Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MODUL 6 PEMBERIAN

NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL


PENILAIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya peningkatan mutu
pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan pembelajaran, dari
yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada siswa, serta orientasi penilaian
dari yang berorientasi diskriminasi siswa kepada yang berorientasi diferensiasi siswa.
Keseluruhan perubahan itu akan menentukan hasil pendidikan.  Ketepatan penilaian
yang dilakukan sekolah, terutama yang berkaitan dengan penilaian kelas,
memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tersebut mempengaruhi
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang diterapkan guru dalam proses
pembelajaran.
Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi
yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu
menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang digunakan
kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu,
penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang lebih
menyederhanakan tuntutan perolehan siswa.  Hasil evaluasi pelaksanaan Kurikulum
menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di kelas kurang mampu memperlihatkan
tuntutan hasil belajar siswa.
Di samping itu, penilaian dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan hasil
belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan hasil belajar
siswa dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor. Diharapkan penilaian kelas mampu
mengatasi permasalahan penilaian yang ada sehingga hasil belajar siswa dapat dinilai
sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Melihat dasar permasalahan di atas, maka penulis mencoba membuat makalah dengan
mengakaji tentang penilaian.

B.    Rumusan Masalah
Untuk membatasi makalah ini, pembahasan yaitu meliputi antara lain :
1.        Bagaimana prinsip-prinsip pemberian nilai?
2.        Bagaimana penilaian di berbagai jenjang pendidikan?
3.        Apa tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran?

C.   Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.        Mengetahui prinsip-prinsip pemberian nilai.
2.        Mengetahui bagaimana cara penilaian di berbagai jenjang pendidikan.
3.        Memahami dan melaksanakan tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.

BAB II
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN

A.       KB 1 : PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN NILAI


Sistem penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
adalah Penilaian Kelas Otentik (Authentic Assesment) atau disebutkan Penilaian
Kelas(saja). Penilaian Kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, dan menunjukan secara
tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar
dikuasai dan dicapai.
Dalam melakukan penilaian, guru hendaknya selalu berpedoman pada prinsip-
prinsip penilaian kelas. Sebelum membahas tentang prinsip-prinsip penilaian kelas,
berikut ini diuraikan tujuan dan fungsi penilaian kelas, dan pada bagian akhir
dipaparkan juga metode-metode penilaian kelas.

1.        TUJUAN PENILAIAN KELAS


Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut:
a.        Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menelusuri agar
proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan
informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian
kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi siswa.
b.        Pengecekan ( checking-up) yaitu bahwa peniliaian bertujuan untuk mengecek apakah
ada kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. Melalui
penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal, guru melakukan
pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang telah dikuasai siswa dan apa yang
belum dikuasai.
c.         Pencarian (finding-out) yaitu penilaian bertujuan untuk mencari dan menemukan hal-
hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran. Guru harus selalu merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-
hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif. Berdasarkan
temuan tentang penyebab itulah guru dapat menentukan tindakan apa yang perlu
dilakukan dalam mengatasinya.
d.        Penyimpulan (summing-up) yaitu penilaian bertujuan untuk menyimpulkan apakah
anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Penyimpulan sangat penting khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil
kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain di akhir semester atau
tahun pelajaran, baik dalam bentul rapor maupun bentuk lainnya.

