai kesiapan anak didik, mengetahui status anak dalam kelasnya,
membantu guru menentukan siswa dalam pembentukan kelompok, membantu guru
dalam memperbaiki metode mengajarnya dan membantu guru dalam memberikan
materi pelajaran tambahan.

3. Dasar Administratif

1. Memberikan data untuk dapat menentukan status siswa di kelasnya.


2. Memberikan iktisar mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh sebuah lembaga
pendidikan.

3. Merupakan inti laporan kemajuan belajar siswa terhadap orang tuas atau walinya.
Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Tujuan penilaian hasil belajar penting untuk di pahami secara mendalam bagi setiap pendidik.
Nah, melalui tulisan berikut ini, kita akan membahas pengukuran, penilaian, Tes, dan
evaluasi. Tujuan penilaian di ambil sebagai judul tulisan, oleh karena dari sanalah semuanya
bermuara.

Tujuan Penilaian Hasil Belajar


Hasil belajar berbeda dengan prestasi belajar. Hasil belajar mencakup perubahan yang
dialami oleh siswa dalam hal sikap dan perbuatan atau terbentuknya karakter yang di
harapkan.

Sedangkan prestasi belajar mencakup kemampuan pengetahuan yang di kuasai oleh siswa
terhadap materi yang di berikan. Baik hasil belajar maupun prestasi belajar siswa perlu
dilakukan tindakan penilaian. Khusus hasil belajar siswa, tujuan penilaian hasil belajar
adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah di
berikan.  Mengetahui kemajuan belajar siswa, baik sebagai individu maupun anggota 
kelompok/kelas  setelah  ia  mengikuti  pendidikan  dan pembelajaran dalam jangka
waktu yang telah di tentukan. 
2. Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap
program pembelajaran. 

3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tetapkan. 

4. Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan


pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat di jadikan dasar bagi guru untuk
memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya
dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan. 

5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu. 

6. Menentukan kenaikan kelas. 


7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang di milikinya

8. Mengetahui  tingkat  efektifitas  dan  efisiensi  berbagai  komponen pembelajaran 


yang  di pergunakan  guru  dalam  jangka  waktu tertentu.  Komponen  pembelajaran 
itu  misalnya  menyangkut perumusan materi pembelajaran, pemilihan metode
pembelajaran, media,  sumber  belajar,  dan  rancangan  sistem  penilaian  yang
dipilih.

9. Menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa, dan 

10. Membantu  siswa  untuk  memilih  sekolah,  pekerjaan,  dan  jabatan yang sesuai
dengan bakat, minat, perhatian, dan kemampuannya.  

Selain itu, dalam melakukan tindakan penilaian hasil belajar perlu memperhatikan
hal-hal berikut:

Dari  tujuan penilaian tersebut,  menunjukkan  bahwa  penilaian  hasil belajar  pada 


dasarnya  tidak  hanya  sekedar  mengevaluasi  siswa, tetapi  juga  seluruh  komponen 
proses  pembelajaran,  seperti  guru, metode,  dan  media  pembelajaran. 

Karena  kegiatan  pembelajaran tidak  semata-mata  diorientasikan  kepada  siswa,  tetapi


merupakan system yang melibatkan semua komponen pembelajaran yang akan di gunakan 
untuk  perbaikan  bidang  pengajaran  dan  hasil  belajar, fungsi  diagnosis  dan  usaha 
perbaikan,  fungsi  penempatan  dan  seleksi,  fungsi  bimbingan dan
penyuluhan,  perbaikan  kurikulum, dan penilaian kelembagaan.

Untuk itu maka hendaknya:

1. Penilaian hendaknya di rancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus di
nilai, materi yang akan di nilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian. 
2. Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran. 

3. Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat
(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes. 

4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang di tetapkan. 


5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta didik,
seperti : tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio. 

6. Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai. 

7. Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang


kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang di ketahui, apa yang dipahami dan
apa yang dapat di lakukan. 

8. Asesmen tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus bersikap adil dan jujur
kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak. 

9. Penilaian harus di ikuti dengan tindak lanjut. 

10. Asesmenharus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang
hasil belajar peserta didik. Baik di lihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung
maupun di lihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai
dengan kompetensi yang di harapkan dapat di capai peserta didik.

Batasan Pengukuran dalam Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari semua orang pasti selalu melakukan pengukuran,
misalnya mengukur waktu, kecepatan, jarak, berat, suhu, dan sebagainya. Hasil pengukuran
tersebut selalu di ikuti dengan satuan sesuai dengan karakteristik obyek yang di ukur
sehingga memberikan informasi yang bermakna.

