Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu:
Drs. Nurhamzah CS,MSI.,M.P Mat
Syarifah Setiana Ardiati, S.Psi., M.Pd.
Disusun oleh:
Nama : M. Haikal Ismatilah
NIM : 2121003
Kelas : PAI A/II
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang
telah memberikan karunia dan lindungan-Nya disertai keteguhan dan kesabaran hati,
begitu besar rasa syukur yang dirasakan, karena berkat Ridho-Nyalah sehingga laporan
studi kasus ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Psikologi Perkembangan. Laporan ini berisi hasil studi kasus yang
dilakukan di salah satu kampus swasta.
Dalam penulisan ini, penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari
semua pihak tidak mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, ucapan terimakasih
yang tak terhingga penyusun sampaikan terutama kepada segenap pihak dari warga
kampus iailm serta rekan-rekan yang telah banyak membantu kelancaran studi kasus
ini.
Dengan rasa rendah hati, penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
perbaikkan dimasa yang akan datang. Walaupun demikian penyusun mengharapkan
laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
M. Haikal Ismatilah
i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................... 4
C. Rumusan Masalah............................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Toxic Friendship
1. Pengertian................................................................................... 5
2. Ciri-Ciri Perilaku Toxic Friendship............................................ 6
3. Penyebab Toxic Friendship........................................................ 7
4. Dampak Toxic Friendship.......................................................... 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian............................................................................ 11
B. Lokasi Penelitian.............................................................................. 11
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 11
D. Teknik Analisis Data....................................................................... 12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan.................................................... 13
B. Dampak Perilaku Komunikasi Toxic Friendship............................. 16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertemanan atau persahabatan (Friendship) yaitu hubungan yang erat antara
seseorang dengan yang lainnya. Teman memiliki pengaruh besar pada perilaku dan
gaya hidup seseorang. Persahabatan akan membawa kebaikan dan keburukan pada
saat bersamaan. Artinya, jika kita berteman dengan orang baik maka kita akan
terpengaruh untuk menjadi orang baik juga, sebaliknya jika berteman dengan orang
jahat kita akan terpengaruh menjadi orang jahat juga (Dariyo, 2004: 47).
Dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih terjalin melalui
proses komunikasi menuju persahabatan dan menjaga hubungan persahabatan.
Membangun hubungan persahabatan dengan orang-orang dari latar belakang
berbeda membutuhkan usaha dan kesiapan diri. Pertemuan pertama merupakan
momen yang menentukan apakah seseorang akan diterima sebagai sahabat atau
tidak.
Komunikasi adalah suatu proses interaksi antara sesama makhluk tuhan baik
dengan menggunakan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku dan tindakan.
Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan
menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti
melalui lisan, tulisan maupun sinyal-sinyal non verbal. Komunikasi verbal dan
nonverbal yang tulus, atau terdapat sesuatu yang tersembunyi dalam tujuan utama
dalam membangun suatu hubungan.
Perilaku komunikasi merupakan aktivitas atau tindakan yang mendorong
manusia untuk melakukan interaksi yang saling memengaruhi satu sama lain,
sengaja atau tidak sengaja dan tidak berbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi
juga dalam hal komunikasi nonverbal seperti ekspresi muka, sentuhan, symbol dan
lainnya. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang
dalam lingkungan dan situasi komunikasinya.
Perilaku komunikasi dapat diamati melalui kebiasaan komunikasi seseorang,
sehingga perilaku komunikasi seseorang akan pula menjadi kebiasaan pelakunya.