2.     FUNGSI PENILAIAN KELAS


Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis oleh guru memiliki
fungsi motivasi, belajar tuntas, efektifitas pengajaran, dan umpan balik.
a.        Fungsi Motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus dapat
mendorong motivasi siswa untuk belajar.  Latihan dan tugas yg diberikan guru harus
mendorong siswa untuk melakukan proses pembelajaran baik secara individu atau
kelompok. Dan tugas atau latihan tersebut harus dirancang guru agar membuat siswa
menyenangkan dan menjadi kebutuhannya.
b.        Fungsi Belajar Tuntas, yaitu penilaian kelas harus diarahkan untuk memantau
ketuntasan belajar siswa. Penilaian harus terus dilakukan sampai sebagian besar siswa
mencapai atau menguasai kemampuan yg sudah ditetapkan.
c.         Fungsi sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran, berarti bahwa disamping untuk
memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat
seberapa jauh proses belajar-mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar siswa
sudah mampu menguasai semua kemampuan yang ditetapkan maka dapat disimpulkan
bahwa proses belajar-mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Tetapi apabila
masih banyak siswa yang belum menguasai kemampuan yang sudah ditetapkan, maka
guru perlu melakukan analisis dan  refleksi untuk meningkatkan efektifitas pengajaran.
d.        Fungsi Umpan Balik, yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai
bahan umpan balik bagi siswa dan guru. Umpan balik bagi siswa akan bermanfaat
untuk mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang
diharapkan. Guru perlu memberikan tugas atau latihan baik secara individu atau
kelompok. Dan manfaat bagi guru adalah untuk melihat hal-hal yang perlu diperhatikan
secara serius dalam proses belajar-mengajar.

3.    PRINSIP PENILAIAN KELAS


Agar penialaian dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan
penilaian hendaknya guru selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip penilaian kelas
sebagai berikut.
a.       Proses Penilaian merupakan Bagian dari Pembelajaran
Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan
aktivitas proses belajar-mengajar. Demikian pula proses belajar akan efektif apabila
didukung oleh penialaian kelas yang efektif.  Penilaian dilakukan pada proses
pembelajaran dari awal sampai akhir. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk
mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk
mengukur efektifitas proses pembelajaran.
b.      Penilaian Mencerminkan Masalah Dunia Nyata
Penilaian harus mengarah pada pengungkapan kemampuan siswa dalam
memecahkan persoalan yang ada dalam masyarakat dan dunia kerja.
Kemampuan yang dimiliki siswa harus dapat diaplikasikan dalam memecahkan
masalah-masalah kehidupan yang nyata.

c.         Menggunakan Berbagai Ukuran, Metode dan Kriteria


Berbagai aspek kemampuan belajar siswa memiliki karakteristik tersendiri. Untuk
dapat mengungkapkan hal tersebut diperlukan penilaian yang mencakup ukuran,
metode, kriteria dan teknik yang sesuai agar tepat dan terpecaya atau valid dan reliable.
Teknik-teknik tersebut meliputi tes tertulis, tes praktek (performance test), penilaian
produk, penialaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri, penilaian sikap, dan
portofolio.
d.        Penilaian Harus Bersifat Holistik
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan kemampuan kognitif,
apektif, dan psikomotor, maka untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa secara
utuh diperlukan penilaian yang mencakup seluruh aspek tersebut. Dengan prinsip
seperti itu dapat dietahui pula karakteristik siswa dalam setiap aspek kemampuan, serta
hubungan setiap aspek kemampuan dalam diri siswa.
e.        Penilaian Kelas Mengacu Kepada Kemampuan (Competency Referenced)
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan belajar dan ketuntasan
penguasaan kompetensi siswa. Materi penugasan atau ulangan harus benar-benar
merefleksikan setiap kemampuan syang ditargetkan untuk dikuasai siswa. Hasil
penialaian harus memberikan informasi pencapaian siswa terhadap standar kompetensi
yang telah ditetapkan. Penyampaian hasil belajar siswa disampaiakan dalam
bentuk chart.
f.          Berkelanjutan
Penilaian harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana
menagajar guru selama satu semester dan tahun ajaran. Rangkaian penialaian melalui
pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, ulangan tengah dan akhir semester,
serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan
selama satu tahun ajaran. Penialaian dilakukan dengan berbagai teknik baik tes
maupun non-tes sesuai dengan karakteristik aspek yang diukur.
Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran, melainkan dari awal
dan saat proses pembelajaran. Selain itu harus juga dilakukan analisis terhadap hasil
penilaian dan merumuskan umpan balik yang berfungsi sebagai masukan dalam
perencanaan proses pembelajaran berikutnya.
g.        Didaktis
Hasil penilaian diharapkan dapat digunakan untuk mendorong dan membina
siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Dalam hal ini guru dapat melakukan
berbagai upaya yang bersifat konstruktif. Seperti pemberian hadiah bagi siswa yang
berprestasi, tetapi hadiah yg dberikan tdk harus selalu dalam bentuk material, tetapi
bisa juga dalam bentuk tindakan psikologis. Namun dalam pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah pemberian hadiah dalam bentuk material juga sangat dimungkikn.
Asalkan tidak berpengaruh negatif berupa sikap materialistik dan selalu adanya imbalan
dalam setiap berbuat.
Hal lain adalah alat dalam penilaian kelas berupa tes maupun non-tes harus
dirancang agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
h.        Menggali informasi
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi
guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan alat
penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dan diproses
penilaian kelas. Penilaian diarahkan agar dapat menggali informasi lebih mendalam.
Oleh karenanya bentuk soal dan penugasan harus yang berbentuk soal uraian atau
pemecahan masalah.
i.          Melihat yang Benar dan yang Salah
Dalam melaksanakan penilaian guru hendaknya melakukan analisis terhadap
hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanyakesalahan secara
umum terjadi pada siswa dan sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan siswa.
Dalam pelaksaannya terkadang ada siswa yang sudah menguasai kemampuan yang
ditetapkan, sehingga dalam memberikan jawaban uraian atau pemecahan masalah
terkadang tidak sama dengan jawaban tersedia dalam bahan jar di kelas. Nah penilaian
ini hanya dapat dilakukan jika penilaian didukung dengan penilaian yang sahih (valid)
dan handal (terpercaya).

