Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK FUNGSI DAN KATEGORI TES HASIL BELAJAR

MAKALAH
Diajukan sebagai Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Syuaeb Kurdie, M.Pd
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

Disusun Oleh:
IKRIMA ADISTIYA
NIM : 20086030007

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2021 M/1442 H

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil


dari proses pembelajaran yang dilakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik,
tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat. Pentingnya diketahui hasil ini
karena dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh
mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi
peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai
hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses
pembelajaran dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam
proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.

Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil
belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini hanya dibicarakan
masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan
tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar
evaluasi pembelajaran. Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap
saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan
sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang pengertian evaluasi, tujuan, dan kegunaan evaluasi ?
2. Jelaskan tentang jenis-jenis evaluasi ?
3. Jelaskan obyek evaluasi ?
4. Jelaskan prinsip-prinsip, karakteristik, cara dan teknik evaluasi ?
5. Jelaskan teknik evaluasi tes dan nontes ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi tujuan, dan kegunaan evaluasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi

2
3. Untuk mengetahui obyek evaluasi
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip, karakteristik, cara dan teknik evaluasi
5. Untuk mengetahui teknik evaluasi tes dan nontes

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang


artinya penilaian. Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda, menurut
Cross evaluasi diartikan Evaluation is a process which determines the
extent to which objectives have been achieved yang artinya “Evaluasi
merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah
dapat dicapai”.1 Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan
evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana
suatu tujuan telah dicapai.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga,
dan program pendidikan.

Evaluasi sebagai komponen kurikulum, sebagai rencana, dan


sebagai kegiatan, peran evaluasi sangat menentukan. Evaluasi bukan saja
dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian keberhasilan
belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan informasi mengenai
komponen-komponen kurikulum lainnya. Artinya, melalui kegiatan
evaluasi, komponen kurikulum lainnya dapat dikaji dan diketahui
hubungannya dalam sistem kurikulum.

Kegiatan evaluasi dapat mencakup deskripsi tingkah laku, baik


secara kuantitatif maupun kualitatif. Beberapa tingkah laku yang sering
muncul serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah laku yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan intelektual
1
Sukardi. 2012. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 1

4
(cognitives), keterampilan (skills) yang menghasilkan berupa suatu
tindakan dan dalam bentuk yang lain adalah values dan attitudes atau
yang mana bisa dikategorikan dikelompokkan ke dalam affective domain.2

Jadi evalusi adalah suatu proses yang harus ditempuh dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, sehingga dari data hasil
pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi

B. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan


khusus yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan umum
a. Untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti
mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam waktu tertentu.
b. Untuk memungkikan para guru menilai aktivitas atau pengalaman
mengajar yang telah dilaksanakan.
c. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran
selama jangka waktu tertentu.
2. Tujuan khusus
a. Untuk merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program
pendidikan. Artinya, tanpa adanya evaluasi, maka tidak akan
mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan prestasinya.
b. Mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau
kegagalan siswa dalam mengikuti program pendidikan pada
umumnya dan program pembelajaran pada khususnya.

2
Ibid., Hlm 1-2

5
c. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan, dan bakat siswa yang bersangkutan.
d. Untuk memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa
yang diperlukan oleh orang tua siswa dan lembaga pendidikan.
e. Untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran, baik cara belajar
siswa maupun metode yang digunakan dalam mengajar.
f. Memotivasi belajar siswa, evaluasi harus dapat memotivasi siswa.
Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi. Guru
dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara
kontinu.
g. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dara perubahan kurikulum,
perubahan kurikulum didasarkan pada hasil evaluasi dengan skop
yang lebih luas. Pengalaman kerja siswa, analisis
kebutuhanmasyarakat, dan analisis pekerjaan merupakan teknik
konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum.3

Adapun Fungsi/kegunaan evaluasi yang masing-masing dapat


dilakukan melalui pengadaan tes adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi berfungsi selektif

Dalam evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan


seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai beberapa
tujuan, antara lain :

a. untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu


b. untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat
berikutnya
c. ntuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
2. Evaluasi berfungsi diagnostik (diagnostic test)

3
Ibid., Hlm 10

6
Guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan
dan kelemahan siswa. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan
tersebut, maka akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.

