Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potongan surat thaahaa ayat 52

Apa yang dapat kita petik dari ayat diatas? Pengetahuan yang teah
dianugrahkan kepada umat manusia belum seberapa kekuatannya jika
dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh sang pencipta. Oleh karena
itu, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia haruslah selalu perbarui dan
dikembangkan terus menerus. Untuk mencapai sebuah kesempurnaan haruslah
tahap-tahap evaluasi yang berkelanjutan. Oleh karena dasar itulah, evaluasi
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari sebuah pengetahuan.
Istilah evaluasi sudah dikenal sejak lama. Selain itu terdapat pula istilah
yang lain, seperti asesmen, pengukuran dan tes. Diantara ketiga istilah tersebut tes
merupakan istilah yang paling akrab oleh guru. Tes hasil prestasi belajar sering kali
dipertukarkan pemakaiannya oleh guru dengan konsep pengukuran hasil belajar.
Dengan demikian diperlukan upaya untuk memperkenalkan kepada guru tentang
pengertian dan esensi tentang konsep evaluasi, asesmen, tes dan pengukuran
lainnya.
Bagi sebagian besar pendidik, istilah pengukuran, penilaian, evaluasi dan
asesmen adalah istilah yang sering digunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai
pengajar. Menentukan hasil pembelajaran diupayakan untuk berlaku objektif, adil
dan menyeluruh. Oleh karena itu penggunaa alat ukur yang handal dan terpercaya
mutlak untuk dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat.


2

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perbandingan
antara penilaian, asesmen, pengukuran dan tes.
C. Ruang Lingkup
1. Penilaian
2. Tes
3. Pengukuran
4. Evaluasi























3

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Penilaian
1. Definisi penilaian
Penilaian merupakan komponen penting dalam proses dan penyelenggaraan
pendidikan. Upaya menigkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya
saling terkait. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas yang
baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya.
Selanjutnya, sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk
menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk
belajar dengan lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.
Menurut TGAT (1987), penilaian atau asesmen mencakup semua cara yang
digunakan untuk unjuk kerja individu. Proses asesmen meliputi pengumpulan
bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak melalui tes
saja, tetapi juga dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri (self
report). Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti
karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas,
dan administrasi.
Seperti yang telah diuraikan di atas, penilaian mencakup cara yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu. Penilaian berfokus pada
individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai oleh individu. Proses penilaian
meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian kemajuan belajar peserta
didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalaui tes saja, tetapi juga bisa
dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri. Penilaian memerlukan data
yang baik mutunya sehingga perlu didukung oleh proses pengukuran yang baik.
Paradigma penilaian sebagai suatu pembelajaran peserta didik telah dirintis
lebih dari 20 tahun yang lalu, yaitu sebagai contoh cara mengubah lembaga
melalui proses penilaian (Berno,1994). Pendekatan yang digunakan ini
4

merupakan penegasan bahwa penilaian merupakan bagian dari cara
membelajarkan seseorang. Evaluasi hasil belajar yang dalam pelaksanaannya
didahului penilaian harus mampu mendorong peserta didik belajar lebih baik
dan juga mendorong guru untuk mengajar lebih baik.
Menurut (Chittenden, 1991), kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran
perlu diarahkan pada empat hal:
a) Penelusuran: yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses
pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan yang direncanakan atau
tidak. Untuk kepentingan ini, guru mengumpulkan berbagai informasi
sepanjang semester atau tahun pelajaran melalui berbagai bentuk
pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan
belajar anak.
b) Pengecekan: yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-
kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran. Dengan
melakukan berbagai bentuk pengukuran, guru berusaha untuk memperoleh
gambaran menyangkut kemampuan peserta didiknya, apa yang telah
berhasil dikuasai dan apa yang belum dikuasai.
c) Pencarian: yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang
muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan jalan ini, guru
dapat segera mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul
selamaproses belajar berlangsung.
d) Penyimpulan: yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar
yang telah dimiliki peserta didik. Hal ini sangat penting bagi guru untuk
mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik. Selain itu,
hasil penyimpulan ini dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang
kemajuan belajar peserta didik, baik untuk peserta didik itu sendiri, sekolah,
orang tua, maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Depdikbud 1994 mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Jadi, penilaian adalah suatu
proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
5

mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam
rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan
tertentu. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru
untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik
mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah
kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik
sesuai dengan prinsip pedagogis. Guru harus menyadari bahwa kemajuan
belajar perserta didik merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam
pembelajaran.
2. Fungsi Penilaian
Penilaian mempunyai sejumlah fungsi didalam proses belajar mengajar yaitu :
a) Sebagai alat guna mengetahui apakah siswa telah menguasai pengetahuan,
nilai-nilai, norma-norma dan keterampilan yang diberikan oleh guru.
b) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar.
c) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
d) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru yang bersumber dari siswa.
3. Tujuan Penilaian
Minimal terdapat 6 tujuan penilaian dalam kaitannya dengan belajar mengajar
yaitu :
a) Menilai ketercapaian tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode
penilaian dan cara belajar siswa.
b) Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar
dikategorikan sebagai kognitif, nsikomotoris dan afektif. Batasan tersebut
umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan dan sikap/nilai.
c) Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang siswa ketahui. Setiap siswa
masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing serta
karakteristiknya. Guru perlu mengetahui keadaan siswanya agar guru dapat
berangkat dari pengalaman siswa yang beragam dalam memulai
pembelajarannya. Guru perlu mengetahui dan memperhatikan kekuatan,
6

kelemahan dan minat siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar atas
dasar apa yang telah mereka miliki dan mereka butuhkan.
d) Memotivasi belajar siswa. Penilaian juga harus dapat memotivasi belajar
siswa. Guru harus menguasai bermaacam-macam teknik memotivasi siswa.
Hasil penilaian akan menstimulasi tindakan siswa.
e) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi
diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi
yang berkaitan dengan masalah pribadi seperti data kemampuan, kualitas
pribadi, kemampuan bersosialisasi dan skor hasil belajar.
4. Kriteria Penilaian
Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain :
a) Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.
b) Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
c) Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang
berlangsung, misalnya observasi, memberikan tes, mengamati hasil kerja
siswa.
d) Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan
pembelajaran.
e) Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya untuk kenaikan kelas.
5. Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
7

yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik.
7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
6. Teknik dan Instrumen Penilaian
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok,
dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
2) Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
3) Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
4) Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk
tugas rumah dan/atau proyek. Instrumen penilaian hasil belajar yang
digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah
merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang
digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan
benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
5) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam
bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi,
8

konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
6) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti
validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan
antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.
7. Mekanisme dan Prosedur Penilaian
a) Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.
b) Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat
penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c) Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.
d) Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh
satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah untuk memperoleh
pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan
kelulusan dari satuan pendidikan.
e) Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran
kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik
berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik.
f) Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan
9

pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan
mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah.
g) Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: (a)
menyusun kisi-kisi ujian, (b) mengembangkan instrumen, (c) melaksanakan
ujian, (d) mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian
sekolah/madrasah, dan (e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
h) Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan
perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru
agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain
dan sumber lain yang relevan.
i) Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan
tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik
sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru pendidikan
kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata
pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
j) Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok
mata pelajaran yang relevan.
k) Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat
keterangan yang ditandatangani oleh pembina kegiatan dan kepala
sekolah/madrasah.
l) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum
diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai
KKM harus mengikuti pembelajaran remedi.
m) Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam
bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan
deskripsi kemajuan belajar.
10

n) Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan
langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN.
o) UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
bekerjasama dengan instansi terkait.
p) Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah
satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu
pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.
q) Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan
serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.
8. Penilaian oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta
untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut
meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat
rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.
b) mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian
yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.
c) mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk
dan teknik penilaian yang dipilih.
d) melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
diperlukan.
e) mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan
kesulitan belajar peserta didik.
f) mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai
balikan/komentar yang mendidik.
g) memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
11

h) melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester
kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar
peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.
i) melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan
hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan
kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang
baik.
9. Penilaian oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian
tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan melalui rapat dewan pendidik.
b) mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas.
c) menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang
menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik.
d) menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang
menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik.
e) menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok
mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat
dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh
pendidik.
f) menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan
melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian
oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah.