Definisi perilaku komunikasi tidak akan lepas dari pengertian perilaku dan
2
komunikasi. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan yaitu perilaku atau
kebiasaan seseorang umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan
sesuatu dan untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dampak perilaku komunikasi pada suatu kelompok akan dipengaruhi
beberapa faktor sebagai berikut, (1) Konformitas, yaitu perubahan
perilaku/kepercayaan kepada ada aturan kelompok sebagai dampak dari tekanan
kelompok tersebut. (2) Fasilitas sosial, menunjukkan kelancaran atau peningkatan
kualitas kerja sama karena ditonton kelompok. Menurut Robert Zajonz (1965)
berpendapat bahwa kehadiran orang lain dapat menjadi efek pembangkit energi
terhadap perilaku seseorang. (3) Polarisasi, yaitu kecondongan pada posisi yang
lebih sulit atau berlebihan. Jika sebelum ikut berdiskusi para anggota kelompok
mendukung sesuatu, dia akan tetap mendukung hal tersebut lebih kuat.
Mahasiswa sudah jelas merupakan makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain untuk bertahan hidup. Tidak bisa dipungkiri Mahasiswa tidak bisa
terlepas dari interaksi sosial. Mahasiswa selalu melakukan interaksi sosial dengan
teman sebayanya, dosen ataupun orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi
sosial adalah cara untuk bersosial dan pertemanan adalah salah satu buah dari
bersosialisasi. Pada umumnya interaksi sosial sebagian besar digunakan untuk
berkomunikasi, dengan demikian disimpulkan komunikasi adalah salah satu aspek
paling penting bagi mahasiswa.
Sebagian besar mahasiswa membuat Circle Friendship atau kelompok
pertemanan. Yaitu berteman dengan orang-orang terdekat pilihan mereka sendiri.
Mengutip dari psikolog Ayoe Sutomo pada tabloid Nova.com, Inner circle
sebenarnya sebuah circle pertemanan yang berisi orang-orang yang terdekat yang
dianggap nyaman untuk berbagi kisah dan pengalaman. Pertemanan yang berisi
orang-orang yang dianggap tulus menerima baik dan buruknya seseorang sehingga
tidak membuat situasi menjadi buruk. Akan tetapi gaya pertemanan ini ini dianggap
membuat kita membatasi diri bersosialisasi dengan lingkungan sekitar di luar circle
tersebut.
Berdasarkan observasi awal terhadap beberapa circle telah saya amati sejak
lama terutama pada circle yang terdapat saya di dalamnya. Pada beberapa circle,
3
kerap muncul Toxic friends. Terkadang mereka menebar kebencian, tidak suka jika
orang lain bahagia, cemburu dengan orang lain, pesimis dan lain-lain.
Aura negatif yang mereka sebarkan tak jarang membuat teman lain pada
circle tersebut “teracuni” dan membenarkan apapun yang tidak selalu benar asalkan
keluar dari mulut salah satu teman pada circle tersebut. Pertemanan seperti ini
membuat kita menjadi lelah. Lelah membenci orang, lelah selalu berprasangka
buruk. Padahal tidak semua hal tersebut benar. Dan kebanyakan tidak (sama sekali
tidak) berhubungan dengan hidup kita. Sebuah riset yang dilakukan University of
notre Dame menemukan fakta bahwa kekuatan struktur ikatan pertemanan dapat
membuktikan seperti apa kesehatan yang dimiliki seseorang.
Toxic friendship dapat disadari saat persahabatan yang kita jalankan selalu
membuat kita merasa buruk atau negatif. Bukannya bersifat mendukung, sebaliknya
toxic friendship membuat kita tidak berdaya. Parahnya lagi terkadang kita malah
membiarkan saja terjadi padahal lama-kelamaan toxic friendship membuat kita
merasa tersiksa, stres bahkan bisa memengaruhi fisik kita. Kita tidak boleh
membiarkan kan hal ini terjadi dan terjebak dalam circle toxic friendship.
Pada penelitian ini, peneliti tertarik meneliti pada mahasiswa PAI Semester
II Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya karena berdasarkan hasil
observasi awal yang saya lakukan, ada beberapa mahasiswa yang menjalin
pertemanan secara berkelompok dengan teman sebayanya, bersantai bersama di
kantin dan berjalanjalan bersama. Mereka biasanya memanfaatkan waktu istirahat
untuk berkumpul bersama. Apalagi pada mahasiswa PAI Semester II Institut
Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya .
Pada lingkungan kampus, disinilah tempat terjadinya proses interaksi antar
individu, proses belajar mengajar, Tempat bertemunya kelompok teman sebaya
yang dianggap layak untuk seseorang. Pada lingkungan inilah ilmu pengetahuan
serta pengalaman yang diperoleh para mahasiswa yang yang dapat membentuk
karakteristik kepribadian seseorang menjadi baik atau buruk Berdasarkan
penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Dampak Perilaku Komunikasi Toxic Friendship di Mahasiswa IAILM Semester
II”.
4
B. Rumusan Masalah
Apa dampak perilaku komunikasi Toxic Friendship dengan teman sebaya
pada mahasiswa PAI Semester II Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah
Suryalaya?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dampak perilaku komunikasi Toxic Friendship dengan
teman sebaya pada mahasiswa PAI Semester II Institut Agama Islam Latifah
Mubarokiyah Suryalaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan
atau acuan dan gambaran yang lebih luas terhadap pengetahuan Toxic
friendship di lingkungan remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Toxic Friendship
1. Pengertian
Suzzane seorang penulis buku dan konselor psikologi menjelaskan
dalam Toxic Friendship: “Knowing the Rules and Dealing with the Friends Who
Breaks Them” (2015), ia menuliskan dalam bahwa seorang teman yang beracun
sering kali mendatangi seseorang bila sedang membutuhkan sesuatu saja, juga
berusaha mengisolasi sesesorang dari kawan-kawannya yang lain, selalu merasa
iri, memfitnah orang lain demi menjaga eksklusivitas pertemanan, dan hobby
berkompetisi.
Sejalan dengan pendapat Suzzane, (Gilliard, 2016: 2) lebih fokus
mendefinisikan Toxic friend pada dampak yang diberikan yaitu “If anything that
is done to you by your friend causes stress, hair loss, weight loss, weight gain,
anxiety, depression, anger and other health issues, it is Toxic. If your friend
makes you feel like hurting somebody, then you are in a Toxic relationship”
Jika diterjemahkan secara bebas maka Toxic friends adalah sesuatu yang
dilakukan oleh teman anda dan menyebabkan anda stress, rambut rontok, berat
badan berkurang, berat badan bertambah, kecemasan yang berlebihan, depresi,
kemarahan dan masalah kesehatan lainnya maka itu disebut beracun. Jika teman
anda membuat anda harus merasa menyakiti orang lain maka anda terjebak
dalam hubungan yang beracun.
Tidak berbeda jauh dengan pendapat Suzzane dan Gilliard, Yager (2006:
29-31) menyebutkan bahwa Toxic friendship disebut juga persahabatan semu.
Toxic friendship adalah jenis persahabatan yang merusak dan berbahaya, serta
bersifat satu arah. Persahabatan semu tidak ada saling berbagi, tidak ada
kebersamaan, tidak ada kasih sayang hanya memikirkan diri sendiri,
menguntungkan satu pihak dan selalu berusaha membuat segala hal berakhir
dengan buruk.
Beberapa definisi di atas terlihat bahwa terdapat kesamaan dalam setiap
definisi maka, Toxic friendship adalah hubungan persahabatan yang beracun
6
dan tidak sehat serta hanya menguntungkan di satu sisi dan merugikan di satu
sisi lainnya. Tak hanyaitu, persahabatan beracun hanya datang ketika
membutuhkan saja dan berusaha mengisolasi dari hubungan sosial lainnya.
Persahabatan beracun dapat menyebabkan trauma, stress, kecemasan yang
berlebihan, depresi, kemarahan, rasa tidak aman dan gangguan kesehatan
lainnya.
2) Kecemburuan
Yager (2006: 103-107) menyebutkan bahwa kecemburuan adalah
faktor utama di belakang persahabatan yang dilihat sebagai hal negatif.
Cemburu adalah mengenai kesuksesan atau contoh yang diberikan untuk
mengusik hati seseorang yang memunculkan kebutuhan untuk membuat
orang lain merasa buruk. Kecemburuan dapat menyebabkan konfrotasi dan
menginspirasi untuk balas dendam.
