MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendekatan Bimbingan dan Konseling di SD
Dosen Pengampu:
Dr. Siti S. Fadhilah, M. Pd.
Oleh
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, karena penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
layanan bimbingan konseling dalam konteks keberagamaan dengan baik.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen sebagai bahan
presentasi dan diskusi kelompok pada mata kuliah Pendekatan Bimbingan dan
Konseling di SD. Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi
mahasiswa dalam mempelajari bentuk layanan bimbingan konseling dalam
konteks keberagamaan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Siti S. Fadhilah, M. Pd.
dosen pengampu mata kuliah Pendekatan Bimbingan dan Konseling di SD yang
telah memfasilitasi penulis dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak.
Demikian kata pengantar yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah
ini bermanfaat bagi proses perjalanan akademik dan penulis yang akan datang.
Tim Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dirinya sendiri. Bimbingan keberagamaan merupakan salah satu bimbingan
dimana asas-asas yang terkandung dalam agama tersebut menjadi acuan atau
patokan untuk menemukan konsep diri pada seseorang. Lantas, bagaimana
bimbingan konseling dalam konteks keberagamaan? Selanjutnya akan dijelaskan
pada poin pembahasan di dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Secara umum, makalah ini merumuskan masalah mengenai bagaimana
Bimbingan Konseling (BK) dalam konteks keberagamaan?. Secara khusus,
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana psikologi perkembangan kehidupan beragama pada masa anak-
anak, remaja dan dewasa?
2. Bagaimana pendekatan bimbingan konseling dalam konteks
keberagamaan?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agama pada
anak?
4. Bagaimana pelaksanaan bimbingan konseling dalam konteks
keberagamaan?
5. Bagaimana fungsi dan tujuan dari bimbingan konseling dalam konteks
keberagamaan?
6. Bagaimana bentuk layanan bimbingan keagamaan pada siswa SD?
C. Tujuan
Secara umum, tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
BK dalam konteks keberagamaan. Sedangkan secara khusus, tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana psikologi perkembangan kehidupan beragama
pada masa anak-anak, remaja dan dewasa
2. Mengetahui bagaimana pendekatan bimbingan konseling dalam konteks
keberagamaan
3. Mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan konseling dalam konteks
keberagamaan
2
4. Mengetahui fungsi dan tujuan dari bimbingan konseling dalam konteks
keberagamaan.
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk layanan bimbingan keagamaan pada
siswa SD.
D. Manfaat
Besar harapan kami, semoga dengan disusunnya makalah ini dapat
menambah wawasan serta khazanah keilmuan para pembaca sekalian terutama
dalam konteks keberagamaan pada layanan Bimbingan Konseling. Saran dan
kritik sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian, mengingat makalah yang
kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
seseorang harus memperoleh pengetahuan berupa kewajiban serta larangan yang
ditetapkan menurut agama yang dianutnya. Terdapat beberapa fase psikologi
perkembangan agama pada seseorang, diantaranya:
1. Psikologi Perkembangan pada Masa Anak-Anak
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan dimana potensi agama sudah
dimilikinya sejak ia dilahirkan. Perkembangan agama pada anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan orang tua menjadi titik pusat
pengarahan dan pengajaran agama pada anak. Menurut penelitian Ernest
Harms dalam Jalaludin (2009) mengemukakan bahwa perkembangan agama
anak-anak dibagi kedalam beberapa fase, dalam bukunya yang berjudul The
development of Religious on Children, ia mengatakan bahwa terdapat tiga
tingkatan perkembangan agama pada anak, yaitu:
5
2) Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni dinyatakan dalam
pandangan yang bersifat personal (perorangan)
3) Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistic. Agama telah
menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran
agama.
2. Psikologi Perkembangan pada Masa Remaja
Perkembangan keberagamaan pada remaja merupakan peralihan dari
masa anak-anak ke tahap yang selanjutnya. Karena pengalaman dan
pengetahuannya mengenai berbagai hal telah banyak diperolehnya, maka
pada tahap ini biasanya mereka dapat menentukan apa yang baik dan buruk
menurutnya. Namun konflik yang terjadi pada perkembangan agama di masa
remaja ini sering juga muncul. Secara individu, mereka mengalami keraguan,
mengenai:
a. Kepercayaan menyangkut masalah ke Tuhanan dan implikasinya.
b. Tempat suci, menyangkut masalah pemuliaan dan pengagungan
tempat suci umat beragama
c. Alat perlengkapan keagamaan
d. Fungsi dan tugas staf dalam lembaga keagamaan
e. Pemuka agama
f. Perbedaan madzhab (dalam agama Islam) / sekte (dalam agama
Kristen) dalam keagamaan.
