Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERKEMBANGAN PENYESUAIAN DIRI INDIVIDU

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
THERESIA A. BANJARNAHOR (4223111091)
SITI ZAHRA SABILA (4221111010)
ZAHRA ANINDYA (4223111021)
SUTAN S.D. SIREGAR (4221111015)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. ZURAIDA LUBIS, M.Pd, Kons
SYAHRIAL, S.Pd, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas presentasi pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan dosen
pengampu Ibu Dr. Zuraida Lubis, M.Pd., Kons. dan Bapak Syahrial, S. Pd., M.Pd.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Zuraida Lubis,
M.Pd., Kons. dan Bapak Syahrial, S. Pd., M.Pd. sebagai dosen pengampu matakuliah ini yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Makalah ini, serta pihak-pihak
lain yang telah memberikan dukungan moral maupun materi sehingga tugas Makalah ini dapat
kami diselesaikan dengan baik.

Kami sebagai penulis sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Penyesuaian Diri Individu .............................................................................. 6
2.2 Aspek Aspek Penyesuaian Diri Individu ......................................................................... 8
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ............................................................... 11
2.4 Peranan Lingkungan terhadap Perkembangan Penyesuaian Diri Individu .................... 15
BAB III.................................................................................................................................... 18
PENUTUP ............................................................................................................................... 18
3.1 kesimpulan ..................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah sering yang dialami siswa baru di sekolah adalah penyesuaian diri. Oleh
karena itu setiap siswa baru dituntut mampu menyesuaikan dengan lingkungan tersebut, agar
dapat menuntut ilmu secara optimal. Namun demikian tidak semua siswa dapat menyesuaikan
diri dengan lingkunganya . Gerungan (2006) mengemukakan lingkungan baru merupakan
sebuah stimulus bagi seseorang yang terkadang mampu menjadi salah satu penyebab hambatan
dalam penyesuaian diri.
Desmita (2010) mengemukakan di sekolah anak merupakan anggota masyarakat kecil di
mana terdapat tugas-tugas yang harus diselesaikan, orang-orang yang perlu dikenal dan
mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan
sikap mereka. Peristiwa-peristiwa hidup yang dialami anak sebagai anggota masyarakat kecil
yang bernama sekolah ini tidak jarang menimbulkan stress dalam diri siswa.
Siswa yang kurang berhasil menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri maupun dengan
lingkungan seringkali membuat pola -pola perilaku yang keliru atau disebut dengan maladaptif.
Indikator perilaku yang menunjukkan ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri
menurut Hurlock (2008) antara lain rasa tidak puas, kecewa. Sebagai contoh hasil penelitian
Yuniar dkk (2005) menunjukkan bahwa setiap tahunnya 5-10% dari siswa baru mengalami
masalah dalam melakukan proses penyesuaian diri, seperti tidak mampu mengikuti pelajaran,
tidak bisa tinggal di asrama karena tidak bisa hidup terpisah dengan orang tua, melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar aturan.
Beberapa indikator perilaku yang menunjukkan ketidakmampuan dalam penyesuaian diri
pada siswa, diantaranya: sering menyendiri dan menarik diri dari pergaulan, minder dan tidak
percaya diri, sulit berkomunikasi atau mengungkapkan pendapat dalam diskusi, jarang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi, tidak mempunyai kawan akrab dan merasa
tertekan dengan lingkungan sosial. Selain itu pula fakta -fakta seperti tawuran, gank motor,
balap liar, penyalahgunaan NAPZA, kriminalitas, seks bebas, merupakan fenomena yang
menyolok di kalangan remaja pada masa sekarang. Kondisi tersebut menunjukkan salah satu
indikasi proses penyesuaian diri yang negatif dan gagal.
Salah satu faktor cukup penting atau berperan dalam keberhasilan proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah yaitu iklim sekolah. Seperti dikemukakan Howard (Paringadi, 2006) iklim

