Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir (2010:217) mengatakan ada empat macam jenis-jenis
evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam, yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah ia
menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. Fungsi
penilaian pormatif ini untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik dan
efesien atau memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran pada
suatu catur wulan, satu semester, atau akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya. Fungsi
penilaian sumatif untuk mengetahui angka atau nilai murid setelah mengikuti program
pembelajaran dalam satu semester atau akhir tahun.
3. Evaluasi penempatan (placement)
Evaluasi yang dilakukan sebelum anak mengikuti proses belajar mengajar untuk kepentingan
penempatan pada jurusan atau fakultas yang di inginkan. Fungsi dari evaluasi ini untuk
mengetahui keadaan peserta didik secara bertahap kemudian kepribadian secara menyeluruh.
4. Evaluasi Diagonis
Evaluasi terhadap hasil peneletian tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan
kesulitan - kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar. Fungsi evaluasi
dianostik untuk permasalahan yang mengganggu peserta didik, hal ini akan mengakibatkan
pesera didik mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan dalam satu bidang studi.
Sedangkan Ramayulis (2008:336) mengatakan ada lima macam jenis-jenis evaluasi yang
dapat diterapkan dalam pendidikan Islam, yaitu:
1. Penilaian Formatif
Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi
tertentu.
2. Penilaian Sumatif
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti
pelajaran dalam satu catur wulan semester, atau akhir tahun.
3. Penilaian Penempatan (placement)
Yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan didalam situasi
belajar mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut.
4. Penilaian Diagnostik
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta
didik baik yang merupakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar
mengajar.
5. Penilaian Berbasis Kelas
Yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dengan menetapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti autentik, actual dan konsisten, serta mengindentifikasi pencapaian kompetensi dan
hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan
pelapornya.
REFERENSI
1. Berdasarkan fungsi
a. Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti
tes.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas
persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat
diterima sebagai siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai
siswa baru.
b. Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan
pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang
mudah-mudah. Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
1. Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes sudah dikuasai dengan
baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak
diajarkan lagi,
2. Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang
diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik
tersebut.
c. Tes akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
d. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat. Jenis kesukaran
yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-
jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut
akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan ingin
menemukan jawab atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan
yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”.
Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan
tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat
dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
e. Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah
peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.
Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat
diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah :
1. Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan
dengan pokok bahasan yang baru.
2. Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok
bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum
dikuasai oleh peserta didik.
f. Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program
pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa
memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada
umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.
Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
1. Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2. Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3. Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi
atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4. Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas
dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
5. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang
biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
Dari segi yang mengikuti tes, maka tenik tes digolongkan sebgai berikut.
1. Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
2. Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
1. Power tes, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak dibatasi.
2. Speed tes, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi.
1. Tes tertulis yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau
soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2. Tes lisan yakni tes dimana didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
B. 4. Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak
karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Menurut Zakiah Daradjat (1996: 177) Wawancara adalah pertemuan antarpribadi yang
dilakukan secara informal antara seorang atau sejumlah murid dengan seorang dewasa untuk
memperoleh pendapat otoritatif atas keterangan-keterangan informal mengenai beberapa
hal.
Sedangkan menurut Sobry Sutikno (2009:134) wawancara adalah komunikasi langsung
antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Tujuan wawancara ialah :
Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu
Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a) Interviu bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
b) Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
Diantara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara adalah bahwa dengan melakukan
wawancara, pewawancara dengan evaluator (guru, dosen dll) dapat melakukan kontak
langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh hasil penilaian
yang lebih lengkap dan mendalam.
Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat Bantu berupa tape recorder (alat perekan
suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan
secara lebih lengkap.
5. Pengamatan (observasi)
Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis.
Secara umum, observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan.
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur dan menilai hasil dan proses
belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama
menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau
pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, perilaku peserta didik pada saat shalat jama’ah di
musholla sekolah, ceramah-ceramah keagamaan, upacara bendera, ibadah sholat tarawih
dan sebagainya.
Ada 2 macam observasi :
a) Observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu
pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
b) Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sitematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi
partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan
demikian pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c) Observasi eksperimen, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam
hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga
situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
Berikut ini dikemukakan dua buah instrument evaluasi berupa daftar isian dalam rangka
menilai keterampilan peserta didik, dalam suatu observasi sistematis.
Contoh 1:
Hasil penilaian dengan menggunakan instrument tersebut di atas sifatnya adalah individual.