3. Psikologi Perkembangan pada Masa Dewasa
Di usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang
stabil. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara ia bertindak dan bertingkah
laku. Kemantapan jiwa orang dewasa ini memberikan gambaran tentang
bagaimana sikap keberagamaannya. Mereka sudah memiliki tanggung jawab
atas pilihannya. Berdasarkan hal ini maka sikap keberagamaan seseorang di
usia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi semuanya melalui proses
dengan berbagai macam pertimbangan. Sikap keberagamaan pada orang
dewasa biasanya dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama pada hakikatnya
6
adalah sikap hidup bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Adapun ciri-ciri
keberagamaan pada orang dewasa diantaranya:
a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan
b. Cenderung bersikap realistis, sehingga norma-norma agama dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
c. Bersikap positif terhadap ajaran agama yang dianutnya dan berusaha
untuk mendalaminya
d. Tingkat ketaatan beragama merupakan wujud dari tanggung jawab
atas dirinya, bukan lagi paksaan
e. Bersikap terbuka dan wawasannya lebih luas
f. Bersikap lebih kritis terhadap materi agama yang dipelajarinya
g. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe
kepribadian masing-masing
h. Terlihat adanya hubungan antara agama dengan kehidupan sosial.
7
2. Problema pemilihan agama; dimana seseorang atau kelompok individu
yang belum beragama dan merasa bimbang atas pilihan agama yang akan
dianutnya.
3. Problema kegoyahan iman; dimana seseorang atau kelompok individu
yang sedang merasakan goyah atas agama yang akan dianutnya sehingga
berkeinginan jika suatu waktu mengikuti ajaran agama yang dianutnya
dan suatu-suatu mengikuti ajaran agama yang lain.
4. Problema karena perbedaan faham dan pandangan; dimana seseorang
melakukan suatu tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan
orang lain, karena tidak memenuhi seutuhnya ajaran agama.
5. Problema pelaksanaan ajaran agama; artinya seseorang yang tidak mampu
menjalankan ajaran agama sebagai mana mestinya karena berbagai sebab.
8
Pendidikan agama memberikan dan mensucikan jiwa serta mendidik hati
nurani dan mental anak-anak dengan kelakuan yang baik-baik dan mendorong
mereka untuk melakukan pekerjaan yang mulia. Karena pendidikan agama
memelihara anak-anak supaya melalui jalan yang lurus dan tidak menuruti hawa
nafsu yang menyebabkan nantinya jatuh ke lembah kehinaan dan kerusakan serta
merusak kesehatan mental anak. Adapun pendidikan agama yang perlu di
terapkan kepada anak sejak usia dini antara lain:
Mengajari Akhlak yang Mulia
Dengan mengajari anak akhlak yang mulia atau yang terpuji bukan hanya
semata untuk mengetahuinya saja, melainkan untuk mempengaruhi jiwa
sang anak agar supaya beraklak dengan akhlak yang terpuji. Karena
pendidikan agama sangat berpengaruh besar dalam rangka membentuk
anak yang berbudi pekerti yang luhur dan memiliki mental yang sehat.
Melestarikan Kesehatan Mental Anak Melalui Pendidikan Agama
Dalam upaya melestarikan kesehatan mental setiap anak / orang harus
mendapatkan pendidikan dan bimbingan dan penyuluhan kejiwaan.
Dengan demikian mereka membutuhkan sistem persekolahan yang sesuai
dengan kepribadian dan perkembangan anak. Perlunya diketahui bahwa
kesahatan mental dapat dicapai melalui kehidupan jadi rukun dan damai
diantaran kelompok sosial dengan saling memberi dukungan fisik, material
maupun moral untuk mencapai ketenangan hidup melalui agama, dapat
meredam gejala jiwa, dan perlu dilakukan / dilaksanakan secara konsisten
dan produktif.
Adapun cara untuk menjaga kesehatan mental anak melalui pendidikan
agama antara lain :
Menanamkan Rasa Keagamaan terhadap Anak. Pengetahuan dan
pemahaman tentang agama diberikan agar anak dapat mengenal lebih
dekat kepada sang pemberi petunjuk yaitu Tuhan. Agar apabila suatu saat
seorang anak mengalami atau mendapatkan masalah dalam hidupnya tidak
timbul frustasi pada anak tersebut yang dapat menimbulkan gangguan jiwa
dan kesehatan mental paa tersebut dengan pengenalan agama lebih dekat.
