Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA MI/SD

“LAYANAN BIMBINGAN BAGI SISWA BERMASALAH (PENYIMPANGAN


PERILAKU) DI MI/SD”

Disusun Oleh:
1. Dini Ramadhani (1911240166)
2. Feti Yohana Eka Sari (1911240153)
3. Maya Isatulaini (1911240145)

Dosen Pengampu :
Dra. Aam Amaliyah, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UINFAS)
BENGKULU 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil
menyelesaikan tugas makalah Pembelajaran Penjaskes MI/SD yang berjudul “Layanan
Bimbingan Bagi Siswa Bermasalah (Penyimpangan Perilaku) di MI/SD” tepat pada
waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Aam Amaliyah, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah karena telah memberikan pengarahan atau bimbingan kepada kami
sehingga makalah ini selesai. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah selanjutnya.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu ALLAH SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Serta Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.

Bengkulu, Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah …........................................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Penyimpangan Perilaku .............................................................................. 3-4
B. Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku ….................................................................... 4-5
C. Faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku ..................................................................... 5-7
D. Strategi Pelayanan Penanganan Penyimpangan Perilaku …......................................... 7-9
E. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Konseling ................................................... 9-12
F. Pentingnya Guru Memahami Layanan Bimbingan dan Konseling …....................... 12-13
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14
B. Saran………………………………………………….. …............................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku menyimpang biasanya dikenal dengan nama penyimpangan sosial.


Penimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan
kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun
pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan
seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang
ada di masyarakat.

Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil
dalam belajar. Ketika siswa memiliki masalah dalam belajarnya, dalam kondisi seperti ini
bimbingan konseling diperlukan dan yang bertanggung jawab atas program bimbingan
konseling di sekolah adalah guru BK bukan guru (pengajar) karena pengajar terikat oleh
materi, tujuan pengajaran dalam kurikulum yang harus diselesaikan.

B.   Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyimpangan Perilaku?

2. Apa saja Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku?

3. Apa saja Faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku?

4. Bagaimana Strategi Pelayanan Penanganan Penyimpangan Perilaku?

5. Apa saja Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Konseling?

6. Seberapah Pentingnya Guru Memahami Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa
Bermasalah?

1
C.  Tujuan Masalah

1. Dapat mengetahui apa itu Penyimpangan Perilaku

2. Dapat mengetahui Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku

3. Dapat mengetahui Faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku

4. Dapat mengetahui Strategi Pelayanan Penanganan Penyimpangan Perilaku

5. Dapat mengetahui Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Konseling

6. Dapat mengetahui Pentingnya Guru Memahami Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi
Siswa Bermasalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang terbentuk karena adanya stimulus


negatif yang mempengaruhi individu sehingga menimbulkan suatu respon dalam dirinya
untuk melakukan hal tersebut dan mewujudkannya dalam bentuk perilaku yang
menyimpang. Seseorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian
besar masyarakat (minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) perilaku atau
tindakan tersebut di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai, atau norma sosial yang
berlaku.1
Perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar atau bertentangan, atau
menyimpang dari aturan- aturan normatif, dari pengertian-pengertian normatif maupun dari
harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan.2
Prototipe dari perilaku menyimpang dalam definisi umum tersebut ialah tindakan
kejahatan (“crime”). Sehubungan itu maka sebagian besar dari teori maupun riset
mengenai perilaku menyimpang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan tindakan
kejahatan, seperti : mencuri, kenakalan remaja, dan lain-lain.
Perilaku menyimpang dalam definisi umum tersebut dapat dibedakan dari
“abnormalitas statistis”. Ada suatu kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak berarti
penyimpangan dalam norma-norma statistis tertentu. Hal ini perlu disebut, karena berbagai
definisi atau penggunaan istilah mengungkapkan suatu karakteristik : ialah bahwa ditinjau
dari segi tertentu perilaku menyimpang dianggap “kurang baik” atau “kurang diinginkan”

1
Elly M Setiadi,Usman K. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial Teori,Aplikasi, dan Pemecahannya.(Jakarta :Kencana Prenada
Media Group)2011. Hal. 187