4
sekolah merupakan keadaan sosial dan budaya sekolah yang mempengaruhi tingkah laku orang
di dalamnya. Iklim sekolah sebagai suasana sekolah yang baik di mana keadaan sekitar
dirasakan tenteram, mesra, riang dengan pembelajaran yang lancar. Selain berdampak positif
pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim sekolah memiliki kontribusi positif terhadap
pencapaian hasil non akademik, seperti pembentukan konsep diri, keyakinan diri, dan aspirasi.
Iklim sekolah selain berdampak pada pencapaian hasil akademik siswa, juga memiliki
kontribusi yang positif terhadap hasil non akademik, seperti pembentukan konsep diri,
keyakinan diri dan aspirasi. Studi yang dilakukan oleh Battisticch dan Horn (Steenbrink, 1994)
memaparkan adanya perasaan akan komunitas (sense of community) dapat mengurangi secara
signifikan munculnya perilaku bermasalah seperti keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan
tindak kekerasan. Menurut Slameto (2003) iklim lingkungan sekolah meliputi berbagai
komponen antara lain (1) Relasi guru dan siswa, Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa
secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. (2) Relasi siswa dengan
siswa, bila di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat, maka jiwa kelas
tidak terbina bahkan hubungan kebersamaan siswa tidak tampak. (3) Disiplin sekolah,
peraturan sekolah yang tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan siswa dalam menjalankan
kegiatan belajar.
Iklim sekolah yang memenuhi harapan siswa adalah suasana dan lingkungan belajar yang
dapat memberikan pelayanan pembelajaran secara berkualitas kepada siswa sehingga mereka
nyaman dan bersemangat dalam belajar. Misalnya sarana belajar yang cukup memadai
membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar, peraturan sekolah yang tegas dan tertib yang
membantu kedisiplinan siswa dalam menjalankan kegiatan belajar, sertm adanya relasi guru
dan siswa, siswa dengan siswa yang terbangun secara harmonis sehingga dapat meningkatkan
penyesuaian sosial pada individu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyesuaian diri individu?
2. Apa saja aspek aspek penyesuaian diri individu?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu?
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2. Untuk menjelaskan pengertian dari penyesuaian diri individu
3. Untuk menjelaskan aspek aspek penyesuaian diri individu
4. Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyesuaian Diri Individu

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari
lingkungan tertentu. Disamping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan, dan tuntutan
didalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Jadi penyesuaian
diri dapat dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap
tuntutan dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya.

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal
adjustment. Membahas tentang pengertian penyesuaian diri, menurut Schneiders (Ali dan
Mohamad, 2015:173-174) dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu:

a) Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)


Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptaion). Padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,
fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha
mempertahankan diri secara fisik (selfmaintenance atau survival). Penyesuaian diri
diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan
fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Padahal, dalam penyesuaian diri
diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan
lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberadaan kepribadian individu dalam
hubungannya dengan lingkungan.
b) Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (Conformity)
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa
disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun
emosional. Individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan terancam akan
tertolak dirinya manakala perilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Norma yang berlaku pada suatu budaya tertentu tidak sama dengan norma pada budaya
lainnya sehingga tidak mungkin merumuskan serangkaian prinsip-prinsip penyesuaian
diri berdasarkan budaya yang dapat diterima secara universal. Konsep penyesuaian diri
sesungguhnya bersifat dinamis dan tidak dapat disusun berdasarkan konformitas sosial.
c) Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (Mastery)

6
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha
penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan
respon dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustasi tidak
terjadi. Penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam
mengembangkan diri sehingga dorongan, emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan
terarah. Pemaknaan penyesuaian diri sebagai penguasaan (mastery) mengandung
kelemahan, yaitu menyamaratakan semua individu. Prinsip-prinsip penting
mengenai hakikat penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut.
1. Setiap individu memiliki hakikat penyesuaian diri yang berbeda.
2. Penyesuaian diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau
kecenderungan yang telah dicapainya.
3. Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan
tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan.

Menurut Schneiders (Agustiani, 2009:146) mengemukakan bahwa penyesuaian diri


merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang
merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi
yang dialami di dalam dirinya. Penyesuaian diri bukan merupakan suatu yang bersifat absolut
atau mutlak. Tidak ada individu yang dapat melakukan penyesuaian diri dengan sempurna.
Penyesuaian diri bersifat relatif, artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan kapasitas
individu untuk memenuhi tuntutan terhadap dirinya.

