Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI

A. Pengukuran
1. Pengertian pengukuran
Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan
suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat
numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
untuk melakukan penilaian. Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses
menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu
atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.
Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk membandingkan suatu
atas dasar ukuran tertentu. Pengukuran menurut Arikunto adalah suatu
kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (Arikunto,2001).
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta
didik telah mencapai karakteristik tertentu (Akhmad,2008). Pengukuran
adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara
objektif. Melalui kegiatan pengukuran segala program yang menyangkut
perkembangan dalam bidang apa saja dapat dikontrol dan dievaluasi. Hasil
pengukuran berupa kuantifikasi atau angka yang dapat diolah secara statistik.
Jadi pengukuran adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk
membandingkan sesuatu atau obyek berdasarkan ukuran tertentu. Sifat
pengukuran adalah kuantitatif dan sebagai suatu tindakan atau proses untuk
menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu.
2. Tujuan Pengukuran
Pengukuran dan evaluasi dalam bidang pendidikan pada umumnya
dan keolahragaan khususnya mempunyai peranan yang sangat
penting.Penentuan ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat,
membebaskan peserta dari suatu kesatuan pelajaran, menaikkan peserta dari
suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, memberikan umpan balik untuk
memperbaiki unjuk kerja, menempatkan individu-individu ke dalam

1
kelompok-kelompok tertentu atau menentukan suatu bentuk latihan yang
khusus. Pada pokoknya, penentuan status mencakup semua tujuan-tujuan lain
pada pengukuran dan evaluasi.
Berikut ini diuraikan tujuan tujuan pengukuran dan evaluasi
sebagaimana tersebut di atas:
a. Pengelompokkan.
Salah satu tujuan pengukuran dan evaluasi adalah untuk
pengelompokan. Pengelompokkan ini berdasarkan tingkat keterampilan,
umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, minat. Sebagai upaya
memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat menempatkan siswanya ke
dalam kelompok-kelompok tertentu, sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Siswa dengan kemampuan yang tinggi tidak harus
dipaksa bertahan dengan teman sekelompoknya yang berkemampuan
kurang. Demikian juga sebaliknya. Dengan dilakukannya pengukuran dan
evaluasi, siswa dapat dikelompokkan pada kelompok yang tepat.
Jika siswa ditempatkan pada kelompok yang setara tingkat
keterampilannya, guru dapat menyusun program pelajaran secara
individual. Keuntungan lain yang diperoleh dari pengelompokkan ini
adalah siswa dapat berani, lebih lancar, lebih aktif ketika berlatih, karena
mereka bersaing dengan siswa lain yang berkemampuan setara. Dengan
kata lain, tujuan penempatan siswa ke dalam kelompok yang setara adalah
untuk memperbaiki proses pembelajaran.
b. Penilaian
Tujuan utama penilaian adalah memberi informasi tentang
kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran yang dikerjakan dan
posisi siswa di dalam kelompoknya. Dengan mempertimbangkan seluruh
faktor, penilaian harus dilakukan secara objektif sehingga dapat
mencerminkan kemajuan yang diperoleh, dan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan.
c. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang untuk
mencapai hasil yang tertinggi. Apabila dilaksanakan secara tepat, evaluasi

2
dapat merupakan proses memotivasi yang positif. Demikian pula
sebaliknya, bila dilakukan secara sembarangan evaluasi dapat mengurangi
motivasi.
Motivasi yang terbesar adalah keberhasilan. Agar siswa tetap
memiliki motivasi, mereka harus mengetahui bahwa dirinya berkembang
kemampuannya. Tes-tes keterampilan olahraga memungkinkan siswa
untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri sebagai cara untuk mengukur
kemajuannya.
d. Penelitian.
Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematis
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Mutu data yang dikumpulkan
bergantung pada ketelitian dan ketepatan alat ukur, teknik pengukuran, dan
kelayakan tes.
Dengan menggunakan tes yang mengukur unjuk kerja fisik dalam
penelitian, diharapkan dapat membantu guru/pelatih dalam menyusun
program pelatihan yang tepat, membantu memecahkan masalah-masalah
dalam proses pembelajaran, dan memperbaiki program latihan yang telah
dijalankan. Dengan demikian, penelitian dapat dianggap sebagai sarana.
Informasi data yang dikumpulkan untuk tujuan-tujuan penelitian harus
dievaluasi keberartiannya. Jadi, tujuan penting pengukuran dan evaluasi
adalah menyediakan sarana-sarana yang diperlukan untuk mengadakan
penelitian.
B. Penilaian
1. Pengertian Penilaian.
Beberapa pengertian penilaian antara lain:
a. Penilaian adalah proses menentukan nilai atau obyek dengan menggunakan
ukuran atau kriteria tertentu.
b. Penilaian adalah suatu kegiatan mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk (Suharsimi Arikunto, 2001 :4).
c. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana

3
hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik ( Akhmad Sudrajat, 2008 ) .
d. Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka,
deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.
Jadi Penilaian adalah suatu proses kegiatan menentukan nilai atau
obyek dengan kriteria dan ukuran tertentu untuk mengambil suatu keputusan
dan mengukur ketercapaian kompetensi.
2. Tujuan atau Fungsi Penilaian
Adapun tujuan dari penilaian adalah sebagai berikut:
a. Selektif
Artinya adalah penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik
yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Dengan cara
mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai tujuan antara
lain:
1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
2) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya
3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan
sebagainya.
Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh.
Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk
atau tidak di sekolah tertentu.
b. Diagnostik
Artinya adalah dengan mengadakan penilaian, guru mengadakan diagnosa
kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui
sebab kelemahannya maka akan lebih mudah dicari cara untuk
mengatasinya.
c. Sebagai penempatan ( Placement )
Artinya sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama,
akan berada pada kelompok yang sama dalam belajar.
d. Sebagai pengukur keberhasilan

4
Artinya untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru,
metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
e. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
f. Penilai pencapaian kompetensi peserta didik.
g. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.