Tanpa ada satuan yang mengikuti hasil pengukuran maka informasi yang di peroleh tidak
memberikan makna apa-apa. Intinya bahwa dalam melakukan pengukuran suatu obyek ukur
di perlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan peralatan ukur dan kemampuan
menginterpretasikan hasil pengukurannya.

Demikian juga halnya dengan pengukuran hasil belajar. Batasan pengukuran (measurement)
telah banyak di kemukakan oleh para ahli di bidang asesmen pembelajaran. Secara garis
besar, pengukuran adalah proses pemberian angka atau bentuk kuntitatif pada objek-objek
atau kejadian-kejadian menurut sesuatu aturan yang di tetapkan.
Artinya, proses pemberian bentuk kuantitatif dalam pengukuran dilakukan atas dasar
ketentuan atau aturan yang sudah di susun secara cermat. Dengan demikian, bentuk angka
atau bilangan yang dikenakan kepada objek yang diukur dapat mempresentasikan secara
kuantitatif sifat-sifat objek tersebut.

Berdasarkan deskripsi di atas dapat dikemukakan bahwa pengukuran pada padasarnya adalah
proses memberi bentuk kuantitatif pada atribut seseorang, kelompok atau objek-objek lainnya
berdasarkan aturan-aturan atau formulasi yang jelas. Artinya, dalam memberiangka atau
sekor pada subjek, objek atau kejadian harus menggunakan aturan-aturan atau formula yang
jelas dan sudah disepakati bersama.

Hal ini di maksudkan agar angka atau sekor yang di berikan betul-betul dapat
menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dari orang, obyek, kejadian yang di ukur.
Semakin jauh seseorang meninggalkan aturan-aturan pengukuran maka semakin besar
kesalahan pengukuran yang terjadi.

Skala Penggukuran dalam Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Karakteristik utama dalam proses pengukuran adalah adanya penggunaan angka (sekor) atau
skala tertentu dan dalam menentukan angka tersebut di dasarkan atas aturan atau formula
tertentu. Skala atau angka dalam pengukuran dapat di klasifikasikan kedalam 4 (empat)
kategori, yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.

Skala nominal adalah skala yang bersifat kategorikal, jenis datanya hanya menunjukkan
perbedaan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, misalnya, jenis kelamin,
golongan, organisasi, dan sebagainya. Sebagai contoh, golongan darah hanya dapat
membedakan antara golongan darah A dan B, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa golongan
darah A lebih baik dari pada B.

Batasan Penilaian

Istilah penilaian (assessment) sering di samaartikan dengan evaluasi (evaluation). Beberapa


ahli mengatakan bahwa terdapat kesamaan pengertian antara evaluasi dan penilaian, namun
para ahli lainnya menganggap bahwa kedua hal itu berbeda.
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi secara sistematis berkaitan dengan belajar
siswa, pengetahuan, keahlian, pemanfaatan waktu, dan sumber daya yang tersedia dengan
tujuan penilaian untuk mengambil keputusan mengenai hal-hal yang mempengaruhi
pembelajaran peserta didik.

Penilaian adalah penggunaan berbagai macam teknik untuk mengumpulkan data yang di
gunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan berkaitan dengan tingkat
kemajuan belajar dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan uraian- uraian di atas dapat di deskripsikan batasan penilaian sebagai berikut.

1. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan bentuk kualitatif kepada atribut
atau karakteristik seseorang, kelompok, atau objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu.
2. Asesmen atau penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil
pengukuran.

3. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi


yang di peroleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen
tes maupun non tes.

Contoh hasil penilaian adalah penetapan lulus dan tidak lulus, kompeten dan tidak kompeten,
baik dan tidak baik, memuaskan dan tidak memuaskan, dan sebagainya. Secara garis besar,
penilaian dapat di bagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif.

Penilaian yang bersifat formatif di lakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh
manakah suatu proses pembelajaran berlangsung sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sudah di rencanakan. Dengan kata lain, penilaian formatif di lakukan
untuk mengetahui sejauhmanakah peserta didik menguasai materi ajar yang sudah di
sampaikan pada setiap kali pelaksanaan proses pembelajaran.