Penyesuaian diri merupakan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit
(Hurlock, 2016: 257). Mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian sesorang individu
berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Tedapat pola perilaku tertentu yang secara
karakteristik dikaitkan dengan anak yang berpenyesuaian yang baik dan pola yang dikaitkan
dengan mereka yang berpenyesuaian buruk. Penyesuaian diri yang baik memiliki semacam
harmoni dalam, artinya mereka sewaktu-waktu ada kekecewaan dan kegagalan yang mereka
berusaha terus untuk mencapai tujuan. Mereka menganggap tujuan tersebut terlalu tinggi,
mereka bersedia memodifikasi tujuan agar cocok dengan kemampuan mereka. Penyesuaian
diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar
terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. (Fatimah, 2008:198).

Menurut sobur (2016:449) penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam
kehidupan manusia. Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri.

7
Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan kelainan penyesuaian. Menunjukan
kelainan-kelainan kepribadian seseorang sering dikemukakan maladjustment, yang artinya
“tidak ada penyesuaian” atau “tidak memiliki kemampuan menyesuaiakn diri”. Jadi, misalnya
seorang anak yang mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga anak menjadi nakal,
anak tersebut sering disebut maladjusted child. Sedangkan menurut musthafa, penyesuaian
adalah suatu proses dinamis secara terus-menerus yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku
untuk mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulakan penyesuaian diri adalah kemampuan


yang dimiliki individu untuk berinteraksi dengan orang lain yang bertujuan untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, baik secara pribadi ataupun sosial.

2.2 Aspek Aspek Penyesuaian Diri Individu

Sesuai dengan kekhasan perkembangan fase remaja maka penyesuaian diri dikalangan
remaja pun memiliki aspek-aspek yang khas pula. Aspek aspek penyesuaian diri remaja adalah
sebagai mana dipaparkan berikut ini. (Ali dan Mohammad, 2015:179-181).

a) Penyesuaian diri remaja terhadap peran dan identitasnya


Pesatnya perkembangan fisik dan psikis, seringkali menyebabkan remaja mengalami
krisis peran dan identitasnya. Remaja senantiasa berjuang agar dapat memainkan
perannya agar sesuai dengan perkembangan masa peralihannya dari masa kanak-kanak
menjadi dewasa. Tujuannya adalah memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan
dapat dimengerti serta diterima oleh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah,
ataupun masyarakat. Penyesuaian diri remaja secara khas berupaya untuk dapat
berperan sebagai subjek yang kepribadiaanya memang berbeda dengan anak-anak
ataupun orang dewasa.
b) Penyesuaian diri remaja terhadap pendidikan
Remaja sebenarnya mengetahui bahwa untuk menjadi orang yang sukses harus rajin
belajar. Upaya pencarian identitas diri yang kuat menyebabkan mereka seringkali lebih
senang mencari kegiatan-kegiatan selain belajar tetapi menyenangkan bersama-sama
kelompoknya. Seringkali ditemui remaja yang malas dan tidak disiplin dalam belajar.
Penyesuaian diri remaja secara khas berjuang ingin meraih sukses dalam studi, tetapi
dengan cara-cara yang menimbulkan perasaan bebas dan senang, terhindar dari tekanan
dan konflik, atau bahkan frustasi.
c) Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan seks