12

g) menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan
peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian
Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
h) melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata
pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik
dalam bentuk buku laporan pendidikan.
i) melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada
dinas pendidikan kabupaten/kota.
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat
dewan pendidik sesuai dengan kriteria: menyelesaikan seluruh program
pembelajaran dan memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir
13


j) untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok
mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan dan lulus ujian sekolah/madrasah dan lulus UN.
k) menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta
didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara
UN.
l) menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi
satuan pendidikan penyelenggara UN.
10. Penilaian oleh Pemerintah
a) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk UN yang
bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi.
b) UN didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta
pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.
c) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau
satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap
berdasarkan hasil UN dan menyampaikan ke pihak yang berkepentingan.
d) Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
e) Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan
kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.
f) Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan yang kriteria kelulusannya ditetapkan setiap tahun oleh
Menteri berdasarkan rekomendasi BSNP.
B. Pengukuran
1. Pengertian pengukuran
Tidak ada satupun aktifitas di dunia ini yang bisa dipisahkan dari kegiatan
pengukuran. Keberhasilan suatu program dapat diketahui melalui suatu pengukuran.
14

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa lepas dari kegiatan
pengukuran. Penelitian-penelitian yang dilakukan dalam semua bidang selalu
melibatkan kegiatan pengukuran, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Oleh
karena itu, pengukuran memegang peranan penting, baik untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun untuk penyajian informasi bagi pembuat kebijakan.
Pada dasarnya pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu
objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan
karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan
dengan angka. Dalam menentukan karakteristik individu, pengukuran yang dilakukan
harus sedapat mungkin mengandung kesalahan yang kecil. Kesalahan yang terjadi pada
pengukuran ilmu-ilmu alam lebih sederhana dibandingkan dengan kesalahan
pengukuran pada ilmu-ilmu sosial. Kesalahan pada ilmu-ilmu alam sebagian besar
disebabkan oleh alat ukurnya, sedangkan kesalahan pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial
bisa disebabkan oleh alat ukur, cara mengukur, dan keadaan objek yang diukur
(Djemari Mardapi, 2008).
Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu: (1) Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, seperti pengukuran
yang dilakukan oleh seorang penjahit mengenai panjang lengan, kaki, lebar bahu,
ukuran pinggang dan lain-lain. (2) Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu,
seperti pengukuran untuk menguji daya tahan mesin sepeda motor, pengukuran untuk
menguji daya tahan lampu pijar, dan lain-lain. (3) Pengukuran untuk menilai yang
dilakukan dengan menguji sesuatu, seperti pengukuran kemajuan belajar peserta didik
dalam rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk
tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga inilah yang dikenal dalam dunia pendidikan
(Anas Sudiyono, 1996).
Hal-hal yang termasuk evaluasi hasil belajar meliputi alat ukur yang digunakan,
cara menggunakan, cara penilaian, dan evaluasinya. Alat ukur yang digunakan bisa
berupa tugas-tugas rumah, kuis, ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester
(UAS). Pada prinsipnya, alat ukur yang digunakan harus memiliki bukti kesahihan
(validitas) dan kehandalan (reliabilitas) yang tinggi.
Kesahihan atau validitas alat ukur dapat dilihat dari konstruk alat ukur, yaitu
mengukur sesuatu yang direncanakan akan diukur. Menurut teori pengukuran, substansi
15

