Anda di halaman 1dari 111

PENGGUNAAN SPIDOL WARNA UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT


KELAS IV SDN III PUNDUHSARI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

OLEH:
ANDREAS YOGA ARDITAMA
K7109015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2013

i
ii
PENGGUNAAN SPIDOL WARNA UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT
KELAS IV SDN III PUNDUHSARI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:
ANDREAS YOGA ARDITAMA
K7109015

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2013

iii
iv
v
ABSTRAK

Andreas Yoga Arditama. PENGGUNAAN SPIDOL WARNA UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG CAMPURAN
BILANGAN BULAT KELAS IV SDN III PUNDUHSARI TAHUN
PELAJARAN 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar operasi hitung
campuran bilangan bulat dengan menggunakan spidol warna pada siswa kelas IV
SDN III Punduhsari Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
direncanakan dalam dua siklus, dengan setiap siklusnya terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Variabel yang menjadi sasaran
perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar
operasi hitung campuran bilangan bulat, sedangkan variabel tindakannya adalah
penggunaan spidol warna. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN III
Punduhsari yang berjumlah 28 siswa. Sumber data berasal dari guru, siswa dan
dokumen. Teknik pengumpulan data tersebut menggunakan teknik angket,
observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
model analisis deskriptif komparatif yang melalui tiga tahap, yaitu penyajian data,
analisis data, dan penarikan kesimpulan.
Kondisi awal sebelum dilaksanakannya tindakan, persentase ketuntasan
klasikal siswa kelas IV SDN III Punduhsari adalah 46,43%. Kemudian persentase
ketuntasan klasikal setelah diberi tindakan pada siklus I meningkat menjadi
71,43%. Kemudian persentase ketuntasan klasikal setelah diberi tindakan pada
siklus II meningkat menjadi 85,71%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran
bilangan bulat dengan menggunakan spidol warna dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SDN III Punduhsari.
Simpulan penelitian ini adalah penggunaan spidol warna dapat
meningkatkan hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat pada siswa
kelas IV SDN III Punduhsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

Kata Kunci: hasil belajar, bilangan bulat, spidol warna

vi
ABSTRACT

Andreas Yoga Arditama. THE USE OF COLOUR BOARD MARKERS TO


IMPROVE LEARNING OUTCOMES OF MIXED INTEGER
ARITHMETIC OPERATIONS IN FOURTH GRADE OF SDN III
PUNDUHSARI ACADEMY YEAR 2012/2013. Mini Thesis, Faculty of
Teacher Training and Education of Sebelas Maret University Surakarta, Mei
2013.
The purpose of this research was to improving the learning outcomes of
mixed integer arithmetic operations by using color board markers in fourth grade
students of SDN III Punduhsari Academic Year 2012/2013.
This research is a classroom action research (CAR). Research is planned in
two cycles, with each cycle consisting of planning, action, observation, and
reflection. Variables that were targeted in this research is the improvement of
mixed integer arithmetic operations learning outcomes, while the action variable
is using color board markers. Subject of this research were SDN III Punduhsari
fourth grade students with amount of 28 students. The Source data comes from the
teachers, students and documents. The data collection techniques using
questionnaire techniques, observation, testing, and documentation. The data
analysis technique that used in this reserarch is comparative descriptive analysis
model that through three stages, data presentation, data analysis, and conclusion.
Initial conditions before the implementation of the measures, the percentage
of fourth grade students of classical completeness Punduhsari SDN III is 46%.
Then the classical completeness percentage after being given the action in the first
cycle increased into 71,46%. Then the classical completeness percentage after
being given the action in the second cycle increased into 85,41%. Based on these
results, it can be concluded that the mathematics learning in materials mixed
integer arithmetic operations by using color board marker can improve learning
outcomes of SDN III Punduhsari fourth grade students.
Conclusion of this study was the use of color markers can improve learning
outcomes mixed integer arithmetic operations in fourth grade of SDN III
Punduhsari Academic Year 2012/2013.

Keywords: learning outcomes, integers, color board markers

vii
MOTTO

Sederhana adalah yang terbaik.


(Andreas Yoga A.)

Langit tidak akan indah jika hanya ada satu bintang yang bersinar, dunia tidak akan
indah jika manusia tidak saling membagi sinarnya.
(Jokanan Unus PR)

Tidak ada jerih payah yang sia-sia,


(Tuhan membayar setiap langkah orang percaya).
(I Korintus 15: 58)

viii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


Tuhan Yesus Kristus,
yang telah menjadi penulis hidupku

Bapak Suyadi dan Ibu Wartin,


Ayah dan ibu yang menjadi pewarna hidupku

Peter Gagah Sejati,


You are wonderful genius person, sertakan saya di setiap mimpimu

Unus Prayitna,
kakak, guru, dan ayah yang selalu menginspirasi

Davis Prabaningrat,
guru yang menginspirasikan terlahirnya karya ini.

Teman-Teman PGSD FKIP UNS 2009


Tobing, Adit, Agung, Alim, Ahmad, Anggit, Arif, Dany, Danang,
Dila, Amanah, Amel, Amin, Rida, Wida, Anjun, Anggun, Anik, Guru, Rahma,
Anis, Atik, Dami, Deny, Dhona, Dwi, Fenty, Deti, Devi, Uma, Arika, Ayu,
Chandra, Nita, Azizah, Avil, Nisul, Mbak Andani

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Yesus Kristus Sang Juru Kasih, yang telah
memberi ilmu, inspirasi, dan anugerahnya. Atas kehendak-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan Judul PENGGUNAAN SPIDOL WARNA
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG
CAMPURAN BILANGAN BULAT KELAS IV SDN III PUNDUHSARI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Drs. A. Dakir, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.
5. Dra. Noer Hidayah, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.
6. Ibu Sri Mulyani, S.Pd.,M.Pd., Kepala SDN III Punduhsari, yang telah
memberikan kesempatan dan tempat pengambilan data dalam penelitian.
7. Ibu Anggrayeni Eka A. L., S.Pd.SD, Guru Kelas IV SDN III Punduhsari, yang
telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.

x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini
bermanfaat bagi peneliti selanjutnya pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Surakarta, 11 Juni 2013

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
1. Manfaat Teoritis ......................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ........................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7
1. Hakikat Spidol Warna sebagai Alat Pelajaran ......................... 7
a. Pengertian Media Pembelajaran ........................................... 7
b. Klasifikasi Media Pembelajaran ........................................... 9
c. Pengertian Alat Pelajaran ..................................................... 10
d. Pengertian Spidol Warna ...................................................... 11

xii
e. Fungsi Warna ........................................................................ 14
2. Hakikat Hasil Belajar Operasi Hitung Bilangan Bulat .............. 15
a. Pengertian Belajar ................................................................. 15
b. Pengertian Hasil Belajar ....................................................... 17
c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............................ 19
d. Pengertian Matematika ......................................................... 20
e. Pembelajaran Matematika. .................................................... 21
f. Tujuan Pembelajaran Matematika ........................................ 23
g. Pengertian Operasi Hitung Bilangan Bulat. .......................... 25
h. Model Pemecahan Operasi Bilangan Bulat
dengan Spidol Warna ............................................................ 26
B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 33
C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 34
D. Hipotesis Tindakan .......................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 38
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...................................... 38
B. Subjek Penelitian .............................................................................. 39
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................... 39
D. Sumber Data Penelitian .................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
F. Validitas Data ................................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 43
H. Indikator Kinerja ............................................................................... 44
I. Prosedur Penelitian. .......................................................................... 44
a. Siklus I .................................................................................... 45
b. Siklus II ................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 50
A. Deskripsi Pratindakan ....................................................................... 50
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .............................................. 53
1. Siklus I ......................................................................................... 53
2. Siklus II ........................................................................................ 68

xiii
C. Perbandingan Hasil Antar Siklus ...................................................... 82
D. Pembahasan ...................................................................................... 84
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................... 86
A. Kesimpulan ....................................................................................... 86
B. Implikasi ........................................................................................... 86
C. Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 89

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.01. Nilai Hasil Belajar Pratindakan ....................................... 51
4.02 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Pratindakan...... 52
4.03. Nilai Hasil Belajar Siklus I .............................................. 61
4.04 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus I ............ 62
4.05 Nilai Hasil Belajar siklus II ............................................. 75
4.06 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus II .......... 77
4.07 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai,
dan Persentase Ketuntasan Klasikal pada
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................. 82

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.01 Langkah-langkah penggunaan spidol warna ................... 27
2.02 Garis Bilangan 5 3 = 2 ................................................. 29
2.03 Garis Bilangan 5 (-3) = 8 ............................................. 29
2.04 Garis Bilangan -5 3 = -8 .............................................. 29
2.05 Garis Bilangan -5 (-3) = -2 .......................................... 30
2.06 Garis Bilangan (-6) + 3 2 = -5 ..................................... 30
2.07 Garis Bilangan 5 2 + 7 = 10 ......................................... 30
2.08 Garis Bilangan 4 + 5 = 9 ................................................. 31
2.09 Garis Bilangan 2 + 3 + (-9) = -4 ..................................... 31
2.10 Garis Bilangan 2 3 = -1 ............................................... 31
2.11 Garis Bilangan (-1) + (-4) + 5 = 0 .................................. 32
2.12 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian .............................. 36
3.01 Tahap Pelaksanaan Peniltian Tindakan Kelas ................ 39
3.02 Bagan siklus Analisis Interaktif Milles Huberman ........ 43
4.01 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai,
dan Persentase Ketuntasan Klasikal
Hasil Belajar Pratindakan ............................................... 52
4.02 Grafik Nilai Hasil Belajar Pratindakan ........................... 53
4.03 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai,
dan Persentase Ketuntasan Klasikal
Hasil Belajar Siklus I ...................................................... 62
4.04 Grafik Nilai Hasil Belajar Siklus I ................................. 63
4.05 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai,
dan Persentase Ketuntasan Klasikal
Hasil Belajar pada Siklus II ............................................ 76
4.06 Grafik Nilai Hasil Belajar Siklus II ................................ 77
4.07 Grafik Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai,
dan Persentase Ketuntasan Klasikal pada
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................ 83
xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal
01 Jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ............................. 94
02 Deskriptor Lembar Penilaian Hasil Belajar Afektif ....................... 95
03 Deskriptor Lembar Penilaian Hasil Belajar Psikomotor ................ 96
04 Deskriptor Lembar Observasi Kinerja Guru .................................. 97
05 Angket Kepada Guru Kelas IV sebelum Tindakan ........................ 99
06 Angket Siswa Kelas IV Sebelum Tindakan ................................... 100
07 Contoh Jawaban Angket Sebelum Tindakan ................................. 101
08 Daftar Jawaban Angket Sebelum Tindakan ................................... 102
09 Data Angket Sebelum Tindakan .................................................... 104
10 Data Hasil Belajar Pratindakan ...................................................... 105
11 Silabus Siklus I Pertemuan Pertama dan Kedua ............................ 106
12 RPP Siklus I Pertemuan Pertama ................................................... 107
13 Materi Ajar Siklus I Pertemuan Pertama ....................................... 111
14 LKS Siklus I Pertemuan Pertama ................................................... 112
15 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan Pertama..................... 113
16 Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan Pertama ............................... 114
17 Kunci Jawaban Siklus I Pertemuan Pertama .................................. 115
18 Lembar Penilaian Afektif Siklus I Pertemuan Pertama ................. 116
19 Lembar Penilaian Psikomotor Siklus I Pertemuan Pertama .......... 117
20 Contoh Pengerjaan Lembar Evaluasi oleh Siswa........................... 118
21 Hasil Tes Hasil Belajar Kognitif Siklus I Pertemuan Pertama ...... 119
22 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan Pertama....... 120
23 Data Observasi Siklus I Pertemuan Pertama .................................. 121
24 RPP Siklus I Pertemuan Kedua ...................................................... 122
25 Materi Ajar Siklus I Pertemuan Kedua .......................................... 126
26 LKS Siklus I Pertemuan Kedua ..................................................... 127
27 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan Kedua ....................... 128
28 Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan Kedua .................................. 129

xvii
29 Kunci Jawaban Siklus I Pertemuan Kedua .................................... 130
30 Lembar Penilaian Afektif Siklus I Pertemuan Kedua .................... 131
31 Lembar Penilaian Psikomotor Siklus I Pertemuan Kedua ............. 132
32 Contoh Pengerjaan Lembar Evaluasi Oleh Siswa .......................... 133
33 Hasil Tes Hasil Belajar Kognitif Siklus I Pertemuan Kedua ......... 134
34 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan Pertama....... 135
35 Data Observasi Siklus I Pertemuan Kedua .................................... 136
36 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus I .................................... 137
37 Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siklus I ............................. 138
38 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I .................................. 139
39 Data Hasil Belajar Siklus I ............................................................. 140
40 Silabus Siklus II Pertemuan Pertama dan Kedua ........................... 141
41 RPP Siklus II Pertemuan Pertama .................................................. 142
42 Materi Ajar Siklus II Pertemuan Pertama ...................................... 146
43 LKS Siklus II Pertemuan Pertama ................................................. 147
44 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan Pertama ................... 148
45 Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan Pertama .............................. 149
46 Kunci Jawaban Siklus II Pertemuan Pertama ................................ 150
47 Lembar Penilaian Afektif Siklus II Pertemuan Pertama ................ 151
48 Lembar Penilaian Psikomotor Siklus II Pertemuan Pertama ......... 152
49 Contoh Pengerjaan Lembar Evaluasi oleh Siswa........................... 153
50 Hasil Tes Hasil Belajar Kognitif Siklus II Pertemuan Pertama ..... 154
51 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan Pertama ..... 155
52 Data Observasi Siklus II Pertemuan Pertama ................................ 156
53 RPP Siklus II Pertemuan Kedua .................................................... 157
54 Materi Ajar Siklus II Pertemuan Kedua ......................................... 161
55 LKS Siklus II Pertemuan Kedua .................................................... 162
56 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan Kedua ...................... 163
57 Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan Kedua ................................ 164
58 Kunci Jawaban Siklus II Pertemuan Kedua ................................... 165
59 Lembar Penilaian Afektif Siklus II Pertemuan Kedua ................... 166

xviii
60 Lembar Penilaian Psikomotor Siklus II Pertemuan Kedua ............ 167
61 Contoh Pengerjaan Lembar Evaluasi oleh Siswa........................... 168
62 Hasil Tes Hasil Belajar Kognitif Siklus II Pertemuan Kedua ........ 169
63 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan Pertama ..... 170
64 Data Observasi Siklus II Pertemuan Kedua ................................... 171
65 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus II................................... 172
66 Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siklus II ............................ 166
67 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus II................................. 174
68 Data Hasil Belajar Siklus II ........................................................... 175
69 Angket Kepada Guru Kelas IV Setelah Tindakan ......................... 176
70 Angket Siswa Kelas IV Setelah Tindakan ..................................... 177
71 Contoh Jawaban Angket Setelah Tindakan.................................... 178
72 Daftar Jawaban Angket Setelah Tindakan ..................................... 179
73 Data Angket Setelah Tindakan....................................................... 181
74 Data Angket Penelitian .................................................................. 182
75 Data Observasi Penelitian .............................................................. 183
76 Data Hasil Belajar Penelitian ......................................................... 184

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Telah disebutkan dalam undang-undang bahwa, Setiap warga negara
Indonesia yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar, yakni Sekolah Dasar (atau sederajat) 6 tahun dan Sekolah Menengah
Pertama (atau sederajat) 3 tahun. Pelajar Sekolah Dasar umumnya berusia 7
sampai dengan 12 tahun (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Anak-anak pada usia tersebut cenderung memiliki penalaran yang
sederhana. Seperti dijelaskan oleh Suparno (2001: 69) bahwa, pada umur 7-11
tahun anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan
dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi. Penalaran anak-
anak masih berada pada hal-hal yang konkret dan sulit menerima hal-hal yang
abstrak. Oleh karena hal tersebut, anak-anak sulit menelaah arti lambang-lambang
yang sering muncul di dalam lingkungan sekitarnya. Lambang tersebut juga
muncul dalam lingkungan belajarnya, ketika anak-anak tersebut menjadi siswa di
Sekolah Dasar. Hal ini bisa dicontohkan dengan materi bahasa yang menggunakan
huruf sebagai lambang bunyi, materi seni musik yang menggunakan not sebagai
lambang nada, dan materi matematika yang menggunakan angka sebagai lambang
bilangan.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 struktur kurikulum
Sekolah Dasar terdiri dari Mata Pelajaran, Muatan Lokal, dan Pengembangan
Diri. Sementara itu, mata pelajaran sendiri terdiri dari Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan
Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan yang
terakhir Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dari sekian banyak mata
pelajaran, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Matematika memiliki alokasi waktu
belajar yang paling banyak, yakni 5 jam pelajaran per minggu. Banyaknnya
alokasi waktu tersebut bertujuan agar siswa berkesempatan lebih banyak dalam
mempelajari materi.

1
2

Namun, pada umumnya materi pelajaran matematika dianggap sebagai


materi yang sulit dipahami oleh siswa. Anggapan ini mungkin terkait adanya
lambang-lambang abstrak yang ditemui di dalam matematika. Sementara itu anak-
anak belum memiliki penalaran yang cukup untuk menelaah lambang abstrak
yang begitu banyak dan muncul terus-menerus. Oleh karena itu, pembelajaran
lambang-lambang ini harus disertai dengan langkah-langkah yang bisa menuntun
penalaran anak.
Merujuk pada permasalahan tersebut, dalam mata pelajaran kelas IV
Sekolah Dasar terdapat materi operasi hitung campuran bilangan bulat. Operasi
hitung campuran bilangan bulat ini muncul sebagai materi matematika yang
terdiri dari lambang-lambang matematika, seperti lambang bilangan dan lambang
operasi hitung. Sehingga memerlukan penekanan yang serius mengenai identitas
lambang tersebut agar pemikiran siswa sama dengan konsep yang benar.
Secara rinci, dalam materi tersebut ada beberapa konsep yang harus dikuasai
oleh siswa, yakni bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan
operasi bilangan. Semua konsep tersebut dituliskan dengan lambang yang
berbeda-beda. Oleh karena hal tersebut, umumnya siswa Sekolah Dasar
mengalami kesulitan ketika menghadapi materi tersebut.
Memang permasalahan matematika menjadi kompleks ketika siswa Sekolah
Dasar dihadapkan dengan adanya lambang-lambang abstrak yang bermacam-
macam. Hal ini membuat siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal
matematika. Pada akhirnya, hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar
matematika siswa sekolah dasar.
Sekolah Dasar Negeri (SDN) III Punduhsari memiliki sarana dan prasarana
yang cukup lengkap dan bisa mendukung semua kegiatan pembelajaran. Dimulai
dari ruang tempat belajar, alat peraga, alat pelajaran, sampai media pembelajaran
yang lain. Pada idealnya, siswa yang belajar di Sekolah Dasar memiliki
kesempatan untuk mengembangkan segala kemampuannya secara aktif, kreatif,
dan menyenangkan, sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Namun, pada kenyataannya, siswa kelas IV di SDN III Punduhsari sulit
mencapai hasil belajar yang maksimal karena diperkirakan masih mengalami
3

permasalahan sebagai berikut ini : 1) Keadaan kelas kurang kondusif, karena


keadaan kelas masih cenderung ramai dan tidak nyaman digunakan sebagai
tempat pembelajaran; 2) Siswa tidak termotivasi dan kurang aktif dalam
mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran yang dilakukan di kelas; 3) Guru
jarang melakukan inovasi dalam pembelajaran, sehingga siswa mudah bosan; 4)
Materi yang terlalu banyak menggunakan konsep-konsep yang abstrak; 5) Tidak
digunakannya alat pelajaran yang tepat dan dapat merangsang siswa untuk tetap
memperhatikan penjelasan konsep yang disampaikan guru.
Siswa SDN III Punduhsari kelas IV pada tahun pelajaran 2012/2013
mengalami kesulitan dalam memahami materi operasi hitung campuran bilangan
bulat. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Setiap siswa
diharapkan mampu meraih hasil belajar sama dengan atau di atas KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal), yaitu 65. Jumlah siswa kelas IV SDN III Punduhsari adalah
28 siswa. Namun, hanya 13 siswa atau 46,43% dari seluruh siswa yang mampu
meraih KKM. Sisanya, 15 siswa atau 53,57% siswa memiliki nilai hasil belajar di
bawah KKM (Lampiran 10 hlm. 105).
Hal yang perlu dipertegas dalam penanaman konsep pada materi operasi
bilangan bulat adalah penegasan perbedaan antara bilangan bulat positif, bilangan
bulat negatif, dan operasi hitung. Umumnya guru mengabaikan penegasan ini dan
menganggap siswa sudah mampu membedakan konsep-konsep ini yang masih
cenderung abstrak. Penegasan ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan alat
pelajaran.
Paradigma pendidikan selama ini, jenis media pembelajaran hanya terdiri
dari alat peraga dan media audio-visual saja. Ada satu hal lagi yang termasuk
dalam media pembelajaran, yakni alat pelajaran. Menurut Anitah (2010: 4-5),
Alat pelajaran adalah alat-alat yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari di kelas.
Misalnya: papan tulis, kapur, penghapus, penggaris, buku tulis, dan lain-lain.
Alat-alat ini sehari-hari selalu tersedia di dalam kelas, karena digunakan baik oleh
guru maupun pebelajar.
Sudah banyak hal yang dikaji dalam pengembangan pembelajaran yang
aktif, kreatif, dan menyenangkan, tetapi alat pelajaran belum menjadi topik
4

pembicaraan hangat untuk dikembangkan. Jika dikaji lebih lanjut lagi, alat
pelajaran ini sama pentingnya dengan media pembelajaran yang lain. Hal ini juga
membantu siswa dalam memahami hal-hal abstrak yang muncul di dalam materi
pelajaran. Bahkan, alat pelajaran ini bisa dikembangkan secara lebih efektif
dibanding dengan media pembelajaran yang lain. Guru akan lebih mudah
menyediakan alat pelajaran ini karena harganya lebih terjangkau dan persiapannya
tidak menyita banyak waktu.
Guna mengatasi hal ini, diperlukan suatu alat pelajaran yang mengarahkan
pemikiran siswa untuk mampu memahami konsep-konsep yang abstrak. Media
yang tepat untuk melakukan perbedaan pada materi ini adalah warna tulisan
masing-masing konsep. Jadi, perlu perbedaan warna dalam menuliskan bilangan
bulat positif, bilangan bulat negatif, dan operasi bilangan. Alat pelajaran yang bisa
digunakan untuk membedakan warna tulisan ini salah satunya adalah spidol.
Mengenai kekuatan warna pada setiap tulisan, Eko Nugroho (2008 :1)
menuliskan bahwa Warna adalah satu hal penting dalam menentukan respons
dari orang. Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh seseorang. Setiap warna
memberikan kesan dan identitas tertentu, walaupun hal ini tergantung pada latar
belakang pengamatnya juga.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis bermasksud akan mengadakan
penelitian tindakan kelas dengan judul PENGGUNAAN SPIDOL WARNA
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG
CAMPURAN BILANGAN BULAT KELAS IV SDN III PUNDUHSARI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mencoba merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah penggunaan spidol
warna dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat
kelas IV SDN III Punduhsari Tahun Pelajaran 2012/2013?
5

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan ini adalah: Untuk meningkatkan hasil
belajar operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan spidol
warna pada siswa kelas IV SDN III Punduhsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
kepada kualitas pembelajaran sekolah dasar, utamanya pada peningkatan hasil
belajar Matematika materi operasi hitung campuran bilangan bulat pada siswa
sekolah dasar melalui penggunaan media spidol warna.
Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
wawasan dan pemahaman bagi guru SD tentang manfaat digunakannya media
spidol warna.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
1) Penerapan media spidol warna diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa terhadap pembelajaran matematika materi operasi hitung
campuran bilangan bulat.
2) Membuat pembelajaran matematika lebih menarik, menyenangkan, dan
terasa mudah.
b. Bagi Guru
1) Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah peserta didik selama proses pembelajaran di kelas
secara efektif dan efisien.
2) Membuka wawasan guru tentang kekreatifitasan dalam memilih media
yang tepat dan dapat menunjang pembelajaran.
6

c. Bagi Sekolah
1) Memberi sumbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika.
2) Dapat digunakan sebagai masukan dalam usaha meningkatkan prestasi
sekolah.
d. Bagi Peneliti
1) Dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai cara menangani
siswa sekolah dasar, sehingga dimungkinkan bermanfaat saat peneliti
terjun di lapangan sebagai guru.
2) Dapat menambah wawasan, pengetahuan, maupun keterampilan peneliti
khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan media
spidol warna
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi
penelitian yang relevan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Spidol Warna sebagai Alat Pelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi. Berasal
dari Bahasa Latin medium yang berarti antara, media menunjuk pada
segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan.
Dikatakan media pembelajaran bila segala sesuatu tersebut membawa pesan
untuk suatu tujuan pembelajaran (Smaldino, 2005).
Kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pengajar dan peserta didik
terdiri dari beberapa unsur utama. Dalam sebuah buku dituliskan bahwa
bahwa (1) media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, (2) materi
yang ingin disampaikan adalah pembelajaran, (3) tujuan yang ingin dicapai
ialah proses pembelajaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI, 2007:
206).
Terdapat banyak benda secara fisik dan juga sistem yang digunakan
untuk melaksanakan pembelajaran. Berbagai hal tersebut menimbulkan
pengertian bahwa, Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 1993: 7).
Usaha untuk membuat deskripsi tentang media pembelajaran ini
mendapatkan perhatian yang serius. Lebih detail lagi, seorang guru besar
Ilmu Pendidikan menjelaskan dalam buku karangan beliau bahwa :
Media pembelajaran adalah setiap orang,bahan, alat, atau peristiwa
yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar
menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan pengertian
itu, guru atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media
pembelajaran. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu
tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat
dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin

7
8

didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, microfilm, dan


sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat
informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar. (Anitah,
2010: 2).
Sebelum digunakannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (sebelum
tahun 2004), banyak istilah-istilah lain yang sebenarnya juga mewakili arti
dari Media pembelajaran. Seorang ahli mata Pembelajaran IPS
menyebutkan bahwa, Media instruksional adalah setiap alat, baik hardware
maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang
tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar-mengajar.
(Rumampak, 1988: 6).
Seiring dengan perkembangan, pembelajaran juga mengalami
perbaikan di berbagai hal. Media juga menjadi peran penting dalam
menggiring keberhasilan peserta didik. Penggunaan media ini juga
mengalami perbaikan secara fisik maupun sistem. Di dalam sebuah buku,
disebutkan bahwa, Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang
diguakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
(Hamalik, 1986: 23).
Setelah dilakukan pengkajian secara etimologis, ternyata istilah
media instruksional, media pengajaran, dan media pembelajaran
memiliki arti yang sama. Istilah tersebut merujuk pada salah satu konsep,
yaitu media pembelajaran
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut, media pembelajaran
adalah alat atau bahan yang mampu membawa pesan yang memuat materi
pembelajaran sehingga terjadi efektivitas proses belajar yang merangsang
minat, pikiran, dan perasaan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Namun, diperlukan inovasi dalam penggunaan media
pembelajaran. Penggunaan media yang inovatif ini diharapkan agar tingkat
ketertarikan siswa terhadap jalannya kegiatan belajar menjadi lebih tinggi.
9

b. Klasifikasi Media Pembelajaran


Media pembelajaran turut menyumbang peranan yang penting bagi
pencapaian tujuan pembelajaran. Lalu para tenaga pendidik mulai
memasukkan berbagai alat atau benda yang digunakan untuk menunjang
kemampuan guru dalam mengajar. Dalam perkembangannya, media
pembelajaran lalu dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1) Bahan-bahan cetakan atau bacaan.
2) Alat-alat audio visual.
3) Sumber-sumber masyarakat
4) Kumpulan benda
5) Contoh-contoh Kelakuan (Hamalik, 1986: 50-51).

Pembelajaran merupakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang


memamaksimalkan anak untuk belajar. Ternyata media pembelajaran ini
bisa menjadi faktor penting yang mampu memaksimalkan kegiatan belajar.
Ketika hal tersebut menjadi paradigm, sudah menjadi hal yang perlu bahwa
media pembelajaran ini dikaji lebih lanjut oleh para ahli. Seorang ahli
matematika di dunia pendidikan Indonesia membagi macam alat-alat yang
digunakan di dalam pengajaran sebagai berikut:
1) Alat peraga, yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep
matematika. Benda-benda itu misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan
untuk menerapkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk
menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud
dari kubus itu sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan
konsep pecahan; benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas,
dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran, dan sebagainya.
2) Alat, yaitu alat menghitung, menggambar, mengukur, dan sebagainya,
seperti mistar, jangka, busur derajat, abakus, klinometer, kalkulator,
komputer, dan sebagainya.
3) Alat pengajaran, yaitu alat bantu untuk meperlancar pengajaran
matematika seperti kapir tulis, papan tulis, kertas, proyektor, kalkulator,
komputer, dan sebagainya.
4) Alat yang tidak berfungsi atau tidak mempunyai arti apa-apa. Hal ini
terjadi jika kita tidak mengaikan alat tersebut di dalam pengajaran
matemaika. Misalnya sebuah kelereng tidak akan mempunyai arti apa-
apa dalam pengajaran matematika bila tidak dijadikan anggota himpunan
(Ruseffendi, 1992: 35).
10

Pengklasifikasian media pembelajaran tersebut bisa disederhanakan


dalam beberapa bagian besar yang dapat mewakili seluruh media
pembelajaran. Dalam bahasa yang lebih sederhana, media pembelajaran
dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1) Alat Peraga
2) Alat Pelajaran
3) Audio-Visual-Aids (Anitah, 2010: 16).
Apabila ditelaah secara sederhana, sebenarnya media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang ada di dalam pembelajaran, segala sesuatu
tersebut bisa dinikmati dengan indera manusia, dan berguna untuk
pembelajaran. Semua hal yang berguna untuk pembelajaran berarti
menyimpan pesan pembelajaran. Dengan demikian, media pembelajaran
dapat digolongkan menjadi beberapa hal, yaitu Alat peraga, Alat pelajaran,
dan Media Audio Visual. Namun, ada satu benda yang juga masuk ke dalam
beberapa kategori, hal ini tergantung konteks penggunaan benda tersebut di
dalam pembelajaran. Misalnya papan tulis merupakan alat pelajaran, tetapi
bisa menjadi media visual yang tidak diproyeksikan karena papan tulis
menyimpan pesan pembelajaran yang bisa diterima dengan menggunakan
visual (penglihatan).

c. Pengertian Alat Pelajaran


Pembelajaran tentunya memerlukan adanya alat-alat fisik yang bisa
mendukung jalannya pembelajaran. Bisa diuraikan secara singkat bahwa
alat pelajaran, yaitu alat bantu untuk meperlancar pengajaran matematika
seperti kapir tulis, papan tulis, kertas, proyektor, kalkulator, komputer, dan
sebagainya (Russfendi, 1992: 37).
Lebih lanjut lagi, benda-benda tersebut dibutuhkan secara kontinyu
untuk mempermudah siswa di dalam mencapai tujuan pembelajaran. Alat
pelajaran adalah alat-alat yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari di kelas.
Misalnya : Papan tulis, kapur, penghapus, penggaris, buku tulis, dan lain-
11

lain. Alat-Alat ini sehari-hari selalu tersedia di dalam kelas, karena


digunakan baik oleh guru maupun pebelajar (Anita, 2010: 4-5).
Berbagai pendapat yang telah disampaikan tersebut, ternyata mampu
membuat kesimpulan baru bahwa alat pelajaran adalah alat-alat yang
digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran atau alat pelaksanaan
kegiatan belajar yang digunakan sehari-hari. Yang disebut dengan kegiatan
merekam itu bisa berupa menulis, mencatat, melukis, menempel dan
sebagainya. Dalam hal ini, spidol juga termasuk dalam alat pelajaran, karena
spidol digunakan untuk membantu siswa dalam merekam segala materi
yang telah disampaikan guru dengan ditulis di media papan tulis.

d. Pengertian Spidol Warna


Spidol merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang anak untuk belajar tulis yang yang ujungnya lunak, lebih sering
digunakan untuk keperluan khusus menulis, menggambar di kertas, papan
dan sebagainya serta memiliki tinta khusus yang mengandung alkohol
disimpan dalam sejenis busa yang dapat menguap jika terpapar udara terus
menerus (Farida, 2012).
Spidol Non permanen (juga disebut whiteboard marker atau dry-erase
marker) menggunakan tinta yang bisa dihapus, digunakan pada permukaan
yang licin, untuk menulis pada permukaan yang tidak menyerap air, untuk
menulis sementara dengan OHP, papan tulis, dan sejenisnya. Spidol non
permanen merupakan jenis spidol yang tepat jika digunakan sebagai media
pembelajaran, khususnya ketika digunakan untuk menuliskan materi
pembelajaran di dalam kelas, karena spidol non permanen mudah digunakan
untuk menulis dan apa bila ada kesalahan bisa dihapus dengan mudah.
Dengan berbagai kemudahan ini, maka pembelajaran akan lebih
diperhatikan dengan cermat oleh siswa dan pembelajaran dapat dilakukan
dengan efektif dan efesien.
Siswa yang belajar harus berusaha menyimpan segala hal yang di
dapatnya di dalam memori otak siswa. Hal ini nantinya bisa digunakan
12

untuk menyelesaikan suatu masalah ketika memori tersebut berkaitan


dengan permasalahan yang ada. Riset baru mengungkapkan anak-anak
dapat mempertahankan pesan sekitar 40% lebih baik jika ditampilkan dalam
warna (Olivia, 2007: 68).
Spidol akan berfungsi dengan baik jika digunakan untuk menggambar
atau menulis di papan, baik whiteboard atau flipchart. Hal ini sangat
mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah ataupun di luar sekolah.
Untuk kegiatan pelatihan, spidol yang berwarna-warni akan lebih mudah
dibaca atau dilihat dalam jarak jauh (Rofiq, 2005).
Alat tulis merupakan benda yang sederhana untuk mengungkapkan
apa yang ada di dalam otak siswa. Selan itu, tulisan yang telah ditulis siswa
akan membantu anak untuk memperkukuh ingatan-ingatan anak ketika
membaca kembali tulisan tersebut. Dalam sebuah buku dituliskan bahwa:
Warna adalah penanda ingatan yang sangat baik. Anak mungkin sudah
pernah menggunakannya walaupun tidak menyadari kegunaaanya.
Saat anak menggunakan Hihglighter atau memberikan garis bawah
dengan bolpoint warna, ia sedang melibatkan otak kanannya dalam
belajar. Otak kanan sifat ingatannya jangka panjang, apa yang di-
highlight anak biasanya akan diingat lebih lama (Windura, 2008: 84).

Buku catatan menjadi hal yang sering dijadikan sebagai media untuk
memperoleh ingatan kembali. Namun, semakin lama mencatat semakin
banyak pula catatan yang dihasilkan. Pada saat catatan semakin banyak
maka membuat pembaca catatan semakin sulit mengerti isi dari catatan
tersebut. Permasalahan ini bisa disiasati, karena catatan yang penuh warna
(kalau memungkinkan semua warna ada dalam catatan), cerah, dan
mencolok akan mudah diingat bahkan meningkatkan ingatan sampai 50%
(Widodo, 2010: 137).
Berbagai fakta yang telah dikemukakan dari berbagai sumber diatas,
telah ditemukan suatu bukti bahwa warna juga mempunyai peran dalam
mempengaruhi ingatan-ingatan atau memori anak. Sebagaimana telah
diketahui dalam dunia pendidikan, ingatan-ingatan tersebut masuk ke dalam
unsur pembelajaran, yakni sebagai hasil belajar, khususnya hasil belajar
13

kognitif. Paradigma pendidikan sekarang, hasil belajar kognitif dievaluasi


lebih jelas dan hasilnya terlihat lebih jelas. Sehingga diperlukan peningkatan
kualitas pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Hal
ini dapat menjadi pertimbangan bahwa memasukkan unsur warna dalam
setiap pembelajaran bisa menjadi faktor yang menentukan keberhasilan
suatu pembelajaran.
Suatu unsur kehidupan tentunya memiliki manfaat yang bisa digunakan
dalam kehidupan manusia. Deskripsi mengenai unsur tersebut dapat
diuraikan dengan kata-kata agar bisa dipahami oleh semua orang. Seorang
ahli menuliskan dalam bukunya menuliskan bahwa:
secara objektif warna adalah sifat cahaya yang dipancarkan. Sementara
secara subjektif atau psikologi, warna adalah sebagian dari pengalaman
indera penglihatan. Secara objektif atau fisik, warna dapat dibentuk
oleh panjang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang
tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang
meripakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik
(Swasty, 2010: 6).

Seturut berkembangnya dunia pendidikan, unsur warna telah lama


dimasukkan di dalam pembelajaran. Tentunya hal ini dengan
memperhatikan segi-segi tertentu yang bisa mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran. Dalam kaitannya dengan media pembelajaran, disebutkan
bahwa :
Warna merupakan unsur tambahan yang paling penting dalam media
pembelajaran visual, tetapi harus digunakan secara berhati-hati untuk
memperoleh pengaruh yang terbaik terhadap siswa. Warna yang
digunakan pada unsur-unsur visual untuk memberikan penekanan,
pemisahan, atau meningkatkan kesatuan. Warna-warna yang dipilih
harus merupakan kesatuan harmonis sebab terlampau banyak warna
yang berbeda akan mengganggu pandangan dan dapat menimbulkan
perbedaan persepsi pada pesan yang dibawakan. Dalam memilih warna
ini harus diperhatikan tiga hal, yaitu :
1) Warna (merah, biru, kuning, dan sebagainya).
2) Nilai Warna (gelap dan terang)
3) Kekuatan Warna (Efeknya) (Anitah, 2010: 76).
14

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah disebutkan di atas, dapat


diambil kesimpulan bahwa spidol warna adalah pena yang ujungnya terbuat
dari serat padat dan dapat menghasilkan tulisan warna-warna tertentu
sehingga dapat dilihat dengan mata yang bisa digunakan pada unsur-unsur
visual untuk memberikan penekanan dan pemisahan. Perbedaan hal ini yang
nantinya bisa digunakan untuk penekanan dalam membedakan konsep yang
satu dengan yang lain.

e. Fungsi Warna
Warna merupakan salah satu unsur yang bisa ditangkap dengan indera
penglihatan. Warna ini memiliki terdiri dari berbagai macam jenis dan
setiap jenis tersebut memiliki nama yang berbeda-beda. Perbedaan ini
kemudian melahirkan fungsi warna secara umum.
Sebuah buku yang mengulas tentang teori-teori di dalam pewarnaan,
dituliskan bahwa fungsi warna adalah:
1) Untuk mengubah rasa
2) Mempengaruhi cara pandang
3) Membangun kenyamanan untuk semua orang
4) Untuk menentukan respons dari orang lain.
5) Memberikan kesan dan identitas tertentu (Nugroho, 2008: 1).

Banyaknya warna yang ada menjadi sesuatu yang unik untuk


diceramati. Perbedaan tersebut melahirkan indentitas pada setiap warna.
Kemudian hal tersebut ditangkap oleh indera penglihatan dan dimaknai
dengan perasaan manusia. Ketika warna tersebut dimaknai, maka akan ada
kesan tertentu yang bisa mempengaruhi kehidupan manusia.
Melalui uraian pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa warna dapat mempengaruhi pemikiran seseorang ketika seseorang
tersebut melihat warna dan berusaha mengidentifikasi arti yang terkandung
di dalam warna tersebut. Dari hasil identifikasi tersebut akan muncul
identitas yang dipahaminya dan nantinya akan memberikan kesan atas
warna yang telah dilihatnya. Spidol warna tentunya dapat menjadi salah satu
15

alat yang digunakan untuk memproduksi warna-warna tersebut dan nantinya


dapat memunculkan identitas tertentu pada setiap warnanya.

