EVALUASI PENDIDIKAN
“Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan TeS Hasil Belajar”
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya,penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Penyusunan dan
Pelaksanaan TeS Hasil Belajar”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan dan penulis
mengucapkan terima kasih kepada ibu Dosen pembimbing serta kepada semua pihak yang
secara langsung dan tidak langsung karena telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Hal ini karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kebaikan untuk kedepannya
dari semua pihak khususnya pembaca.Harapan penulis, semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teknik Penyusuna Tes Hasil Beljar...............................................................
2.2 Teknik Pelaksanaa Tes Hasil Belajar.............................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
Namun, di samping itu kadang-kadang guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan
sesuatu yang bertentangan dengan pengajaran.Hal ini timbul karena sering kali terlihat bahwa
adanya kegiatan evluasi justru merisaukan dan menurunkan gairah belajar pada siswa.Hingga
anggapan dengan adanya kegiatan evaluasi itu bertentangan dengan kegiatan
pengajaran.Pendapat yang demikian pada hakikatnya tidaklah benar.Evaluasi yang dilakukan
dengan tidak benar dapat mematikan semangat belajar siswa.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memahami teknik penyuunan tes hasil belajar
2. Untuk memahami pelaksanaan tes hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknik Penyusuna Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur
perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik,setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran.
Di dalam teknik penyusunan tes hasil belajar setidak tidaknya ada empat ciri atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar,sehingga tes tersebut dapat dinyatakan
sebagai tes yang baik sebagaimana yang dikemukakan oleh Anas Sudijono yaitu: “(1) valid
(shahih = ( ;)صحيح2) reliabel (tsabit = ( ;)ثابت3) obyektif (maudu’iy = ( ;)موضوعى4) praktis
(‘amaliy = ”)عملى.
Ciri Pertama: valid atau validitas yang sering diartikan dengan ketetapan,kebenaran,
keshahihan atau keabsahan. Maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan
secara tepat,secara benar,secara shahih atau secara absah dapat mengukur apa yang
seharusnyadiukur.
Ciri kedua: reliabel yang sering diterjemahkan dengan keajegan (=stability) atau
kemantapan (=consystence).Maka sebuah tes dapat dikatakan reliabel apabila hasil-hasil
pengukuran yang digunakan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap
obyek yang sama,senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil.
Ciri ketiga: obyektif yang dapat diartikan dengan “menurut apa adanya”.Ditinjau dari isi
atau materi tesnya,tes diambilkan atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah
diberikan sesuai atau sejalan dengan kompetensinya.Dan ditinjau dari segi pemberian skor
dan penentuan nilai hasil tesnya,maka pemberian skor dan penentuan nilainya terhidar dari
unsur-unsursubyektivits
Ciri keempat: praktis yang mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat
dilakukan dengan mudah,karena ada dua alasan. :
1. Bersifat sederhana,tidak memerlukan peralatan yang banyak atau peralajan yang sulit
pengadaannya,
2. Lengkap,tes tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai bagaimana cara
mengerjakannya,kunci jawabannya dan pedoman scoring serta penentuan nilainya.
Selain dari empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar yang baik,
ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes
tersebut dapat mengukur tujuan pembelajaran yang telah diajarkan,sebagaimana yang
dikemukakan oleh Anas Sudijono yang dapat dipaparkan singkat,yaitu:
Pertama,tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes)
yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kedua,butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari
populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan,sehingga dapat dianggap mewakili seluruh
performance yang telah diperoleh .
Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga
betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu
sendiri.
Kempat, tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil
yang diinginkan. Pernyataan tersebut mengandung makna, bahwa desain tes hasil belajar
harus disusun relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes. Desain
dari placement test - (yaitu tes yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam
suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu). Sudah barang tentu akan berbeda
dengan desain dari formative test - (yaitu tes yang digunakan untuk mencari umpan balik
guna memperbaiki proses pembelajaran, baik bagi guru maupun bagi siswa) - dan summative
test - (yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau menilai sampai dimana pencapaian
siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan
kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang bersangkutan). Demikian pula desain dari
diagnostic test - (yaitu tes yang digunakan dengan tujuan untuk mencari sebab-sebab
kesulitan belajar siswa.
Kelima,tes hasil belajar harus memiliki reliabelitas yang dapat diandalkan.
Keenam, tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar
siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk perbaikan
cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri
Untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari
segi bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu:
1.Tes hasil belajar bentuk uraian
1) Tes tersebut dalam bentuk pertanyaan dan perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umunnya cukup panjang,
2) Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya,
3) Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh
butir,
4) Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata: "jelaskan...",
"Terangkan..." , "Uraikan...", "Mengapa...", "Bagaimana..." atau kata-kata lain yang serupa
dengan itu.
Tes uraian dapat dibedakan dua golongan, yaitu tes uraian bentuk bebas atau terbuka, dan tes
uraian berbentuk terbatas.
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat
dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, panitia ujian dan lain-lain) di samping ingin
mengungkap daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang ditanyakan
dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan testee dalam memahami
berbagai macam konsep berikut aplikasinya.
Tes obyektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short
answer test), tes "ya-tidak" (yes-no test) dan tes model baru (new type test),adalah salah satu
jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee
dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang
telah dipasangkan pada masing-masing items; atau dengan jalan menuliskan (mengisikan)
jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah
disediakan untuk masing-rnasing butir item yang bersangkutan.
1)Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang
telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada peserta didik untuk
mempelajarinya.
2)Tes obyektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif, baik dalam
mengoreksi lembar-lembar jawaban soal,menentukan bobot skor maupun dalam menentukan
nilai hasil tesnya.
3)Mengoreksi hasil tes obyektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang
mengoreksi hasil tes uraian.
4)Berbeda dengan tes uraian,maka tes obyektif memberikan kemungkinan kepada orang lain
untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes tersebut.
5)Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis,baik analisis dari segi derajat
kesukarannya,daya pembedanya,validitas maupun reliabilitasnya.
Kelemahan tes obyektif antara lain:
1)Menyusun butir-butir soal tes obyektif adalah tidak semudah seperti halnya menyusun tes
uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir soalnya cukup banyak, menyiapkan
kemungkinan jawab yang harus dipasangkan pada setiap butir item pada tes obyektif itu juga
bukan merupakan pekerjaan yang ringan.
2)Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir
yang tinggi atau mendalam.
3)Dengan tes obyektif,terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka,
adu untung dalam memberikan jawaban soal.
4)Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif,di mana dipergunakan simbol-simbol
huruf yang sifatnya seragam.
3.2 SARAN
Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis menyarankan kepada
pembaca untuk pemahaman yang lebih dalam dapat membaca tentang hal tersebut lebih
banyak lagi dari sumber-sumber yang lain. Dan penulis mengharapkan masukkan yang
konstruktif kepada kita semua, demi penyempurnaan tulisan ini.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA