Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran di SD yang diampu oleh
Iding Tarsidi M.pd

Oleh : Kelompok 6

Achmad Rijal Arifin 857414896

Risa Sulastri 857415099

Yulia Nenden Nurmalasari 857415081

Yuliyatin 857418514

PROGRAM STUDI PGSD

UNIVERSITAS TERBUKA

2019
KEGIATAN BELAJAR 1

Prinsip Prinsip Pemberian Nilai

Seperti telah di kemukakan di muka bahwa kurikulum yang digunakan dalam


pendidikan sekarang ini adalah kurikulum Berbasis Kompetensi. Untuk dapat
melaksanakan sistem pembelajaran yang berbasis kompetensi, guru harus
mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan acuan sistem
pembelajaran. Maksud dikembangkannya acuan tersebut adalah agar proses
pembelajaran dapat terarah dalam hal pengalaman belajar yang diperoleh siswa dan
pencapaian/penguasaan kompetensi. Produk persiapan pembelajaran yang dimiliki
guru sekurang-kurangnya adalah berupa:

1. matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin


pengalaman belajar yang terarah; dan
2. program penilaian otentik berkelanjutan (continus authentic assessment) yang
menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Sistem penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Penilaian Kompetensi
adalah Penilaian Kelas Otentik (Authentic Assesment) atau disebutkan sebagai
Penilaian Kelas (saja). Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak
didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau
menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi)
telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Dalam melakukan penilaian, guru hendaknya selalu berpedoman kepada
prinsip-prinsip penilaian kelas. Sebelum membahas tentang prinsip-prinsip
penilaian kelas, berikut ini diuraikan tetang tujuan dan fungsi penilaian kelas, dan
pada bagian akhir dipaparkan juga metode-metode penilaian kelas.

A.TUJUAN PENILAIAN KELAS


Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut:
1 .Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menelusuri
agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru
mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai
bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi
siswa.
2. Pengecekan (checking-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mengecek
apakah ada kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses
pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal,
guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang telah dikuasai
siswa dan apa yang belum dikuasai.
3. Pencarian (finding-out) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinnya kelemahan dan kesalahan
dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan
hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran
tidak berjalan secara efektif. Berdasarkan temuan tentang penyebab itulah guru
dapat menentukan tindakan apa yang perrlu dilakukan untuk mengatasinya.
4. Penyimpualan (summing-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk
menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum. Penyimpulan sangat penting khususnya pada saat guru
diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah, atau
pihak lain di akhir semester atau tahun pelajaran, baik dalam bentuk rapor maupun
bentuk lainya.

B. FUNGSI PENILAIAN KELAS


Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis oleh guru memiliki
fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik.
1. Fungsi motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru dikelas harus
dapat mendorong motivasi siswa untuk belajar. Latihan, tugas, dan ulangan yang
diberikan guru harus memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaran baik
secara individu maupun kelompok. Bentuk latihan, tugas, dan ulangan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa terdorong untuk terus belajar dan merasa
kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi kebutuhanya. Dengan mengerjakan
latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan , siswa memperoleh gambaran tentang
hal-hal apa yang sudah dikuasai dan belum dikuasai. Jika siswa merasa ada hal-hal
yang belum dikuasai, siswa merasa terdorong untuk mempelajarinya.
2. Fungsi Belajar Tuntas, yaitu bahwa penilaian kelas harus diarahkan untuk
memantau ketuntasan belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu dipikirkan oleh
guru adalah apakah siswa sudah menguasai kemampuan yang diharapkan? Siswa
mana yang belum menguasai kemampuan tertentu? Dan tindakan apa yang harus
dilakukan agar siswa akhirnya menguasai kemampuan tersebut? Ketuntasan belajar
menjadi fokus dalam perancangan kompetensi/kemampuan yang harus dicakup
setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai siswa,
penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagian
besar siswa telah menguasai kemampuan tersebut. Rencana penilaian harus
dikuasai siswa pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemampuan
yang ditetapkan.

