Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah :evaluasi pengajaran


Dosen pengampu: Dr. hj epi supriyani siregar. M.pd

Disusun oleh
Kelompok 2:
1. Theo Abdi Wiguna
2. Rio setiawan tarigan

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA 2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar,
intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta
didik. Untuk keperluan evaluasi diperlukan teknik evaluasi yang bermacam-macam, seperti
kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak teknik evaluasi, secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik tes dan nontes.
Dan Seorang calon guru nantinya akan benar-benar dituntut profesional dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang pendidik. Di dalam mengajar nantinya seorang guru dituntut untuk bisa
memberikan pendidikan yang terbaik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan.
Dalam hal ini, evaluasi pembelajaran merupakan salah satu bagian dari kegiatan yang dilakukan
oleh seorang guru untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut, dan diantara
evaluasi yang dilakukan oleh guru yaitu evaluasi hasil belajar, dimana evaluasi ini dilakukan
untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keterampilan siswa setelah menerima materi dan
arahan dari seorang guru.
Evaluasi hasil belajar ini sangatlah penting dimana seorang guru harus benar-benar obyektif dan
profesional dalam melaksanakannya, karena disini seorang guru akan memutuskan berhasil
tidaknya seorang murid.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :
A. Apakah Pengertian Evaluasi pembelajaran
B. Apa saja tujuan evaluasi pembelajaran
C. Apa saja fungsi evaluasi pembelajaran
D. Apa macam-macam evaluasi pembelajaran
E. Apa saja teknik dalam perencanaan evaluasi pembelajaran
F. Dan apa saja teknik dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
A. Untuk mengetahui pengertian dari evaluasi pembelajaran
B. Untuk mengetahui tujuan evaluasi pembelajaran
C. Untuk mengetahui fungsi evaluasi pembelajaran
D. Untuk mengetahui macam-macam evaluasi pembelajaran
E. Untuk mengetahui teknik perencanaan evaluasi pembelajaran
F. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan evaluasi pembelajaran

BABII
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Secara etimologi, ‘’evaluasi” berasal dari kata ‘’to evaluate’’ yang berarti ‘’menilai’’.
Evaluasi pembelajaran ialah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di
dalam pembelajaran. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ampai dimana penguasaan murid
terhadap pendidikan yang telah diberikan.

Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang


diambil dalam proses pendidikan secara umum; baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses
dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun
kelembagaan.

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran adalah
usaha pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran guna melihat
sejauh mana keberhasilan pendidikan yang telah disampaikan kepada siswa sebagai tujuan dari
pembelajaran itu sendiri. Atau lebih singkatnya yang dimaksud dengan evaluasi disini adalah
evaluasi tentang proses belajar mengajar dimana guru berinteraksi dengan siswa.

B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Tujuan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar adalah untuk mengetahui atau
mengumpulkan informasi taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh siswa, dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetepkan dalam kurikulum. Disamping itu agar guru dapat menilai
daya guna pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sekaligus
mempertimbangkan hasilnya serta metode mengajar dan sistem pengajaran yang dipergunakan
apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum.

C. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

fungsi evaluasi pembelajaran Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan belajar
mengajar evaluasi berfungsi sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang telah dilakukan
benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap pendidik/ guru maupun anak
didik/murid.

2) Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan apakah bahan
pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.

3) Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan


kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum pendidikan Islam.

4) Sebagai bahan laporan bagi orang tua murid tentang hasil belajar siswa. Laporan ini dapat
berbentuk buku raport, piagam, sertifikat, ijazah dll.

5) Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan


pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.

Prof. Dr. S. Nasution menyatakan, bahwa fungsi evaluasi pembelajaran sebagai berikut:

a) Mengetahui kesanggupan anak, sehingga anak itu dapat dibantu memilih jurusan, sekolah
atau jabatan yang sesuai dengan bakatnya.

b) Mengetahui hingga manakah anak itu mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan.

c) Menunjukkan kekurangan dan kelemahan murid-murid sehingga mereka dapat diberi


bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan itu. Murid-murid memandang tes juga sebagai
usaha guru untuk membantu mereka.

d) Menunjukkan kelemahan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Kekurangan murid
sering bersumber pada cara-cara mengajar yang buruk. Setiap tes atau ulanagan merupaan alat
penilaian hasil karya murid dan guru.

e) Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Ulangan
atau tes memberi petunjuk kepada anak tentang apa dan bagaimana anak harus belajar. Ada
hubungan antar sifat ujian dan teknik belajar.
f) Memberi dorongan kepada murid-murid untuk belajar dengan giat, anak akan bergiat
belajar apabila diketahuinya bahwa tes atau ulangan akan diadakan.