9
Membimbing dan Mengarahkan Perkembangan Jiwa Anak Melalui
Pendidikan Agama. Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa
anak dapat diusahakan melalui pembentukan pribadi dengan pengalaman
keagamaan terhadap diri anak baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah maupun masyarakat, lingkungan yang banyak membentuk
pengajaran yang bersifat agama. Akan membentuk pribadi, tindakan dan
kelakuan serta caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran
agama yang kesemuanya itu mengacu pada perkembangan jiwa dan
pembentukan mental yang sehat dalam diri anak.
Menanamkan Etika Yang Baik Terhadap Diri Anak Berdasarkan Norma-
Norma Keagamaan. Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan
yang pertama (masa anak) dari umur 0 12 tahun.
10
a) Layanan Orientasi Agama;
Layanan yang memungkinkan umat mengenal dan memahami lingkungan
keberagamaannya dari orang-orang yang dapat memberikan pengaruh
agama untuk mempermudah orang berperan dilingkungan hidup
keberagamaan yang baru dimasukinya. Dengan cara demikian diharapkan
orang terjauh dari sifat keterpaksaan dalam menganut agama, dengan
demikian orang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
keberagamaannya. Dan menjadikan agama sebagai kebutuhan jiwa dan
sumber kebahagiaan hidup.
b) Layanan Informasi Agama.
Jenis layanan yang memungkinkan umat atau orang yang beragama
menerima dan memahami informasi keberagamaannya dari sumber yang
layak dipercaya untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan amal-amal keagamaan dalam mengambil keputusan dan
pertimbangan bagi penentuan sikap dan tingkah laku
keberagamaan. Layanan informasi agama bertujuan membekali umat
dengan berbagai hal yang sangat berguna bagi kehidupan ini.
c) Layanan Penempatan dan Penyaluran Bakat Keberagamaan.
Layanan yang memungkinkan umat beragama memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat dan benar dalam pengembangan hidup
keberagamaan sesuai dengan potensi, minat, bakat, situasi, dan kondisi
pribadi manusia beragama yang bersangkutan.
d) Layanan Bimbingan Pembelajaran / Pengajian Agama.
Layanan yang memungkinkan orang beragama mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar agama yang baik, materi pengajian agama yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajar agama, serta berbagai aspek tujuan
dan kegiatan belajar agama lainnya yang berguna bagi kehidupan
keberagamaan.
e) Layanan Konseling Agama Perorangan.
Layanan yang memungkinkan orang beragama mendapatkan layanan
langsung tatap muka dengan konselor agama dalam rangka pengentasan
11
permasalahan agama yang di hadapi klien. Permasalahan keberagamaan
yang dapat dilayani melalui konseling agama perorangan ini meliputi
semua aspek keagamaan. Konselor agama melayani klien secara
individual.
f) Layanan Bimbingan Agama Kelompok.
Layanan yang memungkinkan sejumlah (sekelompok) orang yang
beragama memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan
masalah keberagamaan yang mereka alami masing-masing melalui
suasana dan dinamika kelompok.
g) Layanan Konseling Agama Kelompok.
Layanan yang dimaksudkan untuk memungkinkan sejumlah orang yang
beragama secara berjamaah memperoleh bahan dan informasi dari nara
sumber tertentu tentang masalah hidup keberagamaan mereka yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan sikap dan tingkah laku
keberagamaan.
Empat jenis bidang pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
pembagian aspek agama Islam dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Bimbingan akidah
adalah bidang pelayanan yang membantu konseling dalam mengenal,
memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan akidah
keimanannya, sehingga menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan, mantap, dan mandiri, sehat dan bahagia, baik lahiriah
maupun batiniah.
b) Bimbingan ibadah
adalah bidang layanan yang membantu klien dalam mengembangkan
hubungan dan pengabdiannya kepada Tuhan melalui amal ibadah agar
menjadi pribadi yang taat dalam mengerjakan perintah-Nya dan taat dalam
menjauhi larangan-Nya.
c) Bimbingan akhlak
adalah bidang pelayanan yang membantu konseli dalam mengembangkan
sikap dan perilaku yang baik, sehingga memiliki akhlak terpuji dan jauh
12
dari akhlak tercela. Tujuan yang hendak dicapai oleh bidang bimbingan ini
pribadi mulia.
d) Bimbingan muamalah
adalah bidang pelayanan yang membantu klien dalam membina dan
mengembangkan hubungan yang selaras, serasi dan seimbang dengan
sesama manusia dan makhluk, sehingga memiliki keharmonisan dalam
kehidupan beragama.