3. Fungsi sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran, berarti bahwa disamping untuk


memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat
seberapa jauh proses belajar-mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau
semua siswa telah menguasai sebagian besar atau semua kemampuan yang
ditetapkan, maka disimpulkan bahwa proses belajar-menagajar telah berhasil sesuai
rencana. Apabila guru menemukan bahwa sebagian siswa saja yang menguasai
kemampuan yang ditargetkan, guru perlu melakukan analisis dan refleksi mengapa
hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas pengajaran.

4. Fungsi Umpan Balik, yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru
sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru. Umpan balik hasil penilaian sangat
bermanfaat bagi siswa agar mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam
mencapai kemampuan yang diharapkan, dan siswa diminta melakukan latihan dan
atau pengayaan yang di anggap perlu baik sebagai tugas individu maupun
kelompok. Manfaat bagi guru adalah untuk meliat hal hal yang perlu diperhatikan
seara serius dalam proses belajar-mengajar. Misalnya analisis terhadap kesalahan
yang umum dilakukan siswa dalam memahami konsep tertentu menjadi umpan
balik bagi guru dan melakukan perbaikan pada proses belajar-mengajar berikutnya.
Dalam hal-hal tertentu hasil penilaian juga dapat menjadi umpan balik bagi sekolah
dan orang tua agar secara bersama-sama mendorong dan membantu pencapaian
target penguasaan kemampuan yang telah di tetapkan.
C. PRINSIP PENILAIAN KELAS

Agar penilaian dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan


penilaian guru hendaknya selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip penilaian kelas
sebagai berikut.

1. Proses Penilaian merupakan Bagian dari Pembelajaran

Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan


aktivitas proses belajar-mengajar. Demikian pula proses belajar-mengajar akan
efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif. Penilaian merupakan
bagian integral dari proses belajar-mengajar , oleh karena itu penilaian mencakup
penilaian proses belajar berlangsung, pada akhir setiap pertemuan, maupun pada
akhir pembelajaran atas kompetensi tertentu. Untuk mengetahui ketercapaian
kompetensi tertentu, guru harus melakukan penilaian secara terarah dan terprogram.
Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur efektifitas proses
pembelajaran.

2. Penilaian Mencerminkan Masalah Dunia Nyata

Penilaian harus mengarah pada pengungkapan kemampuan siswa dalam


memecahkan persoalan yang ada dalam masyarakat dan dunia kerja. Penilaian
harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan yang
diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang dihadapi dalam
masyarakat. Kemampuan yang dimiliki siswa harus dapat diaplikasikan dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata.
3. Menggunakan Berbagai Ukuran, Metode dan Kriteria

Berbagai aspek kemampuan belajar siswa memiliki karakteristik tersendiri.


Untuk dapat mengungkapkan kemampuan kemampuan yang dicapai siswa
diperlukan ukuran, metode, kriteria, dan teknik yang sesuai agar penilaian dapat
memberikan hasil yang tepat dan terpercaya. Prinsip penilaian yang demikian itu
akan dapat menjamin dikembangkannya alat penilaian yang valid dan reliabel. Alat
dan teknik penilaian yang digunakan tidak terbatas pada penialaian berupa tes,
melainkan juga dengan dengan teknik penilaian yang digunakan tidak terbatas
teknik tersebut meliputi tes tertulis, tes praktek (performance test), penilaian
produk, penilaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri penilaian sikap, dan
portofolio.

4. Penilaian Harus Bersifat Holistik

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan kemampuan siswa pada


aspek kognitif, efektif, psikomotor, maka untuk mengetahui pencapaian
kemampuan siswa secara utuh diperlukan penilaian yang mencakup seluruh aspek
tersebut. Dengan prinsip penilaian semacam itu maka dapat diketahui pula
karakteristik kemampuan siswa dalam setiap aspek kemampuan, serta hubungan
setiap aspek kemampuan dalam diri siswa.

