Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MICRO TEACHING

“Konsep Dan Teori Tentang Pembelajaran Mikro”

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Melani Nur Fitri 1911240161
2. Yola Septia Utami 1911240150
3. Febrina Vinnata 1911240152
4. Nadiya Rosyada 1911240168
5. Nur Kholimah Hajatullah 1911240172
6. Ratih Nur Pratiwi 1911240164

Dosen Pengampu:
Masrifah Hidayani, S.Ag.,M.Pd

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UINFAS)

BENGKULU 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpah dan karunian – Nya kami
dapat menyelesaikan makalah MICRO TEACHING tentang materi “Konsep Dan
Teori Tentang Pembelajaran Mikro”. Sholawat beserta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar begi seluruh alam semesta.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu


Masrifah Hidayani, S.Ag.,M.Pd Selaku dosen mata kuliah MICRO TEACHING
yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi para pembaca.

Bengkulu, 20 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian................................................................... 2
BAB II Pembahasan.............................................................................. 3

A. Latar Belakang Pembelajaran Mikro .................................... 3


B. Pengertian Pembelajaran Mikro ............................................ 7
C. Tujuan Pembelajaran Mikro .................................................. 9
D. Manfaat Pembelajaran Mikro ................................................ 11

BAB III PENUTUP ............................................................................... 13

A. Kesimpulan........................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru atau pendidik yang baik adalah, mereka yang berhasil membawa
peserta didik mencapai tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang
berlaku dalam suatu pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu
pembelajaran, tentunya dibutuhkan seorang guru profesional yang betul-betul
memahami tentang bagaimana melaksanakan suatu pembelajaran dengan
baik, serta memiliki ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik sebelum
melaksankan tugas sebagai seorang pendidik atau guru .
Keprofesionalisme seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan
serta pengalaman belajar. Pelatihan dan pengalaman itu sendiri dapat
diperoleh antara lain dengan mengikuti pembelajaran micro (micro teaching).
Pembelajaran micro memiliki tujuan untuk membekali para calon
pendidik (guru) agar memiliki beberapa keterampilan dasar dalam mengajar,
serta dapat mendalami makna dan strategi yang akan digunakan pada suatu
proses pembelajaran. Tenaga pendidik (guru) tentunya harus terus berlatih
keterampilan tersebut satu demi satu.
Oleh karena itu, pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang
calon tenaga pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan harapan
agar para calon pendidik sekalius dapat menjadi pengamat bagi teman sesama
calon pendidik, untuk saling memberikan koreksi dan masukan mengenai
penguasaan keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang Pembelajaran Mikro ?
2. Apa Pengertian Pembelajaran Mikro ?
3. Apa Tujuan Pembelajaran Mikro ?
4. Apa Manfaat Pembelajaran Mikro ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Bagaimana Latar Belakang Pembelajaran Mikro
2. Mengetahui Pengertian Dari Pembelajaran Mikro
3. Mengetahui Tujuan Dari Pembelajaran Mikro
4. Mengetahui Manfaat Dari Pembelajaran Mikro

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakamg Pembelajaran Mikro


Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek Kekomplekan
tersebut mengingat dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa
komponen yang saling ketergantungan dan saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Ada empat komponen utama yang saling
terkait dalam proses pembelajaran yaitu:
a. tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dicapai,
b. materi atau bahan ajar yang harus dikuasai oleh siswa,
c. metode atau cara untuk membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan
yang diharapkan, dan
d. evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
atau kompetensi yang ditetapkan.

Keempat komponen tersebut antara satu unsur dengan unsur lainnya


saling mempengaruhi sehingga pembelajaran dikatakan sebagai statu sistem.
Dengan demikian dalam proses pembelajaran, seorang guru yang profesional
tidak cukup hanya dengan telah menguasai sejumlah materi pembelajaran
saja, akan tetapi harus ditunjang oleh kemampuan dan keterampilan lain
sesuai dengan unsur-unsur yang terkait dengan sistem dan proses
pembelajaran. Secara khusus kemampuan utama yang harus dimiliki secara
profesional, selain menguasai materi atau bahan ajar ádalah keterampilan-
keterampilan dasar mengajar.