4.        PROSEDUR/METODE PENILAIAN KELAS


Agar tujuan penialain dapat tercapai dengan efektif, guru harus menggunakan
berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan karakteristik pengalaman belajar yang dialami siswa.
Metode-metode tersebut meliputi:
a.        Penilaian tertulis (paper pencil test) baik berupa soal pilihan maupun uraian
b.        Tes praktek (performance test)
c.         Penilaian produk
d.        Penilaian proyek
e.        Peta perkembangan
f.          Evaluasi diri siswa
g.        Penilaian  afektif, dan
h.        Portofolio
Dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan satu tes
tetapi harus dengan bermacam-macam tes. Selain itu penggunaan metode serta teknik
pun harus bervariasi. Karena tiap mata pelajaran mempunyai tujuan yang berbeda.
Disamping itu, tujuan utama dari penilaian berbasis kelas yang dilakukan oleh
guru adalah untuk memantau kemajuan dan pencapaian belajar siswa sesuai dengan
matriks kompetensi belajar yang telah ditetapkan, guru atau wali kelas diharapkan
mengembangkan sistem portofolio individu siswa (student portofolio) yang berisi
kumpulan yang sistematis tentang kemajuan dan hasil belajar siswa.

Portofolio siswa dapat berupa :


a.        rekaman perkembangan belajar dan psikososial siswa (developmental),
b.        catatan prestasi khusus yang dicapai siswa (showcase),
c.         catatan menyeluruh kegiatan belajar siswa dari awal sampai akhir (comprehensive),
atau
d.        kumpulan tentang kompetensi yang telah dikuasai siswa secara kumulatif.
Portofolio sangat berguna baik bagi sekolah maupun orang tua siswa serta pihak-
pihak lain yang memerlukan informasi secara rinci tentang perkembangan belajar siswa
dan aspek psikososialnya sehingga mereka dapat memberikan bimbingan dan bantuan
yang relevan bagi keberhasilan belajar siswa.