Sedangkan fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut.


a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b. Sebagai umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
3. Penilaian Pendidikan
a. Pengertian penilaian pendidikan
Penilaian Pendidikan adalah pengukuran aspek – aspek tingkah laku
yang nampak dan dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap, dan aspek
– aspek kepribadian lain.
Penilaian pendidikan berfungsi sebagai:
1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar
3) Selektif
4) Diagnostik
b. Makna Penilaian Pendidikan
1) Bagi Siswa
a.) Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan maka siswa akan
termotivasi untuk belajar lebih giat agar mendapat hasil yang lebih
memuaskan lagi.
b.) Tidak memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh maka siswa akan
termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

5
2) Bagi Guru
a) Guru dapat mengetahui siswa mana yang berhasil menguasai materi
dan siswa mana yang belum berhasil menguasai materi. Dengan
demikian maka guru dapat lebih memusatkan perhatiannya pada
siswa yang belum berhasil.
b) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diberikan dapat diterima
oleh siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang
akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
c) Guru dapat mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat
atau belum.
3) Bagi Sekolah
a) Dengan penilaian selain guru dapat mengetahui hasil belajar siswa
maka dapat diketahui pula kondisi belajar yang diciptakan sudah
sesuai harapan atau belum. Karena hasil belajar merupakan cerminan
kualitas sekolah.
b) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah
sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa
yang akan datang.
c. Ciri – ciri Penilaian Pendidikan
1) Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Misalnya mengukur
kepandaian siswa melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal
2) Penggunaan ukuran kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran yang kemudian diinterpretasikan ke
bentuk kualitatif.
3) Penilaian pendidikan menggunakan unit – unit atau satuan – satuan yang
tetap.
4) Bersifat relatif artinya tidak selalu sama dari satu waktu ke waktu.
d. Tujuan Penilaian Pendidikan
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam
pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat
penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

6
1) Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau
membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan
peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta
didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu,
fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak
dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan
norma (norm-referenced assessment).
2) Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara
peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta
didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam
hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau
tidak di sekolah tertentu.
3) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah
menguasai kompetensi.
4) Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5) Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan
belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang
perlu remidiasi atau pengayaan.
6) Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang
pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari
penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
C. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Beberapa pengertian evaluasi antara lain:
a Evaluasi adalah merupakan suatu proses menceritakan, memperoleh dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan unuk membuat alternnatif-
alternatif keputusan.

7
b Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan mengukur dan menilai suatu
objek (Arikunto, 2001 : 5).
c Evaluasi adalah penilaian, penyelenggaraan test, dan pertimbangan
(Ruseffendi, 2005 : 467).
d Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi adalah suatu proses yang
sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisiensi kegiatan
belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah
ditetapkan.
e. Menurut Edwin Wond dan Gerold W.Brown; evaluasi pendidikan atau proses
untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan
pendidikan. Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk
mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang.
F. Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan. Dari hasil evaluasi biasanya
diperoleh tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat pada individu
atau objek yang bersangkutan. Selain menggunakan tes, data juga
dapat dihimpun dengan menggunakan angket, observasi, dan
wawancara atau bentuk instrumen lainnya yang sesuai (Nurhasan,
2001:3). Sedangkan menurut Brinkerhoff dalam Sawitri (2007:13)
evaluasi adalah penyelidikan (proses pengumpulan informasi) yang
sistematis dari berbagai aspek pengembangan program profesional
dan pelatihan untuk mengevaluasi kegunaan dan kemanfaatannya.

Jadi evaluasi adalah suatu proses yang sistematik dan sinambung


untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas suatu kegiatan dimana
didalamnya tedapat kegiatan menilai ataupun mengukur untuk mengambil
suatu keputusan.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari
evaluasi yaitu:
a. Sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan
secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya
dievaluasi disetiap akhir program tersebut. (Munir, 2012)

8
b. Dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat
untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun
prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam
evaluasi. (Munir, 2012)
c. Kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan
goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi
pembelajaran. (Munir, 2012)
Menurut Syahrul Munir, evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip
dasar yaitu ;
a. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pembelajaran bagi masyrakat/siswa.
b. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilakukan
dengan metode yang berbeda.
c. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwenang untuk memberikan
rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya
membantu memberikan alternatif.
d. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
e. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
f. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
g. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman
untuk pendalaman metode penggalian informasi.
h. Evaluasi akan baik apabila dilakukan dengan instrumen dan teknik yang
applicable.
i. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi
formatif, evaluasi sumatif, dan evaluasi program.
j. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan
sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.

2. Tujuan dan manfaat evaluasi

9
a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpang balik bagi siswa.
Melalui evaluasi, siswa akan mendapatkan informasi tentang aktivitas
pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat
menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukan.
b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa
akan tahu bagaian mana yang perlu di pelajarai lagi dan bagian mana yang
tidak perlu.
c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan progran
kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk
para pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program
selanjutnya.
d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual
dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan
sehubungan dengan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.
e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam
menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya apakah
tujuan itu mesti dikurangi atau ditambah.
f. Evaluasi berfungsi sebagai umpang balik untuk semua pihak yang tua, untuk
guru dan pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan,
untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk
masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang
efektivitas program sekolah. (Sanjaya : 2008: 339)
3. Syarat-syarat Evaluasi Yang Baik
a. Valid
Suatu evaluasi yang memenuhi syarat kevalidan bilamana evaluasi itu tepat
sesuai tujuan evaluasi. Upaya meningkatkan validitas alat evaluasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor:
b. Komprehensif
Suatu evaluasi dikatakan komprehensif apabila evaluasi hasil belajar terdiri
dari soal-soal tes yang relatif menyeluruh dari semua materi yang diajarkan.
c. Menggunakan bahasa yang komunikatif

10
Bahasa yang terlalu sulit menyebabkan siswa tidak bisa mengerjakan, bukan
karena tidak menguasai materi, tetapi karena tidak tahu apa yang dimaksud
dalam pertanyaan.
d. Handal (Reliable)
Alat ukur yang terandalkan atau alat ukur yang reabel adalah alat ukur yang
konsisten hasilnya pada situasi yang berbeda. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi keterandalan alat evaluasi adalah:
1) Jumlah soal
Alat evaluasi yang jumlah soalnya lebih banyak cenderung lebih
reliable dibanding dengan soal yang jumlahnya lebih sedikit
2) Homogenitas
Alat evaluasi yang terdiri dari soal yang lebih homogen cenderung lebih
reliabel disbanding dengan soal yang heterogen
3) Waktu penyelesaian soal
Waktu menyelesaikan soal harus cukup, tidak kurang dan tidak
berlebihan
4) Keseragaman kondisi
Setiap tes perlu disusun standar administrasinya (pelaksanaanya)
5) Tingkat kesukaran
Soal evaluasi yang terlalu sulit atau terlalu mudah menimbulkan
rendahnya tingkat keterandalan soal evaluasi
e. Praktis
Alat evaluasi harus dapat digunakan dalam arti mudah dilaksaan oleh siapa
saja, tidak menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaanya.
f. Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran
disamping tujuan serta metode. Tujuan inttruksional, materi dan metode,
serta evaluasi merupakan tiga keterpaduan yang tidak boleh dipisahkan.
(Daryanto, 1997: 19-28)
g. Koherensi