As. Glicman menjelaskan yang dimaksud dengan keterampilan dasar


mengajar pada dasarnya adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat
khusus (most specific instructional behaviours) yang harus dimiliki dan
diterapkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (1991).
Adapun jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh
setiap guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pembelajaran,

3
keterampilan menjelaskan, keterampilan memberikan stimulus yang
bervariasi, keterampilan menggunakan metoda dan media secara tepat,
keterampilan mengelola lingkungan pembelajaran, keterampilan bertanya,
memberikan balikan dan penguatan, dan keterampilan-keterampilan lainnya.

Selain keterampilan dasar mengajar yang menjadi kemampuan utama


yang harus dikusai oleh setiap guru, bahwa setiap guru juga harus menguasai
dan mampu melaksanakan proses pembelajaran secara logis dan sistematis
dari mulai kegiatan membuka, kegiatan inti, dan kegiatan menutup
pembelajaran. Ketika guru mata pelajaran Ahlak di kelas VII Tsanawiyah
akan mengajarkan topik “Berbuat baik kepada orang tua” misalnya, dalam
prakteknya guru tidak langsung membahas apa dan bagaimana berbuat baik
kepada orang tua. Akan tetapi terlebih dahulu guru melakukan pembukaan
untuk mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran.
Setelah perhatian dan motivasi siswa siap untuk belajar, baru kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan inti dan seterusnya sampai pada kegiatan akhir
atau penutupan.

Adapun yang menjadi persoalan, apakah setiap mahasiswa calon guru


yang telah menyelesaikan seluruh program perkuliahan pada lembaga
pendidikan keguruan yang diikutinya dapat sekaligus memiliki kemampuan
melaksanakan tugas pembelajaran yang komplek itu secara profesional di
sekolah tempatnya bertugas ... ?; Apakah setiap mahasiswa calon guru atau
para guru yang sudah lama mengajar dijamin sudah menguasai dan
menerapkan keterampilan dasar mengajar secara profesional ... ?; dan apakah
setiap guru sudah memahami dan mampu melaksanakan kegiatan
pembelajaran secara logis dan sistematis ... ?, atau sejumlah pertanyaan lain
yang dipersyaratkan harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut idealnya tentu
saja ya mereka sudah memiliki kemampuan itu, karena setiap mahasiswa
calon guru selain telah mempelajarai berbagai teori keguruan dan bidang
studi yang harus diajarkannya, juga mereka telah menempuh pengalaman

4
praktis yaitu melakukan kegiatan praktek mengajar di sekolah tempat latihan
melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Demikian halnya terhadap mereka yang sudah menjabat profesi sebagai


guru, kemampuan-kemampuan yang dipersyaratkan itu seharusnya sudah
melekat pada diri setiap guru sesuai dengan jabatan profesi yang diembannya.
Secara teori ketika mereka mengikuti pendidikan keguruan telah mempelajari
konsep-konsep dan praktek-praktek keguruan, ditambah dengan pengalaman
ketika telah menjadi guru, maka tentu saja kemampuan-kemampuan praktis
sesuai dengan yang dituntut oleh profesi guru telah dimilikinya.

Program pengalaman lapangan (PPL) sebagai suatu program akhir


dalam struktur kurikulum keguruan, bertujuan untuk mengaktualisasikan
berbagai kemampuan yang telah dipelajari melalui kegiatan perkuliahan di
kampus. Kegiatan praktek mengajar melalui program PPL, diharapkan
menjadi sarana tempat berlatih bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang sebenarnya. Dari kegiatan
praktek mengajar yang telah diikutinya diharapkan dapat melahirkan para
calon guru yang sudah memiliki kesiapan profesional untuk melaksanakan
tugas mengajar dan tugas-tugas kependidikan lainnya ditempatnya mengajar
kelak.

Dari hasil pengamatan dan berbagai penelitian yang dilakukan, cukup


banyak memberikan bukti yang kuat, bahwa mahasiswa yang telah
menyelesaikan seluruh program perkuliahan termasuk kegiatan PPL yang
telah dilakukan di sekolah tempat latihan, ternyata belum cukup memberikan
pengalaman yang optimal untuk mempersiapkan calon guru (siap pakai)
untuk melaksanakan tugas mengajar secara profesional sebagaimana yang
diharapkan.

