Anda di halaman 1dari 13

PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN

By. Dr. Weldan Firnando Smith,S.Pd.,M.AP

PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan, baik yang dikemukakan oleh ahli mapun yang menjadi
hasil belajar yang menjadi amanat dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional semuanya mencantumkan bahwa pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan proses berfikir (kognitif), keterampilan (psikomotor), serta nilai
dan sikap (afektif). Pencapaian tujuan aspek kognitif saja. Kenyataan seperti itu
misalnya dapat dilihat dari persiapan yang dibuat oleh guru dalam melakukan
proses pembelajaran lebih menekankan pada pencapaian tujuan aspek kognitif,
sehingga aspek psikomotor dan afektif belum diukur dan diberi nilai sebagaimana
pada aspek kognitif.
Sejak diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi maka sistem
pembelajaran mengalami pergeseran disemua aspek, tidak terkecuali aspek
penilaian. Kurikulum berbasis kompetensi menggariskan bahwa pendidikan
diarahkan kepada pencapai kompetensi standar yang sudah ditetapkan. Standar
tersebut merupakan patokan atau acuan minimal dalam hal kompetensi yang harus
dipenuhi oleh lulusan suatu lembaga pendidikan. Secara lebih rinci pergeseran
tersebut tercermin pada ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi seperti berikut ini:
1. Adanya visi, misi, dan tujuan pendidikan yang disepakati secara bersama
ditingkat nasional.
2. Adanya standar kompetensi lulusan yang secara konsisten dan jelas
dijabarkan dari tujuan pendidikan.
3. Adanya kerangka kurikulum dan silabus yang merupakan artikulasi yang
ketat dari kompetensi lulusan
4. Adanya sistem penilaian acuan criteria (criteria-referenced assessment) dan
standar pencapaian (performance standard) yang diterapkan secara konsisten.
Dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi peserta didik secara
menyeluruh tidak hanya menekankan aspek kognitif, melinkan juga aspek
psikomotor dan afektif. Hal ini berarti proses pembelajaran akan mengembangkan
secara proposional aspek tujuan pendidikan yang sebelumnya kurang mendapat
perhatian. Berkaitan dengan sistem penilaian, pusat penilaian pendidikan
depdiknas telah mengembangkan pedoman penilaian yang didasarkan pada
penilaian kompetensi peserta didik secara menyeluruh. Pedoman tersebut berlaku
untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Mengah Atas, dan
Sekolah Menengah Kejuruan. Implikasi mendasar terhadap sistem penilaian
dengan diterapkannya standar kompetensi adalah bahwa proses penilaian yang
dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif, harus
menggunakan acuan kriteria.
Dari kegiatan belajar pada modul-modul terdahulu tertentu Anda telah
memahami apa yang dimaksud penilaian dengan acuan kriteria.

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai setelah anda mengikuti materi pada
modul 6 ini adalah agar anda dapat member contoh penilaian dan tindak lanjut
hasil penilaian dalam pembelajaran. Tujuan tersebut mencakup tujuan-tujuan
khusus yang mencakup kemampuan Anda dalam :
1. Menjelaskan prinsip pemberian nilai
2. Menentukan kegiatan apa saja yang akan dijadikan dasar penentuan nilai hasil
belajar.
3. Memberikan nilai pada masing-masing aspek kemampuan hasil belajar
berdasarkan petunjuk pemberian nilai.
4. Menjelaskan aturan pemberian nilai menurut pedoman pelaksanaan
5. Menerapkan aturan penilaian dalam kegiatan penilaian di kelas
6. Menjelaskan manfaat dilakukannya pre-test-post-test.
7. Memberi contoh manfaat dilakukannya pre-test-post-test.
8. Menjelaskan manfaat dilakukannya test diagnostic
9. Memeberi contoh manfaat dilakukannya tes formatif
10. Menjelaskan manfaat dilakukannya test pformatif
11. Memberi contoh manfaat dilakukannya tes formatif.
12. Menjelaskan manfaat dilakukannya penilaian non-tes
13. Memberi contoh manfaat dilakukannya penilaian non-tes.
Untuk mencapai tujuan diatas, modul ini mencakup tiga kegiatan belajar,
yaitu :
1. Prinsip-prinsip pemberian nilai
2. Penilaian di berbagai jenjang pendidikan
3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