5. Penilaian Kelas Mengacu Kepada Kemampuan (Comptency Referenced)

Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah
menguasai emampuan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kurikulum.
Butir-butir yang dicakup dalam penilaian harus terkait secara langsung dengan
indikator pencapaian kemampuan tersebut. Ruang lingkup materi penilaian
mencakup semua kompetensi dasar yang di sesuaikan dengan tahapan materi yang
telah diajarkan serta pengalaman belajar siswa. Materi penugasan atau ulangan
harus benar-benar merefleksikan setiap kemampuan yang ditargetkan untuk
dikuasai siswa. Hanya materi yang secara esensial terkait langsung dengan
kemampuan yang perlu dicakup dalam penilaian kelas.

Hal penting lainya adalah standar kemampuan. Hasil penilaian harus memberi
informasi pencapaian siswa terhadap standar kompetensi yang yang telah
ditetapkan. Sejalan dengan prinsip ini maka pencapaian hasil belajar siswa
digambarkan dalam bentuk chart yang memberikan informasi secara grafis
kedudukan kemampuan siswa terhadap standar kompetensi.

6. Berkelanjutaan (Continuous)

Penilaian harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana


mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran. Rangkaian penilaian melalui
pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, ulangan tengah dan akhir
semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan selama satu tahun ajaran. Selama proses tersebut dilihat pencapaian
kompetensi dasar siswa. Guru menyusun indikator pencapaian kompetensi dasar
sebagai acuan daam pengembangan alat penilaian.

7. Didaktis

Hasil penilaian diharapkan dapat digunakan untuk mendorong dan membina


siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Dalam hal ini guru dapat
melakukan berbagai upaya yang bersifat konstruktif, seperti pemberian hadiah bagi
siswa yang berpretasi baik. Hadiah disini tidak harus bersifat material, melainkan
dapat juga dalam bentuk tindakan psikologis, misalnya dengan mengumumkan
nama-nama siswa yang berprestasi baik di lingkup sekolah pada acara upacara
bendera, atau pada media sekolah seperti majalah dinding.

8. Menggali Informasi

Penilaian kelas yang baik memberikan yang cukup bagi guru untuk mengambil
keputusan dan umpan baik. Pemilihan metode, teknik, dan alat penilaian yang tepat
sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas.
Penilaian diarahkan agar dapat diperoleh informasi yang luas mendalam.

9. Melihat yang Benar dan Salah

Dalam melaksanakan penilaian guru hendaknya melakukan analisis terhadap


hasil penilaian. Dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan
yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus melihat hal-hal positif yang
diberikan siswa. Hal-hal positif tersebut misalnya berupa jawaban benar yang
diberikan siswa di luar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru.

D. PROSEDUR/METODE PENILAIAN KELAS

Agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan efektif, guru harus menggunakan
berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dialami siswa. Oleh sebab
itu guru hendaknya memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metode
dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat
metode dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses
pembelajaran serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan.

Metode-metode tersebut meliputi:

1. Penilaian tertulis (paper-pencil test) baik berupa soal pilihan maupun uraian.
2. Tes praktek (performance test).
3. Penilaian produk.
4. Penilaian proyek.
5. Peta perkembangan.
6. Evaluasi diri siswa.
7. Penilaian afektif , dan
8. Portopolio.

Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai


dengan tes tertulis, sedangkan tujuan dan pengalaman belajar lain (misalnya
berbicara dan praktikum IPA) akan sangat efektif dinilai dengan tes praktek.
KEGIATAN BELAJAR 2

Penilaian di Berbagai Jenjang Pendidikan

A. PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN DI JENJANG PEDOMAN


PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH

PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63


menyebutkan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas:

1. penilaian hasil belajar;

2. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan

3. penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses,


kemajuan, dan perbaikan hasil dilakukan secara berkesinambungan dalam bentuk
ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas, pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan kepribadian, serta ekspresi psikomotorik peserta
didik; dan atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian


standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian


kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentudalam kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian
nasional.

Dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang panduanya


dikembangkan oleh BNSP, antara lain ditetapkan tentang Ketuntasan Belajar,
Kenaikan Kelas dan Kelulusan.

1. Ketuntasan Belajar
Prinsip Ketuntasan Belajar merupakan suatu keharusan dengan diterapkanya
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pelaksanaanya diwujudkan dengan adanya
Ketentuan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)untuk setiap mata
pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. SKBM merupakan ukuran
standar kemampuan yang harus dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Namun standar ini dapat disesuaikan dengan kebijakan pemerintah daerah
setempat. Misalnya dalam pedoman ditetapkan SKBM untuk pelajaran Bahasa
Indonesia adalah 75 dan untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah 70. Angka
75 dan 70 tersebut dapat diubaha jika ada kebijakan pemerintah daerah yang
mengaturnya. Dengan adanya SKBM maka dapat diketahui apakah seorang siswa
telah mencapai kemampuan yang dipersyaratkan dalam sutau mata pelajaran. Jika
belum, maka guru harus berupaya memperbaiki proses pembelajaran untuk mata
pelajaran tersebut sampai siswa mencapai batas minimal kemampuan yang
ditetapkan dalam mata pelajaran tersebut.

2. Kenaikan Kelas

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran. Kriteria


kenaikan kelas adalah sebagai berikut:

a .Siswa dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh program


pembelajaran pada dua semester di kelas yang di ikut

b. Tidak terdapat nilai dibawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)

c. Memiliki nialai minimal baik untuk aspek kepribadian pada semester yang
diikuti

3. Kriteria Kelulusan

Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, kelompok
mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian, kelompok mata pelajara
ESTETIKA, dan kelompok mata pelajaran jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan;

c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu


pengetahuan dan teknologi;

d. lulus Ujian Nasional.

Selanjutnya, pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran berbasis


kompetensi dapat dijelaskan sebagai berikut.

a.Alat Penilaian

1. Aspek Kognitif

Alat penilaian aspek kognitif adalah tes berupa tes objektif, tes uraian, dan tes
bentuk soal terbuka.

2. Aspek Psikomotorik

Penilaian aspek psikomotorik dilakukan dengan kombinasi alat penilaian tes dan
pengamatan. Alat penilaian psikomotorik dapat berupa tes tertulis, tes simulasi, dan
tes contoh kerja (work sample).

3. Aspek Afektif

Penilaian aspek afektif dilakukan dengan alat penilian non-tes, yaitu penilaian
sikap dan penilaian diri, baik berbentuk kuesioner, pengamatan, maupun laporan
diri.

b. Penyekoran

Penyekoran dilakukan dengan berdasarkan pada ketuntasan belajar siswa.

1). Skor Tes Objektif

Skor tes objektif dapat ditentukan tanpa menyertakan faktor koreksi. Jika tanpa
menyertakan faktor koreksi maka hasil skor ditentukan sebagai berikut:
𝐵
𝑆𝑘𝑜𝑟 = 𝑋𝐾
𝑁

Keterangan: B = jumlah jawaban benar

N = jumlah seluruh butir soal

K = skor maksimum skala penilaian.

2). Skor Tes Uraian

Skor uraian ditentukan berdasarkan pedoman penyekoran. Dalam pedoman


penyekoran skor diberikan berdasarkan kecocokan jawaban terhadap “kata kunci”.
Selanjutnya skor total adalah jumlah seluruh skor.

3). Skor Aspek Penilaian

Pemberian skor penilaian aspek afektif didasarkan pada kriteria penilaian dalam
skala tertentu. Selanjutnya skor dari setiap aspek afektif yang dinilai dijumlahkan
menjadi skor total.