3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan (placement test)

Setiap siswa sejak lahir mempunyai bakat sendiri-sendiri,


sehingga pembelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan
pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan pasti
kelompok mana siswa harus ditempatkan, maka digunakan evaluasi.
Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama akan
berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

4. Evaluasi berfungsi formatif (formative test)

Evaluasi ini dilakukan untuk memantau atau memonitor


kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik (feed back).
Berdasarkan tes ini guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih
perlu dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasi dengan
baik. Siswa dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang
masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya.

5. Evaluasi sumatif (sumative test)

Evaluasi ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau


akhir suatu jenjang pendidikan, yang dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana suatu program berhasil diteapkan. Hal ini ditentunya
tergantung pada berbagai faktor, yaitu faktor guru, siswa, kurikulum,
metode mengajar, sarana, dan lain sebagainya. hal ini dapat diketahui
dengan mengadakan evaluasi sumatif.

6. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu


program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh

7
beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana
dan sistem kurikulum.4

C. Jenis-jenis Evaluasi

1. Evaluasi konteks, Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks


program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program,
maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan.
2. Evaluasi input, Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik
sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evaluasi proses, Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses
pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan
rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam
proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi hasil atau produk, Evaluasi yang diarahkan untuk melihat
hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan
akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
5. Evaluasi outcom atau lulusan, Evaluasi yang diarahkan untuk melihat
hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun
ke masyarakat.
D. Obyek Evaluasi

1. Input, Calon siswa sebagai pribadi yang utuh,dapat ditinjau dari


beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur mencakup 4 hal, yaitu;
a. Kemampuan
b. Kepribadian
c. Sikap-sikap
d. Intelegensi
2. Transformasi, Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat
dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek

4
Daryanto, 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm 14-16

8
penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-
unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:
a. Kurikulum/materi
b. Metode dan cara penilain
c. Saran pendidikan/media 
d. System administrasi
e. Guru dan personal lainnya.
3. Output, Penilaian terdapat lulusan suatu sekolah dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka
selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur
pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test. Output
dapat dilihat dari aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan aspek
afektif. Langkah yang selanjutnya yang harus ditempuh oleh guru
dalam mengadakan evaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi
sasaran evaluasi tersebut. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok
evaluasi yakni:
a. Segi tingkah laku peserta didik.
b. Segi pendidikan
c. Segi-segi yang menyangkut proses belajar dan  mengajar itu
sendiri.

E. Prinsip-prinsip Evaluasi

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam


melakukan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan
sempurnanya teknik evaluasi diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan
prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil evaluasi pun akan kurang dari
yang diharapkan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagi berikut:5

1. Keterpaduan

5
Ibid., Hlm 19-21

9
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program
pengajaran di samping tujuan instruksional dan materi serta metode
pengajaran. Tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran serta
evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan.
Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu
menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara
harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang
hendak disajikan.

2. Keterlibatan siswa

Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara


Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif,
siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil
dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa
mwmbutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa
merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin dihindari. Penyajian
evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan
siswa akan informasi mengenai kemajuannya dalam program belajar-
mengajar. Siswa akan merasa kecewa apabila usahanya tidak
dievaluasi.

3. Koherensi

Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus


berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai
dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat
dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi
pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan dalam
kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula tidak diterima apabila alat
evaluasi berisi butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan
yang hendak diukur.

4. Pedagogis

10
Di samping sebagai alat penilai/hasil pencapaian belajar,
evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan
tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluaasi dan hasilnya
hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam
kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai
ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi
merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil.

5. Akuntabilitas

Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu


disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability).
Pihak-pihak termaksud antara lain orang tua, calon majikan,
masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan
sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar
siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya.