11
Dengan prinsip koherensi diharapkan evaluasi harus berkualitas dengan
materi pengajran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan
yang hendak diukur. (Daryanto, 1997: 19-28)
h. Paedagogis
Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku
ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai
sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. (Daryanto,
1997: 19-28)
i. Akuntabel
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggungjawaban (accountability). (Daryanto, 1997: 19-28)

4. Teknik Evaluasi
a) Teknik Non-Tes
1) Angket (Questionaire)
Merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang
yang akan dievaluaasi (respondensi), dan berfungsi sebagai alat pengumpul
data. Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan yang diajukan pada responden yang harus dijawab secara
tertulis, yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber
data.
Dilihat dari macamnya, pembagian angket adalah sebagai berikut:
(a) Berdasarkan kebebasan responden dalam memberikan jawaban
(1) Angket terbuka
Dikatakan terbuka apabila pertanyaan dan resonden bebas
menjawabnya karena memang tidak disediakan jawabanya untuk
dipilih
(2) Angket tertutup
Dikatakan tertutup jika memuat jawaban atau menyediakan
jawaban sehingga responden hanya tinggal memilihnya.

12
(b) Berdasarkan atas hubungan antara responden dengan jawaban yang
diberikan:
(1) Angket tak langsung
Angket tak langsung menghendaki jawaban berkenaan dengan
keterangan atau informasi diluar diri responden.
(2) Angket langsung
Angket langsung menghendaki responden menjawab informasi
atau keterangan yang berkenaan dengan data dirinya sendiri.
Dalam angket tidak ada indek kesukaran dan daya pembeda.
Adapun kelebihan dari angket adalah sebagai berikut:
(a) Biaya relatif murah.
(b) Penyebar angket tidak perlu ahli dalam bidangnya.
(c) Penyebar angket lebih berfungsi sebagai penyebar semata-mata.
Sedangkan kelemahan dari angket adalah sebagai berikut
(a) Angket hanya disebnarkan untuk responden yang tidak buta huruf.
(b) Angket yang baik sukar disusun.
2) Wawancara (interview)
Merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan jawaban
responden dengan jalan Tanya jawab secara sepihak.
Wawancara dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
(a) Wawancara Bebas
Wawancara dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan
yang telah dibuat oleh subjek evaluasi .
(b) Wawancara Terpimpin
Wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
menajukan pertanyaan yang telah disusun terlebig dahulu.
(c) Wawancara dalam rangka belajar mengajar
(1) Wawancara diagnostik
Ditujukan untuk mencari data tentang letak, sifat dan jenis
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
(2) Wawancara survei

13
Merupakan teknik pengumpulan data dari seorang siswa atau
sekelompok siswa yang dimaksudkan untuk memperoleh
masukan tentang suatu hal, peristiwa, atau pengalaman yang
mungkin diketahuai oleh siswa tersebut.
(3) Wawancara penyembuhan
Dimaksudkan untuk memberikan upaya bantuan kepada siswa
yang diwawancarai tidak lagi mengalami kesulitan belajar.
o Adapun kelebihan wawancara adalah sebagai berikut:
(a) Wawancara merupakan teknik paling tepat untuk mengungkapkan
keadaan subyek pribadi keadaan wawancara.
(b) Dapat dilaksanakan terhadap setiap individu dan tingkatan umur.
(c) Wawancara selalu digunakan untuk mengumpulkan data pelengkap
terhadap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
(d) Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
o Sedangkan kekurangan wawancara adalah sebagai berikut:
(a) Kalau pewawancara atau subjek wawancara mempunyai suatu
prasangka yang satu kepada yang lain, hasil wawancara tidak akan
memuaskan.
(b) Mengadakan wawancara terhadap individu satu persatu
memerlukan banyak waktu, tenaga dan juga biaya.
(c) Menuntyuk keahlian, ketrampilan, dan penguasaan bahasa yang
baik dari pewawancara.
3) Observasi (Pengamatan)
Merupakan suatu teknik evaluasi non-tes yang menginventarisasikan
data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan
belajarnya.Pada obsertvasi berupa pertanyaan bukan pertanyaan.
Adapun jenis-jenis observasi antara lain:
(a) Observasi Partisipan
Observasi yang dilakukan oleh pengamat tetapi pengamat memasuki
dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
(b) Observasi Sistematik

14
Observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara
sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
Sebagai contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang
mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru
melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan
diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan,
ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori
itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
(c) Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara
nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau
melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang
sengaja diadakan.
Terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
(d) Inventori (Inventory)
Mengandung sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam rangka
mengetahui tenatng sikap, pendapat dan perasaan siswa terhadap
kegiatan proses penyalenggaraan proses belajar mengajar.
(e) Daftar Cek dan Skala Bertingkat
Daftar cek adalah sederetan pertanyaan yang dijawab olae responden
dengan membubuhkan tanda cek () pada tempat yang telah
disediakan. Skala bertingkat adalah sejenis daftar cek dengan
kemungkinan jawaban terurut menurut tingkatan atau hierarki.
(f) Portofolio
Kumpulan berkas semua hasil karya siswa yang berupa hasil ulangan
dan sebagainya. Dalam menentukan nilai tidak hanya dari hasil akhir
tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan siswa.
(Asikin, 2004 : 24)
Kelebihan dan kekurangan observasi
(a) Kelebihan observasi
1) Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung
mempunyai keandalan yang tinggi.