Setelah selesai, nilai-nilai individual itu dimasukkan ke dalam daftar nilai yang sifatnya
kolektif, seperti contoh berikut ini:
Penilaian atau evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dengan melakukan observasi itu
disamping memiliki kebaikan, juga tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Diantara segi
kebaikan yang dimiliki oleh observasi itu ialah, bahwa:
a. Data observasi itu diperoleh secara langsung dilapangan, yakni dengan jalan melihat dan
mengamati kegiatan peserta didik di dalam melakukan sesuatu, dengan demikian data
tersebut dapat lebih bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta
didik menurut keadaan yang senyatanya.
b. Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu
peserta didik; dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat sebelah atau
hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi belajar mereka.
Adapun segi kelemahannya adalah :
a. Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan dengan
baik dan benar oleh para pengajar. Guru yang tidak atau kurang memiliki kecakapan atau
keterampilan dalam melakukan observasi, maka hasil observasinya menjadi kurang dapat
diyakini kebenarannya.
b. Kepribadian (personality)dari observer atau evaluator juga acapkali mewarnai atau
menyelinap masuk ke dalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-
prasangka yang mungkin melekat pada diri observer (evaluator) dapat mengakibatkan sulit
dipisahkan secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
c. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap “kulit
luar”nya saja. Adapun apa-apa yang sesungguhnya terjadi di balik hasil pengamatan itu
belum dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja.
6. Riwayat Hidup
Adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan
tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa
menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi
mengenai riwayat hidup (auto biografi).
Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, seperti:
nama, tempat tingga;, tempat dan tanggal lahir, agama yang dianut, pekerjaan pokoknya,
tingkat atau jenjang pendidikannya, rata-rata penghasilannya setiap bulan dan sebagainya.
7. Skala Sikap
Skala sikap merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap suatu objek. Sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap
situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap merupakan
suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa obyek-obyek tertentu.
Untuk mengukur sikap, dapat dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang
dikembangkan oleh Likert. Ada 2 bentuk pertanyaan yang menggunakan skala Likert ini yaitu
:
1. Bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap positif
2. Bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif.
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta
didik, evaluasi itu tidak harus semata-mata dilakukan dengan menggunakan alat berupa tes-
tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam
rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan
peserta didik, seperti persepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, persepsinya terhadap
guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya dan sebagainya, yang kesemuanya itu
tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengukurnya.
A. TEST OBJEKTIF
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai (Arikunto, 2003:164).
Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan
jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta
didik yang mununtut proses mental yang tidak begitu tunggi seperti kemampuan mengingat
kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-
prinsip.
a. Kelebihan Test Objektif yaitu:
1. Soal ini baik untuk hasil- hasil, dimana hanya ada dua alternative jawaban.
2. Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca.
3. Tidak begitu sulit menentukan jawaban pengecoh.
4. Pembuatan soal relative lebih mudah karena hanya mengarah pada 2 option jawaban.
5. Tidak perlu membuat jawaban pengecoh
b. Kelemahan S - B yaitu
1. Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda.
2. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik.
3. Tidak bisa untuk mengukur kemampuan analisa.
4. Kurang cocok untuk soal hitungan
5. Soal kurang bervariasi.
6. Tidak ada informasi diagnostic dari jawaban yang salah.
7. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka.
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap
dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
benar yang telah disiapkan. Tes pilihan ganda adalah bentuk test yang mempunyai satu jawaban
yang benar atau paling tepat.
a. Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:
1. suatu bentuk yang efisien diberikan dimana sekelompok respon sama menyesuaikan
dengan rangkaian isi soal.
2. Waktu membaca dan merespon relative singkat.
3. Mudah untuk dibuat.
4. Mudah dalam pengoreksian.
5. Memudahkan siswa menjawab soal karena jawaban sudah tersedia.
6. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya
Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai
untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.
B. TEST SUBJEKTIF
Pada umumnya test subjektif berbentuk tes esai (uraian). Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan
kata-kata seperti, uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan
sebagainya.
a. Kelebihan Test Subjektif yaitu:
1. Terbatasnya lingkup bahan pelajaran yang dinilai dan sulitnya mengoreksi jawaban
dengan objektif (Sudjana, 2001:262)
2. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-mana dai pengetahuan
siswa yang betul-betul telah dikuasai.
3. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites
karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)
4. Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oelh unsur-unsur subjektif
5. Pemeriksaaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak
dari penilai.
6. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
1. Test Essay
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini
sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan
suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
a. Kelebihan Test Essay yaitu:
2. Test Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal
dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
1. Kelebihan tes lisan:Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang
dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung.
2. Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan
yang dimaksud.
3. Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahan tes lisan:
1. Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes
2. Waktu pelaksanaan yang diperlukan