Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMIKIRAN FILSAFAT TENTANG PENDIDIKAN


JEAN JACQUES ROUSSEAU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Dr.Winarno, S.Pd, M.Si.

Oleh:
Rahmat Fajar Prakoso NIM S031608011

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat memiliki arti cinta akan kebenaran (Shadily, 1984). Filsafat juga
dapat diartikan berpikir secara sadar serta bertanggung jawab dalam rangka mencari
kebenaran yang hakiki. Cara berpikir seperti ini sering disebut juga sebagai cara
berpikir radikal, artinya cara berpikir dengan mencari pokok permasalahannya
sampai ke akar-akarnya. Dalam penggunaannya, filsafat bisa diartikan sebagai ilmu
dan ada juga yang menggunakan filsafat sebagai cara berpikir. Menurut pernyataan di
atas, filsafat kedudukannya ada dua yaitu sebagai ilmu yang harus dipelajari serta
sebagai terapan ilmu untuk mempelajari ilmu lain. Setiap waktu manusia selalu
berpikir, pemikiran-pemikiran manusia tersebut secara lahiriyah selalu mengarah
kepada kebenaran. Cara mendapatkan pemikiran itulah yang merupakan hakikat dari
filsafat.
Aspek-aspek dalam kehidupan manusia teramat sangat banyak, dengan
demikian mengakibatkan obyek pengkajian filsafat juga banyak. Dalam setiap aspek
kehidupan, seorang manusia selalu ingin mencari kebenaran atas problematika yang
muncul. Di situlah fungsi filsafat muncul sebagai ilmu terapan yang digunakan untuk
mencari kebenaran-kebenaran dalam berbagai aspek kehidupan.
Salah satu aspek yang dibahas adalah dalam bidang pendidikan. Bidang
pendidikan menjadi sangat penting, karena melalui pendidikanlah awal dari suatu
generasi di bangun. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi didik
yang ada pada diri peserta didik. Definisi tersebut memiliki konsekuensi, dalam
pengembangan potensi diri peserta didik perlu adanya cara-cara penyampaian
pembelajaran yang baik dan benar. Faktanya, mungkin masih banyak kekurangan
dalam penyampaian pembelajaran pada peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya
pemikiran-pemikiran yang bertujuan memberikan pedoman mendidik peserta didik.
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan bisa muncul dari para filosof yang
melihat dari fakta-fakta yang ada terlebih dahulu. Dengan melihat fakta-fakta yang
ada mengenai pendidikan, para filosof menggunakan cara berpikir filsafat untuk
mendapatkan pemikiran-pemikiran yang menjadi teori dalam bidang pendidikan.
Teori yang sudah ditemukan lalu bisa digunakan sebagai pegangan dalam
membelajarkan pelajaran kepada peserta didik. Salah satu tokoh atau filosof yang
memiliki pemikiran tentang pendidikan yaitu Jean Jacques Rousseau, seorang filosof
kelahiran Swiss yang beraliran naturalistik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini memiliki rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana riwayat hidup seorang Jean Jacques Rousseau?
2. Apa sajakah pemikiran Jean Jacques Rousseau tentang pendidikan?
3. Bagaimanakah teori Jean Jacques Rousseau tentang masa perkembangan
anak?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami riwayat hidup seorang Jean Jacques Rousseau.
2. Memahami pemikiran Jean Jacques Rousseau tentang pendidikan.
3. Memahami teori Jean Jacques Rousseau tentang masa perkembangan anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Seorang Jean Jacques Rousseau