Dari ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi evaluasi hasil belajar dalam
proses belajar mengajar adalah untuk :
a) Penentuan kelemahan dan atau kekuatan serta kesanggupan murid dalam
memiliki/menguasai materi pendidikan pengajaran agama yang telah diterima dalam proses
belajar mengajar.

b) Penentuan komponen-komponen/unsur-unsur (tujuan, materi, alat dan metode dan


sebagainya), yang perlu ditinjau dan direvisi/diperbaiki.

c) Penentuan kelemahan/kekuatan guru dalam melaksanakan program belajar-mengajar.

d) Membimbing pertumbuhan dan perkembangan murid baik secara perorangan maupun


kelompok.

D. Macam-Macam Evaluasi Pembelajaran


Macam-macam jenis evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar dapat dibedakan ke
dalam:

a) Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan satu pokok bahasan.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar jangkan pendek. Dalam pelaksanaannya di sekolah
evaluasi formatif ini merupakan ulangan harian.

b) Evaluasi Sumative
Evaluasi Sumative yaiyu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan bebrapa pokok bahsan.
Dengan demikian evaluasi sumative adlah evaluasi hasil belajar jangka panjang. Dalam
pelaksanaannya di sekolah, kalau evaluasi formative dapat disamakan dengan ulangan harian,
maka evaluasi sumative dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan
pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.

c) Evaluasi Placement
Jika cukup banyak calon siswa yang diterima di suatu sekolah sehingga diperlukan lebih dari
satu kelas, maka untuk pembagian diperlukan pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik
akan disatukan di satu kelas ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik,
sedanmg dan kurang, maka deperlukan adanya informasi. Informasi yang demikian dapat
diperoleh dengan cara evaluasi placement. Tes ini dilaksanakan pada awal tahun pelajaran untuk
mengetahui tingkat pengetahuan siswa berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.
d) Evaluasi Diagnostic
Evaluasi Diagnostic ialah suatu evaluasi yang berfungsi untuk mengenal latar belakang
kehidupan (psikologi, phisik dan milliau) murid yang mengalami kesulitan belajar yang hasilnya
dapat digunakann sebagai dasar dalam memcahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

E.Teknik perencanaan evaluasi pembelajaran

a. Pengertian Perencanaan Evaluasi Pembelajaran


Menurut William H. Newman dalam bukunya Administrative Active Techniques of
Organization and Management, bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan
dilakukan Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-
penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode,
prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Evaluasi adalah suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi
atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Sedangkan
evaluasi pembelajaran menurut Norman E. Gronlound adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa. Sehingga pengertian perencanaan evaluasi pembelajaran adalah rangkaian-rangkaian
putusan yang diambil untuk menentukan sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa.
Seorang pendidik harus dapat mana yang termasuk kegiatan evaluasi hasil belajar dan mana yang
termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan pada informasi
tentang sejauh mana hasil evaluasi yang dicapai oleh siswa sesuain dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh informasi tentang keefektifan kegiatan pembelajaran dalam membantu siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Dengan demikian, evaluasi hasil belajar
akan menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Sementara evaluasi
pembelajaran akan menetapkan baik buruknya prosesdari kegiatan pembelajaran.