yang diukur harus satu dimensi. Aspek bahasa, kerapian tulisan tidak diskor atau
diperhitungkan bila tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui kemampuan peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu. Konstruksi alat ukur dapat ditelaah pada aspek
materi, teknik penulisan soal, dan bahasa yang digunakan. Pakar di bidangnya atau
teman sejawat merupakan penelaah yang baik untuk memberikan masukan tentang
kualitas alat ukur yang digunakan termasuk tes.
Kesahihan alat ukur juga bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur. Kisi-kisi ini berisi
materi yang diujikan, bentuk dan jumlah soal, tingkat berpikir yang terlibat, bobot soal,
dan cara penskoran. Kisi-kisi yang baik adalah yang mewakili bahan ajar. Untuk itu
pokok bahasan yang diujikan dipilih berdasarkan kriteria: (1) pokok bahasan yang
esensial, (2) memiliki nilai aplikasi, (3) berkelanjutan, (4) dibutuhkan untuk
mempelajari mata pelajaran yang lain. Hal lain yang penting adalah lamanya waktu
yang disediakan untuk mengerjakan soal ujian. Ada yang berpendapat, kisi-kisi ini
sebaiknya disampaikan kepada peserta didik.
Hasil pengukuran harus memiliki kesalahan yang sekecil mungkin. Tingkat
kesalahan ini berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Alat ukur yang baik memberi
hasil konstan bila digunakan berulang-ulang, asalkan kemampuan yang diukur tidak
berubah. Kesalahan pengukuran ada yang bersifat acakdan ada yang bersifat sistematik.
Kesalahan acak disebabkan situasi saat ujian, kondisi fisik-mental yang diukur dan
yang mengukur bervariasi. Kondisi mental termasuk emosi seseorang bisa bersifat
variatif, dan variasinya diasumsikan acak. Hal ini untuk memudahkan melakukan
estimasi kemampuan seseorang.
Kesalahan yang sistematik disebabkan oleh alat ukurnya, yang diukur, dan yang
mengukur. Ada guru yang cenderung membuat soal tes yang terlalu mudah atau sulit,
sehingga hasil pengukuran bisa underestimate atau overestimate dari kemampuan yang
sebenarnya. Setiap orang yang dites, teramsuk peserta didik, tentu memiliki rasa
kecemasan walau besarnya bervariasi. Apabila ada peserta didik yang selalu memiliki
tingkat kecemasan tinggi ketika dites, hasil pengukurannya cenderung underestimate
dari kemampuan yang sebenarnya.
Dalam melakukan pengukuran, guru bisa membuat kesalahan yang sistematik.
Kesalahan ini bisa terjadi pada saat penskoran, ada guru yang "pemurah" dan ada guru
yang "mahal" dalam memberi skor. Bila murah dan mahal ini berlaku pada semua
16

peserta didik, maka akan terjadi kesalahan yang sistematik. Sebalikya, bila hanya
berlaku kepada peserta didik tertentu, maka akan terjadi bias dalam pengukuran.
Demikian kompleksnya masalah pengukuran sehingga dibutuhkan teori
pengukuran. Saat ini ada dua teori pengukuran yang digunakan secara luas, yaitu teori
tes klasik dan teori modern. Teori tes klasik berasumsi bahwa skor yang didapatkan
seseorang dari hasil suatu pengukuran dapat diuraikan menjadi skor yang sebenarnya
dan skor kesalahan. Asumsi lainnya adalah bahwa tidak ada hubungan antara skor yang
sebenarnya dengan skor kesalahan. Dari kedua asumsi dasar ini, selanjutnya
dikembangkan formula-formula atau rumus-rumus untuk mengetahui indeks kesahihan
(validitas) dan indeks kehandalan (reliabilitas).
Ada beberapa kelamahan teori tes klasik, dan yang paling menonjol adalah
ketergantungan statistik butir pada karakteristik kelompok yang diukur. Dengan
demikian, besarnya statistik butir bervariasi dari satu kelompok terhadap kelompok
yang lain. Akibatnya, sulit membandingkan kemampuan kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya, apalagi antar individu. Kelemahan ini sudah lama disadari, yaitu
sejak dikembangkannya alat ukur yang digunakan pada bidang ilmu-ilmu alam atau
teknologi. Alat ukur yang digunakan pada bidang ini tidak tergantung pada objek yang
diukur, karena karakteristiknya tidak berubah-ubah selama objek yang diukur sama.
Hal ini mudah difahami karena yang diukur adalah benda atau objek yang mati.
Berbeda dengan objek pada bidang pendidikan, yaitu manusia. Keadaan manusia
seperti kondisi senang dan susah, selalu berubah dari waktu ke waktu, sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh belum tentu menunjukkan karakteristik individu yang
sebenarnya. Oleh karena itu, dikembangkan teori pengukuran yang dapat mengatasi
kelemahan teori klasik.
Teori klasik yang berkembang pada saat ini yang disebut dengan teori modern-
menggunakan beberapa asumsi dasar. Asumsi utamanya adalah peluang seseorang
menjawab benar suatu butir tidak ditentuka oleh peluang menjawab butir yang lain,
yang dikenal dengan asumsi independen. Teori modern ini berusaha untuk
mengembangkan suatu analisis yang menghasilkan estimasi kemampuan seseorang
tanpa dipengaruhi oleh alat ukur yang digunakan. Demikian juga statistik butir
diusahakan agar tidak tergantung pada karakteristik individu yang diukur. Berdasarkan
17