2. Hakikat Hasil Belajar Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat


a. Pengertian Belajar
Manusia hidup dengan menggunakan indera yang dimilikinya. Setiap
indera menerima banyak hal yang nantinya bisa menjadi memori dan
diingat. Ingatan-ingatan tersebut membantu manusia untuk paham
bagaimana cara melangsungkan kehidupannya atau bahkan untuk
memperbaiki kehidupan manusia. Dalam hal ini manusia terbiasa
mempelajari hal tersebut, sehingga melahirkan upaya seorang manusia
untuk melangsungkan kehidupannya agar bisa berlangsung hidup lebih lama
(Gunarsa, 2002).
Apapun bidangnya, dalam mempelajari segala hal yang ada,
diperlukan sikap-sikap yang tepat dalam belajar. Hal tersebut akan menjadi
bagian penting yang mendukung tercapainya tujuan belajar yang ingin
dicapai oleh pebelajar. Dalam sebuah buku yang mengulas tentang teori-
teori di dalam pendidikan, dijelaskan bahwa:
Belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya menekankan
perolehan informasi baru dan pertambahan. Belajar ini disebut belajar
figuratif, suatu bentuk belajar yang pasif. Misalnya, seorang anak
belajar nama-nama ibu kota suatu negara atau menghafalkan nama-
nama angka. Belajar dalam arti luas, yang juga disebut
perkembangan, adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan
struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada
bermacam-macam situasi. Belajar ini disebut juga belajar operatif, di
mana seseorang aktif mengkonstruksi struktur dari yang dipelajari.
Misalnya, dalam menghafal ibu kota negara-negara, seorang anak
juga mengerti hubungan antara kota-kota itu dengan negara terkenal
(Suparno, 2001: 140-141).

Lingkungan menjadi tempat yang penting bagi setiap manusia untuk


melakukan interaksi dengan sesamanya. Didukung dengan berbagai hal
yang ada di lingkungan sekitar, belajar pada hakekatnya merupakan suatu
usaha, suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu
16

sebagai hasil dari pengalaman atau hasil interaksinya dengan


lingkungannya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI, 2007: 328).
Banyak pendapat yang mengkaitkan belajar dengan lingkungan.
Pendapat tersebut tentunya dimaksudkan untuk memperbaiki pendapat yang
sebelumnya. Tidak berbeda jauh dari berbagai pendapat sebelumnya, sebuah
buku mengambil intisari bahwa:
belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh penguasaan kompetensi baru secara permanen, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya; proses aktif yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, dari belum bsia
menjadi bisa (Gora dan Sunarto, 2010: 15).

Perbincangan mengenai belajar ini menjadi topik yang hangat di


dalam dunia Pendidikan. Dalam bukunya yang membahas tentang berbagai
cara untuk meningkatkan pembelajaran yang menarik, Rusman (2012: 85)
mengatakan bahwa:
Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara
psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis
yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, misalnya aktivitas
beripikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah,
membandigkan,membedakan, mengungkapkan, menganalisa, dan
sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas
yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan
eksperimen atau percobaan, latihan kegiatan praktik, membuat karya
(produk), apresiasi, dan sebagainya.

Telah disebutkan berbagai pendapat dan kesimpulan dari tokoh-tokoh


praktisi pendikdikan di atas. Dari semua hal tersebut, dapat ditarik suatu
pengertian bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang
manusia untuk menerima hal baru di dalam sekitarnya yang nantinya
menjadi proses dalam mengubah dirinya sendiri setelah mempertimbangkan
segala hal yang diterimanya dengan indra dan mendapatkan hasil yang
berbeda dari sebelum ia melakukan aktivitas tersebut. Perkembangan
kegiatan belajar sangat pesat dan fleksibel dalam mengikuti arus
perkembangan jaman. Didukung dengan banyaknya media, pembelajaran
akan lebih mampu mencapai tujuan dengan efektif dan efesien. Namun, dari
17

semua hal yang dimasukkan dalam kegiatan belajar, intinya untuk


mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

b. Pengertian Hasil Belajar


Seorang manusia lahir dan bertumbuh menjadi manusia yang lebih
dewasa menerima berbagai hal yang ditangkap dengan inderanya. Semua
hal tersebut menghasilkan hasil belajar yang berguna untuk kehidupannya.
Dalam sebuah buku yang berbicara mengenai psikologi anak berkesimpulan
bahwa:
hasil belajar pada peserta didik adalah hasil pengajaran guru dan
peserta didik yang selalu berperan aktif dalam proses belajar. Gunarsa
juga mengungkapkan beberapa tipe dalam menangkap pelajaran ,
yakni (1) Visual, yaitu belajar melalui penglihatan; (2) Auditif, yaitu
belajar melalui pendengaran); (3) Eidetik, yaitu belajar melalui
imajinasi; dan (4) Kinestetik atau motorik, yaitu belajar melalui
gerakan (Gunarsa, 2002: 93).

Teknologi mempermudahkan manusia dalam mencukupi segala


kebutuhan manusia. Teknologi diperoleh dengan adanya perbaikan setelah
manusia belajar dari hal-hal yang sudah dilalui sebelumnya. Banyak hal
penting yang mendasari hasil belajar ini menjadi hal penting di dalam
kehidupan, karena:
melalui hasil belajar diketahui pula apakah proses belajar sendiri telah
berlangsung secara efektif. Untuk itu, beberapa kegiatan yang bisa
dilakukan guru adalah mengajukan pertanyaan secara lisan,
memberikan pekerjaan rumah, memberikan tes tertulis, dan juga
penampilan aktual dari tugas keterampilan (Akbar dan Hawadi, 2001:
89).

Secara lebih detail, hasil belajar siswa yang belajar sekolah akan
membangun sebuah kemampuan baru yang akan dimiliki siswa untuk
memecahkan berbagai permasalahan. Pemecahan masalah tesebut tidak
hanya ketika terjadi permasalahan yang diketengahkan di dalam
pembelajaran di kelas, tetapi juga permasalahan di kehidupan sehari-hari.
Ada sebuah deskripsi yang menerangkan bahwa, hasil belajar adalah
sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif,
18

afektif, dan psikomotorik; kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia


menerima pengalaman belajarnya (Rusman, 2012: 123).
Ada pula pendapat berbagai pihak bahwa hasil belajar merupakan
suatu hal yang perlu dikuasai terlebih dahulu, sehingga hasil dari
pembelajaran dalah penguasaan hal-hal yang baru. Jadi ketika seseorang
belajar, maka orang tersebut akan dapat mendapatkan penguasaan pola-
pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir, mengingat, atau
mengenal kembali; perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan,);
dan perilaku psikomotorik (Makmun, 2000: 160-161)..
Sementara itu, hasil belajar kognitif meliputi pengetahuan atau
pemahaman mengenai hal yang mencakup kecerdasan logika-matematika.
Sedangkan afektif meliputi sikap dan nilai yang mencakup kecerdasan
antarpribadi dan intrapribadi. Berbeda dengan keduanya, hasil belajar
psikomotor meliputi keterampilan yang mencakup kecerdasan kinestetik
(Harsanto, 2007).
Pencapaian hasil belajar kognitif akan terlihat disaat anak diminta
untuk mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari. Pada saat mengerjakan soal-soal tersebut, siswa akan berusaha
mengingat hal-hal yang telah dipelajari. Tinggi dan rendahnya hasil belajar
kognitif akan terlihat dengan hasil jawaban soal-soal tersebut.
Hasil belajar afektif terdiri dari sikap-sikap yang ditunjukkan saat
anak mempelajari hal-hal yang disampaikan di dalam kelas. Di dalam kelas,
siswa juga berinteraksi dengan guru dan siswa yang lain. Oleh karena itu,
diperlukan sikap-sikap yang mendukung pemahaman siswa, misalnya
disiplin, kerja sama, keberanian, keaktifan, dan kejujuran.
Keterampilan yang dimaksud dalam hasil belajar psikomotor adalah
kemampuan anak dalam menggerakkan otot/anggota tubuh yang
mencerminkan sebagai hasil belajar materi yang telah dipahami, salah
satunya yaitu menulis dan menggambar. Tujuan dari menulis dan
menggambar tersebut adalah untuk mendeskripsikan sesuatu. Agar jelas,
19

diperlukan kerapian, ketepatan, dan kesesuaian tulisan/gambar tersebut


dengan materi yang telah dipelajari.
Melalui berbagai pendapat di atas dapat diretaskan sebuah kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah pengalaman-pengalaman yang dialami seseorang
setelah mengikuti serangkaian kegiatan untuk mendapatkan dan menguasai
informasi atau hal baru. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat berupa
pengalaman kognitif, afektif, dan psikomotorik, meskipun pengalaman
kognitif yang bisa jelas terlihat adanya perubahan dari sebelum belajar dan
setelah belajar.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Perubahan hasil belajar hanya berkaitan dengan penambahan
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuaian diri (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI, 2007: 328). Hal
tersebut akan terlihat ketika orang yang belajar tersebut dihadapakan pada
sebuah permasalahan.
Penyebab lain mengungkapkan bahwa interaksi antara guru dan siswa
di dalam pembelajaran dapat mengamankan ingatan jangka panjang siswa
terhadap konsep yang sedang dipelajari (Heyward, 2010). Komunikasi
menjadi hal yang sangat penting karena ini dapat membuat kondisi
pembelajaran menjadi lebih aktif dan siswa nyaman dalam mengikuti
kegiatan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor
internal dan eksternal, yaitu:
1) Faktor Internal
a) Faktor Fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan
sebagainya.
b) Faktor Psikologis, meliputi Intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,
motif, kognitif, dan daya nalar siswa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan, meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
20

b) Faktor Instrumental, meliputi kurikulum, sarana dan guru. Faktor ini


diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan-
tujuan belajar yang telah direncanakan (Rusman, 2012: 124).

Melalui berbagai penjelasan di atas dapat diketahui bahwa faktor


minat, watak dan penyesuaian masuk sebagai penyebab yang bisa
menyebabkan anak memiliki hasil belajar yang baik. Selain itu faktor
instrumental juga bisa menjadi hal yang penting dalam mempengaruhi
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah direnakan. Hal ini terjadi
karena faktor instrumental memberikan konsep yang lebih jelas dan bisa
menarik minat siswa.

d. Pengertian Matematika
Permasalahan hitungan dan bilangan sering dimasukkan ke dalam
sebuah persepsi bahwa itu disebut matematika. Padahal, deskripsi
matematika lebih dari itu dan masih banyak hal yang lebih luas. Secara
etimologi, matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau
mathemata yang berartibelajar atau hal yang dipelajari (things that are
learned). Dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Supatmono, 2009: 17).
Matematika itu merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi
yang didasarkan kepada observasi (induktif), tetapi generalisasi yang
didasarkan kepada pembuktian secara deduktif (Karso, dkk., 1993).
Hakikatnya, materi pelajaran pada matematika memiliki objek tujuan
abstrak, berdasarkan pada kesepakatan, dan memiliki pola berpikir yang
nantinya disimpulkan secara deduktif (Soedjadi, 2000). Pengamatan yang
dilakukan pada konsep-konsep yang telah ditemukan sebelumnya tanpa
disertai tindakan untuk mencari tahu cara penemuan tersebut, akan
mengakibatkan pemikiran sempit bahwa matematika bisa diselesaikan
dengan hafalan-hafalan saja. Matematika itu merupakan ilmu deduktif
yang tidak generalisasi yang didasarkan pada pengamatan observasi
21

(induktif), tetapi generalisasi itu harus didasarkan kepada pembuktian secara


deduktif (Ruseffendi, 1993: 35).
Berbagai permasalahan yang diangkat merupakan bahan kajian yang
memiliki berbagai objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
deduktif yang memerlukan pemahaman. Penalaran deduktif yaitu kebenaran
konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebernaran sebelumnya telah
ditemukan oleh para ahli. Hal ini membuat ketertarikan antarkonsep dalam
Matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Sumantoro, dkk., 2007).
Terlepas dari pandangan tradisional bahwa matematika merupakan
kumpulan aturan yang harus dimengerti, seorang pakar matematika
menjelaskan bahwa, Matematika adalah ilmu tetang sesuatu yang memiliki
pola keteraturan dan urutan yang logis. Menemukan dan mengungkap
keteraturan atau urutan ini dan kemudian memberikan arti merupakan
makna dari mengerjakan matematika (Walle, 2008: 4).
Sesuatu yang yang menjadi perhatian khusus dalam matematika
adalah pemahaman konsep, bukan hafal-hafalan mengenai konsep-konsep
yang telah ditemukan oleh para ahli sebelumnya. Kegiatan belajar yang
seharunya dilakukan pada siswa yaitu menemukan kembali konsep yang
telah ditemukan oleh para ahli, sehingga siswa dapat mengetahui prosesnya.
Melalui banyaknya berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah ilmu yang di dalamnya terdapat permasalahan
yang dikerjakan secara logis dan memerlukan penalaran dalam setiap
pemecahan permasalahannya. Pemecahan masalah tersebut dilakukan
dengan generalisasi dari fakta-fakta yang sudah ada dan ditarik menjadi
kesimpulan (deduktif).

e. Pembelajaran Matematika.
Pembelajaran melibatkan guru dan siswa yang berusaha agar siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut,
diperlukan cara-cara mengajar matematika dengan baik dan merangsang
siswa aktif belajar. Kinerja yang baik pada tugas-tugas matematika
22

membutuhkan pengembangan keterampilan yang sangat kompleks. Model


memori kerja menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk memahami
peran mekanisme kognitif yang berbeda terlibat dalam keterampilan
matematika (Fernandez, 2012).
Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan
sekedar pandai berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu,
seperti kalkulator dan komputer, namun menyelesaikan masalah perlu
logika berpikir dan analisis. Oleh karena itu, anak-anak dalam belajar
matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan lengkap sesuai
dengan tahapan, melalui cara yang menyenangkan dengan menjalankan
prinsip matematika (Fatimah, 2009: 8).
Prinsip pertama belajar matematika dengan pemahaman adalah
penting. Belajar matematika tidak hanya memerlukan keterampilan
menghitung tetai juga memerlukan kecakapan berfikir dan beralasan secara
matematis untuk menyelesaikan soal-soal baru dan mempelajari ide-ide baru
yang akan dihadapi siswa di masa yang akan datang. Yang Kedua, prinsip-
prinsip ini dengan jelas menyatakan bahwa siswa dapat belajar matematika
dengan pemahaman. Belajar ditingkatkan di dalam kelas dengan cara para
siswa diminta untuk menilai ide-ide mereka sendiri atau ide-ide temannya,
didorong untuk membuat dugaan tentang matematika lalu mengujinya dan
mengembangkan keterampilan memberi alasan logis (Walle, 2008).
Pembelajaran matematika bersifat abstrak, siswa memerlukan alat
bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga materi
pelajaran akan lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses
pembelajaran pada fase konkrit dapat melalui tahapan konkret, semi konkrit,
semi abstrak, dan selanjutnya abstrak (Heruman, 2007).
Semua penemuan di bidang pendidikan dimaksudkan untuk menbuat
pencapaian tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah. Agar
pembelajaran matematika mudah dimengerti siswa, proses penalaran
induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran, dilanjutkan dengan proses
23

penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki


siswa (Sumantoro, dkk., 2007).
Jadi, pembelajaran matematika adalah aktivitas belajar siswa yang
dibimbing oleh guru dalam mempelajari materi-materi yang terdapat di
dalam ilmu matematika yang dilakukan dengan penalaran induktif di awal
pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan penalaran deduktif, dan
penalaran ini dilakukan bertahap dari tahap yang paling konkret ke tahap
yang abstrak (verbal/angka). Pembelajaran matematika dibantu alat bantu
pembelajaran agar siswa mudah memahami materi pelajaran dan melalui
tahap-tahap yang benar.
Pembelajaran tersebut harus melalui proses yang baik dan benar.
Sebelum masuk dalam pemahaman materi, guru harus mengkondisikan
siswa ke arah pembelajaran yang kondusif, memberikan motivasi,
menyampaikan tujuan, dan melakukan apersepsi. Hal ini nantinya agar
materi dapat disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami. Agar lebih
aktif, siswa diberikan kesempatan bertanya dan menerapkan konsep yang
sedang dipelajari. Bimbingan guru sangat diperlukan dalam mengarahkan
siswa. Di akhir pembelajaran, guru harus mampu mengevaluasi hasil belajar
siswa dan menyimpulkan pembelajaran. Di lain pihak, siswa juga harus
menunjukkan sikap dan keterampilan yang tepat dalam mengikuti proses
pembelajaran.

f. Tujuan Pembelajaran Matematika


Setiap rangkaian kegiatan belajar tentunya memiliki tujuan akhir yang
akan dicapai oleh setiap siswa. Tujuan akhir tersegut harus disesuaikan
dengan kemampuan siswa dan hal-hal yang sedang dipelajari siswa. Dengan
adanya tujuan ini, kegiatan belajar menjadi terfokus pada satu masalah
pembelajaran dan siswa akan mudah pula mendapatkan hasil belajar. Tujuan
pembelajaran ini harus terprogram sesuai dengan perkembangannya agar
siswa menjadi berkembang dan memiliki kemampuan yang tepat dalam
menguasai berbagai hal yang dipelajari.
24

Tujuan Pembelajaran matematika harus dibedakan menjadi dua, yaitu:


1) Anak pandai menyelesaikan permasalahan (menjadi problem
solver). Hal ini dapat dicapai dalam pembelajaran menerapkan
prinsip pembelajaran matematika dua arah. Anak-anak dapat
menguasai konsep-konsep matematika dengan baik.
2) Anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan
perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama).
Hal ini dapat dicapai bila anak :
a) Memahami operasi dasar matematika dan hubungan di
antaranya.
b) Menghafal fakta dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian).
c) Melakukan perhitungan dengan terstruktur dan efesien, coretan
dilakukan dengan rapi sehingga mudah diperiksa kembali.
d) Melakukan mekanisme pengecekan ulang, melakukan
perhitungan dengan cara yang berbeda untuk memastikan
kebenaran jawaban atau mengurangi kemungkinan kesalahan
karena ketidaktelitian (Fatimah, 2009: 15)

Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih siswa dalam


berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten dalam
memecahkan permasalahan (Sumantoro, dkk., 2007: 16). Latihan-latihan
yang diberikan tersebut akan membiasakan siswa berpikir secara matematis.
Secara lebih rinci lagi, tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat
digolongkan menjadi:
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan
lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Ekawati,
2011).