b. Prosedur pelaksanaan evaluasi pembelajaran


I. Perencanaan Evaluasi
Dalam perencanaan evaluasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti tujuan,
kisi-kisi, menulis soal, uji coba dan analisis soal, revisi dan merakit soal.
a) Menentukan Tujuan Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi, tentu guru memiliki maksud atau tujuan tertentu. Tujuan harus
dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal karena tujuan evaluasi tersebut
menjadi dasar untuk menentukan arah dan ruang lingkup materi evaluasi.
b) Menyusun kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi evaluasi betul-betul representatif dan relevan
dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik.
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik
atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi sebagai pedoman
untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes.
c) Menulis soal
Merupakan salah satu langkah penting untuk dapat menghasilkan alat ukur atau tes yang baik.
Penulisan soal adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya
sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan
bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir soal
akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan.
d) Uji coba dan analisis soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih dahulu di
lapangan. Tujuannya untuk melihat soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki dan dibuang
sama sekali, serta soal-soal mana yang baik digunakan untuk selanjutnya.
Dalam melaksanakan uji coba soal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Ruangan tempat tes diusahakan seterang mungkin
2. Perlu disusun tata tertib pelaksanaan tes
3. Para pengawas tes harus mengontrol pelaksanaan tes dengan ketat tapi tidak mengganggu
suasana tes
4. Waktu yang digunakan harus sesuai dengan banyaknya soal yang diberikan
5. Peserta didik harus benar-benar patuh mengerjakan semua petunjuk dan perintah dari
penguji
6. Hasil uji coba hendaknya diolah, dianalisis dan diadministrasikan dengan baik sehingga
dapat diketahui soal-soal mana yang lemah untuk selanjutnya dapat diperbaiki kembali
e). Revisi dan merakit soal
Setelah uji coba dan analisis, kemudian direvisi sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal
dan daya pembeda. Ddengan demikian, ada soal yang masih bisa diperbaiki dari segi bahasa dan
ada juga yang harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif
jawaban (option) bahkan ada soal yang harus disisihkan. Berdasarkan hasil revisi soal inilah,
baru dilakukan perakitan soal menjadi suatu alat ukur yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang
dapat memperngaruhi validitas skor tes, seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal,
penataan soal dan sebagainya harus diperhatikan.