8
Remaja perlu menyesuaikan penyaluran kebutuhan seksualnya dalam batas-batas
penerimaan lingkungan sosialnya sehingga terbebas dari kecemasan psikoseksual,
tetapi juga tidak melanggar nilai-nilai moral masyarakat dan agama. Secara khas
seksual penyesuaian diri remaja dalam konteks ini adalah mereka ingin memahami
kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan
dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan
agama.
d) Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial
Dalam kehidupan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, tentunya memiliki ukuran-
ukuran dasar yang dijunjung tinggi mengenai apa yang dikatakan baik atau buruk, benar
atau salah, yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dalam bentuk norma-norma, hukum,
nilai-nilai moral, sopan santun, maupun adat istiadat. Perjuangan penyesuaian diri
remaja terhadap norma sosial adalah ingin menginteraksikan antara dorongan untuk
bertindak bebas di satu sisi, dengan tuntutan norma sosial pada masyarakat disisi lain.
Tujuannya adalah agar dapat terwujud internalisasi norma, baik pada kelompok remaja
itu sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas.
e) Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang
Waktu luang remaja merupakan kesempatan untuk memenuhi dorongan bertindak
bebas. Remaja dituntut mampu menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Upaya penyesuaian diri remaja adalah
melakukan penyesuaian dorongan kebebasannya serta inisiatif dan kreativitasnya
dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Penggunaan waktu luang akan menjunjung
pengembangan diri dan manfaat sosial.
f) Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan uang
Remaja juga berupaya untuk memenuhi dorongan sosial lain yang memerlukan
dukungan finansial. Remaja belum sepenuhnya mandiri, dalam masalah finansial,
mereka memperoleh jatah dari orang tua sesui dengan kemampuan keluarganya.
Perjuangan penyesuaian diri remaja adalah berusaha untuk mampu bertindak secara
proposional, melakukan penyesuaian antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya
dengan kondisi ekonomi orang tuanya.
g) Penyesuaian diri terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi
Dinamika perkembangan yang sangat dinamis, remaja seringkali dihadapkan pada
kecemasan, konflik, dan frustasi. Strategi penyesuaian diri terhadap kecemasan,
konflik, dan frustasi tersebut biasanya melalui suatu mekanisme pertahanan diri seperti

9
kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan reaksi. Batas-
batas kewajaran dan situasi tertentu untuk sementara cara-cara tersebut memang masih
memberikan manfaat dalam upaya penyesuaian diri remaja. Cara-cara tersebut
seringkali ditempuh dan menjadi kebiasaan, hal itu akan menjadi tidak sehat.

Menurut Sundari (2015;40-42) karakteristik remaja dalam penyesuaian diri dapat


dipaparkan sebagai berikut:

a) Penyesuaian terhadap keluarga (family adjustment)


Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keharmonisan keluarga terwujud bila seluruh
anggota keluarga mempunyai kesadaran dan kesanggupan memenuhi fungsinya. Tiap
anggota keluarga berusaha mengadakan penyesuaian diri dalam keluarganya, antara
lain:
1. Mempunyai relasasi yang sehat dengan segenap anggota keluarga.
2. Mempunyai solidaritas dan loyalitas keluarga serta membantu usaha keluarga
dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Mempunyai kesadaran adanya emansipasi yang gradual serta kemerdekaan dalam
taraf kedewasaan.
4. Mempunyai kesadaran adanya otoritas orang tua.
5. Mempunyai kesadaran bertanggung jawab menjalankan aturanaturan larangan
secara disiplin.
b) Penyesuaian diri terhadap sosial (social adjustment)
Sosial atau masyarakat merupakan kumpulan individu, keluarga, organisasi dan lain-
lainnya. Terjadi keharmonisan dalam masyarakat harus ada kesadaran bermasyarakat.
Penyesuaian terhadap masyarakat antara lain:
1. Ada kesanggupan mengadakan relasi yang sehat terhadap masyarakat.
2. Ada kesanggupan bereaksi secara efektif dan harmonis terhadap kenyataan sosial.
3. Kesanggupan menghargai dan menjalankan hukum tertulis maupun tidak tertulis.
4. Kesanggupan menghargai orang lain mengenai hak-haknya dan pribadinya.
5. Kesanggupan untuk bergaul dengan orang lain dalam bentuk persahabatan.
c) Penyesuaian diri terhadap sekolah (school adjustment)
Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam mengembangkan potensinya,
terutama perkembangan intelegensi maupun pribadinya. Sekolah harus menumbuhkan
penyesuaian diri yang baik, bersifak konstruktif, sehingga terwujud:
1. Disiplin dalam sekolah terhadap peraturan-peraturan yang ada.

10
2. Pengakuan otoritas guru atau pendidik.
3. Interes terhadap mata pelajaran di sekolah.
4. Situasi dan fasilitas yang cukup, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai.
d) Penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi
Perguruan tinggi merupakan tempat pendidikan tertinggi, untuk mencapai gelar, tempat
yang menyenangkan penuh kenangan. Mahasiswa merupakan tempat yang diliputi
keraguan, kecemasan bahkan kegagalan. Penyesuaian diri di perguruan tinggi hampir
sama di sekolah, tetapi harus ditambah dengan:
1. Pengembangan kepribadian yang seimbang yaitu dapat memenuhi tuntutan ilmiah,
jasmani, dan rohani yang sehat serta tanggung jawab sosial yang masak.
2. Dapat belajar menyesuaikan diri di tempat kelak bekerja.
3. Siap menghadapi persaingan, ulet dalam mengahadapi segala persoalan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek-aspek penyesuaian diri yaitu peran
dan identitasnya, kematangan emosional, kematangan sosial, dan kognisi.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Schneider (Ali dan Mohammad, 2015:181) setidaknya ada lima faktor yang
dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:

a) Kondisi fisik
Seringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja.
Aspek-aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat memengaruhi penyesuaian diri
remaja adalah:
1. Hereditas dan konstitusi fisik, pengaruh hereditas terhadap penyesuaian diri, lebih
digunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang lebih dekat dan tak
terpisahkan dari mekanisme fisik.
2. Sistem utama tubuh, termasuk ke dalam sistem utama tubuuh yang memiliki
pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem syaraf, kelenjar, dan otot.
3. Kesehatan fisik, kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri,
percaya diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat
menguntungkan bagi proses penyesuaian diri.
b) Kepribadian
Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah:

11
1. Kemauan dan kemapuan untuk berubah, merupakan karakteristik kepribadian yang
pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses penyesuaian diri. Sebagai suatu
proses yang dinamis dan berkelanjutan, penyesuaian diri membutuhkan
kecenderungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan
karakteristik sejenis lainnya.
2. Pengaturan diri, sama pentingnya dengan proses penyesuaian diri dan pemeliharaan
stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri.
3. Realisasi diri, perkembangan kepribadian berjalan normal sepanjang masa kanak-
kanak dan remaja, di dalamnya tersirat potensi laten dalam bentuk sikap, tanggung
jawab pengahayatan nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik
lainnya menuju pembentukan kepribadian dewasa.
4. Intelegensi, kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada
kualitas dasar lainnya yang penting peranannya dalam penyesuaian diri, yaitu
kualitas intelegensi.
c) Edukasi
Termasuk unsur-unsur penting dalam edukasi atau pendidikan yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri inidvidu, adalah.
1. Belajar, merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri individu karena pada
umunya respon-respons dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi
penyesuaian diri diperoleh dan menyerap ke dalam diri individu melalui proses
belajar.
2. Pengalaman, ada dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap
proses penyesuaian diri, yaitu pengalaman yang menyehatkan (salutary
experience), dan pengalaman traumatik (traumatic experience). Pengalaman yang
menyehatkan adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan
sebagai sesuatu yang mengenakan, mengasyikan, dan bahkan dirasa ingin
mengulangnya kembali. Sedangkan pengalaman traumatik adalah peristiwa-
peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat
tidak mengenakan, menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan. Sehingga yang
mengalami pengalaman traumatik akan cenderung ragu-ragu, kurang percaya diri,
gamang, rendah diri, atau bahkan merasa takut ketika harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru dibandingkan dengan yang mengalami pengalaman
menyehatkan.

12
3. Latihan, merupakan proses belajar yang dioreintasikan kepada perolehan
ketrampilan dan kebiasaan. Seseorang yang sebelumnya memiliki penyesuaian diri
yang kurang baik dan kaku, tetapi karena melakukan latihan secara sungguh-
sungguh, akhirnya lambat laun menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan
lingkungan baru.
4. Determinasi diri, bahwa sesungguhnya individu itu sendiri harus mampu
menentukan dirinya sendiri untuk melakukan proses penyesuaian diri. Determinasi
merupakan faktor yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau
keburukan, untuk mencapai penyesuaian diri secara tuntas, atau bahkan merusak
diri sendiri.
d) Lingkungan
Berbicara faktor lingkungan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap penyesuaian
diri sudah tentu meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat:
1. Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan utama yang sangat penting atau
bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri
individu. Unsur-unsur di dalam keluarga, seperti konstelasi keluarga, interaksi
orang tua dan anak, karakteristik keluarga, kekohesifan keluarga, dan gangguan
dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu.
2. Lingkungan sekolah, juga dapat menjadi kondisi yang memungkinkan
berkembangnya atau terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri.
Sekolah dipandang sebagai media yang sangat berguna untuk mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai, sikap, dan moral
siswa.
3. Lingkungan masyarakat, juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap
perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan,
norma, moral, dan perilaku masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh
terhadap proses perkembangan penyesuaian dirinya.
e) Agama dan Budaya
Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang
memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup
individu. Faktor agama memiliki sumbangan yang berarti terhadap penyesuaian diri
individu. Selain agama, budaya juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan individu. Adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada

13
individu melalui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.