sifat-sifat ini, teori tes modern dikembangkan oleh banyak pakar pengukuran di dunia
ini.
2. Objek pengukuran dalam bidang pendidikan
Objek-objek pengukuran dalam bidang pendidikan ialah prestasi belajar siswa,
sikap, motivasi, intelegensi, bakat, kecerdasan emosional, minat dan kepribadian.
Dalam bidang pendidikan pengukuran memegang peranan penting. Data hasil
pengukuran dalam bidang pendidikan memiliki arti pening baik bagi sekolah atau
lembaga pendidikan guru maupun bagi siswa dan masyarakat. Bagi misalnya hasil
pengukuran berfungsi untuk membandingkan tingkat kemampuan siswa dengan
siswa-siswa lain dalam kelompok yang diajarnya. Disekolah pengukuran dilakukan
guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi
siswa pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar.
3. Skala Pengukuran

C. TES
1. Pengertian tes
Istilah ini berasal dari bahasa latin testum yang berarti sebuah piringan atau
jambangan dari tanah liat. Istilah ini dipergunakan dalam lapangan psikologi dan
selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk
menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu
tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Pada
hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur
suatu aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes adalah sebagai alat ukur.
Berikut pengertian menurut :
1. Anne Anastasia adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif
sehingga dapat digunakan secara meluas serta serta dapat betul-betul di gunakan
untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku.
2. Lee .J. Cornbach, dalam bukunya essential of psychology testing tes
merupakan prosedur yang sisitematis untuk membandingkan tingkah laku dua
orang atau lebih
18

3. F.L. Goodenough adalah sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas yang di
berikan kepada individu atau sekelompok individu dengan maksud untuk
membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.
Jadi tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di
tentukan.
2. Fungsi tes
Secara umum fungsi tes adalah :
a) Sebagai alat untuk mengukur prestasi siswa.
b) Sebagai motivator dalam pembelajaran.
c) Berfungsi untuk upaya perubahan kualitas pembelajaran.
d) Dimaksudkan untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai isyarat
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

3. Penggolongan tes
19

Dari segi bentuk pelaksanaannya
a. Tes Tertulis ( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas
dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau
jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer.
b. Tes Lisan ( oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara
guru dan murid.
c. Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta
didik.
Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
a. Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan
siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan
bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;Tes
Betul-Salah (TrueFalse), Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), Tes Menjodohkan
(Matching) dan Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis).
Dari segi fungsi tes di sekolah
a.Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar
selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan
unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah : untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit
pembelajaran, merupakan penguatan bagi peserta didik, merupakan usaha perbaikan
bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-
20

kelemahan yang dimilikinya dan peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan
yang mana yang belum dikuasainya.
b. Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau
pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada
tengah atau akhir semester.
c. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan
yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati
atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab
kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-
lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
4. Langkah-langkah dalam penyusunan tes
Urutan langkah yang dilakukan adalah :
a) Menentukan tujuan mengadakan tes
b) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan
c) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan
d) Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku terkandung dalam TIK itu.
e) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang
diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
f) Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan
pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
21


D. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh
siswa (Purwanto, 2002). Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau
arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah
evaluasi. Membahas tentang evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses
pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan nilai dan arti.
a) Pemberian nilai dilakukan apabila seorang evaluator memberikan
pertimbangannya mengenai evaluan tanpa menghubungkannya dengan sesuatu
yang bersifat dari luar. Jadi, pertimbangan yang diberikan sepenuhnya
berdasarkan apa evaluan itu sendiri.
b) Arti, berhubungan dengan posisi dan peranan evaluasi dalam suatu konteks
tertentu.
22