2
Sadli saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang. (Jakarta: Bulan
Bintang,1977) hlm 35

3
dan tidak hanya karena kurang sering terjadi (atau secara statistis abnormal). Definisi
umum ini perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan
menyimpang (“deviant role”).
Studi mengenai penyimpangan telah menjadi pusat perhatian teori sosiologi. Bagi
Durkheim kejahatan (dan, dengan perluasan, penyimpangan secara umum) adalah
“normal” dan fungsional untuk tatanan sosial, yang berfungsi untuk meningkatkan
sentimen kolektif dan solidaritas untuk memperjelas dan memperkuat nilai-nilai dan norma
kelompok. Gagasan aslinya mengenai anomie (atau keadaan tanpa norma) sebagai sumber
perilaku menyimpang telah diambil, diperluas dan dikerjakan kembali oleh orang lain.
Robert Merton menekankan akibat ketegangan sosial (yaitu kurangnya simetri antara
budaya dan struktur sosial ) dan adaptasi penyimpangan. Sosiolog Chicago dalam teori
ekologi dan etnografi kejahatan dan kenakalan menekankan zona sosial yang berantakan di
sebuah kota. Teori subkultur seperti Albert Cohen, David Matza dan Richard Cloward dan
Lloyd Ohlin menekankan subkultur penyimpang sebagai solusi masalah belajar dan proses
frustasi status kelompok frustasi status.3
B. Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku Siswa MI/SD
Menurut Bruce J.Cohen (Simamora, 1983), perilaku menyimpang ialah perilaku
yang tidak menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan
ini ditandai dengan melakukan perbuatan melanggar norma atau patokan baku yang ada
dalam masyarakat. Kartono (Darwis,2006) berpendapat manusia memiliki dua jenis
perilaku, yakni perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal yaitu perilaku yang
diterima masyarakat umum, sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa
diterima dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada dimasyarakat. Perilaku tersebut
disebut dengan perilaku menyimpang.
Adapun jenis-jenis perilaku menyimpang pada anak SD menurut Darwis (2006)
sebagai berikut:

3
John Scott, Sosiologi The Key Concepts. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)2011. Hal 81

4
a) Rasionalisasi.
Dalam hal ini rasionalisasi biasanya anak banyak memberikan alasan.
b) Sifat Bermusuhan
Sifat anak yang biasa menganggap anak lain sebagai musuh.
c) Menghukum Diri Sendiri
Perilaku ini terjadi ketika anak merasa cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia.
d) Penekanan
Penekanan ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang
sebenarnya keluar batas kesadaran.
e) Konformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk penyelamatan diri dari perasaan tertekan atau
bersalah terhadap pemenuhan harapan orang lain.
f) Sinis
Perilaku ini muncul dari ketidak berdayaan anak untuk berbuat atau berbicara dalam
kelompok.
Secara umum bentuk perilaku menyimpang yang sering dilakukan siswa yaitu
keluar kelas tanpa izin saat pelajaran, berkelahi dengan teman, suka menganggu teman,
mudah emosi jika diganggu, dan suka mencari perhatian.
C. Faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku
Perilaku menyimpang juga dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang mendukung.
Secara garis besar faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang remaja bisa
di golongkan menjadi lima bagian, antara lain :
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah wadah dari permulaan pembentukan pribadi serta tempuhan dasar
fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. lingkungan keluarga secara
potensial dapat membentuk pribadi anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, apabila
usaha pendidikan keluarga itu gagal, akan terbentuk seorang anak yang cenderung