15
2) Dapat melihat langsung apa yang sedang dekerjakan, pekerjaan-
pekerjaan yang rumit kaang sulit untuk diterangkan.
3) Dapat menggambarkan lingkungan-lingkungan fisik dari
kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan,
penerangan, dan gangguan suara.
4) Dapat mengukur tngkat suatu pekerjaan, dalam hal yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.
(b) Kelemahan observasi
1) Umumnya orang yang diamati merasa terganggu dan tidak
nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaan dengan tidak
semestinya,
2) Dapat menggangu proses yang sedanng diamati.
3) Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan
lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelek-
jelekannya.
Skala Bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu
hasil pertimbangan.
Daftar Cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pertanyaan
(yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal
membubuhkan tanda cocok ditempat yang sudah disiapkan.
Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam
masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek
evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian,
kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
b) Teknik Tes
Untuk memasuki salah satu perguruan tinggi Islam di Purwokerto,
calon mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti beberapa tahap ujian masuk.
Ujian pertama berupa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan dasar dan pengetahuan umum yang ditulis dalam lembar

16
jawaban yang tersedia. Tahapan ujian selanjutnya adalah ujian baca Al
Qur’an. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan calon
mahasiswa dalam mempelajari Al Qur’an. Setelah lolos ujian tulis dan baca
Al Qur’an, calon mahasiswa berhak mengikuti ke tahap selanjutnya yaitu
ujian wawancara, dimana calon mahasiswa diajukan beberapa pertanyaan
dan langsung dijawab secara lisan.
Beberapa pengertian tes menurut :
1) Amien Daien Indrakusuma, dalam bukunya yang berjudul Evaluasi
Pendidikan,
Tes adalah suatu alat alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif
untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang
diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat
(cepat).
2) Mochtar Buchori, dalam bukunya yang berjudul Teknik-Teknik
Evaluasi,
Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada
tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau
kelompok murid
3) Webster’s collegiate
Test = any series of questions or exercises or other means of measuring
the skill, knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an
individual or group.
Artinya : Tes adalah serentetanpertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
4) Dalam Buku : “Encyclopedia Of Educational Evaluation”,
Test is comprehensive assessment of an individual or to an entire
program evaluation effort Tes adalah penilaian yang komperhensif
terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa tes adalah


serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

17
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
1. Fungsi Tes :
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan yang telah dicapai peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu
b) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran
yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. (Sudiyono : 2001).
2. Macam-macam Test
Menurut pelaksanaannya dalam praktek test terbagi atas:
1) Tes tulisan (written tes), yaitu test yang mengajukan butir-butir pertanyaan
dengan mengharapkan jawaban tertulis. Biasanya test ini digunakan untuk
mengukur aspek kognitif
2) Test lisan (oral test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan
menghendaki jawaban secara lisan. Test ini juga untuk aspek kognitif peserta
didik.
3) Test perbuatan (performance test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-
pertanyaan dengan menghendaki jawaban dalam bentuk perbuatan.
Menurut fungsinya test terbagi atas:
1) Tes formatif (formative test), yaitu test yang dilaksanakan setelah selesainya
satu pokok bahasan. Test ini berfungsi untuk menetukan tuntas tidaknya satu
pokok bahasan. Tindak lanjut yang dapat dilakukan setelah diketahui hasil
test formatif peserta didik adalah:
(a) Jika materi yang ditestkan itu telah dikuasai, maka pembelajaran
dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
(b) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik, maka
sebelum melanjutkan pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi
atau dijelaskan kembali bagian-bagian yang belum di kuasai. Hal ini
bertujuan untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik.

18
2) Tes sumatif (summative test), yaitu test yang diberikan setelah sekumpulan
satuan program pembelajaran selesai diberikan. Disekolah test ini dikenal
sebagai ulangan umum.
3) Test diagnostik (Diagnostic test), yaitu test yang dilakukan untuk menentukan
secara tepat, jenis kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu.

Tabel 1. Perbandingan Antara Tes Diagnostik, Tes Formatif Dan


Tes Sumatif
Aspek Jenis-jenis tes
No
Diagnostik Formatif Sumatif
1 Fungsi - Menentukan apakah bahan - Sebagai umpan - Memberikan tanda
prasarat telah dikuasai atau balik bagi siswa, kepada siswa bahwa
belum. guru, maupun telah nemgikuti
- Menentukan tingkat program untuk suatu program,
penguasaan siswa terhadap pelaksaan satu menentukkan posisi
bahan yang telah dipelajari unit program. kemampuan siswa
- Mengelompokan siswa dibandingkan dengan
berdasarkan kemampuan kawannya dalam
dalam menerima pelajaran kelompok.
yang akan dipelajari.
2 Waktu - Pada waktu penyaringan - Selama pelajaran - Pada akhir unit
calon siswa. berlangsung caturwulan,
- pada waktu membagi kelas untuk mengetahui semester akhir
atau permulaan memberikan kekurangan agar tahun atau akhir
pelajaran. pelajaran dapat pendidikan.
- Selama pelajaran berlangsung

19
berlangsung, bila guru akan sebaik-baiknya.
memberi bantuan siswa

3 Titik - Tingkah laku kognitif, - Menekankan pada - Menekankan pada


berat afektif dan psikomotor tingkah laku tingkah laku
penilaian - Faktor-faktor fisik, kognitif kognitif, tetapi ada
psikologis dan lingkungan. kalanya pada
tingkah laku
psikomotor dan
afektif
4 Alat - Tes prestasi belajar yang - Tes prestasi - Tes tujuan akhir
evaluasi sudah distandarisasikan. belajar yang
- Tes buatan guru tersusun
- Pengamatan secara baik
5 Cara - Memilih tiap-tiap - Mengukur semua - Mengukur tujuan
memilih ketrampilan prasarat tujuan instruksional
tujuan - Memilih tujuan setiap instruksional khusus
yang program pelajaran secara khusus
dievalua- berimbang
si - Berhubungan dengan
tingkah laku fisik, mental
dan perasaan
6 Tingkat - Mengukur - Belum dapat - Rata - rata
kesulitan ketrampilan ditentukan mempunyai
tes dasar yang kesulitan
tingkat antara 0,35
kesulitan-nya sd 0,70
0,65 /lebih
7 Scoring - Menggunakan standar -Menggunakan - Menggunakan
mutlak dan standar standar standar
relative mutlak mutlak dan