3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement) yang
merupakan konsep dasar dari evaluasi. Melalui pertimabangan inilah ditentukan
nilai dan arti/makna dari sesuatu yang dievaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria
tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan
bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini
penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan:
a) Hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b) Evaluator lebih percaya diri.
c) Menghindari adanya unsur subjektivitas.
d) Memungkinkan hasil evaluasi akan sama, sekalipun dilakukan pada waktu dan
orang yang berbeda.
e) Memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil
evaluasi.
Evaluasi pembelajaran pada prinsipnya sebagai tahap akhir dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan evaluasi ini adalah melakukan pengukuran untuk menentukan
penilaian tentang tiga fungsi yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Menilai efektivitas proses pembelajaran : sampai dimana kemampuan
siswa/peserta didik mengerti yang harus dimengerti.
2. Menilai efektivitas prosedur pembelajaran : samapai dimana pengajar
berhasil mencapai tujuannya.
3. Menilai kemampuan siswa sesuai standart yang harus dicapai.

Alat evaluasi ini dikenal dengan instrument evalausi. Penggunaan alat evaluasi
ini adalah un tuk mendapppatkan hasil yang lebih baik sesuai kenyataan yang di
evaluasi. Ada dua jenis alat evaluasi dalam pembelajaran yaitu :
1. Tes : adalah penilaian komprenhensive terhadap seseorang individu atau usaha
23

keseluruhan usaha evaluasi program. Ada dua jenis alat yang digunakan
dalam program pembelajaran :
Tes baku (standard) artinya tes tersebut telah melalui validasi dan reliabilitas
untuk suatu tujuan tertentu.
Tes buatan guru umumnya belum distadirisasi tetapi harus telah
dipertimbangkan factor validasi dan reliabilitasnya.
2. Non tes : untuk menilai aspek-aspek tingkahlaku seperi sikap, minat,
perhatian, karakteristik dan lain-lain yang sejenis.
Mengidentifikasi siapa diantara kelompok siswa yang leaders dan siapa
yang isolates dengan sosiometri
Menidentifikasi minat siswa membaca atau kegiatan pendidikan
menggunakan
interest inventory
Mengetahui atau mengenal sikap-sikap sikap individu terhadap
kelompoknya menggunakan skala sikap (attitude scale) .

24


25


26



27

BAB III
PEMBAHASAN

Penilaian dapat menggunakan skala contoh penilaian aspek pskimotor dan afektif.
Penilaian dalam bentuk skala bisa dari 1 sampai 5. Guru akan menilai masing-masing
aspek yang terdapat pada lembar penilaian dengan cara member checklist pada lembar
penilaian sesuai kemampuan yang ditunjukkan siswa. Setelah itu nilai yang didapat
siswa diolah dan dikonversi dalam bentuk rata-ratanya.
28



29


30


31

Kisi-Kisi Soal Ulangan Harian 2
Mata Pelajaran Fisika Kelas XI

N
o.
Standar
kompetensi
Kompetensi dasar Indikator Indikator soal Ranah
soal
Bentuk tes Nomor
soal Piliha
n
ganda
Isian Essa
y
1.
1.
Mengan
alisis
gejala
alam
dan
keteratur
annya
dalam
cakupan
mekanik
a benda
titik
1.3. Menganalisi
s pengaruh
gaya pada
sifat elastis
benda











1.4. Menganalisi
s hubungan
Mendeskripsi
kan
karakteristik
gaya pada
benda elastis
berdasarkan
data
percobaan
(grafik)
Membandingk
an Modulus
Elastisitas dan
konstanta
gaya
Menganalisis
susunan pegas
seri dan
1. Siswa dapat
menentukan besaran
terkait tentang modulus
elastisitas
C3 1,2,3

2. Siswa dapat
menentukan tetapan
pegas/koefisien
elastisitas pegas
C3 4
3. Siswa dapat
membandingkan
hubungan masing-
masing komponen
hukum hooke
C3 5,7
4. Siswa dapat
menentukan energy
potensial elastisitas
pegas
C3 6
32

antara gaya
dengan gerak
getaran


paralel
Membandingk
an tetapan
gaya
berdasarkan
data
pengamatan
Menemukan
gaya pemulih
pada beberapa
masalah gerak
harmonik
sederhana
Menganalisis
simpangan,
kecepatan dan
percepatan
pada gerak
getaran
Menjelaskan
hubungan
antara periode
getaran
dengan massa
beban
berdasarkan
data