Melalui berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Tujuan


pembelajaran matematika adalah untuk melatih siswa berfikir dan bernalar
dalam memcahkan masalah sehari-hari dengan cara yang benar dalam
25

menarik kesimpulan. Pengembangan aktivitas ini membutuhkan aktivitas


kreatif dan diperlukan kemampuan menyampaikan pendapat mengenai hasil
penalaran logis tersebut.

g. Pengertian Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat


Operasi hitung campuran bilangan bulat merupakan salah satu materi
yang muncul di pembelajaran matematika di SD. Terlebih dulu dijelaskan
bahwa, operasi hitung dalam matematika merupakan alat atau sarana untuk
memecahkan persoalan/masalah matematika dari hal yang paling sederhana
sampai dengan hal yang paling rumit (Wiratno, dkk., 2011: 11).
Berkaitan dengan hal itu pula, dijelaskan bahwa, operasi hitung
campuran adalah operasi hitung yang menggunakan paling sedikit 2 operasi
yang berbeda, misalnya penjumlahan dan pengurangan (Kristianti dan
Adhalia, 2009: 89). Di dalam matematika memerlukan suatu sarana yang
digunakan untuk memecahkan masalah matematika dan di dalam
perkembangannya pemecahan tersebut tidak hanya memecahkan satu
langkah saja, tetapi bisa dikembangkan menjadi beberapa langkah untuk
memecahkan satu permasalahan.
Sudah disepakati secara internasional bahwa empat dasar operasi yang
digunakan dalam matematika adalah :
1) Penambahan (jumlah), dengan simbol +
2) Pengurangan (selisih), dengan simbol
3) Perkalian (hasil kali), dengan simbol x
4) Pembagian (hasil bagi), dengan simbol : (Rich dan Schmidt, 2004: 1-3)
Ada banyak jenis bilangan dalam Materi matematika, antara lain
bilangan cacah, bilangan pecahan, bilangan asli, dan bilangan bulat. Setiap
bilangan memiliki kekhususan/keunikan masing-masing. Bilangan bulat
adalah bilangan utuh (bukan pecahan) (Yuwono, 2005: 3). Pendapat lain
menyebutkan bahwa,Bilangan bulat adalah bilangan utuh yang tediri dari
bilangan asli, bilangan nol, dan bilangan negatif (Destiana, 2009: 1). Bisa
juga disimpulkan secara lebih khas lagi bahwa bilangan bulat merupakan
26

bilangan cacah beserta bilangan negatif dari bilangan cacah tersebut (Walle,
2008). Bilangan bulat merupakan bilangan utuh (bukan pecahan) yang
terdiri dari bilangan nol, bilangan asli yang disebut juga bilangan positif (1,
2, 3, dan seterusnya), dan negasi dari bilangan asli yang disebut sebagai
bilangan negatif (-1, -2, -3, dan seterusnya).
Banyaknya pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
operasi hitung campuran bilangan bulat adalah pengerjaan permasalahan
matematika yang melibatkan lebih lebih dari satu jenis operasi dasar. Yang
mana operasi dasar matematika menggunakan penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.

h. Model Pemecahan Operasi Bilangan Bulat dengan Spidol Warna


Model yang umum digunakan adalah garis bilangan. Ini agak lebih
tradisional dan bersifat matematis, tetapi banyak siswa yang mengalami
kebingungan. Bilangan-bilangan positif dan negatif diukur dengan arah ke
kanan dan ke kiri dari titik 0 (Walle, 2008).
Penting untuk diingat bahwa nilai-nilai yang bertanda adalah jarak
berarah, bukan titik-titik pada garis bilangan. Titik-titik pada garis bukan
model untuk bilangan bulat, jarak berarah adalah modelnya. Dengan
menggunakan model tersebut, ditemukan sebuah inovasi baru pengerjaan
garis bilangan dengan menggunakan spidol warna. Penggunaan spidol
warna ini digunakan untuk membedakan lambang bilangan bulat positif,
lambang bilangan bulat negatif, dan lambang operasi hitung.
Jadi, ketika di dalam soal-soal operasi bilangan bulat yang
sebelumnya ditemui dengan soal sebagai berikut:
5 + 2 = .
Maka siswa harus diberikan kemampuan terlebih dahulu untuk
mengidentifikasi lambang-lambang bilangan yang ada pada kalimat
matematika tersebut. Misal pada soal yang paling atas, 5 termasuk bilangan
bulat positif dan 2 termasuk bilangan bulat positif. Berikut penjelasannya
ketika diaplikasikan dengan penggunaan spidol warna:
27

Langkah pertama: menulis garis bilangan kosong


menggunakan spidol hitam

Kemudian menulis garis titik-titik vertikal yang melalui titik 0


sebagai pangkal menggunakan spidol hitam

Kemudian menulis garis bilangan pertama (positif 5


panjangnya 5 petak), dengan membuat garis panah horisontal
di atas garis bilangan kosong yang pangkalnya dimulai dari
titik nol

Kemudian diakhiri dengan garis titik-titik vertikal yang


menghimpit titik ujung panah tersebut.

Menulis garis bilangan kedua (positif 2, panjangnya 2 petak)


dengan membuat garis panah yang pangkalnya berhimpit
dengan titik ujung garis panah sebelumnya (titik 5).

Menulis garis titik-titik vertikal panjang (sampai di bawah garis


bilangan kosong) pada titik 0 dan pangkal panah terakhir.

Gambar 2.01 Langkah-langkah penggunaan spidol warna

Menulis garis panah titik-titik horisontal yang berada di bawah


garis bilangan kosong dengan pangkal dari titik 0. Bila ujung
panah tersebut berada di sebelah kanan titik 0, maka hasilnya
28

Cara pengerjaan seperti ini menggunakan konsep penjumlahan,


dengan menambahkan garis-garis tersebut secara terus menerus dan
nantinya akan ditemui jarak antara ujung dan pangkal garis tersebut. Jika
ditemui operasi hitung pengurangan, yang perlu dilakukan adalah mengubah
operasi pengurangan tersebut menjadi operasi penjumlahan dan
menegatifkan bilangan yang ada di depan lambang operasi tersebut, berikut
perolehan teorema tersebut yang ditulis oleh seorang pakar matematika
sebagai berikut:
The additive inverse (opposite) of a number, when added to the
number, has sum 0:
+ = 0 . + , = 0 .................................. (9.21)

An alternative definition of substraction


1 , 2 1 , 2 = (1 + 2 , 2 + 1 ) ................................... (9.24)
Now from the definition (9.19) it follows that
1 + 2 , 2 + 1 = 1 , 2 + (2 + 1 ) ............................... (9.25)
The transitive property of equality applied to (9.24) and (9.25) implies
that
1 , 2 1 , 2 = 1 , 2 + (2 , 1 ) .................................. (9.26)
If = (1 , 2 ) and = 1 , 2 , then it follows from equations (9.21)
that = 2 , 1 , and so (9.26) becomes
= + () ................................................................... (9.27)
(Byrne, 1967: 228-229)
Teorema tersebut memiliki lambang-lambang yang cukup unik dan
belum bisa dipahami dengan mudah oleh siswa. Dengan teorema tersebut,
perlu dijelaskan kembali kepada siswa bahwa:
1) a b = a + (-b)
2) a b = artinya a + (-b)
3) a b = a ditambah lawan b
Teorema operasi pengurangan tersebut penting untuk ditanamkan
pada penalaran siswa. Teorema tersebut akan menjadi pijakan dalam
mengerjakan soal yang lain, karena dengan menggunakan garis bilangan
lebih baik jika semua operasi diubah menjadi operasi penjumlahan.
Tentunya guru harus mengulang-ulang teorema ini agar siswa benar-benar
paham. Berikut beberapa kemungkingan digunakannya operasi pengurangan
pada bilangan bulat:
29

1) positif dikurangi positif, misal 5 - 3 =


diubah dulu menjadi, 5 + (-3) =

Gambar 2.02 Garis bilangan 5 3 = 2

Maka 5 - 3 = 2
2) positif dikurangi negatif, misal 5 - (-3) =
diubah dulu menjadi, 5 + 3 =

Gambar 2.03 Garis bilangan 5 (-3) = 8

Maka 5 - (-3) = 8
3) negatif dikurangi positif, misal (-5) - 3 =
diubah dulu menjadi, (-5) + (-3) =

Gambar 2.04 Garis Bilangan -5 3 = -8

Maka (-5) - 3 = -8
4) negatif dikurangi negatif, misal -5 - (-3) =
diubah dulu menjadi, -5 + 3 =
30

Gambar 2.05 Garis Bilangan -5 (-3) = -2

Maka -5 - (-3) = -2

Kristianti (2009: 89) menjelaskan bahwa aturan pengerjaan operasi


hitung campuran adalah sebagai berikut:
1) Kerjakan dahulu operasi hitung di dalam kurung;
2) Penjumlahan dan pengurangan dikerjakan urut dari kiri.
Melalui adanya aturan tersebut, dapat diberikan beberapa contoh
pengerjaan operasi hitung campuran dengan spidol warna, yakni sebagai
berikut:
1) Penjumlahan dan pengurangan, misal (-6) + 3 2 =
diubah menjadi (-6) + 3 + (-2) =

Gambar 2.06 Garis Bilangan (-6) + 3 2 = -5

Maka (-6) + 3 2 = -5
2) Pengurangan dan penjumlahan, misal 5 2 + 7 =
diubah menjadi 5 + (-2) + 7 =

Gambar 2.07 Garis Bilangan 5 2 + 7 = 10

Maka 5 2 + 7 = 10
31

3) Penjumlahan, pengurangan, dan kurung di akhir, misal 2+3 (4+5) =


dikerjakan dulu yang 4 + 5 =

Gambar 2.08 Garis Bilangan 4 + 5 = 9

Diketahui bahwa 4 + 5 = 9, kemudian dimasukkan ke dalam operasi


campuran sebelumnya, yakni menjadi 2 + 3 9 = .
Diubah menjadi 2 + 3 + (-9) =

Gambar 2.09 Garis Bilangan 2 + 3 + (-9) = -4

Maka 2+3 (4+5) = -4


4) Pengurangan, penjumlahan, dan kurung di akhir, misal (2-3) 4 + 5=
dikerjakan dulu yang 2 - 3 = 2 + (-3) =

Gambar 2.10 Garis Bilangan 2 3 = -1

Diketahui bahwa 2 + (-3) = (-1), kemudian dimasukkan ke dalam operasi


campuran sebelumnya, yakni menjadi (-1) 4 + 5= = .
Diubah menjadi (-1) + (-4) + 5 = .
32

Gambar 2.11 Garis Bilangan (-1) + (-4) + 5 = 0

Maka garis titik-titik vertikal berada satu garis dengan ujung dan pangkal
garis, artinya jawabannya adalah 0.

Penggunaan inovasi ini mengupayakan siswa untuk menemukan


sendiri konsep yang ada di dalam materi operasi hitung bilangan bulat.
Dengan penemuan sendiri, mereka memiliki ketertarikan dan
memungkinkan mereka untuk terlibat lebih aktif di dalam pembelajaran
yang difasilitasi oleh guru. Bahkan, hal ini juga mengembangkan
pembelajaran yang bermakna (engl, 2012).
Alat pelajaran tersebut mengupayakan siswa menciptakan setiap
konsep pada bahan mereka sendiri bersamaan dengan guru di lingkungan
belajar memungkinkan mereka untuk menjadi aktif, memfasilitasi
pemahaman mereka, peningkatan partisipasi mereka dalam pelajaran, dan
pembelajaran bermakna ditingkatkan.
Hasil belajar yang diharapkan dari materi ini adalah siswa diharapkan
mampu memahami konsep pengerjaan operasi hitung dan dapat
menyelesaikan permasalahan operasi hitung campuran bilangan bulat yang
muncul. Penyelesaian masalah tersebut salah satunya dengan menggunakan
garis bilangan yang dibantu dengan spidol warna sebagai alat tulisnya.
Dalam pembelajaran tersebut, siswa juga dituntut untuk mengerjakan
pengerjaan secara ilmiah sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan.
Kejujuran dalam mengerjakan soal tentunya menjadi hal penting yang bisa
mengindikasikan keseriusan siswa dalam mengerjakan permasalahan
matematika.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi,penugasan perseorangan atau kelompok, dan
33

bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dantingkat


perkembangan peserta didik (BSNP, 2007: 8). Jadi, guru atau pendidik
diberikan keleluasaan untuk mengembangkan berbagai instrumen untuk
menilai semua kemampuan siswa yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran.

B. Penelitian yang Relevan


1. Penelitian Dhinarwati Irwanto dengan judul Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Operasi Hitung Bilangan Bulat Menggunakan Media Manik-
Manik Pada Siswa Kelas IV SDN Slendro 1 Gesi Sragen Tahun Ajaran 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan
menggunakan media manik-manik dapat meningkatkan kemampuan siswa
menyelesaikan soal operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD
Negeri Slendro 1 Sragen. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 58,33 dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 38,1%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,33 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 71,43% dan siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 74,67 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar
85,71%. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa
pembelajaran matematika dengan menggunakan media manik-manik dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada saat menyelesaikan soal
operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri Slendro 1 tahun
ajaran 2012. Penelitian ini relevan karena memiliki kesamaan variabel bebas,
yaitu hasil belajar materi bilangan bulat.

2. Penelitian Nanik Nur Aini Itsnaningrum dengan judul Upaya Meningkatkan


Hasil Belajar Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Garis
Bilangan pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sidowayah Kec. Polanharjo
Klaten Tahun Pelajaran 2010/201. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar operasi hitung penjumlahan
bilangan bulat dan peningkatan aktivitas siswa setelah diadakan tindakan kelas
34

menggunakan garis bilangan. Pada siklus I materi operasi hitung penjumlahan


bilangan bulat yang meliputi empat macam indikator yang ingin dicapai, rata-
rata nilai kelas sebelum tindakan 57,14 meningkat menjadi 64,29. Ketuntasan
hasil belajar yang semula 42,86% meningkat menjadi 52,39% dengan KKM
62. Sedangkan rata-rata penilaian aktivitas siswa pada siklus I adalah 2,25 dan
pada siklus II meningkat menjadi 3,25. Dengan demikian dapat diajukan suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran operasi hitung penjumlahan bilangan bulat
melalui garis bilangan dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung
penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 2 Sidowayah Kec.
Polanharjo Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini relevan karena
memiliki kesamaan variabel bebas, yaitu hasil belajar materi operasi hitung
bilangan bulat.

C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika kelas IV SDN III Punduhsari, khususnya pada
materi operasi hitung campuran bilangan bulat sampai saat ini masih
menggunakan alat-alat pelajaran yang biasanya. Belum ada inovasi yang
melibatkan alat-alat baru di dalam pembelajaran. Dalam mengajarkan operasi
hitung campuran bilangan bulat, guru belum menggunakan spidol warna sebagai
alat pelajaran untuk membantu penalaran siswa. Hal tersebut membuat siswa tidak
paham terhadap materi pelajaran matematika dan membuat hasil belajar siswa
rendah.
Bertolak dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu tindakan dengan
menggunakan alat pelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa
setelah siswa paham akan konsep dasar materi tersebut. Salah satu alat pelajaran
yang dapat digunakan adalah spidol warna. Spidol warna merupakan alat tulis
yang bisa digunakan untuk membuat tulisan dengan berbagai warna goresan pena.
Kegunaan warna di sini adalah menekankan perbedaan arti secara mendasar
antara bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan bilangan nol. Dengan
adanya perbedaan warna tulisan ini siswa akan lebih mudah memahami perbedaan
35

antar bilangan tersebut ketika bilangan tersebut dimasukkan di dalam operasi


hitung.
Berdasarkan uraian diatas, diyakini akan terjadi peningkatan hasil belajar
operasi hitung campuran bilangan bulat kelas IV SDN III Punduhsari Tahun
Pelajaran 2012/2013 ketika spidol warna digunakan di dalam pembelajaran
matematika. Berdasarkan Penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam bentuk
bagan berikut.
36

Hasil belajar
Guru dalam operasi hitung
Kondisi melaksanakan campuran
Awal pembelajaran bilangan bulat
matematika materi siswa masih
operasi hitung rendah
campuran bilangan
bulat belum
menggunakan spidol
warna

Siklus I :
Perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.

Indikator
Pada siklus I, 75% siswa
mencapai KKM
Guru menggunakan
Tindakan
spidol warna dalam
pembelajaran
matematika materi
operasi hitung
campuran bilangan Siklus II :
bulat. Perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.

Indikator
Pada siklus II, 80% siswa
mencapai KKM

Dengan menggunakan
spidol warna diduga
dapat meningkatkan hasil
Kondisi
belajar operasi hitung
Akhir
campuran bilangan bulat
pada siswa kelas IV SDN
III Punduhsari

Gambar 2.12 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian


37

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan spidol warna diduga
dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat kelas IV
SDN III Punduhsari Tahun Pelajaran 2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


1. Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN III Punduhsari yang beralamatkan di
dusun Punduh, Kelurahan Punduhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten
Wonogiri. Terletak pada 5 km sebelah utara pusat Kecamatan Manyaran.
Sekolah ini memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1
UKS, dan dua kamar mandi.
Alasan yang melandasi penelitian dilaksanakan di SDN III Punduhsari
yaitu:
a. Lokasi sekolah dasar tersebut mudah untuk dijangkau dengan kendaraan
sepeda motor maupun kendaraan umum.
b. Jarak antara sekolah dasar dengan tempat tinggal peneliti cukup dekat,
sehingga bisa dijangkau dengan waktu yang singkat.
Lokasi menjadi hal penting yang menjadi pertimbangan peneliti, karena
nantinya peneliti akan melaksanakan kegiatan ini tidak hanya berkutat pada
satu tempat saja. Peneliti harus menempuh perjalanan dari tempat tinggal ke,
lokasi penelitian. Lokasi tersebut berada di pinggir jalan besar, sehingga
mudah dijangkau oleh peneliti. Hal tersebut akan memberikan waktu yang
lebih bagi peneliti untuk mempersiapkan instrumen yang dibutuhkan pada
penelitian ini.

2. Waktu Pelaksanaan Penelitian


Persiapan penelitian dilaksanakan sejak minggu pertama bulan Januari,
tetapi pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Maret
sampai minggu ketiga bulan Maret. Pelaksanaan tindakan ini tepat
dilaksanakan pada pembelajaran sekolah dasar semester genap tahun pelajaran
2012/2013.

38
39

B. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV di SDN III Punduhsari
Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2012/2013. Adapun
jumlah siswanya adalah 28 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa
perempuan.

C. Bentuk Dan Strategi Penelitian


Bentuk penelitian yang diangkat pada penelitian ini adalah PTK (Penelitian
Tindakan Kelas). Hal ini berdasar pada subjek penelitian yang telah dipilih dan
desain penelitian yang telah dirancang. Pada PTK ini peneliti merencanakan
penelitian selesai pada siklus I dan siklus II. Setiap Siklus terdiri dari dua kali
pertemuan pembelajaran.
Peneliti menggunakan jenis PTK kolaboratif karena jenis penelitian ini
memaksimalkan peneliti untuk mengetahui keadaan yang diteliti dengan lebih
leluasa. Peneliti dan Guru melakukan kolaborasi dalam merencanakan
pembelajaran yang akan digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran
maupun hasil belajar pada kelas yang diteliti. Lebih lanjut, langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Tindakan selanjutnya

Gambar 3.01 Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


40

D. Sumber Data Penelitian


Berdasarkan cara memperolehnya, data dibedakan atas data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dan diolah sendiri.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah
diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi (Supranto, 2000).
Berdasarkan teori pengklasifikasian data di atas, peneliti mengklasifikasikan
data yang didapatkan sebagai berikut:
1. Data primer, terdiri dari :
Hasil observasi kinerja guru.
Hasil observasi siswa.
Hasil tes hasil belajar pada setiap siklus.
2. Data sekunder, terdiri dari :
Dokumen hasil belajar siswa pra siklus
Kurikulum SDN III Punduhsari
RPP Kelas IV pada materi operasi hitung campuran bilangan bulat.
Hasil angket guru dan siswa.
Hasil dokumentasi foto dan video.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
observasi/pengamatan, angket, dokumentasi dan tes yang masing-masing secara
singkat diuraikan berikut ini:
1. Observasi
Menurut Narbuko dan Achmadi (2007: 70), Pengamatan atau observasi
adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Observasi merupakan
pengamatan langsung yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh indera yang dimiliki seseorang
(Arikunto, 2006: 156).
Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti. Guru melakukan observasi
terhadap hasil belajar afektif dan psikomotor siswa. Peneliti melakukan
41

observasi terhadap kinerja guru di dalam proses pembelajaran. Kedua jenis


observasi tersebut nantinya akan mewakili informasi keadaan kelas yang
diteliti. Observasi tersebut dibatasi dengan sejumlah informasi penting yang
harus diketahui keadaannya dan menggambarkan proses pembelajaran yang
terjadi di kelas saat pembelajaran berlangsung.

2. Angket
Metode angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan-
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk
memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (Narbuko dan
Achmadi, 1997: 76).
Angket diberikan kepada guru kelas dan siswa. Jawaban dari angket
tersebut memberikan informasi tentang keadaan yang terjadi di dalam
pembelajaran. Angket diberikan kepada guru dan siswa untuk mendapatkan
jawaban yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi apapun dari orang,
benda, ataupun tempat dengan menyimpan informasi tersebut ke dalam suatu
media, sehingga suatu saat informasi tersebut bisa ditampilkan kembali.
Dokumentasi ini meliputi penyimpanan berbagai bukti fisik maupun non
fisik (softcopy) yang bisa mendukung keberhasilan penelitian ini. Data
dokumentasi ini meliputi data video dan foto saat pembelajaran berlangsung.
Dari data tersebut maka akan terlihat nyata bahwa pembelajaran dilaksanakan
dengan tindakan yang berbeda-beda.

4. Tes
Menurut Arikunto (2006: 150), Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.
42

Tes ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan untuk mendapatkan data
hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat siswa kelas IV SDN III
Punduhsari. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa kelas IV SDN III Punduhsari setelah
kegiatan pemberian tindakan.

F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan dalam memeriksa validitas data dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi.
Validitas data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik Triangulasi
yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap
suatu data.