PEMBAHASAN
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN NILAI
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan sekarang ini adalah kurikulum berbasis kompetensi. Untuk dapat
melaksanakan sistem pembelajaran yang berbasis kompetensi, guru harus
mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan acuan sistem
pembelajaran. Maksud dikembangkannya acuan tersebut adalah agar proses
pembelajaran dapat terarah dalam hal pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dan pencapaian/penguasaan kompetensi. Produk persiapan pembelajaran yang
dimiliki guru sekurang-kurangnya adalah berupa :
1. Matriks kompetensi belajar (learning competency matrix)n yang menjamin
pengalaman belajar yang terarah;dan
2. Program penilaian otentik berkelanjutan (continus authentic assessment) yang
menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Sistem penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
adalah Penilaian Kelas Otentik (Authenti Assesment)atau disebutkan sebagai
penilaatau disebutkan sebagai penilaian kelas (saja). Penilaian kelas adalah proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan ,membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan
dicapai.
Dalam melakukan penilaian,guru hendaknya selalu pedoman kepada prinsip-
prinsip penilaian kelas. Sebelum membahas tentang prinsip-prinsip penilaian
kelas, berikut ini diuraikan tentang tujuan dan fungsi penilaian kelas, dan bagian
akhir dipaparkan juga metode-metode penilaian kelas.
A. TUJUN PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut :
1. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk
menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.
Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran
melalui berbagai bentuk penilaian kerja agar memperoleh gambaran tentang
pencapaian kompetensi siswa
2. Pengecekan (cheking-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mengecek
apakah ada kelemahan-kelemahan yang alami anak didik dalam proses
pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun
informal, guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang
telah dikuasai siswa dan apa yang belum dikuasai.
3. Pencarian (finding-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan
dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan
merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan
proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif. Berdasarkan temuan
tentang penyebab itulah guru dapat menentukan tindakan apa yang perlu
dilakukan untuk mengatasinya.
4. Penyimpulan (summing-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk
menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum. Penyimpulan sangat penting khususnya pada
saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua,
sekolah, atau puhak lain diakhir semester ata, atau puhak lain diakhir
semester atau tahun pelajaran, baik dalam bentuk rapor maupun bentuk
lainnya.
B. FUNGSI PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis oleh guru
memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik..
1. Fungsi motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas
harus dapat mendorong motivasi siswa belajar. Latihan , tugas, dan ulangan
yang diberikan guru harus memungkinkan siswa melakukan proses
pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Bentuk latihan, tugas,
dan ulangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa terdorong untuk
terus belajar dan merasa kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi
kebutuhannya. Dengan mengerjakan latihan, tugas, dan ulangan yang
diberikan, siswa memperoleh gambaran tentang hal-hal apa yang sudah
dikuasai dan
2. Fungsi Belajar Tuntas, yaitu bahwa penilaian kelas haru diarahkan untuk
memantau ketuntasan belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu dipikirkan
oleh guru adalah apakah siswa sudah menguasai kemampuan yang
diharapkan? Siswa mana yang belum menguasai kemampuan tertentu? Dan
tindakan apa yang harus dilakukan agar siswa akhirnya menguasai
kemampuan tersebut? Ketuntasan belajar menjadi focus dalam perancangan
kompetensi/kemampuan yang harus dicakup setiap kali guru melakukan
penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai siswa, penilaian harus terus
dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagaian besar siswa telah
mengusasai kemampuan tersebut. Rencana penilaian harus disusun sesuai
dengan target kemampuan yang harus dikuasai pada setiap semester dan kelas
sesuai dengan daftar kemampuan yang ditetapkan.
3. Fungsi sebagai indicator efektivitas pengajaran, berarti bahwa di samping
untuk memantau belajar siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat
seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar
atau semua siswa telah menguasai sebagian besar atau kemampuan yang
ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar-mengajar telah
berhasil sesuai dengan rencana. Apanila guru menemukan bahwa sebagian
