Candi Sewu berada di utara persis dari kompleks Candi
Prambanan, yang kebetulan juga dekat dengan tempat tinggal saya. Candi Sewu terletak di Desa Bugisan, Prambanan Klaten sedangkan rumah saya di Desa Bokoharjo, Prambanan Sleman, jaraknya kurang lebih 5 km. Sebenarnya saya sering melewati Candi Sewu tetapi saya jarang untuk sekedar melihat bahkan belum pernah menyempatkan untuk mengamati secara dekat. Seperti peribahasa Gajah di pelupuk tidak terlihat, semut di seberang lautan tampak. Peribahasa tersebut adalah cerminan dari diri saya, dalam hal ini jujur saya lebih tertarik mengunjungi tempat-tempat yang jauh daripada tempat yang dekat dan sering saya jumpai.
Candi Sewu erat kaitannya dengan cerita Roro Jonggrang yang
menyuruh Bandung Bondowoso untuk membuatkan candi yang jumlahnya seribu untuk membuktikan cintanya. Menurut sejarah candi sewu merupakan candi agama Buddha, yang konon candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur. Nama asli Candi sewu adalah Majusri grha atau rumah Majusri, yang merupakan salah satu Boddhisatva pada agama Buddha. Candi sewu dibuat sekitar abad 8 Masehi pada pemerintahan Rakai Panangkaran (746 784), tidak pasti tahun berapa Candi ini dibuat tetapi pada salah satu candi perwara menyebutkan penyempurnaan Candi serta tertulis tahun 714 saka atau 792 masehi.
Apabila kita cermati dari namanya, Candi Sewu (Candi seribu)
pasti semua orang beranggapan jumlah candi ada seribu. Candi sewu sebenarnya kompleks candi yang berjumlah 249 buah, yang terdiri dari 1 candi utama, 8 candi pengapit dan 240 candi perwara. Jadi anggapan Candi Sewu adalah candi yang berjumlah seribu itu salah, mungkin orang dulu malas untuk menghitung candi yang jumlahnya ratusan lalu membulatkannya menjadi sewu atau seribu sehingga nama yang menempel hingga sekarang adalah Candi Sewu.
Bangunan candi sewu yang berjumlah 249 membentuk pola
melingkar atau mandala yang dimulai dari 240 candi perwara yang menjadi candi terluar dari kompleks candi sewu, lalu ada 8 candi pengapit yang menghubungkan antara candi utama dan candi perwara. Ketiga bagian candi tersebut saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan.
Menurut saya, mungkin 240 candi perwara disimbolkan sebagai
orang-orang biasa yang butuh pencerahan, lalu 8 candi pengapit yang jumlahnya jauh lebih sedikit adalah orang-orang yang terpilih untuk menyebarkan agama yang diberikan oleh Tuhan yang disimbolkan 1 candi utama. Orang-orang terpilih yang disimbolkan oleh 8 candi pengapit atau penghubung mempunyai peran penting kaitannya dengan penyebaran pencerahan. Mirip dengan Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu ketiga bagian di Candi Borobudur yang juga melingkar membentuk Mandala.
Bangunan Candi Sewu dan Candi Prambanan memiliki
kesamaan, yaitu bagian atas candi sama-sama terdapat stupa. Walaupun Candi Prambanan adalah candi Hindu namun stupa yang menjadi simbol candi-candi agama Budha mempengaruhi bangunan Candi Prambanan. Itulah cerminan kerukunan antar umat beragama pada masa lalu, kedua candi bersebelahan namun berbeda aliran akan tetapi bisa hidup berdampingan, saling menerima satu sama lain.