Menurut Muhaimin,dkk, dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan


islam perlu dipegang prinsip-prinsip sebagai berikut :6

1. Agar evaluasi pendidikan sesuai dan dapat mencapai sasaran yang


diharapkan, maka evaluasi harus mengacu pada tujuan pendidikan
yang telah dirumuskan sebelumnya.
2. Evaluasi harus obyektif, dalam artievaluasi itu dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi
oleh unsur-unsur subyektifitas dari evaluator.
3. Evaluasi dilakukan secara komprehensif. Maksudnya evaluasi evaluasi
dilakukan secara menyeluruh, meliputi berbagai domain pendidikan
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Evaluasi yang dilakukan secara continue. Apabila pendidikan Islam
dipandang  sebagai sebuah proses untuk mencapai tujuan-tujua

6
Muhaimin, at-al. Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya : Karya Abdi Tama. Hlm 229-234

11
tertentu, maka evaluasi pendidikannya harus dilakukan secara continue
(terus-menerus), dengan memperhatikan prinsip pertama, kedua dan
ketiga

F. Karakteristik Evaluasi

Kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai


beberapa karakteristik penting, diantaranya adalah sebagai berikut.7

1. Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi. Hal


ini terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap
kemampuan yang tidak tampak dari siswa. Apa yang dilakukan oleh
seorang guru adalah ia lebih banyak menafsir melalui beberapa aspek
penting yang diizinkan seperti melalui penampilan, keterampilan, atau
reaksi mereka terhadap suatu stimulus yang diberikan secara terencana.
2. Mempunyai sifat kebermaknaan relatif. Ini berarti, hasil penilaian
tergantung pada tolak ukur yang digunakan oleh guru. Disamping itu,
evaluasi pun tergantung dengan tingkat ketelitian alat ukur yang
digunakan. Sebagai contoh, jika kita mengukur objek dengan
penggaris yang mempunyai ketelitian setengah millimeter akan
memperoleh  hasil pengukuan yang kasar. Sebaliknya, jika seorang
guru mengukur dengan menggunakan alat mikrometer yang biasanya
mempunyai ketelitian 0,2 milimeter maka hasil pengukuran yang
dilakukan akan memperoleh hasil ukur yang lebih teliti.
3. Evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir
atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan
kegiatan yang dilakukan pada permulaan selama program berlangsung
dan pada akhir program setelah program itu selesai.

7
M. Sukardi, 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta : Bumi Aksara.
Hlm 3-4 

12
4. Kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data dalam
kegiatan pengajaran data yang dimaksud berupa perilaku atau
penampilan siswa selama mengikuti pelajaran, hasil ulangan, tugas-
tugas pekerjaan rumah, nilai ujian akhir. Sehingga diambil keputusan
sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi yangs edang dilaksanakan.
5. Menentukan tujuan pembelajaran. Tanpa menentukan tujuan terlebih
dahulu tidak mungkin menilai sejauh mana pencapaian hasil belajar
siswa. Karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu kriteria
tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek
yang dinilai.

G. Cara dan Teknik Evaluasi

Ada dua cara untuk melakukan evaluasi, yaitu:8

1. Kuantitatif, data yang dihasilkan berbentuk angka dan skor.


2. Kualitatif, data yang dihasilkan berupa pernyataan-pernyataan verbal
seperti, kurang, sedang, baik, dan sebagainya.

Sedangkan dalam melaksanakan kegiatan evaluasi terdapat dua


jenis teknik, yaitu:

1. Teknik tes, biasanya digunakan unutk mengumpulkan data mengenai


aspek kemampuan, dimana kita mengenal misalnya test hasil belajar,
test inteligensi, test bakat khusus, dan sebagainya. Jenis tes yang
digunakan adalah tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
2. Teknik non tes, biasanya digunakan untuk menilai aspek kepribadian
yang lain misalnya minat, pendapat, kecenderungan dan lain-lain,
dimana digunakan wawancara, angket, observasi, dan sebagainya.

Adanya evaluasi adalah untuk melakukan perbaikan dalam mutu


pengajaran. Tanpa adanya evaluasi, maka perbaikan tidak akan mungkin

8
Udin S winataputra, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam dan
Universitas Terbuka. Hlm 79

13
terjadi. Oleh karena itu, setiap orang atau instansi yang memiliki
keterkaitan dengan lembaga pendidikan harus mengadakan evaluasi,
diantaranya ialah guru, kepala sekolah, dan seluruh lembaga yang terkait
dengan hal tersebut.