5
melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kriminal. Itulah sebabnya mengapa keluarga
dapat berperan dalam membentuk kepribadian yang menyimpang.4
2) Faktor sekolah
Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara garis besar masih bersifat
formal. Anak remaja yang masih duduk di bangku SLTP maupun SLTA pada umumnya
mereka menghabiskan waktu mereka selama tujuh jam disekolah tiap hari, jadi jangan
heran bila lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap pemkembangan moral anak.
Kepala sekolah dan guru adalah pendidik, disamping melaksanakan tugas mengajar,
yaitu mengembangkan kemampuan berfikir, serta melatih membina dan mengembangkan
kemampuan berfikir anak didiknya, serta mempunyai kepribadian dan budi pekerti yang
baik dan membuat anak didik mempunyai sifat yang lebih dewasa. Tujuan ini dapat
berhasil jika berhasil mendorong dan mengarahkan murid-muridnya untuk belajar
mengembangkan kreatifitas pengetahuan dan ketrampilannya. Artinya antara
guru dan murid ada hubungan yang baik dan saling mempercayai untuk belajar bersama.
3) Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan yang terluas sekaligus banyak menawarkan pilihan.
Pada lingkungan inilah dihadapkan berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam kehidupan
masyarakat yang berbeda-beda, apalagi dasawarsa terakhir ini perkembangan moral
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat, sehingga membawa
perubahan- perubahan yang sangat berarti tetapi juga timbul masalah yang mengejutkan.
Maka dalam situasi itulah yang menimbulkan melemahnya norma-norma dan nilai-
nilai dalam masyarakat yang mana kurang landasan agamanya, dan masyarakat yang acuh
terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.
4) Kelompok bermain

4
Bambang Mulyono. Pendidikan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya
(Yogyakarta: KANISIUS, 1993), hlm.26

6
Lingkungan tempat tinggal dan kelompok bermain merupakan dan media sosialisasi
yang sangat berkaitan, karena seorang individu akan memiliki kelompok bermain atau
pergaulan dalam lingkungan tempat tinggal tersebut. Kadang individu memiliki kelompok
bermian atau pergaulan diluar lingkungan tempat tinggal, seperti: lingkungan sekolah, dan
luar sekolah. kelompok bermain atau pergaulan dapat memenuhi kepribadian seorang
individu. Jadi apabila kelompok bermain yang positif maka kepribadiaanya cenderung
positif.5
D. Strategi Pelayanaan Penyimpangan Perilaku
Adapun strategi yang dilakukan guru dalam melaksanakan pelayanan bimbingan
dan konseling yaitu :
1) Guru memadukan materi bimbingan dan konseling ke dalam materi pembelajaran
yang sesuai. Misalnya, materi bahasa Indonesia digunakan untuk menumbuhkan
karakter santun dalam berkomunikasi dan suka membaca, materi pendidikan
kewarganegaraan digunakan untuk menumbuhkan sikap cinta pada tanah air, materi
matematika digunakan untuk menumbuhkan karakter teliti, kritis, dan jujur dalam
berbuat, materi Ilmu Pengetahuan Sosial digunakan untuk menumbuhkan sikap
peduli, empati, suka menolong, dan bertanggung jawab, dan materi Ilmu
Pengetahuan Alam digunakan untuk menumbuhkan sikap cinta pada lingkungan
dan ekosistem alam, materi Agama digunakan untuk menumbuhkan karakter taat
terhadap aturan agama, dan cinta terhadap Tuhan Alam Semesta.
2) Memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dan mendukung kemandirian
peserta didik dalam belajar. Metode yang digunakan adalah metode yang
merangsang pikiran dan psikomotorik peserta didik, seperti metode saintifik,
inkuiri, dan discovery. Adapun media pembelajaran digunakan untuk menarik minat
peserta didik dalam belajar dan membantu mereka dalam memahami materi yang