20
relative
8 Tingkat - Kemajuan tingkat - Tingkat pencapaian - Secara terpisah
pencapai pencapaian yang diperoleh untuk tes formatif tidak
-an siswa merupakan adalah 75%. ditentukan
informasi tentang Siswa yang belum tingkat
keberhasilan mencapai skor pencapaian
75% dari skor tetapi secara
yang diharapkan keseluruhan
wajib menempuh dikenakan
kegiatan norma tertentu,
perbaikan. yaitu kenaikan
kelas /kelulusan
9 Cara - Dicatat dan - Prestasi tiap - Keseluruhan skor
pencata- dilaporkan dalam siswa dilaporkan atau sebagian skor
tan hasil bentuk profit dalam bentuk dari tujuan-tujuan
catatan, berhasil yang dicapai
atau gagal dalam
menguasai suatu
tugas

(Arikunto,: 1997).
b. Menurut waktu diberikannya test terbagi atas:
1) Pra test (pre test)
yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh peserta didik. Jenis-jenis pra test antara lain:
(a) Test persyaratan (Test of entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan
untuk mengetahui kemampuan dasar yang menjadi syarat guna memasuki
suatu kegiatan tertentu.
(b) Input test (test of input competence), yaitu test yang digunakan
menentukan kegiatan belajar yang relevan, berhubungan dengan
kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik.
2) Test akhir (Post test)

21
yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes
tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan intelektual (tingkat
penguasaan materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi pertanyaan yang
sama dengan pra test.
c. Menurut Kebutuhannya, macam Test antara lain
1) Psycho test, yaitu test tentang sifat-sifat atau kecenderungan atau hidup
kejiwaan seseorang
2) IQ test, yaitu test kecerdasan. Test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang (peserta didik).
3) Test kemampuan (aptitude test), yaitu test bakat. Test ini bertujuan untuk
mengungkap kemampuan atau bakat khusus yang dimiliki oleh seseorang.

d. Menurut jenisnya tes terbagi menjadi:


1) Test standar
yaitu test yang sudah dibakukan setelah mengalami beberapa kali uji coba
(try out) dan memenuhi syarat test yang baik.
2) Test buatan guru
yaitu test yang dibuat oleh guru.
e. Menurut jenis waktu yang disediakan test terdiri atas:
1) Power test
yakni test untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan
kemampuan dimana waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test tidak
dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan.
2) Speed test
yaitu test dimana waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test
dibatasi. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam hal
kecepatan berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas
maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah
dipelajarinya.
f. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis :

22
1) Tes intelegensi
Tes intelegensi yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2) Tes kemampuan
Tes kemampuan yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
Kelebihan tes kemampuan yakni tes ini akan dapat membantu siswa dalam
mengarahkan studi maupun memilih lapangan pekerjaan agar tidak gagal
dalam mencapainya.
Kelemahan tes kemampuan yaitu:
a) Tes ini tidak dapat mengukur seluruh aspek kemampuan siswa.
b) Jangkauan penggunaan sangat terbatas.

3) Tes sikap
Tes sikap yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
objek-objek tertentu.
4) Test kepribadian
Tes kepribadian yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-
ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya
bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan dan lain-lain.
(Sudiyono : 2001).
5) Tes Hasil Belajar (THB)
Tes Hasil Belajar (achievement test) adalah tes yang dipergunakan untuk
menilai hasil-hasil belajar yang telah diberikan dalam jangka waktu
tertentu.Tes Hasil Belajar (THB) bisanya digunakan adalah tes buatan guru
sendiri.
Contoh : Ulangan Blok (mid semester)
Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar guru dapat menggunakan dua
macam tes yaitu :

23
(a) Tes yang distandarkan atau (standardized tes).
Standardized test adalah tes yang mengalami proses standarisasi, yakni proses
validasi dan kehandalan (realibility) sehingga tes tersebut benar-benar valid
dan handal untuk sesuatu tujuan bagi suatu kelompok tertentu.
(b)Tes buatan guru sendiri (teacher made test)
Teacher made test adalah tes yang dibuat guru sendiri yang isinya dan
tujuannya khusus untuk kelas atau sekolah ditempati guru itu mengajar.
THB memiliki sisi kebaikan, diantaranya:
a) Pihak atasan atau pengelola sekolah-sekolah (IPDA, dinas PD dan K atau
kanwil P dan K) dapat membandingkan kemajuan sekolah-sekolah yang ada di
wilayahnya.
b) Karena dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lain, maka akan
timbul persaingan sehat antara sesama.
c) Standar pelajaran akan terpelihara dengan sebaik-baiknya karena soal-soal tes
yang diberikan disusun oleh dinas P dan K atau kanwil P dan K.
d) Hasil skor dan nilai yang sungguh relevan dan akurat dapat menjadi sarana
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan kemampuannya.
Sedangkan kekurangannya adalah:
a) Ada kemungkinan akan terjadi pemberian pelajaran yang hanya berorientasi
pada ujian dengan cara memberikan latihan mengerjakan soal yang sebanyak-
banyaknya
b) Tidak menghiraukan jika terjadi beberapa bentuk kecurangan karena ada
sekolah yang ingin mandapat nama baik. (Arikunto, Suharsimi : 1997).
c) Hampir semua tes hanya dapat mengukur hasil belajar yang bersifat kognitif
dan keterampilan sederhana. Kalaupun iya dapat mengukur hasil belajar yang
esensial, maka konstruksi tesnya membutuhkan waktu dan keterampilan yang
tinggi.
d) Tes selalu menimbulkan kecemasan. Walaupun kecemasan yang timbul pada
diri tiap orang tidak sama, namun tetap saja kecemasan tersebut dapat
mengakibatkan hasil tes yang diperoleh dalam tes menyimpang dari kenyataan
yang ada dalam diri peserta tes.