Menurut Arikunto, dkk. (2008: 128-129), Ada beberapa macam triangulasi,


yaitu: (1) Theoritical triangulation (triangulasi teori) menggunakan teori
dalam upaya menelaah sesuatu; (2) Data triangulation (triangulasi data)
mengambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat, dan jenis; (3) Source
triangulation (triangulasi sumber) mengambil data dari berbagai nara
sumber; (4) Methode triangulation (triangulasi metode) menggunakan
berbagai metode pengumpulan data; (5) Instrumental triangulation
(triangulasi instrumen) dengan menggunakan berbagai jenis alat/instrumen;
(6) Analytic triangulation (triangulasi analitik) menggunakan berbagai
metode/cara analisis.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik-teknik uji validitas


sebagai berikut:
1. Source triangulation (triangulasi sumber) dengan cara mengumpulkan data
sejenis dari berbagai sumber berbeda. Teknik ini peneliti gunakan untuk
mendapatkan data yang objektif mengenai keadaan proses pembelajaran yang
sebenarnya telah terjadi. Contoh penggunaan pada teknik ini yakni data
jawaban angket dengan siswa dan data jawaban angket dengan guru kelas.
43

2. Data triangulation (triangulasi data) dengan cara mengumpulkan bermacam-


macam data dari berbagai suasana, waktu, tempat, atau jenis yang bebeda.
Peneliti menggunakan teknik ini dengan cara memberikan tes hasil belajar
kepada siswa kelas IV dengan waktu dan keadan yang berbeda antara tes yang
satu dengan yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa adanya
perubahan itu bukan hanya kebetulan, tetapi perubahan benar-benar terjadi
karena adanya tindakan.

G. Teknik Analisis Data


Penelitian ini harus menggunakan teknik analisis data yang tepat. Menurut
Arikunto, dkk. (2008: 133), Analisis merupakan usaha untuk memilih, memilah,
membuang, menggolongkan, serta menyusun data ke dalam kategori,
mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data model interaktif. Menurut Miles dan Huberman (1992: 32) model ini
mempunyai tiga langkah kegiatan, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian
data/display; (3) mengambil kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis dapat digambarkan dengan skema pada
gambar berikut.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

(1) (2)

Penarikan
simpulan/verifikasi

(3)
Gambar 3.02 Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman
44

Semua data yang telah dikumpulkan dengan berbagai teknik pengumpulan


data, peneliti akan mengambil simpulan/verifikasi melalui proses yang sesuai
pada bagan pertama. Setelah data terkumpul, maka langkah yang selanjutnya
harus dilakukan adalah melakukan reduksi data. Reduksi data ini adalah
penyederhanaan dari masing-masing data dan akan ditemui kunci/inti dari data
tersebut. Bila data tersebut sebuah kalimat panjang, maka reduksi data dari data
tesebut adalah kalimat intinya. Setelah semua data diperoleh reduksi datanya,
hasil dari reduksi data tersebut dijadikan satu. Penyatuan ini tidak langsung
tergabung menjadi satu, tetapi perlu penyusunan yang sistematis dan
menghilangkan data yang isinya sama. Penyusunan yang sistematis ini disebut
sebagai sajian data. Dari sajian data yang sudah ada, kemudian peneliti menari
kesimpulan/verifikasi yang nantinya akan menjadi pendapat peneliti untuk
mendukung keberhasilan penelitian ini. Namun, peneliti masih berpeluang untuk
menerima masukan bagi hasil akhir kesimpulan tersebut.

H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah meningkatnya hasil belajar klasikal operasi hitung campuran bilangan bulat
kelas IV SDN III Punduhsari dengan menggunakan spidol warna sebagai alat
pelajaran. Agar ketuntasan klasikal ini naik, maka setiap siswa diharapkan untuk
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran matematika, yakni.
65. Indikator kinerja yang diharapkan pada siklus I adalah 75% dari 28 siswa
mendapatkan nilai 65. Apabila pada siklus I indikator tersebut belum tercapai,
maka perlu direfleksi dan dilanjutkan pada siklus II. Indikator kinerja yang
diharapkan pada siklus II adalah 80% dari 28 siswa mendapatkan nilai 65.

I. Prosedur Penelitian.
Penelitian terdiri dari rangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Prosedur
seluruh rangkaian kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan oleh
peneliti secara rinci. Pada sebelum pelaksanaan tindakan, ada kegiatan yang
45

digunakan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat


pelaksanaan penelitian nantinya. Kegiatan tersebut adalah:
1. Penyusunan dan pengajuan proposal
2. Seminar proposal
3. Pengurusan Izin Penelitian
4. Persiapan Penelitian
Kemudian peneliti melanjutkan kegiatan pelaksanaan tindakan. Proses
pelaksanaan tindakan direncanakan pada dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus pertama terdiri dari dua pertemuan dan siklus kedua terdiri dari dua
pertemuan. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai peneliti dan
berkolaborasi dengan melibatkan guru kelas sebagai pengajar untuk bersama-
sama melakukan penelitian. Berikut ini uraian mengenai siklus I dan siklus II.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Peneliti merencanakan tindakan, meliputi:
1) Peneliti menyusun silabus yang akan digunakan pada pembelajaran
pertama dan kedua siklus I.
2) Peneliti menyusun RPP sesuai SK dan KD (pengenalan dan pemahaman
konsep penggunaan spidol warna dalam mengerjakan operasi bilangan
bulat)
3) Menyiapkan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.
4) Peneliti mempersiapkan diri dalam mempelajari materi pelajaran yang
akan diteliti.
5) Peneliti memberikan latihan/drill terhadap guru dalam menggunakan
spidol warna dalam mengajar materi bilangan bulat
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah membuat rencana yang mantap, maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus I
46

dilakukan pada 2 pertemuan. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada


tindakan siklus I sebagai berikut:
1) Pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat dengan model
garis bilangan dan mengenalkan cara pengggunaan spidol warna pada
garis bilangan.
2) Guru memberikan contoh hasil pengerjaan operasi hitung campuran
bilangan bulat dan siswa difasilitasi untuk menggeneralisasikan contoh
tersebut menjadi konsep dasar operasi hitung campuran bilangan bulat.
3) Dari konsep dasar tersebut, guru memberikan penjelasan mengenai
operasi hitung campuran pada garis bilangan dengan menggunakan
spidol tiga warna.
4) Setelah konsep diterima siswa, guru mengadakan evaluasi hasil belajar
siswa untuk mengetahui sejauh mana perubahan hasil belajar siswa
setelah mendengar penjelasan guru.
Tindakan tersebut dilaksanakan pada Pertemuan I dan II. Secara
garis besar, tindakan pada setiap pertemuan tersebut sama. Namun, bisa
saja terjadi penyesuaaian terhadap keadaan kelas yang sedang digunakan
sebagai penelitian.
c. Tahap Observasi Tindakan
Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif untuk mengamati
pembelajaran matematika dengan menggunakan spidol warna. Guru
mengamati kegiatan belajar afektif dan psikomotor siswa, sedangkan
peneliti mengamati kinerja guru di dalam pembelajaran. Tahap ini
dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan.
d. Tahap Refleksi
Peneliti bersama observer membuat refleksi atas tindakan pada
siklus I. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes
hasil belajar siswa yang berupa nilai siswa pada pertemuan pertama dan
kedua. Analisis tersebut mengenai ketuntasan klasikal nilai hasil belajar
dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Ketuntasan klasikal pada
siklus I ini akan menentukan keberhasilan kinerja penelitian. Peneliti juga
47

berdisuksi dengan guru kelas untuk menemukan masalah yang


menghambat pemahaman siswa dan nantinya mencari solusi untuk
diterapkan saat pembelajaran pada siklus II.
Ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 71,43%. Jadi, ada 20 siswa
yang mampu mencapai KKM dan ada 8 siswa yang belum. 8 siswa yang
belum mencapai KKM dikarenakan beberapa hal, antara lain karena
rendahnya konsentrasi siswa, konsep/materi yang terlalu rumit, dan
rendahnya kemampuan matematis-logis. Karena belum mampu mencapai
indikator kinerja penelitian, maka penelitian masih dilanjutkan pada siklus
II.

2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Peneliti merencanakan tindakan, meliputi:
1) Peneliti menyusun silabus yang akan digunakan pada pembelajaran
pertama dan kedua siklus II.
2) Peneliti menyusun RPP sesuai SK dan KD (pengenalan dan pemahaman
konsep penggunaan spidol warna dalam mengerjakan operasi bilangan
bulat)
3) Menyiapkan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.
4) Peneliti mempersiapkan diri dalam mempelajari materi pelajaran yang
akan diteliti.
5) Peneliti memberikan latihan/drill terhadap guru dalam menggunakan
spidol warna dalam mengajar materi bilangan bulat
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan
pada siklus yang pertama, dilakukan dengan dua pertemuan. Namun,
pelaksanaan tindakan pada siklus II ini mendapat perbaikan dari hasil
refleksi yang telah didapat dari siklus I.
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tindakan siklus II sebagai
berikut:
48

1) Pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat dengan model


garis bilangan dan cara pemahaman baru dengan menggunakan spidol
warna.
2) Guru memberikan contoh hasil pengerjaan operasi hitung campuran
bilangan bulat dan siswa difasilitasi untuk menggeneralisasikan contoh
tersebut menjadi konsep dasar operasi hitung campuran bilangan bulat.
3) Dari konsep dasar tersebut, guru memberikan penjelasan mengenai
operasi hitung campuran pada garis bilangan dengan menggunakan
spidol dua warna.
4) Setelah konsep diterima siswa, guru mengadakan evaluasi hasil belajar
siswa untuk mengetahui sejauh mana perubahan hasil belajar siswa.
Tindakan tersebut dilaksanakan pada Pertemuan 1 dan 2. Secara
garis besar, tindakan pada setiap pertemuan tersebut sama. Namun, bisa
saja terjadi penyesuaaian terhadap keadaan kelas yang sedang digunakan
sebagai penelitian.
c. Tahap Observasi Tindakan
Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif untuk mengamati
pembelajaran matematika dengan menggunakan spidol warna. Guru
mengamati kegiatan belajar afektif dan psikomotor siswa, sedangkan
peneliti mengamati kinerja guru di dalam pembelajaran. Tahap ini
dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan.
d. Tahap Refleksi
Peneliti bersama guru kelas IV membuat refleksi atas tindakan pada
siklus II. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan analisis terhadap hasil
belajar siswa yang berupa nilai siswa pada pertemuan pertama dan kedua.
Analisis tersebut mengenai ketuntasan klasikal nilai hasil belajar dari
pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Ketuntasan klasikal nilai hasil
belajar pertemuan kedua pada siklus II ini akan menentukan keberhasilan
kinerja penelitian. Prosedur terakhir pada pelaksanaan penelitian ini adalah
memastikan bahwa seluruh indikator kinerja sudah tercapai semuanya. Jika
49

semua indikator telah tercapai, maka penelitian akan menghasilkan sebuah


kesimpulan dan kegiatan pelaksanaan penelitian akan disudahi.
Ketuntasan klasikal pada siklus II adalah 85,71%. Jadi, ada 24 siswa
yang mampu mencapai KKM dan ada 4 siswa yang belum. Ternyata 4
siswa tersebut juga tidak mampu mencapai KKM pada siklus I. Siswa
tersebut belum mampu mencapai KKM dikarenakan memiliki kemampuan
matematis-logis yang rendah. Sedangkan materi bilangan bulat
memerlukan penalaran yang cukup rumit. Karena hasil penelitian sudah
mencapai indikator kinerja, maka penelitian dihentikan pada siklus II.
Kegiatan terakhir setelah pelaksanaan tindakan adalah melaporkan segala
sesuatu yang telah didapatkan pada saat pelaksanaan penelitian nantinya. Kegiatan
tersebut adalah penyusunan laporan hingga penjilidan skripsi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melaksanakan kegiatan observasi
mengenai proses pembelajaran di Kelas IV SDN III Punduhsari untuk mengetahui
permasalahan yang ada di dalam kelas. Beradasarkan hasil obervasi tersebut,
peneliti menemukan sebuah permasalahan pada mata pelajaran matematika.
Permasalahan tersebut yaitu rendahnya hasil belajar matematika materi operasi
hitung campuran bilangan bulat. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa
yang memperoleh nilai hasil belajar di bawah KKM. Nilai KKM pada mata
pelajaran matematika adalah 65.
Berdasarkan hasil angket yang dijawab oleh siswa dan guru kelas IV SDN
III Punduhsari diketahui bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam memahami
konsep dasar operasi hitung campuran bilangan bulat. Dalam pemberian materi
tersebut tidak ada inovasi penggunaan media pembelajaran atau alat pelajaran
sebagai pendukung keberhasilan pembelajaran. Termasuk mengenai penggunaan
spidol sebagai alat pelajaran, guru belum pernah menggunakan invoasi spidol
warna di dalam mengajarkan operasi hitung campuran bilangan bulat (Lampiran
09 Hlm. 104).
Hal yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah adalah belum
diupayakannya penggunaan alat pelajaran yang dapat membantu siswa dalam
memahami konsep dasar di dalam materi pelajaran matematika. Pada kondisi
sebelum tindakan, guru belum memaksimalkan penggunaan alat pelajaran yang
inovatif. Penggunaan alat-alat yang sudah lazim tentunya perlu didukung adanya
inovasi agar pemahaman siswa terbantu dan tidak jenuh.
Peneliti melakukan telaah dokumen yang dimiliki oleh guru kelas.
Dokumen tersebut adalah dokumen hasil belajar siswa yang telah
terdokumentasikan sejak awal semester II tahun pelajaran 2012/2013. Pada
dokumen tersebut ditemui nilai hasil belajar dari 28 siswa kelas IV SDN III
Punduhsari yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:

38
51

Tabel 4.01. Nilai Hasil Belajar Pratindakan


Pencapaian KKM
No. Nilai Hasil
Nama (65)
Urut Belajar
Tuntas Tidak Tuntas
1. 001 56
2. 002 51
3. 003 58
4. 004 53
5. 005 61
6. 006 58
7. 007 67
8. 008 76
9. 009 55
10. 010 60
11. 011 48
12. 012 75
13. 013 52
14. 014 70
15. 015 76
16. 016 80
17. 017 73
18. 018 77
19. 019 77
20. 020 58
21. 021 45
22. 022 82
23. 023 55
24. 024 86
25. 025 82
26. 026 53
27. 027 87
28. 028 55
Jumlah 1828 13 15
Nilai Terendah = 45
Nilai Tertinggi = 87
Rata-rata Nilai = 1828 : 28 = 65,29
Tuntas = 13 Ketuntasan Klasikal =
KKM 65
Tidak Tuntas = 15 (13/28) x 100% = 46,43%

Berdasarkan data pada tabel 4.01. siswa yang bisa mencapai nilai KKM
sebanyak 13 siswa atau 46,43% dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah
KKM yaitu 15 siswa atau 53,57%. Jadi ketuntasan Klasikal hanya 46%. Pada
52

tabel 4.01 dapat dilihat rata-rata nilai hasil berlajar kelas IV SDN III Punduhsari
adalah 65,29 (Lampiran 10 Hlm. 105).
Tabel 4.01 tersebut menunjukkan nilai hasil belajar operasi hitung campuran
bilangan bulat sebelum diberikan tindakan. Berikut ini data nilai tertinggi, nilai
terendah, rata-rata nilai dan persentase ketuntasan klasikal nilai hasil belajar yang
disajikan dalam bentuk grafik.

100
87
90
80
70 65,29
60
46,43
Nilai

50 45
40 Pratindakan
30
20
10
0
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Ketuntasan
Klasikal (%)

Gambar 4.01 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai, dan Persentase
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Pratindakan

Tabel 4.01 tersebut menunjukkan nilai hasil belajar operasi hitung campuran
bilangan bulat sebelum diberikan tindakan. Untuk mengetahui penyebaran nilai
hasil belajar siswa, berikut ini data nilai yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi bergolong:

Tabel 4.02. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Pratindakan


No. Interval Frekuensi Nilai Tengah Fi.xi Presentase
Nilai (fi) (xi) (%)
1. 45-52 4 48,5 194 14,29%
2. 53-60 10 56,5 565 35,71%
3. 61-68 2 64,5 129 7,14%
4. 69-76 5 72,5 362,5 17,86%
5. 77-83 5 80,5 402,5 17,86%
6. 84-91 2 87,5 175 7,14%
Jumlah 28 410 1828 100%
53

Berikut ini penyebaran nilai hasil belajar operasi hitung campuran bilangan
bulat siswa kelas IV SDN III Punduhsari pratindakan yang disajikan dalam bentuk
grafik:

12
10
10

8
Frekuensi

6 5 5
4
4
2 2
2

0
45-52 53-60 61-68 69-76 77-83 84-91
Nilai

Gambar 4.02 Grafik Nilai Hasil Belajar Pratindakan

Gambar 4.02. menggambarkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam


interval 45-52 sebanyak 4 siswa (14,29%), interval 53-60 sebanyak 10 siswa
(35,71%), interval 61-68 sebanyak 2 siswa (7,14%), interval 69-76 sebanyak 5
siswa (17,86%), interval 77-83 sebanyak 5 siswa (17,86%), dan interval 84-91
sebanyak 2 siswa (7,14%).

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus


1. Siklus I
Pelaksanaan Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 11 Maret 2013 dan 13 Maret 2013. Tahap-tahap yang dilakukan pada
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Setelah mengetahui nilai hasil belajar siswa pada materi operasi
hitung campuran bilangan bulat masih rendah, peneliti mengadakan
54

koordinasi dengan guru kelas IV SDN III Punduhsari. Koordinasi tersebut


bertujuan untuk mengkaji masalah yang mengakibatkan hasil belajar
tersebut rendah dan mencari solusi untuk meningkatkan nilai hasil belajar
tersebut. Kemudian ditemukan solusi menggunakan spidol warna sebagai
alat pelajaran. Pembelajaran siklus I dilaksanakan sesuai standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang terdapat di dalam silabus (Lampiran 11 Hlm.
106). Berikut ini langkah-langkah di dalam merencanakan tindakan:
1) Menyusun rencana pembelajaran untuk dua kali pertemuan
Pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran matematika
materi operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan
spidol warna sebagai alat pelajaran. Dengan penggunaan spidol warna
ini, siswa diharapkan mampu menemukan kembali konsep dasar di dalam
operasi hitung yang melibatkan bilangan cacah. Penemuan konsep
kembali ini perlu diintergrasikan ke dalam RPP yang di dalam langkah-
langkah pembelajarannya menggunakan spidol warna.
Langkah perencanaan tersebut yang pertama adalah persiapan
dalam menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan materi yang
akan di berikan kepada siswa dan mempersiapkan spidol warna. Setelah
itu dilanjutkan kegiatan awal yang mencakup perkenalan kembali
mengenai masalah operasi hitung bilangan bulat kepada siswa dan
pembimbingan siswa untuk menemukan konsep operasi hitung campuran
dengan dihadapkan masalah yang konteks dan terkait dengan materi.
Kemudian dilanjutkan pada inti pembelajaran dimana siswa
dituntut aktif dalam mengikuti penyelesaian soal-soal matematika secara
individu maupun kelompok dan menyampaikan hasil penyelesaian soal
tersebut. Dalam kegiatan tersebut, guru melakukan observasi terhadap
sikap dan keterampilan siswa di dalam mengikuti pembelajaran. Lalu
guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan soal-soal matematika. Kemudian siswa dibimbing untuk
menghasilkan penarikan kesimpulan terhadap hal-hal yang telah
55

dipelajari dan siswa diberikan evaluasi berupa Tes Hasil Belajar operasi
hitung campuran bilangan bulat (Lampiran 12 dan 24 Hlm. 107 dan 122).
2) Membuat alat evaluasi yang berupat tes hasil belajar dan observasi hasil
belajar
Tes Hasil belajar pada pertemuan siklus I berupa pilihan ganda dan
isian (Lampiran 16 dan 25 Hlm. 114 dan 126). Kemudian untuk menilai
hasil belajar psikomotor dan afektif digunakan pedoman observasi
(Lampiran 18, 19, 27, dan 28 Hlm. 116, 117, 128, dan 129). Kemudian
dari alat evaluasi tersebut akan ditemui hasil belajar yang dicapai siswa.
3) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan
pembelajaran menggunakan spidol warna.
Pembelajaran siklus I pertemuan pertama dan kedua membutuhkan
spidol warna di dalam mengajarkan operasi hitung campuran bilangan
bulat. Penggunaan spidol warna tersebut juga didukung dengan
penggunaan papan tulis putih dan penggaris yang sudah lazim ada di
dalam kelas.
4) Menyiapkan instrumen yang digunakan peneliti.
Lembar observasi kinerja guru (Lampiran 22 dan 34 Hlm. 120 dan
135) diperlukan untuk menggambarkan aktivitas guru dalam proses
pembelajaran (Lampiran 23 dan 35 Hlm. 121 dan 136). Aktivitas tersebut
terkait dengan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Selain
itu peneliti mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan kamera. Hasil rekaman tersebut berupa foto dan video.
Hasil rekaman tersebut menunjukkan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan spidol warna (Lampiran 77 Hlm. 185).