Dalam mengadakan evaluasi, selalu ditemukan kesulitan-kesulitan


didalamnya. Sebagai contoh, seorang guru harus melakukan evalusi
terhadap dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar mereka di kelas.
Hal ini tentu sangat sulit, karena menilai dan mengkritik diri sendiri
merupakan sikap obyektif. Adanya kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk
melakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar dan untuk mencari
cara lain yang mungkin lebih efektif.

Selama ini evaluasi yang dilakukan dirasa kurang efektif, hal ini
dikarenakan kegiatan evaluasi kadang-kadang hanya sampai pada domain
kognitif saja, dan itupun masih terbatas pada sejauh mana siswa mampu
mengingat atau menghafal sejumlah materi yang telah disampaikan oleh
guru. Sedangkan pada domain afektif dan psikomotorik masih jauh dari
proses evaluasi. Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa selama ini merupakan proses belajar mengajar hanya
mengedepankan pemberian/penumpukan materi dan informasi saja. Inilah
yang kemudian dikenal dengan model bank education atau pendidikan
gaya bank.

H. Evaluasi Teknik Tes


1. Pengertian Tes
a. Secara bahasa, kata tes berasal dari bahasa Perancis kuno,
yaitu testum dengan arti “piring untuk menyisihkan logam-logam
mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu
akan diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat
tinggi). Dalam bahasa Inggeris ditulis dengan test yang dalam

14
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”,
“percobaan”.9
b. Secara istilah
 Menurut Anne Anastsi yang mana dalam karya tulisnya
berjudul Psycholoical Testing, yang dimaksud dengan tes
adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif
sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-
betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan
keadaan psikis atau tingkah laku individu.
 Menurut Lee J. Cronbach, tes merupakan suatu prosedur yang
sistematis untuk membandingkantingkah laku dua orang atau
lebih.
 Menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian
tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan
mereka satu sama lainnya.10
 Dari denifisi-denifisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam
dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah
cara atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka
pengukuran dan penilaian dalam dunia pendidikan, yang
berbentuk pemberian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan atau
perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga
atas dasar data tersebut dapat dijadikan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
2. Unsur-Unsur Tes
a. Tes itu berbentuk suatu tugas yang terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan atau perintah-perintah.
b. Tes itu diberikan pada seorang anak atau sekelompok anak untuk
dikerjakan.

9
Sudijono, Anas, 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hlm 66
10
Ibid., Hlm 6-7

15
c. Respon anak atau kelompok anak tersebut dinilai.11
3. Fungsi Tes

Secara umum ada dua fungsi tes, yaitu:12

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses
belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahuisudah berapa jauh
program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
4. Penggolongan Tes
a. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan/kemajuan belajar peserta didik.13
 Tes seleksi, Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan
calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih
calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian
banyak calon yang mengikuti tes.
 Tes awal, Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang
akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi tes
awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada peserta didik. Contohnya, sebelum murid
diberi pelajaran Pendidikan Agama  Islam, terlebih dahulu
dites pengetahuan mereka tentang rukun iman, nama-nama
Rasul Allah, dll.
 Tes akhir, Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong

11
Nurkancana, Wayan &  Sumartana, P.P.N, 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya. : Usaha
Nasional. Hlm 25
12
Ibid.,
13
Ibid., Hlm 67

16
penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh
peserta didik.
 Tes diagnostic, Tes jenis ini dilaksanakan untuk menentukan
secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta
didik dalam suatu semata pelajaran tertentu.
 Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sejauh manakah peserta didik telah terbentuk
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa
dikenal dengan istilah “ulangan harian”.
 Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan.
Disekolah tes ini dikenal dengan istilah “ulangan umum” atau
“EBTA”.
b. Penggolongan berdasarkan banyaknya orang yang mengikuti tes,
tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
 Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan
dengan satu orang testee saja.
 Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan
lebih dari satu orang testee.14
c. Penggolongan berdasarkan responnya, dapat dibedakan menjdi
dua golongan yaitu:
 Verbal tes, yakni suatu tes yang menghendaki respon
(jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau
kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis.
 Nonverbal tes, yaitu tes yang menghendaki respon (jawaban)
dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat,
melainkan berupa tindakan atau tingkah laku.15