24
e) Hasil tes prestasi belajar tidak pernah mencapai kecermatan dan akurasi yang
sangat tinggi.
f) Tes hasil belajar yang dipakai guru biasanya belum dicobakan lebih dahulu
pada sekelompok besar siswa, sehingga pada umumnya taraf reliabilitas, taraf
validitas, taraf kesukaran, dan taraf pembeda item-itemnya belum meyakinkan.
4. Merencanakan Tes
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan tes :
a). Relevansi
Tes harus sesuai dengan materi yang telah diberikan. Tes harus mengukur
hasil yang merefleksikan pencapaian tujuan dan tujuan khusus suatu kursus.
Tes harus mengandung materi yang telah diajarkan, selain itu tes juga
mengukur hanya pengetahuan dan ketrampilan yang telah diajarkan dalam
kursus.

b). Pengambilan sampel yang tepat


Suatu contoh soal harus mengutamakan hasil pembelajaran yang
diinginkan. Setiap item tes harus merefleksikan hasil pembelajaran yang
diinginkan. Jika hal ini tidak mungkin maka tes harus mencakup sampling
representatitif hasil pembelajaran yang penting.
c). Kondisi standar
Kondisi standar adalah suatu kondisi dimana waktu yang diberikan tingkat
kesukaran dan konten yang sama ada pada setiap soal yang dibuat. Jika
pengguna tes tidak menggunakan tes dibawah kondisi yang sama (waktu
yang diberikan sama, tingkat kesukaran dan content sama dsb), perbedaan
faktor akan mempengaruhi performance sehingga skor mereka tidak dapat
langsung dibandingkan.
d). Tingkat kesukaran yang sesuai
Kesukaran contoh soal didefinisikan sebagai presentase manusia yang
menjawab contoh soal dengan benar. Yaitu dijawab benar oleh siswa yang
menguasai materi. Kesukaran item didefinisikan sebagai persentase
manusia yang menjawab item dengan benar. Kesukaran item ditentukan
beberapa hal antara lain umur siswa. Dalam mastery testing item yang

25
bagus akan dijawab benar oleh siswa yang menguasai materi. Dalam
keadaan lain kesukaran item digunakan untuk menentukan grade, tujuan
testing untuk membedakan antara siswa yang memiliki berbagai tingkat
pengetahuan mengenai suatu subyek.
e). Konsistensi
Konsistensi atau reliability merupakan sesuatu hal penting dalam
pengukuran skor pada siswa dalam suatu tes dari waktu ke waktu.
f). Skor yang penuh arti
Skor yang memberikan informasi yang berguna dan akurat yang
menggambarkan pencapaian siswa dalam belajar dan digunakan untuk
mengambil keputusan

5. Langkah-Langkah Menyusun Tes :


Dalam menyusun tes dipergunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a). Menentukan tujuan mengadakan tes.
b). Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diujikan.
c). Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d). Menderetkan semua indikator dalam tabel yang memuat aspek tingkah
laku yang terkandung dalam materi itu.
e). Menyusun tabel spesifikasi tau kisi-kisi yang memuat pokok materi, aspek
berfikir yang diukur beserta perbandingan antara dua hal tersebut.
f). Menulis butir-butir soal didasarkan atas indikator dan aspek tingkah laku
yang dicakup.
Contoh :
Tabel 1: Aspek Tingkah Laku yang dicakup

Aspek Tingkah Laku C C C C C C


1 2 3 4 5 6
1. Siswa dapat menuliskan hukum komutatif √
2. Siswa dapat mengubah bentuk pecahan biasa √

26
ke pecahan campuran dan sebaliknya
3. Siswa dapat menjumlahkan dua bilangan √
tersusun
4. Siswa dapat menetukan luas persegi panjang √
jika kelilingnya diketahui
5. Siswa dapat membuktikan rumus luas bangun √
lingkaran yang berjari-jari r adalah L= πr2
Keterangan
C1 = Ingatan, C2=Pemahaman, C3=Aplikasi, C4=Analisis, C5=Sintesis,
C6=Evaluasi
6. Tipe-tipe Soal
a). Tipe Soal Subjektif
Bentuk tipe soal subjektif adalah bentuk uraian (essay). soal-soal
bentuk uraian amat baik untuk menarik hubungan antara kognitif siswa
dengan pengetahuan siswa. Umumnya tes bentuk uraian menggunakan kata
tanya seperti selesaikan, tentukan, uraikan, jelaskan, bukti-kan, carilah, dan
hitunglah.
1) Kelebihan Soal Tipe Subjektif
(a) Pembuatan soal relatif lebih mudah dan dapat dibuat dalam kurun waktu
yang tidak terlalu lama.
(b) Dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut menjawab secara
rinci.
(c) Proses pengerjaan tes akan mengembangkan keterampilan.
(d) Dapat mengontrol proses berpikir siswa.
(e) Lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih
tinggi.
(f) Tes uraian dapat dengnan baik mengukur hasil belajar yang komplek.
(g) Memudahkan guru untuk menyusun butir soal.
2) Kelemahan Soal Tipe Subjektif
(a) Ruang lingkup kurang menyeluruh
(b) Pemeriksaan dan pemberian nilai sering kali dipengaruhi oleh faktor
subjektifitas dari pemberi nilai atau pemeriksa.

27
(c) Pemeriksaan jawaban soal bentuk uraian ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang.
(d) Memeriksa jawaban cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup
banyak.
(e) Jawaban peserta tes biasanya disertai bualan-bualan.
(f) Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling
membedakan prestasi belajar siswa.
(g) Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak
memungkinkan butir tes dalam jumlah banyak. Akibatnya, soal tidak
representatif dalam mengukur kemampuan yang diharapkan.
3) Cara Penyajian Soal Subjektif ada 2 yaitu :
Uraian Berstruktur
Soal uraian bentuk ini disajikan secara terinci menjadi sub-sub masalah yang
sifatnya saling menunjang.
Contoh :
Diketahui fungsi f dengan persamaan :f(x) =2x² + 11x21
Tentukan :
(a) Syarat agar fungsi memotong sumbu x
(b) Titik potong dengan sumbu x
(c) Syarat agar fungsi memotong sumbu y
(d) Titik potong dengan sumbu y
(e) Persamaan subu simetrinya
(f) Titik balik fungsi F
(g) Gambar sketsa grafik
Uraian Bebas
Soal uraian bentuk ini disajikan secara global, tidak terinci.Dalam
jawabanya siswa diperbolehkan mengerjakan bagian jawaban soal itu secara
bebas, asal masalah yang ditanyakan dapat dijawab secara benar.Soal yang
hanya terdiri dari satu masalah dapat tergolong pada soal bentuk uraian bebas.
Contoh :
1. Gambarkan sketsa grafik fungsi f dengan persamaan fungsi f(x)=2x²+11x-
21