B.        KB 2 : PENILAIAN DI BERBAGAI JENJANG PENDIDIKAN


1.        Pedoman Pelaksanaan Penilaian di jenjang pendidikan dasar dan
menengah
 Landasan hukum pelaksanaan penilaian di jenjang pendididkan dasar dan
menengah adalah UU No. 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional Pendidikan.
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 63
menyebutkan bahwa penilaian pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a.         Penilaian hasil belajar oleh pendidik
Bertujuan untuk memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil dilakukan
secara berkesinambungan dalam bentuk ulangan harian, tugas ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas, pengamatan terhadap
perubahan prilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian serta
ekspresi psikomotorik peserta didik, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik materi yang dinilai.
b.         Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
Bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran.

c.          Penilaian hasil belajar oleh pemerintah


Bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan tekhnologi
dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Bentuk-bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu:
1)        Ulangan harian
2)        Tugas-tugas
3)        Ulangan Tengah Semester
4)        Ulangan Akhir Semester
5)        Ulangan kenaikan kelas
6)        Pengamatan terhadap perubahan prilaku/sikap dan psikomotorik
7)        Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai
8)        Ujian sekolah
9)        Ujian Nasional
Bentuk penilaian lain yang digunakan antara lain penilaian diri, kuesioner,
penilaian proyek, dan fortofolio.
Dalam pedoman KTSP yang panduannya dikembangkan oleh BNSP, antara lain
ditetapkan tentang:
a)         Ketuntasan Belajar
Prinsip ketuntasan belajar merupakan suatu keharusan dengan diterapkannya
kurikulum berbasis kompetensi. Pelaksanaannya diwujudkan dengan adanya ketentuan
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
b)         Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran. Kriteria
kenaikan kelas adalah sbb:
1)        Siswa dinyatakn naik setelah menyelesaikan semua program pembelajaran pada dua
semester di kelas yang diikuti
2)        Tidak terdapat nilai dibawah SKBM
3)        Memiliki nilai minimal baik untuk semua aspek kepribadian.
c)         Kriteria kelulusan
 Kriteria kenaikan kelas adalah sbb:
1)        Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2)        Memperolen nilai minimal baikpada penilaian akhir seluruh kelompok mata pelajaran
3)        Lulus ujian sekolah untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
4)        Lulus ujian nasional.
Pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran berbasis kompetensi dapat dijelaskan
sbb:
1)         Alat penilaian
a.    Aspek kognitif
     Alat penilaian aspek kognitif adalah tes berupa tes objektif, tes uraian, dan berbentuk
soal terbuka.
b.    Aspek psikomotorik
     Alat penilaian psikomotorik dapat berupa tes tertulis, tes simulasi, dan tes contoh kerja.
c.    Aspek afektif
     Alat penilaian  afektif berupa non tes yiatu penilaian  sikap dan penilaian diri, baik
secara kuesionr, pengamatan, maupun laporan diri.
2)         Penyekoran
a.    Skor tes objektif
-            Penyekoran tanpa faktor koreksi
                      
Keterangan:     B = Jumlah jawaban benar
                        N = Jumlah seluruh butir soal
                        K = Skor maksimum skala penilaian
-            Penyekoran dengan menyertakan faktor koreksi
Keterangan:     B = Jumlah jawaban benar
                        S = Jumlah jawaban salah
                        P = Banyaknya pilihan jawaban setiap butir soal
                        N = Jumlah seluruh butir soal
                        K = Skor maksimum skala penilaian
b.         Skor tes uraian
Skor uraian ditentukan berdasarkan pedoman penyekoran. Dalam pedoman
penyekoran skor diberikan berdasarkan kecocokan jawaban terhadap kunci jawaban.
Selanjutnya skor total adalah jumlah seluruh skor.
c.         Skor tes afektif
Pemberian skor penilaian aspek afektif didasarkan pada kriteria penilaian dalam skala
tertentu.
d.        Skor aspek psikomotorik
Skor penilaian aspek psikomotorik ditentukan berdasarkan kriteria penilaian yang
ditetapkan pada pedoman penyekoran. Hasil skor akhir dapat ditentukan sbb:
                        
              P               = Skor setiap aspek penilaian
              M             = Skor maksimum setiap aspek penilaian
              T               = Bobot setiap aspek penilaian
              M             = Maksimum rentang skor