Menurut Soeparwoto, (dalam Kumalasari.2011:23) faktor penyesuaian diri


dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor Internal
 Motif, yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif
mendominasi.
 Konsep diri remaja, yaitu bagaimana remaja memandang dirinya sendiri, baik dari
aspek fisik, psikologis, sosial maupun aspek akademik. Remaja dengan konsep diri
tinggi akan lebih memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang
menyenangkan dibanding remaja dengan konsep diri rendah, pesimis ataupun
kurang yakin terhadap dirinya.
 Persepsi remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek, peristiwa
dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk
konsep tentang objek tertentu.
 Sikap remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif.
Remaja yang bersikap positif terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan lebih
memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian diri yang baik dari pada remaja
yang sering bersikap negatif.
 Intelegensi dan minat, intelegensi merupakan modal untuk menalar. Manganalisis,
sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuaian diri. Ditambah faktor
minat, pengaruhnya akan lebih nyata bila remaja telah memiliki minat terhadap
sesuatu, maka proses penyesuaian diri akan lebih cepat.
 Kepribadian, pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert akan lebih lentur dan
dinamis, sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibanding tipe
kepribadian introvert yang cenderung kaku dan statis.
b) Faktor Eksternal
 Keluarga terutama pola asuh orang tua, pada dasarnya pola asuh demokratis dengan
suasana keterbukaan akan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan
proses penyesuaian diri secara efektif.
 Kondisi sekolah, kondisi sekolah yang sehat akan memberikan landasan kepada
remaja untuk dapat bertindak dalam penyesuaian diri secara harmonis.

14
 Kelompok sebaya, hampir setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam
bentuk kelompok. Kelompok teman sebaya ini ada yang menguntungkan
pengembangan proses penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru menghambat
proses penyesuaian diri remaja.
 Prasangka sosial, adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh
prasangka terhadap para remaja, misalnya memberi label remaja negatif, nakal,
sukar diatur, suka menentang orang tua dan lain lain, prasangka semacam itu jelas
akan menjadi kendala dalam proses penyesuaian diri remaja.
 Hukum dan norma sosial, bila suatu masyarakat benar-benar konsekuen
menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku maka akan mengembangkan
remaja-remaja yang baik penyesuaian dirinya.

Menurut Shcneiders (Agustiani, 2009:147) penyesuaian diri yang dilakukan oleh


individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor kondisi fisik, yang meliputi faktor keturunan, kesehatan, bentuk tubuh dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik.
2. Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan intelektual,
sosial, moral, dan kematangan emosional.
3. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustasi dan konflik
yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam penyesuaian diri.
4. Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti kondisi
keluarga, kondisi rumah.
5. Faktor budaya, termasuk adat istiadat dan agama yang turut mempengaruhi
penyesuaian diri seseorang.

2.4 Peranan Lingkungan terhadap Perkembangan Penyesuaian Diri Individu

1. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu
dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan
kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam
keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan
jiwa seorang individu. Dalam praktiknya banyak orang tua yang mengetahui hal ini
namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karier dan mencari penghasilan yang

15
besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak–
anak.
Hal ini sering kali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak
disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang–ulang dalam
jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak–kanak) maka akan
sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan
diri dikemudian hari.
Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang
pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi
tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres.
2. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat di antara
kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa–masa lainnya.
Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada
teman– temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran,
dan perasaan.
Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita–citanya dan
dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau
mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam
penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri. Ini sangat membantu diri individu dalam
memahami pola–pola dan ciri–ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain.
Semakin mengerti akan dirinya. Maka individu akan semakin meningkat
kebutuhannya dan berusaha menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan
kelemahannya. Dengan demikian dia akan menemukan cara penyesuaian diri yang
tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Lingkungan teman sebaya mempunyai
peran penting dalam pembentukan penyesuaian diri siswa.
3. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
informasi saja akan tetapi juga mencakup tanggung jawab pendidikan secara luas.
Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga berperan
sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan. Ia adalah langkah pertama
dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan.