28
2. Selesaikan persamaan kuadrat 2x²+11x-21=0.
b). Tipe soal objektif
Istilah objektif adalah tidak adanya faktor lain yang mempengaruhi
proses pemeriksaan pekerjaan tes dan penentuan skor atau nilai akhir yang
akan diberikan oleh penguji soal-soal bentuk objektif ini banyak digunakan
dalam menilai hasil belajar karena luasnya bahan pelajaran yang didapat,
dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.
Tes objektif menuntut peserta didik utuk memilih jawaban yang benar
diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban
yang singkat, dan melengkapi pertanyaan yang belum sempurna.
Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta didik
yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi seperti mengingat
kembali, kemampuan mengenal kembali, dan kemampuan mengaplikasikan
prinsip-prinsip.
Tipe soal objektif memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan yang
dimiliki antara lain:
1) Proses dan hasil pemeriksaan bersifat objektif sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.
2) Pemeriksaan jawaban soal tipe objektif dapat dilakukan oleh orang lain.
3) Jawaban yang benar sudah tentu dan pasti.
4) Ruang lingkup materi yang diujikan menyeluruh.
5) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
6) Ketidakmampuan siswa dalam bagian-bagian tertentu pada sebuah konsep
atau topik lebih mudah dikenali secara langsung dari jawaban yang salah.
7) Waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat.
8) Faktor terka-menerka relatif lebih kecil.
9) Soal-soal lebih mungkin dapat dipakai ulang.
Sedangkan kekurangan adalah:
1) Proses berpikir siswa tidak dapat dievaluasi.
2) Kesempatan siswa untuk berspekulasi cukup besar, sehingga siswa yang
tidak belajarpun atau tidak menguasai dengan baik, mungkin saja dapat
menjawab dengan tepat.

29
3) Kurang mampu memberikan gambaran sejauh mana analisis siswa dan
mengemukakan pikiran dan gagasanya.
4) Pembuatan solal yang sulit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
5) Biaya perbanyakan soal lebih mahal.
6) Memberikan peluang yang besar bagi siswa untuk bekerja sama dengan
temanya.
7) Lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi.
8) Bahan ajar yang diungkap dengan tes objektif, umumnya lebih pada hal-hal
yang faktual.
9) Sifat kreatif siswa akan cenderung menumpul.

Menurut bentuknya soal tipe objektif terdiri 4 macam yaitu :


1) Bentuk soal benar salah (true-false)
Bentuk soal benar salah berupa soal-soal pertanyaan dimana siswa harus
menentukan nilai kebenaran dengan memilih huruf B jika pernyataan
benar atau huruf S jika pernyataan salah.
Tes benar salah adalah suatu bentuk tes yang soal-soalnya berupa
pernyataan (Sudjana,2004:264). Sebagian dari pernyataan itu merupakan
pernyataan yang benar dan sebagian lain merupakan pernyataan yang
salah. Tes ini merupakan tes yang butir pertanyaannya dijawab dengan
memilih salah satu pilihan jawaban yaitu B atau S .
Contoh : Silanglah huruf B jika Benar atau huruf S jika salah.
1. B-S 2+4 =6
2. B-S bilangan prima selalu ganjil.
Kebaikan bentuk soal benar salah :
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b) Soal dapat disusun dengan mudah.
c) Mudah dikonstruksi.
d) Perangkat soal dapat mewakili semua pokok bahasan.

30
e) Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak.
f) Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti.
g) Dapat digunakan berkali-kali.
h) Waktu tes relatif singkat.
Kelemahan bentuk soal benar salah :
a) Kemungkinaan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%.
b) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan menentukan
benar salah.
Kaidah penulisan soal benar salah :
a) Hindarkan pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang, selalu,
umumnya, seringkali, tidak ada, dan sejenisnya.
b) Hindarkan pengambilan langsung dari buku pelajaran.
c) Hindari pernyataan pendapat yang masih dapat diperdebatkan
kebenaranya.
d) Hindarkan penggunaan pernyataan negatife ganda.
e) Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu panjang.
f) Susunlah pernyataan-pernyataan benar salah secara acak.
2) Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat mengendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan kalimat atau simbol dan jawabanya hanya dapat dinilai benar atau
salah
Contoh : Volume kubus dengan panjang rusuk 4 cm adalah ….
Kebaikan bentuk soal jawaban singkat :
a) Menyusun soalnya relatif mudah.
b) Siswa memberi jawaban dengan cara menebak.
c) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat.
d) Hasil penilaianya cukup obyektif.
e) Penggunaan waktu singkat.
f) Mempermudah guru untuk melihat secara langsung kondisi dan
kemampuan siswa.
g) Soal tidak perlu dibuat banyak.

31
h) Mudah dalam penilaian atau penskoran.
Kelemahan bentuk soal jawaban singkat :
a) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
b) Memerlukan waktu yang lama untuk menilainya sekalipun tidak selama
bentuk uraian.
c) Kesulitan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.
d) Penskoran agak susah.
e) Setiap jawaban siswa tidak sama.
f) Sulit mengukur siswa yang cerdas.
g) Siswa yang tidak menguasai meteri yidak akan menjawab dengan benar
(tidak mempunyai pilihan jawaban yang tersedia).
h) Siswa yang tidak dapat menjawab mendapat nilai nol.

Kaidah penulisan soal jawaban singkat :


a) Jangan mengambil atau menggunakan pernyataan yang langsung diambil
dari buku.
b) Pernyataan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan jawaban
benar.
3) Bentuk soal menjodohkan
Yaitu suatu bentuk soal dimana siswa dihadapkan pada suatu daftar
alternatif jawaban dari mana harus dicari jawaban dari setiap item.
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan
yang paralel, kedua kelompok pernyataan ini berada pada satu kesatuan,
kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus
dicari jawabanya sedangkan kelompok sebelah kanan merupakan bagian yang
berisi jawaban.
Kebaikan bentuk soal menjodohkan :
a) Penilaianya dapat dilakukan dengan cepat dan obyektif.
b) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana
mengidentifikasi antara hal-hal yang saling behubungan.
c) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau sub pokok bahasan
yang lebih luas.