2. Pedoman Pelaksanaan Penilaian di perguruan tinggi


Pedoman pelaksanaan penilaian di perguruan tinggi berpedoman pada:
1.        UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989,
2.        Peraturan pemerintah No. 60 Tahun 1999
3.        SK Mendiknas No. 233/U/2000 Tahun 2000
4.        Surat Keputusan Mendiknas Bab V Pasal 12, 14, 15, dan 16.
Penilaian dan hasil ujian dilaksanakan diatur pada pasal 12
berikut:
1.        Kegiatan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara berkala yang dapat
berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.
2.        Ujian dapat dilaksanakan melalui UTS, UAS, Ujian akhir program studi, ujian skripsi,
ujian tesis, dan ujian disertasi
3.        Penilaian hasil belajar dinyatakan dalam A,B, C, D dan E yang masing-masing bernilai
4, 3, 2, 2, 1  dan 0
Persyaratan untuk lulus program seperti jumlah SKS yang harus
ditempuh dan minimal IPK yang harus dicapai tercantum pada pasal 14
berikut:
1.        Syarat kelulusan program pendidikan ditentukan atas pemenuhan jumlah SKS yang
disyaratkan dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimum
2.        Perguruan tinggi menetapkan jumlah SKS yang harus ditempuh
3.        IPK minimum ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi.
Aturan predikat kelulusan dan syarat yang harus dipenuhi, diatur
pada pasal 15 berikut:
1.        Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu: memuaskan, sangat memuaskan, dan
dengan pujian yang dinyatakan pada transkip akademik.
2.        IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan diploma adalah:
a.        IPK 2, 00 – 2, 75 : memuaskan
b.        IPK 2, 76 – 3, 50 : sangat memuaskan
c.         IPK 3,51  – 4, 00 : dengan pujian
3.        Predikat kelulusan untuk program magister:
a.             IPK 2, 75 – 3, 40 : memuaskan
b.             IPK 3, 41 – 3, 70 : sangat memuaskan
c.              IPK 3,71  – 4, 00 : dengan pujian
4.        Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan pula dengan memperhatikan masa studi
maksimum
5.        Predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Ruang lingkup penilaian serta upaya untuk meningkatkan motivasi
mahasiswa dalam rangka peningkatan kualitas lulusan diatur dalam
pasal 16 berikut:
1.        Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan yang
bersangkutan.
2.        Untuk mendorong pencapaian prestasi akademik yang lebih tinggi dapat
dikembangkan sistem penghargaan mahasiswa dan lulusan yang memperoleh prestasi
tinggi.
C.    KB. 3 : PEMANFAATAN HASIL TES UNTUK MENINGKATKAN PROSES
PEMBELAJARAN
Agar proses pembelajaran yang kita lakukan dapat berhasil dengan baik, maka
persiapan mengajar merupakan hal yang sangat mutlak harus dibuat. Sebelum kita
mengajar di depan kelas, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus sudah kita
persiapkan terlebih dahulu.
Setelah membuat RPP dan melaksanakan Proses Pembelajaran, untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan tes, baik berupa
pre-test post-test, tes formatif, maupun tes diagnostik. Selanjutnya kita
lakukan      analisis terhadap hasil tes tersebut.
1.    Memanfaatkan hasil Pre Test dan Post test
Pre-test adalah tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran, sedangkan
post-test dilaksanaan setelah prses pembelajaran.
Pre-test bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang
akan diajarkan. Pengembangan butir soal pre-test didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Cakupan materi pre-
test meliputi seluruh materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.
Dengan melakukan pre-test maka aka nada kemungkinan bahwa kita tidak
mengajarkan konsep suatu materi dari awal tetapi dapat dimulai dengan konsep yang
memang belum dikuasai oleh siswa. Jika kita tetap mengajarkan konsep yang telah
dikuasai dengan baik oleh siswa maka besar kemungkinan siswa tidak akan
memperhatikan lagi apa yang kita jelaskan dan mereka cenderung membuat kegaduhan
yang tentu saja akan sangat mengganggu proses pembelajaran.
Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran maka kita dapat
melakukan post-test. Post-test adalah set tes yang pararel yaitu tes yang disusun dari
kisi-kisi tes yang sama. Set tes untuk post-test harus mengukur indikator yang sama
dengan soal pre-test.
Untuk melihat apakah ada perbedaan atau tidak antara hasil pre-test dan post-
test, dapat dilihat dari sekor tertinggi, sekor terendah, rentang skor, dan skor rata-rata
kedua hasil test tersebut.