3) Balas Dendam
Yager (2006: 95-97) menyebutkan bahwa balas dendam merupakan
tindakan terakhir yang disebabkan oleh kompetisi berlebih, kecemburuan, iri
maupun kemarahan yang sudah melewati batas. Balas dendam merupakan
reaksi dari perasaan yang tidak berdaya untuk memengaruhi orang lain
supaya menyukai, menginginkan, menghargai maupun mengakui diri kita.
4) Kemarahan
Yager (2006: 95-97) menyebutkan bahwa balas dendam merupakan
tindakan terakhir yang disebabkan oleh kompetisi berlebih, kecemburuan, iri
maupun kemarahan yang sudah melewati batas. Balas dendam merupakan
reaksi dari perasaan yang tidak berdaya untuk memengaruhi orang lain
supaya menyukai, menginginkan, menghargai maupun mengakui diri kita.
5) Pengkhianatan
Yager (2006: 93-94) menyebutkan bahwa pengkhianatan merupakan
tindakan paling akhir dari balas dendam, dalam konteks ini kecemburuan,
kompetisi berlebihan, serta kemarahan sudah terlalu meluap dan
mengakibatkan perasaan kecewa pada teman sendiri dan menganggap
semua ini karena kesalahan teman. Pengkhianatan terjadi karena ada rasa
ketidakmampuan dalam diri untuk mengakui prestasi teman sendiri serta
perasaan kecewa karena prestasi yang dimiliki tidak sebanding dengan
teman sendiri.
10
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan di
mana peneliti melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap objek yang
akan diteliti untuk memproleh informasi dan data-data tentang masalah yang akan
diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menunjuk subjek penelitian. Ada yang mengistilahkan informant karena informant
memberikan informasi tentang suatu kelompok atau entitas tertentu. Istilah lain
adalah participant. Partisipan digunakan, terutama apabila subjek mewakili suatu
kelompok tertentu, dan hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian dianggap
bermakna bagi subjek. Istilah informan dan partisipan tersebut secara substansial
dipandang sebagai instrument utama dalam penelitian kualitatif.
perduli terhadap masalah orang lain jika tidak mendapatkan keuntungan, dan
suka memerintah.
3. Keras Kepala
(Yager, 2006:89) Keras kepala, artinya tidak mau mendengar kata orang
lain, menganggap pendiriannya selalu benar, tidak mau mengakui bahwa dirinya
salah, tidak mau mengalah, tidak mau untuk meminta bantuan orang lain.
(G), mahasiswa yang sebelumnya telah dijelaskan pada poin pengkritik,
melanjut kan pada poin keras kepala. Ia menceritakan tentang temannya yang ia
larang berpacaran dengan seseorang yang dia anggap buruk terhadap temannya.
“Keras kepala ketika kita memberikan saran tapi dia tidak mau
mendengar padahal kita menyampaikan saran tersebut demi
kebaikannya. Dan suka mengkritik bahwa ini itu tidak baik sedangkan
yang dia lakukan belum tentu benar.”
Pada poin ini penulis memfokuskan pada perilaku keras kepala. (G)
menjelaskan bahwa toxic friend tersebut keras kepala karena tidak mau
mendengarkan saran yang diberikan (G) padahal saran tersebut dinilai baik
untuk dirinya. Lebih lanjut ia menceritakan contoh kasusnya, yaitu:
“contohnya pada saat temanku dekat dengan seseorang. ku larang supaya
tidak terlalu dekat sama itu orang karena dia sudah tahu bagaimana
perlakuannya ke dia. tapi temanku Bilang "Tidak usah ikut campur sama
urusanku karena saya sendiri yang jalani".
Dari cerita yang disampaikan (G), seorang temannya yang keras kepala
tidak pernah mendengarkan saran dari dia.padahal maksud (G) sangat baik, tapi
dia tetap pada pediriannya.