F. Teknik Pelaksanaan Evaluasi


Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan
perencanaan evaluasi, baik menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan) maupun
non-tes. Dalam pelaksanaan tes maupun non-tes tersebut akan berbeda satu dengan
lainnya, Dalam praktek, pelaksaan tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis, lisan
maupun perbuatan.
Pada tes tulis, soal-soal tes dituangkan dalam bentuk tertulis dan jawaban juga dalam
bentuk tulis. Pada tes lisan, soal-soal tes diajukan secara lisan dan dijawab secara lisan pula.
Adapun pada tes perbuatan, wujud soal tesnya adalah pemberian perintah atau tugas yang harus
dilaksanakan oleh testee dan cara penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan
hasil akhir yang dicapai setelah testee melaksanakan tugas tersebut.
a. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis
Prosedur Pelaksanaan Tes Tertulis Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian, yaitu sebagaimana di kemukakan berikut ini.
1. Agar dapat mengerjakan soal tes para peserta tes mendapat ketenangan, seyogyanya ruang
tempat berlangsungnya tes di pilihkan yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk
dan lalu lalangnya orang.
2. Ruangan tes harus cukup longgar, tidak berdesak-desakan, tempat duduk di atur dengan jarak
tertentu yang memungkinkantercegahnya kerja sama yang tidak sehat di antara testee.
3. Ruangan tes sebaiknya memiliki sistem pencahayaan dan pertukaran udara yang baik. Ruangan
yang gelap atau remang-remang disamping menyulitkan testee dalam membaca soal dan
menuliskan jawabanya, juga menyulitkan bagi tester atau pengawas tes dalam menunaikan
tugasnya. Ruang tes yang terlalu terang atau terlalu menyilaukan mata, disamping dapat
menimbulkan udara panas juga dapat menyebabkan testee cepat menjadi letih.
4. Jika dalam ruangan tes tidak tersedia meja tulis atau kursi yang memiliki alas empat penulis,
maka sebelum tes di laksanakan hendaknya sudah disiapkan alat berupa alas tulis yang terbuat
dari triplex, hardboard atau bahan lainya, sehingga testee tidak harus menuliskan jawaban soal
tes yang di letakkan di atas paha sebagai alas tulisnya.
5. Agar testee dapat memulai mengerjakan soal tes secara bersamaan, hendaknya lembar soal-soal
tes di letakkan secara terbalik, sehingga tidak memungkinkan bagi testee untuk membaca dan
mengerjakan soal lebih awal dari pada teman- temanya. Dalam hubungan ini testee harus di beri
tahu bahwa mereka baru boleh memulai mengerjakan soal tes setelah tanda waktu bekerja di
lakukan.
6. Dalam mengawasi jalanya tes, pengawas hendaknya berlaku wajar.
7. Sebelum berlangsungya tes, hendaknya sudah di tentukan terlebih dahulu sanksi yang dapat di
kenakan kepada testee yang berbuat curang. Sanksi itu dapat berupa tindakan mengeluarkan
testee dari ruangan atau dengan jalan membuat berita acara tentang terjadinya kecurangan
tersebut, atau menuliskan kata “curang” di atas kertas pekerjaan estee yang berbuat curang itu.
8. Sebagai bukti mengikuti tes, harus di siapkan daftar hadir yang harus di tanda tangani oleh
seluruh peserta tes. Dalam mengedarkan daftar hadir tes itu hendaknya di usahakan agar tidak
mengganggu ketenangan jalanya tes.
9. Jika waktu yang telah di tentukan telah habis, hendaknya testee di minta untuk menghentikan
pekerjaanya dan secepatnya meninggalkan ruangan tes. Tester atau pengawas tes hendaknya
segera mengumpulkan lembar-lembar pekerjaan (jawaban) tes seraya meneliti, apakah jumlah
lembar jawaban tes itu sudah sesuai dengan jumlah testee yang tercantum dalam daftar hadir tes.
10. Untuk mencegah timbulnya berbagai kesulitan di kemudian hari, pada berita acara pelaksanaan
tes harus di tuliskan secara lengkap, berapa orang estee yang hadir dan siapa yang tidak hadir,
dengan menuliskan identitasnya (nomor urut, nomor induk, nomor ujian, nama dan sebagainya),
dan apabila terjadi penyimpangan- penyimpangan atau kelainan- kelainan harus di catat dalam
berita acara pelaksanaan ter tersebut.
b. teknik pelaksanaan tes lisan
Beberapa petunjuk praktis ini kiraya dapat dipergunakan sebagagai pegangan
dalam pelaksanaan tes lisan.
1. Sebelum tes lisan di lakasanakan seyogyanya tester sudah melakukan inventarisasi sebagai
jenis soal yang akan di ajukan kepada testee dalam tes lisan tersebut, sehingga tes lissan dapat di
harapkan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun kontruksinya.
2. Setiap butir soal yang telah di tetapkan untuk di ajukan dalam tes lisan itu, juga harus
disiapkan sekaligus pedoman atau ancar- ancar jawaban betulnya. Karena para tester atau
evaluator berasal dari latar belakang kailmuan yang berbeda-beda dengan berbagai nilai dan
pandangan dasar yang berbeda pula. Hal ini di maksudkan agar tester disamping mempunyai
kriteria yang pasti dalam memberikan skor atau nilai kepada testee atas jawaban yang mereka
berikan dalam tes lisan tersebut, juga tidak akan terpukau atau terkecoh dengan jawaban panjang
lebar atau berbelit-belit yang diberikan oleh testee, yang menurut testee merupakan jawaban
betul dan tepat, padahal menurut kriteria yang di tentukan sesungguhnya sudah menyimpang
atau tidak ada hubunganya dengan soal yang di ajukan kepada testee.
3. Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh testee
menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus sudah dapat di tentukan di saat masing-
masing testee selesai dites. Hal ini di maksudkan agar bemberian skor atau nilai hasil tes lisan
yang diberikan kepada testee itu tidak di pengaruhi oleh jawaban yang diberikan oleh testee yang
lain.
4. Tes hasil belajar yang di laksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai menyimpang
atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi. Tester harus senantiasa menyadari bahwa testee
yang ada di hadapanya adalah testee yang sedang “diukur” dan “dinilai” prestasi belajarnya
setelah nereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian
apabila terjadi bahwa jawaban yang diberikan oleh testee yang sekalipun menyimpang dari
kriteria yang telah di tentukan, namun sebenarnya tidak dapat disalahkan atau tidak sepenuhnya
salah, cukup di berikan skor atau nilai dan tidak perlu disangkal atau diperdebatkan, yang dapat
mengakibatkan kegiatan evaluasi berubah menjadi kegiatan diskusi.
5. Dalam rangka menegakkan prinsip objektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes yang di
laksanakan secra lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali “memberikan angina segar” atau
“memancing-mancing” dengan kata-kata, kalimat-kalimat, atau kode tertentuyang sifatnya
menolong testee tertentu alasan “kasihan” karena tester menaruh “rasa simpati” kepada testee
yang di hadapinya itu. Menguji pada hakekatnya adalah “mengukur” dan bukan “membimbing”
testee.
6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa
tas lisan itu mengandung makna bahwa tes lisan itu jangan sampai menimbulkan rasa takut,
gugup, atau panic di kalangan testee. Karena itu, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada testee, tester harus menggunakan kata yang halus, bersifat sabar dan tidak emosional.
Penggunaan kalimat-kalimat yang sifatnya “menteror”, yang meimbulkan tekanan psikis pada
testee, haruslah di cegah.
7. Sekalipun acapkali sulit untuk diwujudkan, namun sebaiknya tester mempunyai pedoman
atau ancar-ancar yang pasti, berapa lama atau berapa waktu yang disediakan bagi tiap peserta tes
dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan pada tes lisan tersebut. Harus diusahakan
terciptanya keseimbangan alokasi waktu, antara testee yang satu dengan testee yang lain.
8. Pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan dalam tes lisan hendaknya di buat bervariasi, dala
arti bahwa inti pesoalan yang ditanyakan itu sama, namun cara pengajuan pertanyaanya dibuat
berlainan atau beragam. Hal ini dimaksudkan agar testee yang dites lebih akhir (karena sudah
memnperoleh informasi dari testee yangyang telah dites terdahulu), jangan sampai memperoleh
nasib yang lebih mujur ketimbang testee yang dites lebih awal.
9. Sejauh mungkin dapat diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secara individual (satu
demi satu). Hal ini di maksudkan agar tidak mempengaruhi mental testee yang lain. Misalnya
apabila dalam tes lisan itu secara serempak tester berhadapan dengan dua orang testee atau lebih
dan pertanyaan yang sedang di ajukan kepada testee yang mendapat kesempatan lebih awal tidak
mungkin dapat di jawab oleh testee berikutnya, maka mental testee yang belum di tes itu akan
menjadi menurun, sehingga akan mempengaruhi jawaban- jawaban berikutnya. Selain itu hal
tersebut diatas juga dimaksudkan agar tidak memberikan “angin segar” kepada testee yang
belum dites, sebab mereka mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk menyiapkan
jawabannya ketimbang testee yang sedang atau sudah selesai dites.

c. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan


Tes perbuatan pada umumnya di gunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat
ketrampilan (psikomotorik), dimana penilaianya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas
dan hasil akhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut. Karena tes ini
bertujuan ingin mengukur keterampilan, maka sebaiknya tes perbuatan ini di laksanakan secara
individual. Hal ini di maksudkan agar masing-masing individu yang dites akan dapat di amati
dan dinilai secara pasti, sejauh mana kemampuan atau keterampilanya dalam melaksanakan
tugas yang diperintahkan kepada masing-masing individual tersebut. Dalam melaksanakan tes
perbuatan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh tester.
1. Tester harus mengamati dengan teliti, cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelesaikan
tugas yang di tentukan.
2. Agar dapat di capai kadar obyektivitas setinggi mungkin, hendaknya testr jangan berbicara
atau berbuat sesuatu yang data mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan tugas tesebut.
3. Dalam mengamati testee yang sedang melaksanakan tugas itu, hendaknya tester telah
menyiapkan instumen berupa lembar penilaian yang di dalamya telah ditentukan hal-hal apa
sajakah yang harus di amati dan di berikan penilaian.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran adalah usaha
pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran guna melihat sejauh mana
keberhasilan pendidikan yang telah disampaikan kepada siswa sebagai tujuan dari pembelajaran
itu sendiri.
Tujuan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar adalah untuk mengetahui atau
mengumpulkan informasi taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh siswa, dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetepkan dalam kurikulum. fungsi evaluasi pembelajaran itu sendiri
adalah Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan belajar mengajar.
Sedangkan perencanaan evaluasi adalah menentukan apa yang akan
dilakukan Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-
penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode,
prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Dan Pelaksanaan evaluasi adalah bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan
perencanaan evaluasi, baik menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan) maupun
non-tes. Dalam pelaksanaan tes maupun non-tes tersebut akan berbeda satu dengan
lainnya, Dalam praktek, pelaksaan tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis, lisan
maupun perbuatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (1988), Penilaian Program Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara.


Nurkancana, wayan(1983).evaluasi pendidikan. Surabaya: usaha nasional
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009
https://spupe07.wordpress.com/2009/12/29/langkah-langkah-pelaksanaan-dalam-evaluasi-
pembelajaran-pai

Anda mungkin juga menyukai