Dalam kenyataan para mahasiswa calon guru yang telah menyelesaikan


seluruh program perkuliahannya, ternyata masih memerlukan beberapa waktu
untuk melakukan proses adaptasi dengan tugas utama yang harus

5
dilaksanannya di tempat bekerja. Dalam bentuk yang lain permasalahan
tersebut dialami juga oleh mereka yang sudah menduduki jabatan guru.
Mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk tugas-tugas profesi guru
terus berkembang, maka kadang-kadang apa yang sudah biasa dilakukan di
kelas ketika mengajar saat sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan innováis
yang berkembang. Dengan demikian kemampuan mengajar mereka masih
memerlukan upaya-upaya penyegaran agar dapat merespon dan
menyesuaikan dengan tuntutan yang berkembang.

Penguasaan konsep-konsep keguruan, terlebih menyangkut dengan


kemampuan-kemampuan praktis seperti keterampilan dasar mengajar, tidak
didapatkan secara kebetulan atau melalui turun temurun. Akan tetapi
semuanya harus dipersiapkan melalui proses pembelajaran, latihan, dan
bimbingan yang dilakukan secara terus menerus sejak mengikuti program
pendidikan keguruan (pre-service), maupun ketika sudah menduduki jabatan
profesi sebagai guru (in-service).

Mengingat kemampuan mengajar tidak akan didapatkan secara instan,


dan secara terus menerus harus dibina dan ditingkatkan, maka pembelajaran
mikro dapat dijadikan alternatif untuk membina dan meningkatkan
kemampuan mengajar oleh calon guru maupun oleh meraka yang sudah
menduduki jabatan profesi sebagai guru. Kekurangan-kekurangan yang masih
ada, melalui pembelajaran mikro dapat diperbaiki. Dikatakan oleh Joyce
(1975) bahwa kehadiran pembelajaran mikro adalah untuk merespon terhadap
kekurangan dan rasa prustasi terhadap program pendidikan guru yang
dikembangkan sebelumnya (responded to a wider feeling of frustation).
Dengan kata lain untuk mempersiapkan para calon guru agar memiliki
kemampuan yang profesional, selain mempelajari teori-teori dan praktek
seperti PPL dalam program pendidikan keguruan yang diikutinya, juga secara
terus menerus mereka dapat mengasah, memperbaharui, dan meningkatkan
kemampuan mengajarnya melalui program latihan atau model pembelajaran
mikro (micro teaching).

6
Pembelajaran mikro sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pada
dasarnya tidak hanya diperuntukkan bagi penyiapan para calon guru ( pre-
service training), melainkan dapat digunakan pula oleh mereka yang telah
menduduki jabatan profesi guru (in-service training). Dijelaskan oleh Allen
dan Ryan “Microteching is a training concept that can be applied at various
pre-service and in-service stage in the professional development of teacher”
(1969).

Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Allen dan Ryan di atas


memiliki makna bahwa sebagai suatu konsep, pembelajaran mikro (micro
teaching) adalah merupakan proses untuk melatih bagi mahasiswa calon guru
(pre-service) maupun untuk melatih, membina dan meningkatkan
kemampuan mengajar bagi mereka yang telah menjadi guru (in-service).

B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN MIKRO


Microteaching berasal dari dua kata yaitu micro yang berarti kecil,
terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Microteaching berarti
suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau
segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah siswa, waktu,
bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat
diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara
akurat.
Micro teaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh para ahli
dengan berbagai pengertian berikut :
a) Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa
“microteaching is as performance training method to isolate the
component parts of the teaching process, so that the trainee can master
each component one by one in a simplified teaching situation”
(pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model
pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru
melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar mengajar

7
tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan berkelanjutan dalam
situasi pembelajaran).
b) A. Perlberg (1984) menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory
training procedure aimed at simplifyng the complexities of regular
teaching - learning processing” (pembelajaran mikro pada dasarnya
adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses
latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran).
c) Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro
merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan
dalam proses belajar mengajar yang di "mikro" kan untuk membentuk,
mengembangkan keterampilan mengajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil inti dari pembelajaran
mikro, kurang lebih sebagai berikut :
1. Micro teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara
untuk melatih calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan
meningkatkan kemampuan (kompetensi) penampilan mengajarnya.
2. Sesuai namanya micro teaching, maka proses pelatihan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran mikro dapat dilakukan untuk
seluruh aspek pembelajaran. Adapun dalam teknis pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap dan hanya memfokuskan pada bagian demi
bagian secara terisolasi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh yang
akan berlatih atau sesuai dengan arahan dari supervisor.
3. Pada saat peserta berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro,
untuk mencermati penampilan peserta, dilakukan pengamatan atau
observasi oleh supervisor atau oleh yang telah berpengalaman.
Terhadap setiap penampilan peserta dilakukan pencatatan, direkam dan
kemudian dilakukan diskusi umpan balik untuk mengkaji kelebihan dan
kekurangan, kemudian menyampaikan saran dan solusi pemecahan
untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada dalam proses
latihan berikutnya.