5
Taufik Rohman D, Sosiologi (Jakarta: Yudistira,2003) hlm137

7
bersifat abstrak atau jauh dari kehidupannya. Misalnya, materi tentang perilaku
terpuji, organ tubuh manusia, sistem tata surya, dan lainnya.
3) Hasil pemahaman guru terhadap peserta didik ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan
remedial. Kegiatan remedial ini bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
memecahkan masalah yang diahadapinya atau mencapai hasil belajar yang optimal.
Metode yang digunakan guru dalam kegiatan remedial cukup bervariasi dan
mengacu pada sifat, jenis, dan latar belakang permasalahan yang dialami peserta
didik. Jika permasalahan yang dihadapi peserta didik adalah sama maka bimbingan
diberikan secara berkelompok dan jika permasalahan yang dihadapi peserta didik
adalah berbeda maka kegiatan bimbingan diberikan secara individual di luar jam
pelajaran. Biasanya bimbingan diberikan guru melalui tugas-tugas latihan, tanya
jawab, dan pemecahan masalah.
4) Membangun komunikasi yang empatik dan personal dengan peserta didik. Guru
mendorong peserta didik untuk ramah dan memberikan salam sapa saat bertemu
dengan guru dan orang lain. Komunikasi empatik tersebut dibangun guru melalui
perilaku menyapa, memberi salam, tersenyum, berbicara dengan ekspresi yang
dirasakan, mendengarkan peserta didik dengan antusias, mengucapkan terima kasih,
meminta ijin sebelum mengambil barang, dan meminta maaf apabila salah. Hal ini
bertujuan untuk membangun keterampilan sosial, empati, dan keberanian peserta
didik dalam menjalin komunikasi dengan guru dan peserta didik lain yang berbeda
dengan dirinya.
5) Memberikan contoh perilaku yang baik di hadapan peserta didik. Pada umumnya,
peserta didik sekolah dasar sangat tertarik untuk memerhatikan perilaku gurunya.
Sebaliknya, Aulia Akbar menjelaskan bahwa jika guru tidak memperbuat pesan
kebaikan yang disampaikannya maka memunculkan perasaan negatif atau anggapan
pada diri peserta didik bahwa kebaikan tersebut bukan sesuatu penting dilakukan

8
(Akbar, 2017). Oleh karenaitu, mengajar melalui teladan merupakan cara yang tepat
dalam membiasakan dan menumbuhkan budi pekerti pada diri peserta didik.
6) Memberikan apresiasi dan penguatan terhadap peserta didik yang berperilaku positif
dan berprestasi. Hal ini biasanya diberikan guru dengan cara memberikan tepuk
tangan dan pujian bagi peserta didik yang berkata benar atau melakukan suatu
kebaikan. Namun, dukungan tersebut sebenarnya masih dapat ditingkatkan melalui
acara festival atau pemilihan nominasi peserta didik terbaik dalam bidang
tertentu.Misalnya, peserta paling ramah bulan ini, peserta didik paling disiplin bulan
ini, peserta didik paling rajin bulan ini, dan lainnya (Dewi Utama Faizah et al.,
2016).
7) Mengidentifikasi dan memilih alternatif bantuan yang mungkin diberikan kepada
peserta didik. Kegiatan ini dilakukan melalui penyelidikan penyebab masalah.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, guru bekerjasama dengan guru pendamping ABK,
orangtua peserta didik, kepala sekolah, dan guru lain untuk mendapatkan berbagai
jenis bantuan yang mungkin diterapkan untuk mengatasi permasalahan peserta didik
tersebut.
8) Melakukan alih tangan untuk penyelesaian masalah peserta didik. Alih tangan
tersebut biasanya dilakukan guru ketika inti permasalahan peserta didik di luar
wewenangnya atau guru ingin memindahkan penanganan kasus tersebut ke pihak
yang lebih profesional agar kasus peserta didik tersebut dapat diselesaikan dengan
tepatdan tuntas. Misalnya, meminta bantuan kepala sekolah, guru senior, psikolog,
dan lainnya.
E. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Konseling

 Tujuan Layanan Bimbingan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan

9
predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai
latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial
ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.6

 Tujuan Layanan Bimbingan Konseling

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik,
dapat:

1) Mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin


2) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri;
3) Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan
sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan;
4) Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya;
5) Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam
bidang pendidikan dan pekerjaan;
6) Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. 7
 Fungsi Layanan Bimbingan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya disekolah dan madrasah memiliki


beberapa fungsi, yaitu :

1) Fungsi Pencegahan.

Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari masalah yang dapat
menghambat perkembangannya.

6
Prayitno dan Erman Amti, (2008), Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Pt Rineka Cipta, hal. 112
7
Ditjen PMPTT Diknas, Bimbingan dan Konseling di sekolah (Direktur Tenaga Kependidikan 2008), h. 7

10
2) Fungsi Pemahaman

Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka
memberikan pemahaman tentang diri siswa beserta permasalahannya dan juga
lingkungannya oleh pihak–pihak yang membantunya (pembimbing).