b. Pelaksanaan
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan hari
senin pada 11 Maret 2013 selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit), yaitu
pada jam pertama sampai jam kedua. Pembelajaran dimulai pada pukul
56

07.30 WIB sampai dengan pukul 08.40 WIB. Pada tahap ini, guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
Guru masuk ke dalam kelas dan mengucapkan salam kepada siswa.
Kemudian guru menunjuk satu siswa untuk memimpin berdoa sebelum
memulai pembelajaran. Kemudian guru mengabsen dan mengecek
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan merapikan tempat
duduk siswa dan meminta menyiapkan alat tulis.
Kegiatan awal dimulai guru dengan bercerita tentang kapal selam
dan dari cerita tersebut siswa diminta untuk membayangkan bagaimana
kapal selam itu berlayar. Kemudian guru mengkaitkan hal-hal yang ada
di dalam kapal selam tersebut dengan konsep-konsep yang akan
dipelajari, yakni bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan
bilangan nol. Langkah selanjutnya guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan inti dilaksanakan siswa dengan menggunakan spidol
warna dan mengajak siswa menyelesaikan permasalahan yang konteks
dengan masalah sehari-hari. Kegiatan inti ini meliputi tiga proses, yaitu:
a) Eksplorasi
Setelah guru memberikan apersepsi mengenai cerita kapal
selam, kemudian guru melanjutkan dengan tanya jawab dengan siswa
untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai konsep-konsep
yang ada di dalam materi bilangan bulat. Kemudian guru bertanya
jawab mengenai operasi hitung bilangan bulat. Selanjutnya guru
menjelaskan mengenai cara kerja operasi hitung bilangan bulat dengan
menggunakan garis bilangan yang dituliskan dengan spidol warna.
Kemudian kelas dibagi menjadi 5 kelompok sesuai dengan nomor urut
yang telah diperoleh siswa. Tempat duduk siswa dibuat berkelompok
agar memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok.
57

b) Elaborasi
Sebelum mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan oleh
guru, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan antara guru dan siswa
untuk menentukan langkah-langkah penggunaan spidol warna dalam
menuliskan garis bilangan. Langkah ini dimaksudkan agar siswa
mengetahui prosedur penggunaan alat pelajaran ini dan tidak ada
perbedaan pemahaman antara siswa satu dengan yang lain.
Tahap ini siswa yang bekerja secara kelompok mengerjakan
permasalahan yang berkaitan dengan masalah sehari-hari yang perlu
dipecahkan dengan garis bilangan. Untuk memudahkan siswa dalam
memahami konsep, pengerjaan garis bilangan tersebut menggunakan
spidol warna.
Tahap ini mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep
operasi hitung campuran bilangan bulat. Hasil pengerjaaan kelompok
meliputi pengerjaan garis bilangan dan nilai bilangan yang ditunjukan
pada garis bilangan. Masing-masing kelompok diminta untuk
menggunakan spidol warna untuk menuliskan garis bilangan. Setelah
pengerjaan selesai, salah satu kelompok mempresentasikan hasil
pengerjaan soal matematika dan mendemonstrasikan penulisan garis
bilangan dengan spidol warna di depan kelas.
c) Konfirmasi
Setelah pengerjaan kelompok tersebut, guru mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa mengenai materi operasi hitung campuran
bilangan bulat. Berdasarkan hasil pengerjaan tersebut, guru
melakukan konfirmasi terhadap strategi-strategi yang harus dilakukan
siswa saat mengerjakan soal-soal matematika. Kemudian guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling aktif dan
hasil pengerjaan soalnya paling baik. Bagi siswa yang kurang aktif,
guru memberikan motivasi agar semua siswa meningkatkan
keaktifannya dan mempersilahkan siswa yang akan bertanya.
58

Kegiatan akhir dilaksanakan guru dengan membimbing siswa


untuk menyusun kesimpulan materi yang telah dipelajari. Kesimpulan
tersebut kemudian disalin siswa di dalam buku catatan. Setelah itu, siswa
mengerjakan Lembar Evaluasi yang diberikan oleh guru. Pengerjaan
berlangsung 10 menit dan suasana kelas kondusif. Setelah itu pekerjaan
siswa dikumpulkan didepan kelas. Guru memberikan arahan kepada
siswa agar senantiasa mengingat kembali materi yang telah disampaikan.
Kemudian siswa dipersilahkan untuk istirahat dan pelajaran matematika
selesai (Lampiran 12 Hlm. 107).
2) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua dilaksanakan hari
Rabu pada 13 Maret 2013 selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit), yaitu
pada jam pertama sampai jam kedua. Pembelajaran dimulai pada pukul
07.00 WIB sampai dengan pukul 08.10 WIB. Pada tahap ini, guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Berikut ini diskripsi pelaksanaan pembelajaran
pertemuan kedua.
Guru masuk ke dalam kelas dan mengucapkan salam kepada siswa.
Kemudian guru menunjuk satu siswa untuk memimpin berdoa sebelum
memulai pembelajaran. Kemudian guru mengabsen dan mengecek
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan merapikan tempat
duduk siswa dan meminta menyiapkan alat tulis.
Guru memberikan apersepsi pada kegiatan awal dengan mengasah
konsentrasi siswa dengan cara melakukan permainan Pegang yang Saya
Ucapkan. Siswa terlihat semakin antusias dan berusaha memperhatikan
apa yang diucapkan oleh guru. Kegiatan tersebut guru ciptakan untuk
membuat siswa konsentrasi di dalam pembelajaran. Setelah konsentrasi
tercipta, guru memberikan soal-soal matematika sederhana yang bisa
dijawab dengan cepat untuk kembali mengingatkan siswa mengenai
materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
59

Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan spidol warna dan


mengajak siswa menyelesaikan permasalahan yang konteks dengan
masalah sehari-hari. Kegiatan inti ini meliputi tiga proses, yaitu:
a) Eksplorasi
Setelah siswa memahami konsep-konsep yang ada di dalam
materi bilangan bulat, kemudian guru menitikberatkan pembelajaran
pada operasi hitung dengan menggunakan garis bilangan. Guru
memberikan beberapa strategi dalam mengerjakan soal dan
membimbing siswa menemukan berbagai jenis soal yang
kemungkinan muncul di dalam tes. Penjelasan guru di depan kelas
selalui diimbangi dengan aktivitas siswa yang ditunjuk untuk
menyelesaikan persoalan yang guru tuliskan di papan tulis. Kemudian
kelas dibagi menjadi 5 kelompok sesuai dengan nomor urut yang telah
diperoleh siswa. Tempat duduk siswa dibuat berkelompok agar
memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok.
b) Elaborasi
Siswa diingatkan kembali tentang penggunaan spidol warna
untuk menulis garis bilangan. Sama seperti pada pertemuan
sebelumnya, siswa kemudian mengerjakan lembar kerja yang
dikerjakan secara kelompok. Setelah pengerjaan selesai guru
menunjuk satu kelompok yang paling cepat mengerjakan untuk
mempresentasikan hasilnya di depan kelas dan disertai demonstrasi
pengerjaan garis bilangan dengan menggunakan spidol warna.
c) Konfirmasi
Berdasarkan hasil pengerjaan tersebut, guru melakukan
konfirmasi terhadap strategi-strategi yang harus dilakukan siswa saat
mengerjakan soal-soal matematika. Kemudian guru memberikan
penghargaan kepada kelompok yang paling aktif dan hasil pengerjaan
soalnya paling baik. Penghargaan ini sebagai bentuk penguatan dan
juga menanamkan karakter menghargai prestasi. Bagi siswa yang
kurang aktif, guru memberikan motivasi agar semua siswa
60

meningkatkan keaktifannya dan mempersilahkan siswa yang akan


bertanya. Kesempatan bertanya ini melatih siswa berani berbicara di
depan umum.
Kegiatan akhir dilakukan guru dengan membimbing siswa untuk
menyusun kesimpulan materi yang telah dipelajari. Kesimpulan tersebut
kemudian disalin siswa di dalam buku catatan. Guru juga memberikan
beberapa catatan tambahan untuk memudahkan siswa dalam
mengerjakan soal selanjutnya. Setelah itu, semua buku catatan
dimasukkan ke dalam tas dan siswa mengerjakan Lembar Evaluasi yang
diberikan oleh guru. Pengerjaan berlangsung 10 menit dan suasana kelas
kondusif. Setelah itu pekerjaan siswa dikumpulkan didepan kelas. Guru
memberikan arahan kepada siswa agar senantiasa mengingat kembali
materi yang telah disampaikan. Mata pelajaran matematika selesai dan
kemudian siswa mempersiapkan diri untuk mata pelajaran selanjutnya
(Lampiran 24 Hlm. 122).
Hasil pelaksanaan tindakan tersebut menghasilkan data nilai Hasil
Belajar operasi hitung campuran siswa kelas IV SDN III Punduhsari pada
siklus I yang merupakan rata-rata dari nilai hasil belajar pertemuan satu dan
pertemua dua. Data nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
61

Tabel 4.03. Nilai Hasil Belajar Siklus I


No. Nilai Hasil Pencapaian KKM (65)
Nama
Urut Belajar Tuntas Tidak Tuntas
1. 001 56
2. 002 60
3. 003 73
4. 004 63
5. 005 69
6. 006 64
7. 007 73
8. 008 85
9. 009 70
10. 010 73
11. 011 54
12. 012 81
13. 013 64
14. 014 73
15. 015 79
16. 016 87
17. 017 79
18. 018 78
19. 019 82
20. 020 71
21. 021 55
22. 022 82
23. 023 70
24. 024 81
25. 025 88
26. 026 71
27. 027 88
28. 028 64
Jumlah 2031 20 8
Nilai Terendah = 54
Nilai Tertinggi = 88
Rata-rata Nilai = 2031 : 28 = 72,57
Tuntas = 20 Ketuntasan Klasikal =
KKM 65
Tidak Tuntas = 8 (20/28) x 100% = 71,43%

Data pada tabel 4.03 siswa yang bisa mencapai nilai KKM sebanyak
20 siswa atau 71,43% dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM
sebanyak 8 siswa atau 28,57%. Jadi ketuntasan Klasikal hanya 71,43%.
Pada tabel tersebut juga dapat dilihat rata-rata Nilai hasil berlajar kelas IV
SDN III Punduhsari adalah 72,57 (Lampiran 33 Hlm. 134).
62

Tabel 4.03 tersebut menunjukkan nilai hasil belajar operasi hitung


campuran bilangan bulat setelah diberikan tindakan pada siklus I. Berikut
ini data nilai terendah, tertinggi, rata-rata nilai dan persentase ketuntasan
nilai hasil belajar yang disajikan dalam bentuk grafik.

100
88
90
80 72,57 71,43
70
60 54
Nilai

50
40 Siklus I
30
20
10
0
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Ketuntasan
Klasikal (%)

Gambar 4.03 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai, dan


Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I

Tabel 4.1 tersebut menunjukkan nilai hasil belajar operasi hitung


campuran bilangan bulat sebelum diberikan tindakan. Untuk mengetahui
penyebaran nilai hasil belajar siswa, berikut ini data nilai yang disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi bergolong.

Tabel 4.04. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus I


No Interval Frekuensi Nilai Tengah Fi.xi Presentase
. Nilai (fi) (xi) (%)
1. 54-59 3 56,5 169,5 10,71%
2. 60-65 5 62,5 312,5 17,86%
3. 66-71 5 68,5 342,5 17,86%
4. 72-77 4 74,5 289 14,29%
5. 78-83 7 80,5 563,5 25,00%
6. 84-89 4 86,5 356 14,29%
Jumlah 28 429 2032 100%
63

Berikut ini penyebaran nilai hasil belajar operasi hitung campuran


bilangan bulat siswa kelas IV SDN III Punduhsari pratindakan yang
disajikan dalam bentuk grafik:

8
7
7
6
5 5
5
Frekuensi

4 4
4
3
3
2
1
0
54-59 60-65 66-71 72-77 78-83 84-89
Nilai

Gambar 4.04 Grafik Nilai Hasil Belajar Siklus I

Gambar 4.04 menggambarkan bahwa siswa yang mendapat nilai


dalam interval 54-59 sebanyak 3 siswa (10,71%), interval 60-65 sebanyak 5
siswa (17,86%), interval 66-71 sebanyak 5 siswa (17,86%), interval 72-77
sebanyak 4 siswa (14,29%), interval 78-83 sebanyak 7 siswa (25,00%), dan
interval 84-89 sebanyak 4 siswa (14,29%).

c. Observasi
Kegiatan observasi ini sebenarnya terintegrasi dengan kegiatan
pelaksanaan tindakan karena pelaksanaannya bersamaan. Observasi
dilakukan secara kolaboratif antar guru kelas IV dan peneliti. Guru yang
berkonsentrasi pada pembelajaran, melakukan observasi untuk melakukan
penilaian afektif dan penilaian psikomotor siswa. Pada saat pembelajaran
matematika berlangsung, peneliti sebagai partisipan aktif mengamati
aktivitas guru dari awal sampai akhir dan memberikan gambaran mengenai
64

keadaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pedoman


observasi.
Pembelajaran pertemuan pertama dan kedua siklus I dilaksanakan oleh
guru kelas IV. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin 11 Maret 2013
dan berlangsung selama 2 x 35 menit. Sedangkan pertemuan kedua
dilaksanakan pada Rabu 13 Maret 2013 dan berlangsung selama 2 x 35
menit.
Pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat pada pertemuan
pertama dapat dilaksanakan dengan baik. Siswa mengikuti pembelajaran
dengan baik. Siswa mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dengan
disiplin. Pada saat mengerjakan soal secara kelompok, semua siswa bekerja
dengan sangat baik. Siswa sangat kompak dan selalu bersama-sama dalam
mengerjakan soal matematika. Namun, siswa kurang begitu berani di dalam
menanggapi komunikasi guru. Siswa tidak berani memberikan pertanyaan
ketika diberi kesempatan bertanya oleh guru. Hal ini terjadi karena ada
semacam ketegangan yang ada di dalam suasana kelas. Dampak dari hal
tersebut juga membuat siswa kurang aktif ketika ditunjuk untuk
mengerjakan soal di papan tulis. Pengerjaan soal evaluasi dilakukan siswa
dengan baik dan percaya diri.
Siswa kurang begitu rajin dalam menuliskan garis bilangan dengan
menggunakan spidol warna. Walaupun pemilihan arahnya benar, tetapi garis
tersebut kurang rapi. Panjang garis dan arah garis juga belum baik. Hal
tersebut dikarenakan siswa belum sepenuhnya memahami konsep dasar
operasi hitung campuran bilangan bulat yang dikerjakan spidol warna
(Lampiran 18 dan 19 Hlm. 116 dan 117).
Guru melaksanakan pembelajaran pertemuan pertama dengan baik.
Pembelajaran telah diatur dengan sangat kondusif dan siswa terkoordinasi
dengan baik. Perhatian siswa tertuju pada guru setelah guru memberikan
motivasi kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
sangat jelas, sehingga siswa mengerti tujuan akhir yang diharapkan pada
pembelajaran tersebut. Guru memiliki strategi jitu, agar siswa terkondisi
65

dengan materi guru memberikan apersepsi dengan sebuah cerita yang


berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian pembelajaran
berlangsung kurang begitu aktif karena guru tidak terlalu sering
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Karena penggunaan
spidol warna merupakan hal baru bagi guru, hal ini berdampak pada langkah
pembelajaran.
Guru belum intens mengarahkan siswa dalam menerapkan konsep
operasi hitung dengan spidol warna. Guru juga belum intens membimbing
siswa dalam menggunakan spidol warna dalam memahami konsep garis
bilangan. Namun, di akhir penyampaian materi dan setelah kegiatan
kelompok, guru memberikan strategi yang baik dalam mengerjakan soal
matematika. Guru juga memberikan evaluasi dengan baik, pada saat tes
hasil belajar maupun pada saat melakukan observasi sebagai hasil belajar
psikomotor maupun afektif. Guru memberikan balikan terhadap apa yang
dilakukan siswa. Di akhir pembelajaran, guru memberikan simpulan yang
tepat mengenai pembelajaran tersebut dan meminta siswa untuk mencatat
simpulan tersebut (Lampiran 22 Hlm. 120).
Pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat pada pertemuan
kedua, dapat dilaksanakan dengan sangat baik. Siswa mengikuti
pembelajaran dengan baik. Siswa selalu patuh pada instruksi guru di dalam
pembelajaran. Begitu juga pada saat bekerja secara kelompok, semua siswa
bekerja dengan sangat baik. Siswa sangat kompak dan selalu bersama-sama
dalam mengerjakan soal matematika. Ada peningkatan aktivitas bertanya
siswa, siswa menjadi lebih berani bertanya kepada guru. Suasana kelas lebih
komunikatif karena banyak siswa yang mulai terlibat aktif di dalam
pembelajaran. Dampak dari hal tersebut juga membuat siswa lebih aktif
ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di papan tulis. Siswa mengerjakan
soal tanpa menoleh ke siswa yang lain.
Keterampilan siswa dalam menuliskan garis bilangan mengalami
perbaikan. Hampir seluruh siswa melakukan pemilihan warna dan arah garis
yang tepat, tetapi panjang garis dan arah garis belum baik. Siswa mulai
66

terbiasa dan semakin memahami konsep dasar operasi hitung campuran


bilangan bulat (Lampiran 30 dan 31 Hlm. 131 dan 132).
Guru melaksanakan pembelajaran pertemuan kedua dengan baik.
Pembelajaran telah diatur dengan sangat kondusif dan siswa terkoordinasi
dengan baik. Perhatian siswa tertuju pada guru setelah guru memberikan
motivasi kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
sangat jelas, sehingga siswa mengerti tujuan akhir yang diharapkan pada
pembelajaran tersebut. Guru memiliki strategi jitu, agar siswa terkondisi
dengan materi guru memberikan apersepsi dengan sebuah permainan
sederhana yang meningkatkan konsentrasi siswa.
Adanya peningkatan keaktifan siswa dalam bertanya pada saat guru
memberikan kesempatan bertanya yang lebih banyak daripada pertemuan
pertama. Guru lebih luwes dalam menggunakan spidol warna sebagai alat
pelajaran pada saat memberikan materi operasi hitung campuran bilangan
bulat. Penerapan konsep operasi hitung campuran bulangan bulat juga lebih
intens di dalam pembelajaran. Guru menjadi lebih intens membimbing
siswa dalam menggunakan spidol warna dalam memahami konsep garis
bilangan. Di akhir kegiatan inti guru memberikan strategi yang baik dalam
mengerjakan soal matematika.
Guru juga memberikan evaluasi dengan baik, pada saat tes hasil
belajar maupun pada saat melakukan observasi sebagai hasil belajar
psikomotor maupun afektif. Adanya peningkatan balikan yang diberikan
oleh guru kepada siswa. Di akhir pembelajaran guru memberikan balikan
yang sangat baik terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan siswa. Guru
juga memberikan simpulan yang sangat baik mengenai pembelajaran
tersebut dan meminta siswa untuk mencatat simpulan tersebut (Lampiran 34
Hlm. 135).

d. Refleksi
Berdasarkan nilai hasil belajar matematika operasi hitung bilangan
bulat, ada 20 siswa yang mencapai hasil belajar di atas KKM dan 8 siswa
67

memiliki nilai di bawah KKM. Berdasarkan uraian tersebut dapat dihitung


bahwa siswa yang memperoleh nilai di atas KKM pada siklus I mencapai
71,43%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
operasi hitung campuran bilangan bulat siswa kelas IV SDN III Punduhsari.
Namun, pencapaian tersebut masih belum mencapai indikator kinerja
penelitian, yang mana penelitian pada siklus I ini diharapkan mencapai 75%
siswa mencapai KKM. Dengan demikian, pada penelitian pada siklus I
tersebut belum mampu mencapai indikator kinerja dan penelitian akan
dilanjutkan pada siklus II.
Pembelajaran pada siklus I telah ditemukan diskripsi-diskripsi dan
nilai-nilai yang menggambarkan keadaan pembelajaran operasi hitung
campuran bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN III Punduhsari. Temuan
tersebut bisa menggambarkan beberapa kekurangan yang menyebabkan
hasil belajar siswa belum maksimal. Peneliti mengkaji kekurangan-
kekurangan tersebut dengan guru kelas IV. Kemudian peneliti bersama guru
mendiskusikan cara yang tepat untuk memperbaiku kekurangan pada siklus
I. Berikut ini hasil kajian mengenai penyebab hasil belajar siswa belum
maksimal dan hasil diskusi untuk menyelesaikan masalah tersebut:
1) Siswa dalam kegiatan belajar belum berani mengungkapkan pendapatnya
pada saat guru mengajukan pertanyaan. Untuk menyelesaikan masalah
tersebut, guru harus memancing siswa dengan memberikan pertanyaan
rebutan.
2) Siswa masih malu bertanya apabila mereka belum jelas. Untuk tindakan
selanjutnya guru harus lebih bersifat hangat agar siswa berani bertanya
apabila belum jelas.
3) Siswa belum bisa melaksanakan perintah maupun tugas dari guru dengan
baik, terutama melaksanakan langkah-langkah penggunaan spidol warna.
Pada siklus II diharapkan guru mampu menjelaskan secara lebih rinci
setiap langkah-langkah penggunaan spidol warna untuk menuliskan garis
bilangan.
68

4) Siswa belum memahami strategi-strategi dalam mengerjakan soal operasi


hitung campuran bilangan bulat. Guru harus memberikan bimbingan
individu maupun kelompok agar siswa tidak mengalami kesulitan
melaksanakan perintah guru.
5) Siswa belum sepenuhnya aktif di dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut bisa diatasi dengan memaksimalkan aktivitas
siswa pada saat kegiatan kelompok dengancara memberikan soal yang
lebih inovatif dan menarik.
Refleksi tersebut berpotensi meningkatkan hasil belajar yang lebih
baik secara signifikan. Oleh karena hal tersebut, peneliti meningkatkan
indikator kinerja penelitian pada siklus II menjadi 80%.