8
C. TUJUAN PEMBELAJRAN MIKRO
Pembelajaran mikro sebagai matakuliah yang tak terpisahkan dari
struktur kurikulum program pendidikan keguruan, seperti dijelaskan di atas
yaitu diarahkan dalam upaya memfasilitasi mahasiswa calon guru untuk
menguasai dan memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu:
1. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi pedagogik.
2. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi kepribadian.
3. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi profesional.
4. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi sosial.
Keempat jenis kompetensi yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
kompetensi sosial, secara konsep masing-masing dapat dibedakan. Akan
tetapi keempat jenis kompetensi tersebut pada realisasinya harus merupakan
suatu kesatuan yang utuh, direfleksikan dalam seluruh perilaku guru pada
setiap melaksanakan tugas pembelajarannya.
Jika dianalisis secara lebih mendalam, kemampuan dan keterampilan
mengajar nampaknya cenderung lebih terkait dengan kompetensi pedagogik
dan kompetensi profesional. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
mengajar bagian dari mendidik, sementara ilmu mendidik termasuk pada
kawasan pedagogik. Demikian juga dengan kompetensi profesional yang
sering diartikan keahlian dalam bidangnya, dalam hal ini yaitu ahli dalam
melaksanakan pembelajaran.
Oleh karena itu dilihat dari beberapa alasan dan pengertian
pembelajaran mikro (micro teaching) seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan pembelajaran mikro (micro teaching) sebagai suatu
pendekatan pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut:

9
1. Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru
dalam hal keterampilan dasar mengajar (teaching skills).
2. Untuk memfasilitasi, melatih dan membina calon maupun para guru agar
memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan undang-undang
maupun peraturan pemerintah.
3. Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan
secara bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan
maksimal sesuai dengan tuntutan profesional sebagai tenaga seorang
guru.
4. Untuk memberi kesempatan kepada calon maupun para guru berlatih dan
mengoreksi, serta menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (self
evaluation) dalam hal keterampilan mengajarnya.
5. Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon guru dan
para guru) meningkatkan dan memperbaiki kelebihan dan
kekurangannya, sehingga guru selalu berusaha meningkatkan layanannya
kepada siswa.
6. Untuk mewujudkan tujuan tersebut bukan perkara mudah dapat dapat
diperoleh sekaligus dalam waktu relatif singkat.
Oleh karena itu menurut National Education Association (NEA
seseorang yang menggeluti suatu profesi:
a) Harus siap memperbaharui kemampuannya melalui latihan dalam jabatan
yang berkesinambungan,
b) Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri,
c) Lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

10
D. MANFAAT PEMBELAJARAN MIKRO
Dari hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan mengenai manfaat
pembelajaran mikro, ternyata model ini cukup efektif dalam mempersiapkan,
membina dan melatih meningkatkan mutu guru, terutama dalam hal
penampilan dan keterampilan mengajarnya (Brown, 1975). Oleh karena itu
dengan adanya pendekatan pembelajaran mikro menurut Joyce (1975) adalah
sebagai upaya merespon terhadap kekurangan dan rasa prustasi yang
dikembangkan pendidikan guru sebelumnya (responded to a wider feeling of
frustation).
Maka manfaat dari pembelajaran mikro terutama akan dirasakan oleh
pihak-pihak sebagai berikut:
a) Manfaat bagi mahasiswa calon guru (pendidikan pre-service)
1. Setiap mahasiswa calon guru dapat melatih bagian demi bagian dari
setiap keterampilan mengajar yang harus dikuasainya secara lebih
terkendali dan terkontrol.
2. Setiap mahasiswa calon guru dapat mengetahui tingkat kelebihan
maupun kekurangannya dari setiap jenis keterampilan mengajar yang
harus dikuasainya.
3. Setiap mahasiswa calon guru dapat menerima informasi yang
lengkap, objektif dan akurat dari proses latihan yang telah
dilakukannya melewati pihak observer.
4. Setiap mahasiswa calon guru dapat melakukan proses latihan ulang
untuk memperbaiki terhadap kekurangan maupun untuk lebih
meningkatkan kemampuan yang telah dimilikinya.

b) Manfaat bagi para guru (pendidikan in-service)


1. Para guru baik secara mandiri maupun bersama-sama dapat berlatih
untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajar yang telah
dimilikinya.