16
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan
individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan
tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan
penyesuaian antara individu dengan nilai–nilai yang diharuskan oleh lingkungan
menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini
sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam
penyesuaian tersebut. Jadi di sini peran guru sangat berperan penting dalam
pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. Menurut Soejono Soekanto,
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan maka ia menjalankan
suatu peranan (Soejono Soekanto, 1994). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional
tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik (Undang-Undang Guru dan Dosen
Tahun 2012).
Sedangkan Guru Bimbingan dan Bonseling (BK) adalah seorang tenaga profesional
yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh
waktunya pada layanan bimbingan. Guru BK ini memberikan layanan-layanan
bimbingan kepada para siswa dan menjadi konsultan bagi staf sekolah dan orang tua
(Winkel & Sri Hastuti, 2012). Peranan guru BK berdasarkan teori di atas adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau seorang
tenaga profesional dalam memberikan layanan-layanan bimbingan kepada para siswa.
Bentuk peranan guru BK meliputi tugas dan fungsi yang merupakan tanggung jawab
atas profesi yang disandangnya. Berkaitan dengan tugas guru BK, berikut ini terdapat
beberapa peranan guru BK merujuk pada fungsi yang harus dijalankan, yaitu:
informator, organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmitter, fasilitator,
mediator dan evaluator.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu
proses individu dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungannya agar tercapai tujuan dan kondisi yang diharapkan oleh diri sendiri dan
lingkungannya. Adapun faktor-faktor penyesuaian diri yaitu adanya faktor internal yang
berdasarkan pada diri sendiri, Remaja dengan konsep diri tinggi akan lebih memiliki
kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang menyenangkan dibanding remaja dengan
konsep diri rendah, pesimis ataupun kurang yakin terhadap dirinya. Faktor eksternal yang
berdasarkan dari lingkungan dia tempat tinggal, kelompok teman sebaya ini ada yang
menguntungkan pengembangan proses penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru
menghambat proses penyesuaian diri remaja.

3.2 Saran

Dalam penyesuaian diri seorang individu hendaknya menyadari bahwa pentingnya


bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar untuk dapat terus meningkatkan minat bersosial,
kemampuan menyesuaikan diri, kepercayaan diri dan kemampuan tenggang rasa dalam
hubungannnya dengan orang lain dilingkungan manapun. Lingkungan keluarga juga harus
menciptakan suasana yg membuat seorang anak merasa tidak sendiri, merasa orang lain selalu
menyayanginya yg dapat membantu ia dalam penyesuain diri di luar lingkuangan keluarga.
Tak hanya itu, peran lingkungan sekolah juga sangat penting, sekolah diharapkan agar lebih
mengembangkan dan meningkatkan terutama bimbingan dan konseling di sekolah agar
terciptanya peraturan dan kebijakan yang mendukung pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah, guna membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahannya khususnya
dalam masalah penyesuaian diri terlebih kepada siswa yang terisolir di lingkungan sekolah agar
siswa mampu untuk menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntunan sosial.

Bukan hanya guru BK, tetapi sepatutnya guru harus menjadi wadah penyelesaian dalam
penyesuaian diri seorang individu, karena guru tau bagaimana seorang anak bersosialisasi,
bersikap terutama dalam jam pembelajaran. Terlebih juga pihak sekolah juga dapat
menyediakan ekstrakurikuler, dimana seorang anak dapat berada dilingkungan dengan orang
yg menyukai suatu hal yg sama dengannya. Dengan berada dilingkungan yg ia sukai, perlahan-
lahan ia akan terbiasa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://andrinovansyah.blogspot.com/2016/06/makalah-proses-penyesuaian-diri-
peserta.html

http://etheses.uin-malang.ac.id/1867/6/09410010_Bab_2.pdf

https://www.samawarea.com/2019/05/12/penyesuaian-diri-peserta-didik/

https://www.academia.edu/24652409/Makalah_PPD_Perkembangan_Peserta_Di
dik_Tentang_Penyesuaian_diri_peserta_didik_tingkat_menegah_atau_remaja

19

Anda mungkin juga menyukai