2.   Memanfaatkan Hasil  Tes formatif   


Test formatif merupakan salah satu jenis test yang diberikan kepada siswa
setelah siswa menyelesaikan satu unit pembelajaran. Test formatif digunakan untuk
memonior apakah proses pembelajaran yang telah dilakukan telah mencapai tujuan
pemelajaran yang di tetapkan.
Test formatif merupakan alat untuk melihat efektifitas proses pembelajaran. Jika
dari hasil test formatif ternyata terdapat sejumlah kompetensi yang belum dkuasai
siswa, maka guru harus mencari penyebabnya. Penyebab tidak dikuasainya kompetensi
tersebut dapat berasal dari diri siswa mapun dari pelaksanaan proses pembelajaran,
seperti penggunaan metode dan media pembelajaran yang tidak tepat. Titik berat test
formatif adalah pada pencapaian kompetensi siswa bukan mencari penyebab kesulitan
belajar siswa.
Apabila kita perhatikan test formatif yang ada pada setiap modul Universitas
Terbuka, Pada setiap akhir kegiatan belajar terdapat kurang lebih 10 butir soal test
formatif. Test formatif tersebut dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan
yang telah ditetapkan pada setiap modul. Apabila tingkat penguasaan mahasiswa sama
dengan atau lebih besar dari 80%, Mahasiswa dapat melanjutkan untuk melakukan
kegiatan belajar berikutnya.
Perbaikan proses pembelajaran dilakukan dengan memperbaiki metode
Pembelajaran misalnya dengan lebih banyak melibatkan siswa pada hal-hal yan konkret
dan contoh-contoh untuk menuju pada kesimpulan konsep yang lebih abstrak.
Perbaikan dapat pula dengan lebih meningkatkan penggunaan alat bantu dan media
yang sesuai sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep-konsep yang
dipelajari. Perbaikan pula dapat dlakukan secara klasikal dan individual sampai siswa
dapat menguasai kompetensi yang di tetapkan.

3.    Memanfaatkan Hasil Test Diagnostik


Dengan tes diagnostik guru dapat mengetahui penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa selama proses pembelajaran. Karena tes dianostik akan digunakan untuk
untuk menemukan kesulitan pemahaman konsep yang dialami siswa, maka materi tes
diagnostik dikembangkan dari konsep-konsep yang sulit dipahami siswa.
Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan karena proses pembelajaran yang
kurang tepat dan dapat pula diseabkan oleh berbagai factor di luar pembelajaran.
Factor diluar pembelajaran yang dapat menjadi peyebab kesulitanbelajar siswa
antara lain adanya hambatan fisik, psikologis, dan social.
Kemungkinan-kemungkinan hambatan proses belajar lainnya dapat saja terjadi
dalam berbagai mata pelajaran. Hambatan/kesulitan dalam proses pembelajaran dapat
diungkap dengan jelas dengan menggunakan tes diagnostik. Tes diagnostik memang
disusun untuk dapat mengungkap penyebab kesulitan belajar siswa. Dengan
mengetahui hasil tes diagnostik maka guru dapat mengambil keputusan tindakan atau
perlakuan yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.