siswa saja yang menguasai kemampuan yang ditargetkan, guru perlu
melakukan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang
harus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
4. Fungsi umpan balik, yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru
sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru. Umpan balik hasil penilaian
Sangat bermanfaat bagi siswa agar mengetahui kelemahan yang dialaminya
dalam mencapai kemampuan yang diharapkan, dan siswa diminta melakukan
latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu baik sebagai tugas individu
maupun kelompok. Manfaat bagi guru adalah untuk melihat hal-hal yang
perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar. Misalnya
analisis terhadap kesalahan yang umum dilakukan siswa dalam memahami
konsep tertentu menjadi umpan balik bagi guru dan melakukan perbaikan
pada proses belajar-mengajar berikutny. Dalam hal-hal tertentu hasil
penilaian juga dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan orang tua agar
secara bersama-sama mendorong dan membantu pencapaian target
penguasaan kemampuan yang telah di tetapkan .
C. PRINSIP PENILAIAN KELAS
Agar penilaian dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan
penilaian guru hendaknya selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip penilaian
sebagai berikut.
1. Proses Penilaian merupakan Bagaian dari Pembelajaran
Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung
dengan aktivitas proses belajar-mengajar. Demikian pula proses belajar-mengajar
akan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif. Penilaian
merupakan bagian integral dari proses belajar-mengajar, oleh karena itu penilaian
mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian dilakukan baik pada akhir
pembelajaran atas kompetensi tertentu. Untuk mengetahuin ketercapaian
kompetensi tertentu, guru harus melakukan penilaian secara terarah dan
terproggram. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan
menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur
efektivitas proses pembelajaran.
2. Penilaian Mencerminkan Masalah Dunia Nyata
Penilaian harus mengarah pada pengungkapan kemampuan siswa dalam
memecahkan persoalan yang ada dalam masyarakat dan dunia kerja. Penilaian
harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan yang
diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang kemampuan yang
dimiliki siswa harus dapat diaplikasikan dalam memecahkan masalah-masalah
kehidupan nyata.
3. Menggunakan Berbagai Ukuran, Metode dan Kriteria
Berbagai aspek kemampuan belajar siswa memiliki karakteristik tersendiri.
Untuk dapat mengungkapkan kemampuan yang dicapai siswa diperlukan ukuran,
metode, criteria, dan teknik yang sesuai agar penilaian dapat memberikan hasil
yang tepat dan terpercaya. Prinsip penilaianyang demikian itu akan dapat
menjamin dikembangkannya alat penilaian yang valid daenilaianyang demikian
itu akan dapat menjamin dikembangkannya alat penilaian yang valid dan reliable.
Alat dan teknik penilaian yang digunakan tidak terbatas pada penilaian berupa tes,
melainkan juga dengan teknik nonreliable. Alat dan teknik penilaian yang
digunakan tidak terbatas pada penilaian berupa tes, melainkan juga dengan teknik
non-tes. Teknik-teknik tersebut meliputi tes tertulis, tes praktek (performance test),
penilaian sikap, dan portofolio.
4. Penilaian Harus Bersifat Holistik
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan kemampuan siswa
pada aspek kognitif,afektif dan psikomotor, maka untuk mengetahui pencapaian
kemampuan siswa secara utuh diperlukan penilaian yang mencakup seluruh aspek
tersebut. Dengan prinsip penilaian semacam itu maka dapat diketahui pula
karakteristik kemampuan, serta hubungan setiap aspek kemampuan dalam diri
siswa.
5. Penilaian Kelas Mengacu Kepada Kemampuan (Competency Referenced)
Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa
telah menguasai kemampuan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
kurikulum. Butir-butir yang dicakup dalam penilaian harus terkait secara langsung
dengan indicator pencapaian kemampuan tersebut. Ruang lingkup materi yang
telah diajarkan serta pengalaman belajar siswa. Penilaian dilakukan untuk
mengetahui kemajuan belajar dan ketuntasan penguasaan kompetensi siswa.
Materi penugasan atau ulangan harus benar-benar merefleksikan setiap
kemampuan yang ditargetkan untuk dikuasai siswa. Hanya materi yang secara
esensial terkait langsung dengan kemampuan yang perlu dicakup dalam penilaian
dikelas.
Hal penting lainnya adalah standar kemampuan. Hasil penilaian harus
memberikan informasi pencapaian siswa terhadap standar kompetensi yang
ditetapkan. Sejalan dengan prinsip ini maka penyampaian hasil belajar siswa
digambarkan dalam bentuk chart yang memberikan informasi secara grafis
kedudukan kemampuan siswa terhadap standar kompetensi. Contohnya adalah
seperti berikut ini.