13
e) Bimbingan Islam juga dapat memberikan psikoterapi dari sudut
keagamaan melalui tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits.
f) Bimbingan Islam dalam fungsinya juga lebih bersifat protektif
(melindungi) dan pencegahan dalam bentuk terapi. Bimbingan Islam
sangat signifikan sebagai upaya praktis selain psikoterapi psikiatrik
karena bimbingan Islam mengandung kekuatan spiritual yang
membangkitkan rasa percaya diri dan sikap optimis untuk memperoleh
kesembuhan rohaninya.
Menurut Yusak Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental, menyatakan
bahwa bimbingan Islam juga berfungsi sebagai pendamai diri dan pengendali
moral. Disebut pendamai diri karena seseorang yang merasa bersalah dan berdosa
dapat mencapai kedamaian batin melalui bimbingan Islam yang diberikan.
Disebut pengendali moral, karena moral adalah kelakuan yang disesuaikan dengan
nilai-nilai masyarakat yang timbul dari hati dan disertai oleh rasa tanggung jawab
atas kelakuan tersebut, sehingga dengan bimbingan Islam orang dapat mengatur
dan mengendalikan tingkah laku dan sikap yang diridhai Allah SWT. Aunur
Rahim pun menambahkan secara ringkas fungsi dari bimbingan keberagamaan
adalah sebagai berikut :
1. Fungsi preventif atau pencegahan kepada seseorang agar terhindar dari
masalah.
2. Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu seseorang memecahkan
masalah yang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi preservatif yakni membantu seseorang menjaga situasi dan
kondisi agar yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4. Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu seseorang
mernelihara dan rnengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
atau menjadi lebih baik.
2. Tujuan
Pada dasarnya tujuan dari bimbingan dalam konteks keberagamaan sama
halnya dengan tujuan bimbingan secara umum, hanya saja dalam bimbingan
14
konseling dalam konteks keberagamaan tentu terdapat sentuhan-sentuhan nilai
religius di dalamnya. Berikut ini tujuan dari bimbingan konseling:
1) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
2) Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan
jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang
dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.
3) Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan, tingkah laku
yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam
sekitarnya
4) Menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul
dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan
rasa kasih sayang.
5) Menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul
dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,
ketulusan mematuhi segala perintah, serta ketabahan untuk menerima
ujian-Nya.
6) Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan. Sebagai mahluk sosial,
seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan
lingkungan sosialnya mulai dari ketika kecil di sekolah dengan teman
sebayanya, rekan seprofesi dan dalam keluarga. Kegagalan dalam
hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri
yang antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya memandang atau
menilai diri sendiri atau kurangnya keterampilan untuk menyesuaikan
diri.
15
Pelayanan keagamaan tersebut tentunya dilaksanakan sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing anak. Bentuk layanan keagamaan yang bisa
diterapkan guru di sekolah antara lain:
a) Memberi informasi tentang fasilitas penunjang ibadah keagamaan yang
ada di sekolah dan tuntutan sekolah akan kegiatan ibadah anak-anak;
b) Membiasakan peserta didik untuk berdoa sebelum mulai pelajaran
c) Membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam
d) Memantapkan sikap dan kebiasaan siswa untuk menunaikan ibadah
agama, seperti menunaikan ibadah shalat tepat waktu bagi siswa yang
beragama Islam
e) Mengembangkan sikap dan kebiasaan peserta didik dalam menjaga
kebersihan dan kesehatan diri sendiri, misalnya selalu memperhatikan
apakah yang akan dimakan itu bersih atau tidak, pakaiannya bersih atau t
idak bagaimana membersihkan kotoran yang ada pada diri sendiri.
f) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan
baik. Misalnya berkomunikasi dengan kata-kata yang baik (bukan kata-
kata yang jorok atau kasar),
g) Mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa untuk menyayangi sesama
teman.
h) Mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa hormat kepada orang tua dan
orang dewasa lainnya.