14
Ibid., Hlm 74
15
Ibid., Hlm 75

17
d. Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
 Tes tertulis, yaitu tes di mana tester dalam mengajukan butir-
butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan
testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
 Tes lisan, yaitu tes di mana tester di dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan
testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
e. Ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diberikan
 Tes obyektif, Tes obyektif terdiri dari item-item yang dapat
dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif yang benar
dari sejumlah alternatif yang tersedia.16
 Tes essay, Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari
suatu pertanyaan atau suatu berupa suruhan yang mana
menghendaki  jawaban yang berupa uraian yang relatif
panjang.
I. Teknik Nontes

Teknik nontes adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta


didik dilakukan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan
melakukan sebuah pengamatan dan juga pencatatan secara sistematis
(observation), melakukan sebuah wawancara (interview), menyebar angket
(questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen.17

Macam-macam teknik nontes, yaitu:

1. Pengamatan (Observation)

Observasi ialah cara menghimpun bahan-bahan keterangan


(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
16
Nurkancana, Wayan., op.cit. Hlm 27
17
Sudijono, Anas., op.cit. Hlm 76

18
sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi
banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi dapat
mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku
peserta didik pada waktu guru menyampaikan pelajaran di kelas,
tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat, dll.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan


yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan sebagai
alat evaluasi, yaitu:

 Wawancara  terpimpin yang juga sering dikenak dengan istilah


wawancara berstruktur.
 Wawancara tidak terpimpin yang sering dikenal dengan istilah
wawancara sederhana atau wawancara bebas.
3. Angket (kuesioner)

Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi


oleh orang yang akan diukur (responden). Angket dapat diberikan
langsung kepada peserta didik , dapat pula diberikan kepada orang tua
mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan angket dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar
belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka. Disamping itu juga
dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun
kurikulum dan program pembelajaran. Angket atau kuesioner sering
digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa
kuesioner bentuk piihan ganda dan dapat pula berbentuk skala sikap.

19
Macam-macam kuesioner:18

a. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, meliputi:


 Kuesioner langsung, Kuesioner dikatakan langsung jika
kuesioner tersebut dikirimkam dan diisi langsung oleh orang
yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
 Kuesioner tidak langsung, Kuesioner tidak langsung adalah
kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang
diminta keterangannya.
b. Ditinjau dari segi cara menjawab
 Kuesioner tertutup, Kuesionert tertutup ialah kuesioner yang
disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga
pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang
dipilih.
 Kuesionert terbuka, Kuesioner terbuka ialah kuesioner yang
disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas
mengemukakan pendapatnya.
4. Pemeriksaan Dokumen

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan


belajar peserta didik juga bisa dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang
memuat informasi mengenai riwayat hidup, seperti kapan dan dimana
pesert didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak dalam
keluarga, dan sebagainya. Berbagai informasi, baik mengenai peserta
didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada
saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi
pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta
didiknya.

BAB III

18
Arikunto, Suharsimi., 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.  Jakarta : Bumi Aksara. Hlm 25

20
PENUTUP

A. Kesimpulan

Evalusi pembelajaran suatu proses yang harus ditempuh dalam


rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, sehingga dari data
hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan
tingkah laku atau prestasi.

Evaluasi salah satunya bertujuan untuk mengumpulkan data yang


akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan
yang dialami siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam waktu tertentu. Kemudian
salah satu fungsi evaluasi adalah untuk memantau atau memonitor
kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik (feed back).

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam


melakukan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan
sempurnanya teknik evaluasi diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan
prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil evaluasi pun akan kurang dari
yang diharapkan.

Ada beberapa cara dan teknik evaluasi yaitu evaluasi secara


kuantitatif dan kualitatif. Dan teknik evaluasi secara tes dan non tes.

DAFTAR PUSTAKA

21
Arikunto, Suharsimi., 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.  Jakarta : Bumi
Aksara

Sukardi. 2012. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Daryanto, 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

M. Sukardi, 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta :


Bumi Aksara 

Muhaimin, at-al. Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya : Karya Abdi Tama

Nurkancana, Wayan &  Sumartana, P.P.N, 1986. Evaluasi Pendidikan.


Surabaya. : Usaha Nasional

Sudijono, Anas, 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo


Persada

Udin S winataputra, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka

22

Anda mungkin juga menyukai