Nama siswa : Novia


Ranah : Kognitif
No. Mata Pelajaran Pencapaian Belajar Kemampuan dasar yang
belum dikuasai
1. Matematika Perkalian matriks
2. Bahasa Inggris Lulus
3. Fisika Zat padat, tata surya
4. Bahasa Indonesia Lulus

0 2 4 6 8 10
7,5 (Batas Lulus)

6. Berkelanjutan (Continuous)
Penilaian harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian
rencana mengajar guru selama satu semester dan tahan ajaran. Rangkaian
penilaian melalui pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, ulangan
tengah dan akhir semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang
berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun ajaran. Selama proses
tersebut dilihat pencapaian kompetensi dasar siswa. Guru menyusun indicator
pencapaian kompetensi dasar sebagai acuan dalam pengembangan alat penilaian.
Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik baik tes maupun non-tes sesuai
dengan karakteristik aspek yang diukur. Penilaian dilakukan tidak hanya pada
akhir pembelajaran, melainkan juga dilakukan pada saat proses pembelajaran.
Selanjutnya penilaian harus diikut dengan kegiatan analisis terhadap hasil
penilaian dan merumuskan umpan balik yang berfungsi sebagai masukan dalam
perencanaan proses pembelajaran berikutnya. Hasil analisis memberikan
informasi kompetensi dasar yang telah dan belum dikuasai siswa, sehingga dapat
ditentukan langkah pembelajaran dan penilaian berikutnya. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran yang dilakukan sepanjang semester dan tahun ajaran
merupakan rangkaian siklus proses pembelajaran yang saling bersambung. Hal ini
dapat menjamin pembelajaran secara tuntas dan pencapaian kompetensi.

7. Didaktis
Hasil penilaian diharapkan dapat digunakan untuk mendorong dan membina
siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Dalam hal ini guru dapat
melakukan berbagai upaya yang bersifat konstruktif, seperti pemberian hadiah
bagi siswa yang berprestasi baik. Hadiah disini tidak harus bersifat material,
melainkan dapat juga dalam bentuk tindakan psikologis, misalnya dengan
mengumumkan nama-nama siswa yang berprestasi baik dilingkup sekolah pada
acara upacara bendera, atau pada media sekolah seperti majalah dinding. Dengan
dilaksanakannya manajemen berbasis sekolah, sangat dimungkinkan dilakukannya
pemberian hadiah yang bersifat material. Yang penting diperhatikan adalah
jangan sampai pelaksanaan pemberian hadiah tersebut menimbulkan pengaruh
negatif berupa sikap materialistis dan selalu berharap adanya imbalan dalam
berbuat.
Hal lainnya adalah alat dalam penilaian kelas berupa tes maupun nontes harus
dirancang agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian, baik isi,
format, maupun tata letak dan tampilannya. Perancangan bahan penilaian yang
kreatif dan menarik dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas penilaian
baik yang bersifat individual maupun kelompok dengan penuh antusias dan
menyenangkan. Alat penilaian seperti ini dapat menumbuhkan rasa keingintahuan
siswa lebih dalam dan mendorong belajar lebih kuat.
8. Menggali informasi
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup baik
guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan
alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari
proses penilaian kelas. Penilaian diarahkan agar dapat diperoleh informasi yang
luas mendalam. Oleh karenanya bentuk soal dan penugasan terbuka seperti soal
uraian dan pemecahan masalah sangat dianjurkan untuk ulangan harian yang
disiapkan guru. Sebaliknya bentuk soal lebih tertutup seperti pilihan ganda dan
uraian terstruktur lebih dianjurkan untuk penilaian yang materinya bersifat luas
dan komprehensif seperti pada ulangan akhir semester dan akhir tahun pelajaran.