Penilaian formatif dapat dilakukan pada setiap tatap muka atau beberapa kali tatap muka pada
penyampaian materi pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
Sementara, penilaian yang bersifat sumatif di lakukan untuk mengetahui sejauh manakah
peserta didik telah menguasai materi ajar dalam periode waktu tertentu sehingga peserta didik
dapat melanjutkan atau pindah ke unit pembelajaran berikutnya.

Acuan Penilaian

Dalam kegiatan penilaian pembelajaran dapat merujuk pada dua macam acuan yakni
penilaian acuan norma (norm reference test) dan penilaian acuan kriteria/patokan (criterion
reference test). Perbedaan utama antara kedua acuan tersebut adalah pada penafsiran skor
hasil tes.

Dengan demikian, informasi yang di peroleh memiliki makna yang berbeda satu sama lain.
Kedua acuan tersebut menggunakan asumsi yang berbeda dalam melihat kemampuan seorang
peserta didik. Penilaian acuan norma memiliki asumsi bahwa kemampuan belajar peserta
didik adalah berbeda dengan peserta didik lain yang di ukur dalam waktu yang sama.

Penilaian acuan kriteria/patokan berasumsi bahwa kemampuan belajar semua peserta didik
adalah sama untuk periode waktu yang berbeda. Tingkat kemampuan belajar antar peserta
didik berbeda, ada yang relatif cepat dapat menyerap materi ajar, tetapi ada juga yang
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

Hal ini membawa implikasi bahwa untuk membuat kemampuan semua peserta didik dalam
satu kelas relatif sama atau memenuhi kriteria minimal di perlukan upaya-upaya
pembelajaran yang relevan. Salah satu program pembelajaran yang di gunakan untuk
membawa peserta didik memiliki kompetensi memenuhi kriteria minimal adalah program
remidial

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran dikela tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Menurut Sugihartono
dkk “2007: 76-77”, menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai
berikut:

 Faktor Internal ialah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor
internal meliputi, faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
 Faktor eksternal ialah faktor yang ada diluar individu, faktor eksternal meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

10 Prinsip Penilaian

Untuk itu, penilaian hasil belajar harus di lakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut: obyektip, terpadu, sistematis, terbuka, akuntabel, menyeluruh dan
berkesinambungan, adil, valid, andal, dan manfaat.

1. Obyektif di maksudkan bahwa penilaian harus sesuai dengan kriteria atau ketentuan
sudah di tetapkan dan tidak di pengaruhi faktor subyektivitas penilai atau
pertimbangan-pertimbangan lain yang tidak ada kaitannya dengan penilaian.
2. Terpadu dimaksudkan bahwa penilaian harus memperhatikan dan memadukan
kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik, baik yang menyangkut belajar pada
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

3. Sistematis artinya, penilaian harus di lakukan secara terencana dan mengikuti


tahapan-tahapan yang baku.

4. Terbuka di artikan bahwa penilaian harus terbuka bagi siapa saja sehingga tidak ada
hal-hal yang di rahasiakan dalam memutuskan hasil penilaian.

5. Akuntabel di artikan bahwa penilaian yang sudah di rencanakan dan di lakukan harus
dapat di pertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang di sepakati.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan di maknai bahwa setiap kegiatan penilaian


harus memperhatikan semua aspek kompetensi dan bentuk penilaian yang tepat
sehingga mampu menilai perkembangan kompetensi peserta didik.

7. Adil di maksudkan bahwa dalam penilaian harus menguatamakan keadilan sehingga


tidak ada peserta didik yang di untungkan atau merasa dirugikan dilihat dari aspek
apapun.

8. Valid adalah bahwa penilaian harus mampu mengukur kompetensi hasil belajar sesuai
dengan indikator yang sudah ditetapkan sehingga penilaian tersebut tepat sasaran.

9. Andal di artikan penilaian harus dapat di percaya dan memberikan hasil yang stabil
pada pengukuran berulang.
10. Manfaat artinya bahwa penilaian harus dapat memberikan nilai tambah, memberi
kebermaknaan, dan kebermanfaatan khususnya bagi peserta didik

Bentuk Penilaian

Untuk memperoleh data hasil penilaian yang akurat, otentik dan bermakna, maka pendidik
dapat menggunakan berbagai teknik penilaian. Tentunya secara komplementer (saling
melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang di nilai.

Beberapa bentuk penilaian yang bisa di gunakan antara lain: tes kinerja sering juga di sebut
tes unjuk kerja (performance test), observasi, tes tertulis, tes lisan, penugasan, portofolio,
wawancara, tes inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman.

Anda mungkin juga menyukai