4.   Pemanfaatan Hasil penilaian Non-Tes


Teknik penilaian non-tes dapat memberikan informasi umpan balik bagi proses
pembelajaran. Hasil penilaian sikap, penilaian diri, dan portofolio dapat dianalisis
untuk menjadi masukan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Teknik
non-tes yang digunakan antara lain penilaian diri, penilaian sikap, dan portofolio.
Manfaat utama penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan dan umpan
balik bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran dan
pembinaan sikap siswa. Hasil penilaian sikap dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir
kecenderungan sikap negatif siswa secara umum terhadap bahasan materi atau mata
pelajaran tertentu. Berdasarkan hasil penilaian sikap seperti itu, selanjutnya guru
berupaya mengkaji lebih dalam penyebabnya, sehingga dapat dilakukan tindakan
mengatasi sikap negatif tersebut. Dengan demikian pembelajaran akan lebih efektif.
Selain itu, berdasarkann hasil penilaian sikap, guru dapat memperoleh informasi
tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan persepsi siswa.
Informasi tersebut sangat berguna untuk peningkatan kualitas pribadi dan
profesionalisme guru.
 Portofolio merupakan rangkaian atau kumpulan karya atau hasil kerja siswa
yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu semester atau tahun ajaran,
bahkan selama siswa mengikuti pendidikan pada suatu jenjang tertentu.
Penilaian portofolio menekankan pada penilaian proses dan hasil. Oleh karena
itu penilaian portofolio diharapkan dapat memberikan informasi yang menyeluruh
mengenai :
1)        Perkembangan pemahaman dan pemikiran siswa dalam kurun waktu tentang konsep,
topik dan isi
2)        Hasil karya siswa yang berkaitan dengan bakat dan keterampilan khusus
3)        Dokumen kegiatan siswa selama periode waktu tertentu
4)        Refleksi nilai siswa sebagai individu dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dengan cakupannya yang lebih komprehensif, penilaian portofolio memberikan


manfaat bagi siswa, guru, dan orang tua siswa. Bagi siswa penilaian portofolio berguna
sebagai :
1)        Umpan balik penguasaan dan kemampuannya dalam kurun waktu tertentu
2)        Pendorong peningkatan pembelajaran pada aspek kemampuan yang masih  lemah
melalui bahan yang dikumpulkannya
3)        Pemahaman tentang keterbatasan kemampuan di bidang tertentu.
Bagi guru, penilaian portofolio berguna sebagai :
1)        Umpan balik penguasaan siswa selama kurun waktu tertentu
2)        Kemampuan yang belum dikuasai siswa
3)        Gambaran tingkat pencapaian keberhasilan proses belajar
4)        Strategi pembelajaran dan penilaian siswa
5)        Pertimbangan penempatan siswa dalam jurusan/program studi
6)        Kecenderungan perilaku belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis terhadap penilaian portofolio yang dilakukannya,
guru  dapat membuat langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan proses
pembelajaran.
Dengan informasi yang komprehensif dari hasil penilaian, guru dapat memahami
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran sehingga dapat lebih
mampu menentukan langkah yang paling tepat dalam melaksanakan pembelajaran.  Di
sisi lain siswa dapat lebih memahami dirinya dan perilaku belajarnya, sehingga lebih
dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran .

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.       KESIMPULAN
 Sistem penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
adalah Penilaian Kelas Otentik (Authentic Assesment) atau disebutkan Penilaian Kelas
(saja). Penilaian Kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, dan menunjukan secara
tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar
dikuasai dan dicapai.
Landasan hukum pelaksanaan penilaian di jenjang pendididkan dasar dan
menengah adalah UU No. 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional Pendidikan dan PP
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 63.
Agar proses pembelajaran yang kita lakukan dapat berhasil dengan baik, maka
persiapan mengajar merupakan hal yang sangat mutlak harus dibuat. Sebelum kita
mengajar di depan kelas, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus sudah kita
persiapkan terlebih dahulu.
Setelah membuat RPP dan melaksanakan Proses Pembelajaran, untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan tes, baik berupa
pre-test post-test, tes formatif, maupun tes diagnostik. Selanjutnya kita lakukan analisis
terhadap hasil tes tersebut.

B.        SARAN
Sebagai seorang guru, hendaknya melaksanakan penilaian sesuai dengan rencana
penilaian, laksanakan penilaian dengan objektif agar siswa mengetahui keberhasilan
sesungguhnya dalam mengikuti pelajaran yang telah diberikan guru.  

Anda mungkin juga menyukai