3) Fungsi Pengentasan

Apabila seorang siswa mengalami suatu permasalahan dan ia tidak dapat


memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau konselor, maka yang diharapkan
oleh siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang dihadapinya. Siswa yang
mengalami masalah dianggap berada dalam suatu kondisi atau keadaan yang tidak
mengenakkan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari kondisi atau keadaan tersebut.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan
konseling, pada hakikatnya merupakan upaya pengentasan.

4) Fungsi Pemeliharaan

Menurut Prayitno dan Erman Amti, fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala
sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan
pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.

5) Fungsi Penyaluran

Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai


dengan keadaan pribadinya masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-
cita, dan lain sebagainya. Bentuk kegiatan bimbingan dan konseling berkaitan dengan
fungsi ini adalah : (1) Pemilihan sekolah lanjutan, (2) Memperoleh jurusan yang tepat, (3)
Penyesuaian program belajar, (4) Pengembangan bakat dan minat, (5) Perencanaan Karier.

6) Fungsi Penyesuaian

11
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya
penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dengan kata lain, melalui fungsi ini
pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa memperoleh penyesuaian diri secara
baik dengan lingkungannya (terutama lingkungan sekolah dan madrasah bagi para siswa).

7) Fungsi Pengembangan

Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada para siswa
untuk membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih
terarah.

8) Fungsi Perbaikan

Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah–masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan tergantung
kepada masalah yang dihadapi siswa. Dengan perkataan lain, program bimbingan dan
konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa.

9) Fungsi Advokasi

Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik
memperoleh pembelaan atas hak atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. 8

F. Pentingnya Guru Memahami Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa


Bermasalah

Layanan Bimbingan Konseling pada proses pembelajaran sangat penting bagi guru,
dimana guru harus dituntut untuk memahami betul tentang layanan bimbingan konseling,
karena guru sendiri memiliki tiga peran yaitu sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing.
Hal ini telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

8
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h. 36-47

12
Dosen. Peran sebagai pendidik senantiasa wajib menjadi contoh teladan dalam gerak
langkahnya baik dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat, peran sebagai pengajar selalu
memberikan ilmu pengetahuan dibidangnya secara humanistik, sedangkan peran sebagai
pembimbing adalah mengantarkan peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahannya
sendiri dengan dorongan serta perhatian terhadap pribadinya. Guru sendiri adalah pelaksana
pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk
kepentingan bimbingan dan konseling. Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah
mengajar. Dalam kesempatan mengajar siswa, guru mengenal tingkah laku, sifat-sifat,
kelebihan dan kelemahan tiap-tiap siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai
pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. Apabila Guru memahami
dengan betul tentang bimbingan konseling, ada beberapa fungsinya yaitu :

1. Bisa membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada


siswa.
2. Mampu mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan.
3. Dapat membantu mengembangkan suasana kelas hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan
konseling.
4. Dapat Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti kegiatan yang dimaksudkan itu.
5. Bisa menangani masalah siswa.
6. Dapat Mengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku menyimpang sering cenderung terjadi pada anak-anak bahkan anak remaja
yang masih mencari jati diri, namun perilaku menyimpang ini muncul dari dalam dirinya
sendiri yang terpengaruh dari lingkungan sekitarnya. Perilaku menyimpang terjadi karena
kurangnya perhatian dari orang tua, pengaruh lingkungan, dan teknologi yang semakin
mudah digunakan oleh anak. Perhatian orang tua sangat berperan dalam hal pencegahan
perilaku menyimpang anak. Dengan adanya pengawasan dari orang tua anak akan merasa
di perhatikan, terlepas dari lingkungan yang membawa kepada faktor negative dan tidak
dengan mudahnya menggunakan teknologi yang marak sekarang.

B. Saran

Manusia tidak luput dari kesalahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat
kami ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak tertentu kami
meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah penting untuk
pengintropeksikan diri melengkapi makalah ini. Terimakasih

14
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar


Belakang. Bandung: Refrika Aditama

Ardhi Tri utomo, dkk.


201 Penyimpangan Perilaku Anak Sekolah Dasar. https://nurwijayantoz.wordpress.com/
pendidikan-4/penyimpangan-perilaku-anak-sekolah-dasar/(diakses 21 April 2015)

Wirawan Sarwono, Sarlito. 2014. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers

15

Anda mungkin juga menyukai