4). Skor Aspek Psikomotorik

Skor penilaian psikomotorik ditentukan berdasarkan kriteria penilaian yang


ditetapkan pada pedoman penyekoran. Pedoman penyekoran mencakup aspek-
aspek yang dinilai dan rentang skor yang dapat diberikan untuk aspek tersebut, serta
bobot untuk setiap aspek yang dinilai. Hasil skor akhir dapat ditentukan sebagai
berikut :

𝑃𝑥𝑇
𝑆𝑘𝑜𝑟 = 𝑥𝐾
𝑀𝑥𝑇

P = skor setiap aspek penilaian/butir soal

M = skor maximum setiap aspek penilian/butir soal

T = bobot setiap aspek penilaian/butir soal

K = maksimum rentang skor total


B. PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN DI PERGURUAN TINGGI

Pedoman pelaksanaan penilaian di perguruan tinggi dikembangkan oleh lembaga


perguruan tinggi yang bersangkutan. Pengembangan ini berpedoman pada UU
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989; Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
1999, dan SK Mendiknas No. 233/U/2000 Tahun 2000. Surat Keputusan
Mendiknas yang disebutkan di atas mengenai penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
tercantum pada Bab V Pasal 12, 14, 15, dan 16. Untuk mengetahui kapan dan
bagaimana penilaian dilaksanakan, diatur pada pasal 12 berikut:

1). Terhadap kegiatan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara


berkala yang dapata berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh
dosen;

2). Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester,
ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, ujian disertasi;

3). Penilaian hasil belajar dinyatakan dalam A, B, C, D, dan E yang masing-masing


bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0

Persyaratan untuk lulus program seperti jumlah SKS yang harus ditempuh dan
minimal IPK yang harus dicapai tercantum pada pasal 14 berikut:

1.syarat kelulusan program pendidikan ditetapkan atas pemenuhan jumlah SKS


yang disyaratkan dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimum;

2. perguruan tinggi menetapkan jumlah SKS yang harus ditempuh sebagaimana


maksud dalam ayat (1) dengan berpedoman pada kisaran beban studi bagi masing-
masing program sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5, 6, dan 8.

3. IPK minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh masiang-
masing perguruan tinggi, sama atau lebih tinggi dari 2,00 untuk program sarjana
dan program diploma, dan sama atau lebih tinggi dari 2,75 untuk program magister.

Tentang aturan sebutan predikat kelulusan dan syarat yang harus dipenuhi, diatur
pada Pasal 15 berikut:
1.predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat yaitu: memuaskan, dan dengan pujian,
yang dinyatakan pada transkrip akademik;

2. IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan diploma
adalah:

a. IPK 2,00 – 2,75: memuaskan;

b. IPK 2,76 – 3,50 : sangat memuaskan;

c. IPK 3,51 -4,00 : dengan pujian.

3. Predikat kelulusan untuk program magister:

a. IPK 2,75- 3,40 : memuaskan;

b. IPK 3,41 – 3,70 : sangat memuaskan;

c. IPK 3,71 – 4,00 : dengan pujian.

4. Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan pula dengan memperhatikan masa


studi maksimum, yaitu n tahun ( masa studi minimum ) ditambah 1 tahun untuk
program sarjana dan 0,5 tahun untuk program magister;

5. predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan.

Ruang lingkup penilaian serta upaya untuk meningkatkan motivasi mahasiswa


dalam rangka peningkatan kualitas lulusan diatur dalam Pasal 16 berikut:

1..Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan


berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan yang
bersangkutan;

2. untuk mendorong pencapaian prestasi akademik yang lebih tinggi dapat


dikembangkan sistem penghargaan mahasiswa dan lulusan yang memperoleh
prestasi tinggi.