9. Melihat yang benar dan yang salah


Dalam melaksanakan penilaian guru hendaknya melakukan analisis terhadap
hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan
yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus melihat hal-hal positif yang
diberikan siswa. Hal-hal positif tersebut misalnya berupa jawaban benar yang
diberikan siswa diluar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru. Siswa yang
memiliki kelebihan kecerdasan, pengetahuan, dan pengalaman sangat mungkin
memberikan jawaban dan penyelesaian masalah yang tidak tersedia pada bahan
yang diajarkan dikelas. Melihat pola kesalahan yang umum dilakukan siswa
dalam menjawab dan menyelesaikan masalah untuk materi serta kompetensi
tertentu sangat membantu guru dalam melakukan perbaikan dan penyesuaian
program belajar mengajar. Prinsip ini melandasi proses penilaian yang dapat
mengungkap kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal ini hanya dapat dilakukan
jika penilaian didukung dengan alat penilaian yang shahih dan handal.

Kesimpulan
Standar kompetensi sebagai bentuk penyempurnaan kurikulum menuntut
adanya perubahan orientasi dari semua pihak yang terkait dengan pendidikan agar
tujuan dan upaya peningkatan mutu pendidikan dapat tercermin dari
meningkatnya mutu kompetensi kelulusan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Diterapkannya standar kompetensi membawa implikasi pada orientasi
dan strategi penilaian di kelas oleh guru yang lebih menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran tuntas. Penilaian kelas harus bersifat otentik, yakni penilaian yang
menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dangan tujuan dan proses
serta pengalaman belajar siswa. Agar dapat berdaya guna secara optimal,
pelaksanaan penilaian kelas harus selalu dilandasi dengan prinsip-prinsip
penilaian kelas. Berbagai metode dan teknik dapat digunakan dalam melakukan
penilaian kelas.
Daftar Pustaka

______________, (2000). SK Mendiknas No. 232/U/2000, tentang kurikulum


Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdiknas.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan SD/MI.Jakarta: BI Dharmabhakti.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Katalog Universitas Terbuka


2006.Jakarta: Universitas Terbuka.

Direktorat PMU. (2003). Pedoman Khusus Pola Induk Sistem Penilaian Hasil
Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar
SMU.Jakarta:Dikmenum,Depdiknas.

Hopkin, C.D., & Antes, R.L. (1990). Classroom Measurement and Evaluation.
Illinois: F.E.Peacock Publisher, Inc.

Noehi Nasoetion & Adi Suryanto. (2003). Tes. Pengukuran dan Penilaian. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Novak, J.D. (Ed). (1987). Proceeding of the Second International Seminar


Misconception and Educational Strategis in Science aaand Mathematics.
Ithaca, New York: Cornell University.

Popham, W. James. (1995). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know.


Boston: Allyn and Bacon.

Pusat Penilaian Pendidikan. (2003). Sistem Penilaian Kelas. Jakarta: BP


Dharmabhakti.

Satterly, D. (1981). Assessment in School. Tonbridge: Freeman Graphic.

Anda mungkin juga menyukai