32
d) Mempermudah siswa menjawab soal karena jawaban sudah tersedia.
e) Dapat memotifasi daya ingat siswa.
f) Tiak diperlukan pengecoh yang banyak.
g) Dapat dikoreksi oleh siapa saja.
Kelemahan bentuk soal menjodohkan :
a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.
b) Sukar untuk menentukan materi yang mengukur hal-hal yang
berhubungan.
c) Tidak dapat menggunakan jawaban yang sedikit terurai.
d) Sulit menyusun homogenitas antara soal dengan pilihan jawaban.
e) Sulit mencari pasangan-pasangan yang relevan dengan soal.
f) Bila yang belum terjawab tinggal sedikit dapat ditebak.
g) Tiak dapat melatih anak untuk berfikir kritis.
Kaidah penulisan soal menjodohkan :
a) Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga
persoalan yang ditanyakan bersifat homogen.
b) Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti.
c) Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari jumlah soal.
d) Gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban.
e) Susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman yang sama.
4) Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang
benar atau paling tepat. Dilihat dari struktur, bentuk soal pilihan ganda
terdiri atas :
- Stem : Pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan.
- Option : Sejumlah pilihan atau alternatife jawaban.
- Kunci : Jawaban yang benar atau paling tepat.
- Distractor : Jawaban-jawaban yang lain selain kunci jawaban.
Kebaikan bentuk soal pilihan ganda :
a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang telah diberikan.

33
b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan
menggunakan kunci jawaban.
c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga
penilaianya bersifat objektif.
d) Waktu yang diberikan lebih singkat.
e) Dapat digunakan untuk membedakan antara siswa yang kemamuannya
tinggi dan rendah secara terukur sesuai dengan skor.
f) Membantu siswa untuk memilih jawaban yang dianggap benar karena
terdapat jawaban yang mempermudah siswa untuk menjawab soal
(membantu mengingat mataeri).
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda :
a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar.
b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
c) Diperlukan waktu yang lama untuk menyusunnya.
d) Kesulitan dalam mencari pengecoh yang benar-benar homogen.
e) Siswa dapat bekerjasama dalam menjawab.
f) Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah
dipelajari.
Kaidah penulisan soal pilihan ganda :
a) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan
dengan jelas
b) Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan
pernyataan yang diperlukan saja
c) Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling
benar
d) Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi
e) Usahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar
f) Usahakan untuk tidak menggunakan option homogen, baik dari segi isi
maupun dari segi struktur kalimat
g) Apabila option berbentuk angka, susunlah secara berurutan dari angka
terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya.

34
Tugas
Kerjakaan contoh soal dibawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Apakah tujuan dari pengukuran, penilaian, dan evaluasi?
2. Jelaskan hubungan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi?
3. Dalam suatu program studi diadakan ujian remidi, dan pada akhir KHS
dibagikan, mahasiswa yang IPK-nya baik diberi pujian, sedangkan bagi
yang IPK-nya sedang dan kurang diberikan motivasi untuk meningkatkan
prestasi belajar. Dari pernyataan diatas, manakah yang merupakan
penilaian dan pengukuran?
4. Bagaimanakah cara guru mengevaluasi siswanya secara individual agar
tujuan pembelajaran tercapai?
5. Menurut anda, apakah seorang guru harus mempunyai patokan dalam
menilai, mengukur, dan mengevaluasi siswanya?
6. Guru setaip saat memberikan tes ulangan harian, jelaskan pendapat anda
tentang hal tersebut dan apakah hal itu efektif dilakukan oleh seorang guru
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran?
7. Bagaimanakah hubungan antara tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif
?Berikan alasan anda!
8. Jelaskan syarat-syarat evaluasi yang baik?

35
9. Apakah dengan menggunakan hasil tes ulangan saja, itu dapat dijadikan
sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam suatu pembelajaran? Berikan
alas an anda?
10. Menurut anda apa akibatnya yang timbul apabila dalam proses belajar dan
pembelajaran disekolah tidak ada kegiatan evaluasi?

DAFTAR PUSTAKA
Andi Saputra. Tes dan Jenis-jenis Tes. Tersedia di
http://honestboy-honest boy.blogspot.com/2012/03/tes-dan-
jenis-jenis-tes.html?m=1 Diakses pada tanggal 5 Maret 2014
pukul 20.18

Anonim. 2008. Mengukur Pencapaian. Tersedia di


http://members.tripodcom/putrohari/mengukur_pencapaian.html

Anonim. 2010. Kelebihan Dan Kekurangan Soal Dalam Pembelajaran. Tersedia


di http://www.masbied.com/2010/07/06/kelebihan-dan-
kekurangan-bentuk-soal-dalam-pembelajaran/. Diakses tanggal
2 Maret 2011.

Anonim. 2010. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar. Tersedia di


http://imadedwisg.blogspot.com/2010/10/tes-sebagai-alat-
penilaian-hasil-dan.html. diakses pada 2 Maret 2011.

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

36
Asikin, M. 2004. Pelatihan Terintegrasi untuk Matematika. Departemen
Pendidikan Nasional.

Buchori,M. 1983.Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan.Bandung : Jemmars.

Dalton Willian. 2009. Tea Pengukuran dan Evaluasi. Tersedia di


http://williandalton.blogspot.com/2009/03 pengertian-tes-
pengukuran-evaluasi-dan.html. Diakses pada tanggal 4 Maret
2011.

Muhadjir, Noeng.1980. Teknik Pengukuran dan Penilaian.Yogyakarta : FIP-IKIP


Yogyakarta.

Munir, Syahrul. 2012. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi. Tersedia di


http://smoeland.blogspot.com/2012/04/makalah-pengukuran-
penilaian-dan.html. diakses pada tanggal 8 Maret 2013.

Ruseffendi. 2005. Dasar-dasar Matematika Moderen dan Komputer. Bandung:


Tarsito.

Sudiyono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Tersedia di http://


akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/penilaian-hasil-
belajar/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2008.

Suherman. 2001, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Jakarta: UT.

Supeksa. 2010. Wawancara. Tersedia di


http://supeksa.wordpress.com/2010/11/07/wawancara-
berwawancara/. Diakses pada 9 Maret 2011.

Wahyudin. 2003. Evaluasi dan Tes dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:


UPI.

37

Anda mungkin juga menyukai