2. Siklus II
Pelaksanaan Siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 18 Maret 2013 dan 20 Maret 2013. Tahap-tahap yang dilakukan pada
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Mengacu pada hasil refleksi pada siklus I, peneliti bersama guru kelas
IV telah mendiskusikan cara yang tepat untuk memperbaiki nilai hasil
belajar siswa. Perbaikan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan nilai
hasil belajar Siklus II.
Proses pembelajaran pada siklus II akan dilaksanakan dengan
beberapa langkah perbaikan, antara lain:
1) Guru lebih tanggap terhadap siswa apabila ada siswa yang ingin
mengungkapkan pendapatnya tetapi masih malu-malu dan selalu
memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih keadaan psikis dan
psikologis siswa lebih terkondisi.
2) Guru bersifat lebih hangat dan memberikan penguatan pada siswa agar
berani bertanya apabila ada yang belum jelas.
69

3) Guru lebih memperhatikan siswa dalam menggunakan spidol warna saat


menuliskan garis bilangan.
4) Guru memberikan bimbingan secara kelompok maupun individu apabila
siswa mengalami kesulitan melaksanakan perintah dari guru.
5) Guru memaksimalkan semua siswa turut aktif di dalam semua kegiatan
pembelajaran, baik yang individual maupun kelompok.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti kemudian menyusun
rencana pelaksanaan tindakan pada siklus II. Perencaanaan tersebut meliputi
persiapan instrumen yang perlu digunakan pada siklus II. Urutan langkah-
langkah yang akan dilaksanakan pada tahap perencanaan adalah sebagai
berikut:
1) Menyusun rencana pembelajaran untuk dua kali pertemuan
Pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran matematika
materi operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan
spidol warna sebagai alat pelajaran. Perencanaan pembelajaran ini
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang
mengintegrasikan hasil refleksi pada siklus I.
Langkah perencanaan tersebut yang pertama adalah persiapan
dalam menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan materi yang
akan di berikan kepada siswa dan mempersiapkan spidol warna. Setelah
itu dilanjutkan kegiatan awal yang mencakup perkenalan kembali
mengenai masalah operasi hitung bilangan bulat kepada siswa dan
pembimbingan siswa untuk menemukan konsep operasi hitung campuran
dengan dihadapkan masalah yang konteks dan terkait dengan materi.
Kemudian dilanjutkan proses inti pembelajaran dimana siswa dituntut
aktif dalam mengikuti penyelesaian soal-soal matematika secara individu
maupun kelompok dan menyampaikan hasil penyelesaian soal tersebut.
Dalam kegiatan tersebut, guru melakukan observasi terhadap sikap dan
keterampilan siswa di dalam mengikuti pembelajaran. Lalu guru
mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan soal-soal matematika. Kemudian siswa dibimbing untuk
70

menghasilkan penarikan kesimpulan terhadap hal-hal yang telah


dipelajari dan siswa diberikan evaluasi berupa Tes Hasil Belajar operasi
hitung campuran bilangan bulat (Lampiran 41 dan 53 Hlm. 142 dan 157).
2) Membuat alat evaluasi yang berupat tes hasil belajar dan observasi hasil
belajar
Tes Hasil belajar pada pertemuan siklus II berupa pilihan ganda
dan isian. Kemudian untuk menilai hasil belajar psikomotor dan afektif
digunakan pedoman observasi. Dari alat evaluasi tersebut akan ditemui
hasil belajar yang dicapai siswa (Lampiran 45 dan 57 Hlm. 149 dan 164).
3) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan
pembelajaran menggunakan spidol warna.
Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua membutuhkan spidol
warna di dalam mengajarkan operasi hitung campuran bilangan bulat.
Penggunaan spidol warna tersebut juga didukung dengan penggunaan
papan tulis putih dan penggaris yang sudah lazim ada di dalam kelas.
4) Menyiapkan instrumen yang digunakan peneliti.
Lembar observasi kinerja guru (Lampiran 51 dan 63 Hlm. 155 dan
170) diperlukan untuk menggambarkan aktivitas guru dalam proses
pembelajaran (Lampiran 52 dan 64 Hlm. 156 dan 171). Aktivitas tersebut
terkait dengan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Selain
itu peneliti mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan kamera. Hasil rekaman tersebut berupa foto dan video.
Hasil rekaman tersebut menunjukkan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan spidol warna.

b. Pelaksanaan
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan
hari Senin pada 18 Maret 2013 selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit),
yaitu pada jam pertama sampai jam kedua. Pembelajaran dimulai pada
pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 08.40 WIB. Pada tahap ini, guru
71

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun pada


tahap perencanaan.
Guru masuk ke dalam kelas dan mengucapkan salam kepada siswa.
Kemudian guru menunjuk satu siswa untuk memimpin berdoa sebelum
memulai pembelajaran. Kemudian guru mengabsen dan mengecek
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan merapikan tempat
duduk siswa dan meminta menyiapkan alat tulis.
Guru mendemonstrasikan sebuah soal cerita yang berkaitan dengan
jarak pada kegiatan awal. Guru melangkah kanan dan kiri di depan kelas.
Melalui demonstrasi tersebut guru mengkaitkan hal-hal yang ada di
dalam cerita tersebut dengan konsep-konsep yang akan dipelajari, yakni
bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan bilangan nol. Langkah
selanjutnya guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan spidol warna dan
mengajak siswa menyelesaikan permasalahan yang konteks dengan
masalah sehari-hari. Kegiatan inti ini meliputi tiga proses, yaitu:
a) Eksplorasi
Setelah guru memberikan apersepsi berupa demonstrasi soal
cerita tersebut, kemudian guru melanjutkan dengan tanya jawab
dengan siswa untuk mengetahui ingatan-ingatan siswa materi yang
telah disampaikan oleh guru. Kemudian guru bertanya jawab
mengenai operasi hitung bilangan bulat. Selanjutnya guru menunjuk
beberapa siswa untuk mendemonstrasikan cara kerja operasi hitung
bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan yang dituliskan
dengan spidol warna. Kemudian kelas dibagi menjadi 5 kelompok
sesuai dengan nomor urut yang telah diperoleh siswa. Tempat duduk
siswa dibuat berkelompok agar memudahkan siswa dalam
mengerjakan tugas kelompok.
72

b) Elaborasi
Tahap elaborasi ini siswa yang bekerja secara kelompok
mengerjakan permasalahan yang berkaitan dengan masalah sehari-hari
yang perlu dipecahkan dengan garis bilangan. Untuk memudahkan
siswa dalam memahami konsep, pengerjaan garis bilangan tersebut
menggunakan spidol warna.
Tahap ini mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep
operasi hitung campuran bilangan bulat. Hasil pengerjaaan kelompok
meliputi pengerjaan garis bilangan dan nilai bilangan yang ditunjukan
pada garis bilangan. Masing-masing kelompok diminta untuk
menggunakan spidol warna untuk menuliskan garis bilangan. Setelah
pengerjaan selesai, salah satu kelompok mempresentasikan hasil
pengerjaan soal matematika dan mendemonstrasikan penulisan garis
bilangan dengan spidol warna di depan kelas.
c) Konfirmasi
Setelah pengerjaan kelompok tersebut, guru mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa mengenai materi operasi hitung campuran
bilangan bulat. Strategi-strategi yang diberikan oleh guru ternyata
mampu dikuasai oleh siswa dan diterapkan di dalam mengerjakan
soal. Hal ini berdampak terhadap pemahaman siswa dan hasil
pengerjaan soal matematika yang diberikan kepada kelompok maupun
individu. Kemudian guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang paling aktif dan hasil pengerjaan soalnya paling baik. Bagi siswa
yang kurang aktif, guru memberikan motivasi agar semua siswa
meningkatkan keaktifannya dan mempersilahkan siswa yang akan
bertanya.
Guru membimbing siswa untuk menyusun kesimpulan materi yang
telah dipelajari pada kegiatan akhir. Kesimpulan tersebut kemudian
disalin siswa di dalam buku catatan. Setelah itu, siswa mengerjakan
Lembar Evaluasi yang diberikan oleh guru. Pengerjaan berlangsung 10
menit dan suasana kelas kondusif. Setelah itu pekerjaan siswa
73

dikumpulkan didepan kelas. Guru memberikan arahan kepada siswa agar


senantiasa mengingat kembali materi yang telah disampaikan. Kemudian
siswa dipersilahkan untuk istirahat dan pelajaran matematika selesai
(Lampiran 41 Hlm. 142).
2) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan Kedua dilaksanakan hari
Rabu pada 20 Maret 2013 selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit), yaitu
pada jam pertama sampai jam kedua. Pembelajaran dimulai pada pukul
07.00 WIB sampai dengan pukul 08.10 WIB. Pada tahap ini, guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
Guru masuk ke dalam kelas dan mengucapkan salam kepada siswa.
Kemudian guru menunjuk satu siswa untuk memimpin berdoa sebelum
memulai pembelajaran. Kemudian guru mengabsen dan mengecek
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan merapikan tempat
duduk siswa dan meminta menyiapkan alat tulis.
Guru memberikan apersepsi untuk mengasah konsentrasi siswa
dengan cara melakukan gerak dan lagu COCONUT. Siswa terlihat
semakin antusias dan berusaha mengikuti instruksi yangdiberikan oleh
guru. Kegiatan tersebut guru ciptakan untuk membuat siswa lebih
nyaman di dalam pembelajaran. Setelah semuanya terkondisi, guru
memberikan soal-soal matematika sederhana yang bisa dijawab dengan
cepat untuk kembali mengingatkan siswa mengenai materi yang telah
diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan spidol warna dan
mengajak siswa menyelesaikan permasalahan yang konteks dengan
masalah sehari-hari. Kegiatan inti ini meliputi tiga proses, yaitu:
a) Eksplorasi
Setelah siswa memahami konsep-konsep yang ada di dalam
materi bilangan bulat, kemudian guru menitikberatkan pembelajaran
74

pada operasi hitung dengan menggunakan garis bilangan. Penjelasan


guru di depan kelas selalui diimbangi dengan aktivitas siswa yang
ditunjuk untuk menyelesaikan persoalan yang guru tuliskan di papan
tulis. Kemudian kelas dibagi menjadi 5 kelompok sesuai dengan
nomor urut yang telah diperoleh siswa. Tempat duduk siswa dibuat
berkelompok agar memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas
kelompok.
b) Elaborasi
Sama seperti pada pertemuan sebelumnya, siswa kemudian
mengerjakan lembar kerja yang dikerjakan secara kelompok. Setelah
pengerjaan selesai guru menunjuk satu kelompok yang paling cepat
mengerjakan untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas dan
disertai demonstrasi pengerjaan garis bilangan dengan menggunakan
spidol warna.
c) Konfirmasi
Kemudian guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang paling aktif dan hasil pengerjaan soalnya paling baik.
Penghargaan ini sebagai bentuk penguatan dan juga menanamkan
karakter menghargai prestasi. Motivasi selalu diberikan agar semua
siswa meningkatkan keaktifannya dan mempersilahkan siswa yang
akan bertanya. Kesempatan bertanya ini melatih siswa berani
berbicara di depan umum.
Guru membimbing siswa untuk menyusun kesimpulan materi yang
telah dipelajari pada kegiatan akhir. Guru juga memberikan beberapa
catatan tambahan untuk memudahkan siswa dalam mengerjakan soal
selanjutnya. Setelah itu siswa mengerjakan Lembar Evaluasi. Pengerjaan
berlangsung 10 menit dan suasana kelas kondusif. Setelah itu pekerjaan
siswa dikumpulkan didepan kelas. Guru memberikan arahan kepada
siswa agar senantiasa mengingat kembali materi yang telah disampaikan.
Mata pelajaran matematika selesai dan kemudian siswa mempersiapkan
diri untuk mata pelajaran selanjutnya (Lampiran 53 Hlm. 157).
75

Hasil pelaksanaan tindakan tersebut diperoleh nilai Hasil Belajar


operasi hitung campuran siswa kelas IV SDN III Punduhsari pada siklus II
Berikut ini:

Tabel 4.05 Nilai Hasil Belajar siklus II


Pencapaian KKM
No. Nilai Hasil
Nama (65)
Urut Belajar
Tuntas Tidak Tuntas
1. 001 59
2. 002 69
3. 003 81
4. 004 64
5. 005 86
6. 006 81
7. 007 91
8. 008 93
9. 009 88
10. 010 84
11. 011 61
12. 012 92
13. 013 81
14. 014 90
15. 015 94
16. 016 94
17. 017 87
18. 018 92
19. 019 96
20. 020 90
21. 021 62
22. 022 97
23. 023 79
24. 024 95
25. 025 97
26. 026 84
27. 027 95
28. 028 83
Jumlah 2368 24 4
Nilai Terendah = 59
Nilai Tertinggi = 97
Rata-rata Nilai = 2368 : 28 = 84,57
Tuntas = 24 Ketuntasan Klasikal =
KKM 65
Tidak Tuntas = 4 (24/28) x 100% = 85,71%
76

Data pada tabel 4.05 siswa yang bisa mencapai nilai KKM sebanyak
24 siswa atau 85,71% dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM
sebanyak 4 siswa atau 14,29%. Jadi ketuntasan Klasikal meningkat menjadi
85,71%. Pada tabel tersebut juga dapat dilihat rata-rata Nilai hasil berlajar
kelas IV SDN III Punduhsari, yaitu 84,57 (Lampiran 68 Hlm. 175).
Tabel 4.05 tersebut menunjukkan nilai hasil belajar operasi hitung
campuran bilangan bulat setekah diberikan tindakan pada siklus II. Berikut
ini data nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata nilai dan persentase
ketuntasan klasikal nilai hasil belajar yang disajikan dalam bentuk grafik.

120
97
100
84,57 85,71
80
59
Nilai

60
Siklus II
40

20

0
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Ketuntasan
Klasikal (%)

Gambar 4.05 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai, dan


Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar pada Siklus II

Tabel 4.05 tersebut menunjukkan nilai hasil belajar operasi hitung


campuran bilangan bulat setelah diberikan tindakan pada siklus II. Berikut
ini data nilai yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
bergolong:
77

Tabel 4.06. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus II


No Interval Frekuensi Nilai Tengah Fi.xi Presentase
. Nilai (fi) (xi) (%)
1. 59-65 4 62 248 14,29%
2. 66-72 1 69 69 3,57%
3. 73-79 1 76 76 3,57%
4. 80-86 7 83 83 25,00%
5. 87-93 8 90 90 28,57%
6. 94-100 7 97 97 25,00%
Jumlah 28 477 2373 100%

Berikut ini nilai hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat
siswa kelas IV SDN III Punduhsari siklus II dapat disajikan dalam bentuk
grafik berikut:

9
8
8
7 7
7
6
Frekuensi

5
4
4
3
2
1 1
1
0
59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100
Nilai

Gambar 4.06 Grafik Nilai Hasil Belajar Siklus II

Gambar 4.03 menggambarkan bahwa siswa yang mendapat nilai


dalam interval 59-65 sebanyak 4 siswa (14,29%), interval 66-72 sebanyak 1
siswa (3,57%), interval 73-79 sebanyak 1 siswa (3,57%), interval 80-86
sebanyak 7 siswa (25,00%), interval 87-93 sebanyak 8 siswa (28,57%), dan
interval 94-100 sebanyak 7 siswa (25,00%). Dari data tersebut terdapat 4
siswa yang belum mampu mencapai KKM. Karena keterbatasan waktu,
peneliti menyerahkan penanganan hasil belajar siswa tersebut kepada guru
kelas agar nantinya siswa tersebut mampu mencapai KKM.
78

c. Observasi
Seperti pada siklus I, kegiatan observasi ini terintegrasi dengan
kegiatan pelaksanaan tindakan karena pelaksanaan dua tahap ini bersamaan.
Observasi dilakukan secara kolaboratif antar guru kelas IV dan peneliti.
Guru yang berkonsentrasi pada pembelajaran, melakukan observasi untuk
melakukan penilaian afektif dan penilaian psikomotor siswa. Pada saat
pembelajaran matematika berlangsung, peneliti sebagai partisipan aktif
mengamati kinerja guru dari awal sampai akhir dan memberikan gambaran
mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi.
Pembelajaran pertemuan pertama dan kedua siklus I dilaksanakan oleh
guru kelas IV. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin 18 Maret 2013
dan berlangsung selama 2 x 35 menit. Sedangkan pertemuan kedua
dilaksanakan pada Rabu 20 Maret 2013 dan berlangsung selama 2 x 35
menit.
Pertemuan pertama, pembelajaran operasi hitung campuran bilangan
bulat dapat dilaksanakan dengan sangat baik. Siswa mengikuti pembelajaran
dengan sangat baik. Siswa mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dengan
sangat disiplin. Pada saat mengerjakan soal secara kelompok, semua siswa
bekerja dengan sangat baik. Siswa sangat kompak dan selalu bersama-sama
dalam mengerjakan soal matematika. Ada peningkatan keberanian siswa,
tetapi keberanian siswa masih perlu diperbaiki agar pembelajaran. Masih
ada beberapa siswa yang tidak berani memberikan pertanyaan ketika diberi
kesempatan bertanya oleh guru. Namun, ada peningkatan keaktifan siswa di
dalam pembelajaran.
Siswa sangat aktif ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di papan
tulis. Pengerjaan soal evaluasi dilakukan siswa dengan sangat baik, baik itu
proses maupun hasilnya. Pada saat menggunakan spidol warna, siswa sangat
rajin dalam menuliskan garis bilangan dengan pemilihan warna yang benar.
Namun, sebagian besar siswa belum mampu menuliskan panjang garis dan
arah garis dengan baik (Lampiran 47 dan 48 Hlm. 151 dan 152).
79

Guru melaksanakan pembelajaran pertemuan pertama dengan baik.