Dari pasal-pasal yang mengatur penilaian ada yang harus diatur sendiri oleh
lembaga/perguruan tinggi, misalnya pasal 12 ayat (1), semua ayat pada pasal 14,
pasal 15 ayat (5) serta semua ayat pada Pasal 16. Perguruan tinggi menanggapi
Pasal 12 ayat (1) dengan memperhatikan Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa
beban studi program studi S1 ada pada rentangan 144 sampai dengan 160 SKS.
Dalam hal ini perguruan tinggi (Fakultas, Jurusan, Program studi) dapat
menentukan jumlah SKS yang harus ditempuh program sarjana. Kenyataannya
meang jumlah SKS berbeda antar-program studi dalam satu perguruan tinggi.
Demikian juga untuk semua pasal dan ayat yang disebutkan diatas diberikan
kebebasan kepada perguruan tinggi untuk menetapkan sendiri pelaksanaanya
disesuaikan dengan sifat program dan sifat mata kuliah yang ditawarkan.

Berdasarkan pedoman pelaksanaan penilaian Pasal 12 ayat (1) Universitas


Terbuka menentukan adanya kegiatan yang menyeimbangkan nilai akhir dengan
bobot yang ditentukan masing-masing sebagai berikut ( Katalog UT Tahun 2006,
halaman 28 dan 29 ):

1.Bobot setiap jenis evaluasi hasil belajar adalah:

a.Ujian Akhir Semester (UAS) minimal 40%

b. Tugas Mandiri (TM) 15%

c. Tugas dan partisipasi dalam Tutorial Online ( Tuton) 15%

d. Tugas dan Partisipasi dalam Tutorial Tatap Muka Rancangan Khusus


(TTMRK) 30%

e. Tugas dan Partisipasi dalam Tutorial Tertulis (Tutis) 15%

f. Praktikum (termasuk bimbingan) 30%

g. Praktek 30%

h. Tugas Mata Kuliah 15% atau 30%.

2.Komposisi jenis penilaian hasil belajar untuk setiap kelompok mata kuliah adalah
sebagai berikut:

a. Mata kuliah biasa terdiri atas:

1). UAS

2). TM
3). Tugas dan Partisipasi TTM, atau tugas dan partisipasi Tuton, atau tugas dan
partisipasi dalam Tutis.

b. Mata kuliah berpraktek atau berpraktikum atau tugas terdiri atas:

1) UAS;

2) TM;

3) Tugas dan partisipasi dalam Tuton, atau tugas dan partisipasi dalam Tutis

4) Praktikum atau praktek atau tugas.

c. Mata kuliah khusus

3. Bobot UAS menjadi lebih besar dari 40% jika mahasiswa tidak berpartisipasi
atau tidak memperoleh atau tidak memiliki nilai hasil belajar yang lain,kecuali bagi
mata kuliah yang mewajibkan praktek atau praktikum. Nilai akhir mata kuliah
belum diberikan apabila nilai praktek/praktikum/tugas yang diwajibkan belum
masuk. Apabila nilai TM,TTMRK, Tuton,dan atau Tutis lebih rendah dari nilai
UAS, maka nilai terkait tidak diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir
mahasiswa untuk satu mata kuliah. Nilai praktek/praktikum/tugas mata kuliah yang
merupakan persyaratan tetap diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir.

Pada salah satu universitas swasta di Jakarta, nilaiakhir semester ditentukan oleh
sejumlah komponen masing-masing berbobot sebagai berikut:

1. Kehadiran 10%

2. Tugas-tugas 20%

3. Ujian tengah semester 30%

4. Ujian Akhir 40%

Dua contoh diatas menunjukan adanya variasi dalam mengembangkan pedoman


pelaksanaan penilaian pada setiap perguruan tinggi.

Pasal 14, SK Mentri menetapkan kelulusan mahasiswa dalam program yang


ditempuhnya yaitu dengan Indeks Prestasi Kumulatif ( IPK) minimal 2,00,
bilamana IPK belum mencapai 2,00 mahasiswa tersebut tidak lulus dan diberi
kesempatan untuk mengulang mata kuliah yang mendapat nilai rendah (C atau D)

Pada setiap akhir semester mahasiswa yang sudah menempuh ujian, hasil ujianya
dicantumkan dalam laporan hasil ujian ( transkip ),berupa angka yang disebut
Indeks Prestasi (IP). Cara menghitung IP adalah :

Anda mungkin juga menyukai