11
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya terkait
dengan keterampilan mengajar yang harus dikuasainya Dapat
dijadikan sebagai proses uji coba terhadap hal-hal yang baru, seperti
dalam penerapan metode, media, materi baru, atau jenis-jenis
keterampilan mengajar lainnya sebelum diterapkan dalam proses
pembelajaran yang sebenanrnya
c) Manfaat bagi supervisor
1. Dapat memperoleh data yang objektif dan komprehensif tingkat
kemampuan para calon guru maupun para guru dalam hal
kemampuan mengajar yang harus dikuasai sesuai dengan tuntutan
profesinya.
2. Dapat memberikan masukan, saran maupun solusi yang akurat,
karena didasarkan pada data atau informasi yang lengkap sesuai hasil
pengamatan dari pembinaan melalui pembelajaran mikro yang telah
dilakukannya.
3. Sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan yang lebih tepat
bagi pengembangan karir setiap mahasiswa maupun para guru yang
menjadi binaannya.
4. Sebagai bahan masukan untuik membuat kebijakan dalam
melakukan proses pembinaan terhadap upaya untuk meningkatkan
kualitas penampilan guru.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
As. Glicman menjelaskan yang dimaksud dengan keterampilan dasar
mengajar pada dasarnya adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat
khusus (most specific instructional behaviours) yang harus dimiliki dan
diterapkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (1991).
Adapun jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai
oleh setiap guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberikan stimulus
yang bervariasi, keterampilan menggunakan metoda dan media secara tepat,
keterampilan mengelola lingkungan pembelajaran, keterampilan bertanya,
memberikan balikan dan penguatan, dan keterampilan-keterampilan lainnya.
Microteaching berasal dari dua kata yaitu micro yang berarti kecil,
terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Microteaching berarti
suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau
segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah siswa, waktu,
bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat
diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara
akurat.
maka tujuan pembelajaran mikro (micro teaching) sebagai suatu
pendekatan pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru
dalam hal keterampilan dasar mengajar (teaching skills).
2. Untuk memfasilitasi, melatih dan membina calon maupun para guru
agar memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan undang-
undang maupun peraturan pemerintah.
3. Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan
secara bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan

13
maksimal sesuai dengan tuntutan profesional sebagai tenaga seorang
guru.
4. Untuk memberi kesempatan kepada calon maupun para guru berlatih
dan mengoreksi, serta menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
(self evaluation) dalam hal keterampilan mengajarnya.
5. Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon guru
dan para guru) meningkatkan dan memperbaiki kelebihan dan
kekurangannya, sehingga guru selalu berusaha meningkatkan
layanannya kepada siswa.
6. Untuk mewujudkan tujuan tersebut bukan perkara mudah dapat dapat
diperoleh sekaligus dalam waktu relatif singkat.

Maka manfaat dari pembelajaran mikro terutama akan dirasakan oleh


pihak-pihak sebagai berikut:

a) Manfaat bagi mahasiswa calon guru (pendidikan pre-service)

b) Manfaat bagi para guru (pendidikan in-service)

c) Manfaat bagi supervisor

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada makalah kali ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Seharusnya makalah ini dapat memberikan informasi yang cukup.
2. Sebaiknya makalah dibuat dengan selengkap mungkin.
3. Sebaiknya makalah ini dapat dipahami dengan mudah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Allen-Ryan.1969. Micro Teaching. Sydney. Don Mills.Ontario.

Arilunto, S ( 1990 ) Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Reneha Cipta,


Jakarta.

Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementrian Agama.

Sugeng Paranto, dkk. 1980. Micro Teaching. Jakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

https://adimasbayu.wordpress.com/2014/04/20/makalah-pembelajaran-micro-
teaching/

15

Anda mungkin juga menyukai