i) Menanamkan pada peserta didik perlunya mengenal dan menerima diri
sendiri sebagaimana adanya, dilatih untuk mensyukuri apa yang dimiliki.
j) Mengajarkan pada anak bersikap baik terhadap dirinya sendiri, seperti
menjaga kebersihan. Kalau selesai buang air kecil, diajarkan untuk selalu
disiram dan dibersihkan.
k) Mengajak anak ke rumah ibadah sesuai dengan agama yang dianut pada
waktu tertentu.
l) Menanamkan sikap toleransi terhadap perbedaan agama di sekolah
16
KESIMPULAN
Pada hakikatnya, bimbingan dilakukan karena adanya ketidakselarasan atau
perilaku penyimpangan atas aturan yang telah ditetapkan, salah satu jenis
bimbingan adalah bimbingan keberagamaan. Namun sebelum bimbingan
keagamaan itu diberikan, terlebih dahulu kita harus mengetahui bagaiaman
konteks psikologi perkembangan keagamaan pada seseorang. pada hakikatnya
seseorang akan mengalami tiga fase perkembangan keagamaan dalam hidupnya,
yaitu fase anak-anak, remaja dan dewasa. Ketiga fase tersebut, tentu memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Pada fase anak-anak, pengetahuan mengenai
agama hanya sebatas melalui cerita-cerita yang ia dengar melalui dongeng-
dongeng fantasi, pada fase remaja, agama menjadi suatu hal yang tidak asing lagi
karena seseorang diusia remaja sudah mulai mengenal aturan-aturan yang terdapat
pada agamanya, sedangkan pada fase dewasa seseorang lebih mendalami ajaran
agama yang dianutnya dan lebih bertanggung jawab atas perintah-perintah yang
telah ditetapkan dalam agama.
Pendekatan bimbingan konseling dilatarbelakangi karena adanya problema-
problema yang harus diatasi. Contoh permasalahannya diantaranya seseorang
yang tidak memiliki agama atau bimbang menentukan agama yang akan
dianutnya, problema goyahnya iman, problema karena berbeda pandangan dan
lain sebagainya. Bimbingan keagamaan diberikan pada siapapun dia yang
mengalami permasalahan-permasalahan tersebut.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang, yaitu
faktor intern (pembawaan) dan faktor ekstern (lingkungan). Setiap orang secara
kodrati memiliki sikap religius yang ada dalam diri sendir. Namun keberagamaan
tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang secara benar.
Untuk itu anak-anak memerlukan tuntunan dan bimbingan sejalan dengan tahap
perkembangan yang mereka alami. Tokoh yang paling menentukan dalam
menumbuhkan perilaku keagamaan itu adalah keluarga terutama orang tua.
Pelaksanaan bimbingan dalam konteks keberagamaan dapat diwujudkan
dalam tujuh jenis layanan agama, yaitu layanan orientasi agama, layanan
informasi agama, layanan penempatan dan penyaluran bakat keberagamaan,
17
layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama, layanan konseling agama
perorangan, layanan bimbingan agama kelompok, dan layanan konseling agama
kelompok.
Fungsi bimbingan konseling dalam konteks keberagamaan adalah sebagai
pencegah seseorang untuk melakukan perilaku yang menyimpang dalam
pendangan agama, membantu pemecahan masalah dengan pendekatan agama,
menjaga situasi dan kondisi dalam hati seseorang, dan mengembangkan perilaku
seseorang ke arah religius. Sedangkan tujuan bimbingan konseling dalam konteks
keberagamaan antara lain membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik, menghasilkan suatu perubahan, menghasilkan
kecerdasan rasa (emosi) pada individu, menghasilkan kecerdasan spiritual pada
diri individu, meningkatkan dalam hubungan antar perorangan.
Bentuk layanan keagamaan harus disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik, beberapa layanan yang bisa guru di sekolah antara lain, pemberian
informasi tentang fasilitas penunjang ibadah keagamaan, membiasakan peserta
didik untuk berdoa sebelum mulai pelajaran, membiasakan peserta didik untuk
mengucapkan salam, memantapkan sikap dan kebiasaan siswa untuk menunaikan
ibadah agama, mengembangkan sikap dan kebiasaan peserta didik dalam menjaga
kebersihan, mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dengan baik, mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa untuk menyayangi
sesama teman.
18
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa. (1992). Koseling dan Psikoterapi. PT. Bpk Gunung Mulya. Jakarta.
19