Pembelajaran telah diatur dengan sangat kondusif dan siswa terkoordinasi
dengan baik. Perhatian siswa tertuju pada guru setelah guru memberikan
motivasi kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
sangat jelas, sehingga siswa mengerti tujuan akhir yang diharapkan pada
pembelajaran tersebut. Guru memiliki strategi jitu, agar siswa terkondisi
dengan materi guru memberikan apersepsi dengan sebuah cerita yang
berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian pembelajaran
berlangsung lebih aktif karena guru sering memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Karena guru sudah menggunakan spidol warna dalam
beberapa pertemuan pembelajaran, hal ini berdampak pada langkah
pembelajaran.
Guru lebih intens mengarahkan siswa dalam menerapkan konsep
operasi hitung dengan spidol warna. Guru juga lebih intens membimbing
siswa dalam menggunakan spidol warna dalam memahami konsep garis
bilangan. Guru juga memberikan strategi yang baik dalam mengerjakan soal
matematika. Guru juga memberikan evaluasi dengan baik, pada saat tes
hasil belajar maupun pada saat melakukan observasi sebagai hasil belajar
psikomotor maupun afektif. Guru memberikan balikan terhadap apa yang
dilakukan siswa. Di akhir pembelajaran, guru memberikan simpulan yang
tepat mengenai pembelajaran tersebut dan meminta siswa untuk mencatat
simpulan tersebut (Lampiran 51 Hlm. 155).
Pertemuan kedua pembelajaran operasi hitung campuran bilangan
bulat dapat dilaksanakan dengan sangat baik. Siswa mengikuti pembelajaran
dengan sangat baik. Siswa mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dengan
sangat disiplin. Pada saat kegiatan kelompok, semua siswa bekerja dengan
sangat baik. Siswa sangat kompak dan selalu bersama-sama dalam
mengerjakan soal matematika. Siswa juga menjadi berani di dalam
memberikan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas.
Keberanian siswa juga meningkat pada saat menjawab soal yang diberikan
80

oleh guru. Hal tersebut berdampak pada keaktifan siswa di dalam


pembelajaran.
Siswa menjadi sangat aktif ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di
papan tulis. Pengerjaan soal evaluasi dilakukan siswa dengan sangat baik.
Pada saat menggunakan spidol warna, kerapian garis bilangan, ketepatan
warna garis, dan ketepatan panjang garis dalam menuliskan garis bilangan
sangat baik (Lampiran 59 dan 60 Hlm. 166 dan 167).
Guru melaksanakan pembelajaran pertemuan kedua dengan sangat
baik. Pembelajaran telah diatur dengan sangat kondusif dan siswa
terkoordinasi dengan baik. Perhatian siswa tertuju pada guru setelah guru
mengajak siswa untuk melakukan sebuah permainan. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dengan sangat jelas, sehingga siswa mengerti tujuan
akhir yang diharapkan pada pembelajaran tersebut. Guru memiliki strategi
jitu, agar siswa terkondisi dengan materi guru memberikan apersepsi dengan
sebuah cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian
pembelajaran berlangsung lebih aktif karena guru sering memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Karena guru sudah menggunakan
spidol warna dalam beberapa pertemuan pembelajaran, hal ini berdampak
pada langkah pembelajaran.
Guru lebih intens mengarahkan siswa dalam menerapkan konsep
operasi hitung dengan spidol warna. Guru juga lebih intens membimbing
siswa dalam menggunakan spidol warna dalam memahami konsep garis
bilangan. Guru juga memberikan strategi yang baik dalam mengerjakan soal
matematika. Guru juga memberikan evaluasi dengan baik, pada saat tes
hasil belajar maupun pada saat melakukan observasi sebagai hasil belajar
psikomotor maupun afektif. Guru memberikan balikan terhadap apa yang
dilakukan siswa. Di akhir pembelajaran, guru memberikan simpulan yang
tepat mengenai pembelajaran tersebut dan meminta siswa untuk mencatat
simpulan tersebut (Lampiran 63 Hlm. 170).
81

d. Refleksi
Semua data yang ditemukan pada siklus II dikumpulkan dan
kemudian dianalisis. Melalui semua metode penelitian yang telah
ditentukan, peneliti telah mendapatkan gambaran mengenai subjek
penelitian.
Berdasarkan nilai hasil belajar matematika operasi hitung bilangan
bulat, ada 20 siswa yang mencapai hasil belajar di atas KKM dan 8 siswa
memiliki nilai di bawah KKM. Berdasarkan uraian tersebut dapat dihitung
bahwa siswa yang memperoleh nilai di atas KKM pada siklus I mencapai
71,43%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
operasi hitung campuran bilangan bulat siswa kelas IV SDN III Punduhsari.
Namun, pencapaian tersebut masih belum mencapai indikator kinerja
penelitian, yang mana penelitian pada siklus I ini diharapkan mencapai 75%
siswa mencapai KKM. Dengan demikian, pada penelitian pada siklus I
tersebut belum mampu mencapai indikator kinerja dan penelitian akan
dilanjutkan pada siklus II.
Pembelajaran pada siklus II telah menghasilkan diskripsi-diskripsi dan
nilai-nilai yang menggambarkan keadaan pembelajaran operasi hitung
campuran bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN III Punduhsari.
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan adanya peningkatan di dalam
aktivitas pembelajaran. Guru sangat baik dalam mengelola pembelajaran di
kelas IV SDN III Punduhsari dan aktivitas siswa sangat baik di dalam
proses pembelajaran (Lampiran 64 Hlm. 171).
Melalui penilaian terhadap siswa, peneliti mendapatkan data hasil
belajar pada pertemuan satu dan pertemuan dua. Kemudian kedua data
tersebut diakumulasikan dan diambil rata-rata. Hasil rata-rata tersebut
dianggap sebagai hasil belajar siklus II dan kemudian dibandingkan dengan
indikator kinerja.
Data nilai hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat, ada
24 siswa yang mencapai hasil belajar di atas KKM dan 4 siswa memiliki
nilai di bawah KKM. Berdasarkan uraian tersebut dapat dihitung bahwa
82

siswa memperoleh nilai di atas KKM pada siklus II adalah 85,71%. Hasil
tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar operasi hitung
campuran bilangan bulat setelah digunakannya spidol warna sebagai alat
pelajaran di dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan diskripsi di atas, nilai hasil belajar operasi hitung
campuran bilangan bulat siswa Kelas IV SDN III Punduhsari pada siklus II
sudah mencapai target indikator kinerja penelitian ini. Jika dianalisis dari
kinerja guru dan aktivitas siswa, pembelajaran juga sudah menunjukkan
adanya peningkatan dan proses pembelajaran terlaksana dengan sangat baik.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus II dan melihat semua data yang
telah dihasilkan pada siklus II, maka pembelajaran operasi hitung campuran
bilangan bulat dengan menggunakan spidol warna pada siklus II sudah
berhasil karena sudah mencapai indikator kinerja. Berdasarkan hasil
tersebut, peneliti tidak perlu lagi melanjutkan penelitian pada siklus
berikutnya.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus


Berdasarkan hasil analisa data setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus
II dapat diketahui meningkatnya hasil belajar siswa kelas IV SDN III Punduhsari
setelah mengikuti pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat dengan
menggunakan spidol warna. Hal tersebut diketahui setelah persentase ketuntasan
klasikal meningkat hingga melebihi target indikator kinerja penelitian.
Peningkatan dapat dilihat pada data perkembangan hasil belajar operasi hitung
campuran bilangan bulat pada tabel 4.10.

Tabel 4.07 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai, dan Persentase
Ketuntasan Klasikal pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
No. Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1. Nilai Terendah 45 54 59
2. Nilai Tertinggi 87 88 97
3. Nilai Rata-rata 65,29 72,57 84,57
4. Ketuntasan Klasikal (%) 46,43% 71,43% 85,71%
83

Guna memperjelas data perkembangan nilai hasil belajar operasi hitung


campuran bilangan bulat dan ketuntasan klasikal pada saat pratindakan, siklus I,
dan siklus II, dapat disajikan pada gambar 4.7.

120

100

80
Nilai

60 Pratindakan
Siklus I
40
Siklus II
20

0
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Ketuntasan
Klasikal

Gambar 4.07 Grafik Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai, dan
Persentase Ketuntasan Klasikal pada Pratindakan, Siklus I, dan
Siklus II

Berdasarkan tabel 4.07 dan gambar 4.07 dapat dilihat bahwa hasil belajar
operasi hitung campuran bilangan bulat siswa kelas IV SDN III Punduhsari
mengalami perbedaan mulai dari pratindakan. Siklus I dan siklus II. Dengan
adanya perbedaan nilai hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar operasi hitung campuran bilangan bulat siswa sudah mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi dalam beberapa hal, yaitu:
1. Nilai terendah mengalami peningkatan, yaitu pada kondisi awal 45 dan pada
siklus II menjadi 59.
2. Nilai tertinggi mengalami peningkatan, yaitu 87 menjadi 97.
3. Rata-rata kelas mengalami peningkatan, yaitu 65,29 menjadi 84,57.
4. Ketuntasan klasikal mengalami peningkatan, yaitu pada pratindakan 46,43%
dan pada siklus II menjadi 85,71%.
84

D. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diuraikan pada sub bab A
sampai C di atas, makan dapat disimpulkan bahwa penggunaan spidol warna
dapat meningkatkan nilai hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat
pada siswa Kelas IV SDN III Punduhsari Tahun Pelajaran 2012/2013. Berkaitan
dengan hal tersebut, spidol warna merupakan salah satu dari sekian banyak alat
pelajaran yang bisa digolongkan sebagai media pembelajaran jika digunakan
untuk menyampaikan pesan/materi pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Anitah (2010), Hamalik (1986), dan Sadiman yang secara garis besar menyatakan
bahwa media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran
karena menggunakan benda konkret atau nyata sehingga lebih mudah
menanamkan konsep abstrak ke konsep konkret. Spidol warna merupakan salah
satu alat pelajaran yang bisa digunakan untuk menulis pada media papan tulis dan
dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi operasi hitung
campuran bilangan bulat, serta dapat meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran matematika.
Hasil observasi menunjukkan bahwa selalu ada peningkatan proses
pembelajaran yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas siswa dan kinerja guru
pada saat mengikuti pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat dengan
menggunakan spidol warna. Peningkatan tersebut antara lain:
1. Siswa lebih siap memulai atau menerima pelajaran, kesiapan dapat dilihat dari
kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Siswa memperhatikan penyampaian materi dengan sungguh-sungguh.
3. Adanya peningkatan keaktifan siswa dalam menanggapi pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
4. Rasa kerjasama siswa yang semakin terbentuk pada saat siswa mengerjakan
lembar evaluasi.
Pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat yang dilaksanakan
menghasilkan data nilai hasil belajar siswa. Pada pratindakan data nilai hasil
belajar menunjukkan bahwa hanya 13 siswa yang mampu mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM = 65) dan menghasilkan ketuntasan klasikal sebesar
85

46,43%. Kemudian siswa diberikan tindakan, yaitu dengan menggunakan spidol


warna dalam pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat. Pada siklus I
nilai hasil belajar menunjukkan 20 siswa yang mampu mencapai KKM dan
menghasilkan ketuntasan klasikal sebesar 71,43%. Lalu pada siklus II nilai hasil
belajar menunjukkan 24 siswa mampu mencapai KKM dan menghasilkan
ketuntasan klasikal sebesar 85,71%.
Uraian di atas menunjukkan bahwa masih ada 4 siswa yang masih belum
mampu mencapai KKM. Tidak hanya pada saat siklus II, pada siklus I siswa-
siswa tersebut belum mampu mendapat nilai sama dengan atau di atas 65. Siswa
tersebut belum mampu mencapai KKM dikarenakan memiliki kemampuan
matematis-logis yang rendah. Sedangkan materi bilangan bulat memerlukan
penalaran yang cukup rumit. Ditambah lagi, keempat siswa tersebut memiliki
sikap belajar yang kurang baik. Karena keterbatasan waktu, peneliti, menyerahkan
penanganan hasil belajar siswa tersebut kepada guru kelas agar nantinya siswa
tersebut mampu mencapai KKM.
Berpijak dari uraian di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan spidol warna dalam pembelajaran operasi hitung campuran bilangan
bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN III Punduhsari.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan spidol warna dapat
dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan klasikal nilai hasil belajar siswa
kelas IV SDN III Punduhsari yang berjumlah 28 siswa. Ketuntasan klasikal pada
pratindakan sebanyak 13 siswa atau 46,43% dari keseluruhan siswa. Ketuntasan
Klasikal pada siklus I sebanyak 20 siswa atau 71,43% dari keseluruhan siswa.
Ketuntasan Klasikal pada siklus II sebanyak 24 siswa atau 85,71%. Maka telah
terbukti bahwa penggunaan spidol warna dapat meningkatkan nilai hasil belajar
operasi hitung campuran bilangan bulat siswa kelas IV SDN III Punduhsari.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada
dua siklus, maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran matematika dengan
menggunakan spidol warna dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung
campuran bilangan bulat kelas IV SDN III Punduhsari.

B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian didasarkan pada
pembelajaran dengan menggunakan spidol warna dalam pembelajaran matematika
kompetensi dasar operasi hitung campuran bilangan bulat. Berdasarkan hasil
penelitian terbukti bahwa penggunaan spidol warna dapat meningkatkan nilai
hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat. Sehubungan dengan hasil
penelitian ini maka dapat diambil implikasi dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah penggunaan spidol warna
untuk meningkatkan nilai hasil belajar operasi hitung campuran bilangan bulat
siswa dapat diterapkan guru di dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
pelajaran matematika.

86
87

Pembelajaran dengan menggunakan spidol warna dapat meningkatkan


hasil belajar operasi hitung campuran spidol warna mampu mengarahkan
penalaran siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep yang ada di dalam
matematika sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar secara langsung
dan bermakna.
Penggunaan spidol warna dalam pembelajaran matematika, siswa dilatih
untuk berpikir secara penalaran deduktif, bukan secara hafalan. Agar bisa
berpikir dengan cara tersebut, siswa harus mengikuti kegiatan pembelajaran
secara sistematis. Spidol warna membimbing pemikiran siswa dalam
menuliskan garis bilangan, bahwa garis-garis yang ada di dalamnya
melambangkan maksud yang bebeda-beda. Hal tersebut akan mengarahkan
anak ke konsep operasi hitung yang benar mengenai operasi hitung campuran
bilangan bulat.

2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan spidol warna
dalam pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian
seperti yang telah diuraikan pada bab IV, maka hasil penelitian ini dapat
digunakan peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang sejenis.
Pembelajaran dengan menggunakan spidol warna pada prinsipnya dapat
digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan
serupa, termasuk untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
1. Siswa harus lebih sadar, bahwa yang dbutuhkan dalam matematika adalah
penalaran, bukan hanya hafalan-hafalan.
88

2. Adanya penggunaan spidol warna, siswa sebaiknya mampu memanfaatkan


penggunaan alat tersebut dengan baik dan berpartisipasi aktif di dalam
pembelajaran.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya mampu memberikan inovasi di dalam melaksanakan
pembelajaran matematika, misalnya dengan menuliskan konsep dengan
berbagai warna di papan tulis agar siswa lebih tertarik untuk memperhatikan
penyampaian materi
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Spidol warna merupakan alat pelajaran yang sangat efektif dalam
menyampaikan konsep-konsep yang rumit dan memerlukan penekanan
tertentu. Namun, keefektifan ini belum mampu diteliti oleh banyak orang. Oleh
karena itu, peneliti selanjutnya bisa menemukan manfaat lain dan keefektifan
spidol warna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tentunya penemuan
tersebut memerlukan pengkajian teori. Gunakan kajian teori yang lebih dalam
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada di dalam penelitian ini
agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

KTSP SDN III Punduhari Tahun Pelajaran 2012/2013

Pedoman Penulisan Skripsi FKIP UNS 2012

Aini, N.N. (2011). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung


Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Garis Bilangan pada Siswa Kelas IV
SD Negeri 2 Sidowayah Kecamatan Polanharjo Klaten Tahun Pelajaran
2010 / 2011. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Mare,
Surakarta.

Akbar, R. dan Hawadi. (2001). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta :


Grasindo.

Anitah, S. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
________, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.

BSNP. 2007. Permendiknas Republik Indonesia No. 20 Tahun 2007 Tentang


Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta.

Byrne, J. R. (1967). Number System An Elementary Epproach. United Stated of


America: Mc Graw-Hill Inc.

Destiana, R. (2009). Bahas Tuntas 1001 Soal Matematika. Jakarta: Buku Kita.

Ekawati, E.. (2011). Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika


Sekolah. Diperoleh 13 Januari 2013 dari:
http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-
matematika-sekolah/

Farida, Nunuk. (2013). Peningkatan Kemampuan Menggambar Melalui Media


Spidol dengan Metode Pemberian Tugas Anak Kelompok A TK Harapan
Kita Surabaya. Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Teratai
Universitas Negeri Surabaya, 2(1), 60-75.

Fatimah. (2009). Fun Math Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan.


Jakarta: Mizan Media Utama.

89
90

Fernandez, J. L. (2012). Working Memory and Mathematical Thinking: A


Cognitive and Affective Neuroscience Approach. International Journal for
Studies in Mathematics Education, 5(2), 75.

Gora, W. dan Sunarto. (2010). Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif


Berbasis TIK. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Gunarsa, Y. S. D. (2002). Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: Gunung


Mulia.

Hamalik, O. (1986). Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni.

Harsanto, R. (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Heyward, P. (2010). Emotional Engagement Trought Drama: Strategies to Assist


Learning Through Role-Play. International Journal of Teaching &
Learning, 22(2), 197-203

Irwanto, D. (2012). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Hitung


Bilangan Bulat Menggunakan Media Manik-manik pada Siswa Kelas IV
SDN Slendro I Gesi Sragen Tahun Ajaran 2012. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Sebelas Mare, Surakarta.

Karso, dkk, (1993). Materi Pokok Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta:


Depdikbud.

Kristianti, W. dan Adhalia. (2009). Panduan Belajar Dan Evaluasi Matematika


Jilid 4. Jakarta: Grasindo.

Makmun, A. S. (2002). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Miles, M. B. dan A. M. Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI


Press.

Narbuko, C. dan Abu A. (1997). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nugroho, E. (2008). Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Olivia, F. (2007). Membantu Anak Punya Ingatan Super. Jakarta: 2007.


91

Pendidikan Nasional, Kementerian. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.


Jakarta : Kementerian Pendikan Nasional.

Rich, B. dan Phillip A. S. (2003). Aljabar Elementer. Jakarta: Erlangga.

Rofiq. (2005). Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan


Profesionalisme Santri dengan Metode Bedah Daurah Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Rumampuk, D. B. (1988). Media Instruksional IPS. Jakarta: Depdikbud.

Ruseffendi. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:


Alfabeta.

Sadiman, A. S. (1993). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan


Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

engl, S. (2012) . Effect of Teaching Integers Using Visual Materials on the


Sixth Grade Students Mathematics Achievement and Retention Levels.
International Online Journal of Educational Sciences, 4(2), 489-508.

Smaldino, S.E., Lowther, D.L., Russell, J.D. 2005. International Technology and
Media for Learning. Boston: Pearson Publisher

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia: Konstatasi Keadaan


Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.

Sudjana, N. dan Ahmad R. (2001). Media Pengajaran: Penggunaan dan


Pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sumantoro, dkk.2007. Silabus. Yogyakarta: Penerbit Kanisis.

Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.

Supatmono, C. (2009). Matematika Asyik. Jakarta: Grasindo.

Supranto, J. (2000). Statistik: Teori dan Aplilkasi. Jakarta: Erlangga.

Swasty, W. (2010). A-Z Warna Interior Rumah Tinggal. Jakarta: Griya Kreasi.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi


Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
92

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 6, ayat 1.

Walle, J A. Van De. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
_________. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Widodo, S. (2010). Smart Learning Technology Menjadi Juara dalam Waktu


Singkat. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Windura, S. (2008). Mind Map Langkah Demi Langkah. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Wiratno, S., dkk. (2011). Bunda Jagoan Matematika. Jakarta: Grasindo.

Yuwono, B. (2005). Pintar Matematika untuk SD. Jakarta: Puspa Swara.

Anda mungkin juga menyukai