Faktor ketiga, dari Perilaku komunikasi toxic friendship dengan teman
sebaya adalah perilaku keras kepala yaitu salah satu perilaku toxic friend yang
tidak mau mendengar pendapat atau saran temannya dan mengagap dirinya
selalu benar. Mereka susah untuk mengakui kesalahan dan susah untuk bekerja
sama. Perilaku keras kepala dapat merugikan salah satu pihak pada keadaan
tertentu.
16
3. Balas dendam
Balas dendam merupakan reaksi dari perasaan yang tidak berdaya untuk
memengaruhi orang lain supaya menyukai, menginginkan, menghargai maupun
mengakui diri kita (Yager, 2006: 95-97).
4. Kemarahan
Marah merupakan potensi perilaku, yakni emosi yang dirasakan dalam
diri seseorang. Seperti yang dirasakan (A), mahasiswa PAI II yang telah
menceritakan tentang toxic friend yang berperilaku tidak empati mengatakan:
“Menjengkelkan bikin emosi terus. Saya orangnya tidak enakkan kalo
orang sikapnya begitu”
5. Depresi
Depresi merupakan kondisi medis yang berupa suasana hati yang buruk
secara berkepanjangan, kehilangan minat terhadap segala hal dan merasa
kekurangan energy (Yager, 2006: 141-142). Depresi merupakan kondisi
emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang teramat sangat,
perasaan tidak berarti dan bersalah; menarik diri dari orang lain; tidak dapat
tidur, kehilangan selera makan, kehilangan minat serta kesenangan dalam
aktivitas yang sering dilakukan (Davison, Neale dan Kring, 2012: 11).
Sama yang dirasakan (G), dampak dari perilaku toxic teman temannya
yang selalu mengkritik tetapi terkesan mengolok-olok atau menghina dirinya.
“Depresi sering direndahkan kalau lagi bicara tidak nyambung atau
karena pakaian ku hijabku bajuku atau rok yang kusut. Suka dikasih
malu-malu depan orang lain, selalu dibully sama diketawain.”
(G) merasa depresi tehadap perilaku komunikasi toxic temannya. Ia juga
merasa direndahkan karena cara berbicaranya yang kurang nyambung. Begitu
juga dengan penampilannya yang mereka rasa kurang rapi. Hikma juga biasanya
menjadi bahan bully-an dan candaan teman-temannya.
6. Insecure (rasa tidak aman)
Menurut Greenberg (2015) insecurity merupakan perasaan di mana
dipengaruhi oleh masa kecil yang dimiliki, trauma masa lalu, pengalaman akan
kegagalan dan penolakan, kesendirian, kecemasan sosial, pandangan negatif
akan diri sendiri, perfeksionis, atau mempunyai orang tua atau pasangan yang
pengkritik.
18
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Perilaku komunkasi Toxic friendship dengan
teman sebaya pada mahasiswa PAI II IAILM Suryalaya yang telah dikemukakan
dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Perilaku komunikasi Toxic friendship dengan teman sebaya dapat terjadi
disebabkan beberapa faktor yaitu rasa percaya diri, tantangan keakraban,
memahami isyarat, depresi, dan kepribadian. Toxic friendship adalah jenis
hubungan persahabatan yang beracun. Hubungan persahabatan terjalin yang
hanya menguntungkan di salah satu pihak. Perilaku komunikasi Toxic
friendship yang terjadi di Prodi PAI Semester II IAILM Suryalaya yaitu
pengkritik, tidak ada empati, keras kepala, dan selalu bergantung yang
disampaikan secara verbal dan non verbal. Perilaku komunikasi toxic friendship
dapat dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
2. Dampak dari Perilaku komunikasi Toxic friendship dengan teman sebaya di
Prodi PAI Semester II IAILM Suryalaya yang dirasakan beberapa mahasiswa
yaitu kompetisi berlebih, kecemburuan, balas dendam, kemarahan,
penghianatan, depresi, dan insecure (rasa tidak aman)serta terdapat 2 macam
respon yang didapatan oleh peneliti yaitu secara verbal dan nonverbal.
19
DAFTAR PUSTAKA
20