5. Sisw dapat menentukan
koefisien total dari
suatu rangkaian pegas
gabungan
C3 8
6. Siswa dapat
menentukan besaran
terkait gerak harmonis
sederhana pada pegas
C3 9,10
33

pengamatan


1.5. Men
ganalisis
hubungan
antara usaha,
perubahan
energi
dengan
hukum
kekekalan
energi
mekanik









1.6.Menerapkan
hukum
kekekalan
energi
Mendeskripsikan
hubungan antara
usaha, gaya dan
perpindahan
Menghitung besar
energi potensial
(gravitasi dan
pegas) dan energi
kinetik
Menganalisis
hubungan antara
usaha dan energi
kinetik
Menganalisis
hubungan antara
usaha dengan
energi potensial
Merumuskan
bentuk hukum
kekekalan energi
mekanik
Menerapkan
hukum kekekalan
energi mekanik
7. Siswa dapat
menentukan besar
usaha pada bidang
datar
C3



11,12,13,
15
8. Diberikan grafik, siswa
dapat menetukan besar
usaha total pada grafik
C3

14
9. Siswa dapat
menentukan besar
usaha dari perubahan
energi
C3

17,18
10. Siswa dapat
menganalisis
perbandingan energi
mekanik
C4

16,19
11. Siswa dapat
menentukan besar daya
C3

20
34

mekanik
untuk
menganalisis
gerak dalam
kehidupan
sehari-hari


pada gerak gerak
jatuh bebas, gerak
parabola dan
gerak harmonik
sederhana
Menerapkan
hukum kekekalan
energi mekanik
pada gerak dalam
bidang miring
Menerapkan
hukum kekekalan
energi mekanik
pada gerak benda
dalam bidang
berupa lingkaran
seperti ruller
coaster
Menerapkan
hukum kekekalan
energi mekanik
pada gerak satelit
Menerapkan
hukum kekekalan
energi mekanik
pada gerak
getaran (pegas)
35





36

Contoh-contoh soal :
1. Soal ingatan
Pernyataan hukum III newton adalah.
a. Setiap gaya berbanding lurus terhadap massa dan percepatan benda.
b. Setiap aksi terdapat reaksi yang sama besar dan arah berlawanan.
c. Setiap aksi terdapat reaksi yang arah dan besarnya sama.
d. Besar gaya yang menyebabkan sama dengan besar gaya yang diakibatkan
2. Soal aplikasi
Sebuah benda terletak dimuka sebuah lensa yang mempunyai jarak fokus 10 cm.
bayangan yang terjadi ternyata tegak dan tingginya dua kali tinggi benda itu. Jarak
antara benda dengan lensa adalah.
a. 3,3 cm
b. 5 cm
c. 10 cm
d. 15 cm
e. 30 cm
3. Soal essai
Percobaan berikut dilakukan untuk memperkirakan massa jenis suatu benda, setelah
ditimbang, benda dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tentukan massa jenis benda
tersebut!

Alternatif Jawaban dan penilaian

Soal

Nilai
Diketahui : m = 250 gram
V = 500 300 = 200 ml =
3
37

200 c
m3


ditanya : ?

1
Jawab :
=
m
/
V

= 250 / 200 = 1,25 g/c
m3



2
4























38

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penilaian atau asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk
unjuk kerja individu.
2. Tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif
sehingga dapat digunakan secara meluas serta serta dapat betul-betul
di gunakan untuk mmengukur dan membandingkan keadaan psikis
atau tingkah laku.
3. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa.
4. Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek
secara sistematik.
B. Saran
Semoga guru dapat melakukan kegiatan penilaian, tes, pengukuran
dan evaluasi dengan baik dan benar serta sesuai dengan aturannya.













39

DAFTAR PUSTAKA
Juknis. (2010). Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas. Jakarta :
Kemendiknas.
Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Slameto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.



40



41


42


1

Anda mungkin juga menyukai