Jean Jacques Rousseau lahir di Geneva, Swiss pada 28 Juni tahun 1712
dan meninggal pada 2 Juli 1778. Jean Jacques Rousseau merupakan keturunan dari
orang tua dengan ras campuran yang terhormat. Ayahnya mengikuti jejak leluhurnya
menjadi seorang pedagang buku yang pergi dari Paris pada abad ke 16 untuk
menghindari perburuan karena keyakinan Protestannya. Ibunya, cantik, cerdas, dan
berbudi halus, termasuk keluarga kelas atas Swiss. Terkena organisasi ketat yang
mengatur penganut teguh Calvinisme, Rousseau tidak pernah mampu mencapai
stabilitas apakah sebagai penganut Calvinisme atau bukan. Kehidupannya dimulai
dengan puncak bencana, kematian ibunya ketika ia berusia seminggu.
Ayahnya adalah pembuat jam yang terkenal, suka membaca, tapi sangat
eksentrik dan sentimental. Terlalu miskin untuk membayar pendidikan yang sesuai
untuk anaknya, sama halnya iapun terlalu sibuk dan tidak bijaksana untuk mendidik
anaknya sendiri. Ketika Rousseau berusia enam tahun, ayahnya mengajarinya
membaca, memilihkan sejumlah bacaan roman tua milik ibunya. Memang sebuah
jenis bacaan tingkat dasar yang aneh. Sebelum ia berusia tujuh tahun, keduanya
telah membacanya dengan keras, secara bergiliran.
Konsekuensi dari stimulasi yang berlebih ini adalah bencana, Rousseau
menjadi sangat suka membaca, tapi sangat tidak mampu memperoleh kebiasaan-
kebiasaan dan sikap-sikap konvensional dari kehidupan normal. Menurut
Confession-nya, ia mencuri, menipu, berlaku curang, dan adalah cerdas, tapi makal,
gampang tersinggung, tidak terdidik, dan sepenuhnya tidak memiliki prinsip.
Ketika ia berusia sepuluh tahun, “bapak-bapak terbaik” nya menjauh dan
Rousseau bersama dengan seorang sepupunya, dikirim untuk bersekolah selama
beberapa tahun di desa Bossey. Ini menjadi satu-satunya pendidikan yang
diterimanya. Di sini selama suatu waktu ia bahagia, bermain dengan senang hati,
belajar di taman, dan memperoleh cinta mistis itu terhadap alam yang sering
menyebabkannya meneteskan air mata. Tapi meskipun demikian masa singkat
bersekolah ini berakhir dengan kekecewaan. Ia kembali ke rumah dengan sepupunya
dan belajar bersama dalam menggambar dan mewarnai, dan, selama masa yang
menyenangkan.
Ketika muda, Rousseau tidak mampu menyesuaikan dirinya sendiri pada
kehidupan sosial dan keahlian kerja. Ditempatkan di kantor administrasi kota, ia
dengan cepat dipecat karena ketidakcakapan. Menjadi pekerja magang pada seorang
pengukir, ia kabur ketika usianya 16 tahun. Peristiwa itu bersifat remeh;
kosekuensinya hanya sesaat. Pada suatu minggu sore ia berjalan-jalan, sebagaimana
sering ia lakukan, ke luar kota dengan beberapa teman. Ketika kembali ia
menemukan gerbang tertutup, daripada memohon bantuan kepada penjaga gerbang,
ia dengan gembira membelakangi rumahnya dan penduduk kota untuk menjadi
seorang pengelana. Jika seseorang dapat melihat apa yang ada dalam hati anak muda
serampangan pengelana ini, ia akan mencatat tidak ada apapun yang merupakan
bayangan seorang genius di masa depan yang mempengaruhi perjalanan peradaban
dengan begitu mendalam. Ia menyukai secara mendalam musik, memiliki suatu
hubungan mistis dengan alam, suatu perasaan yang tajam akan keadilan, suatu minat
yang kecil terhadap kerajinan tangan, suatu kesadaran seks yang tidak normal, agak
pemalu dan watak kurang percaya diri, suatu temperamen yang tidak stabil, dan
suatu kerinduan yang tidak dapat dipahami akan kebebasan.
Pada masa dewasa, yaitu dua puluh tahun karya-karya Rousseau memiliki
tema pendidikan. Masa-masa ini dilalui dengan rincian yang terbatas. Seorang
pendeta menaruh belas kasihan atas keadaannya, lelah dan lapar karena perjalanan-
perjalanannya, memberinya makan, dan membujuknya untuk menerima
kepercayaan Katolik. Ditempatkan untuk pengembangan spiritualnya di bawah
bimbingan Madame de Warens, seorang wanita yang menarik, yang baru menerima
Katolisisme, Rousseau membuat sedikit kemajuan. Dengan bantuan wanita itu ia
melakukan banyak upaya untuk mendapatkan sebuah keahlian kerja yang sesuai. Ia
diwajibkan menjadi seorang penganut yang setia, mempelajari tugas-tugas pendeta,
berlatih musik, dan kemudian menjadi seorang juru tulis pemerintah, seorang guru
musik, dan seorang sekretaris. Membaca Thoughts Concerning Education-nya
Locke menyebabkannya berupaya mengajar dan ia ditugasi mengajar dua anak
Monsieur de Mably, seorang pejabat penting di Lyons. Seperti semua upayanya
yang lain, ini juga menghasilkan kegagalan yang sempurna karena temperamennya
yang panas. Lagi ia kembali pada naungan keramahan Madame de Warens, dan
pada akhirnya menjadi sekretaris upahannya dan kekasihnya.
Dua hal penting dalam tahun-tahun ini memiliki makna yang khusus:
pengalaman-pengalaman yang terhimpun selama pengembaraannya, dan studi-
studinya yang agak kurang beraturan. Perjalanan melingkarnya menghasilkan
kilatan makna (insight) yang hidup mengenai penderitaan petani Perancis yang
membuat kegeraman perasaannya. Studi-studinya menjadikannya mengenal
masalah-masalah sosial dan filosofis yang ada yang mengusik kesadaran orang-
orang. Montaigne, Leibnitz, Locke, Pope, dan Voltaire menghasilkan kesan
mendalam. Keluasan bacaannya termasuk juga penyelidikan-penyelidikan ilmiah
hingga ia memperoleh sejumlah pengetahuan mengenai karya-karya Descartes,
Pascal, Kepler, dan Newton. Pemerintahan dan pendidikan secara bertahap
membentuk tema-tema sentral pemikirannya. Ini dapat diselusuri pada studinya atas
Republic-nya Plato, yang dia nyatakan sebagai “karya terbaik tentang
pendidikan yang pernah ditulis.” Di antara buku-buku lainnya yang memiliki suatu
pengaruh yang menentukan atas dirinya adalah: Essays-nya Montaigne; Essay on
Man-nya Pope, dan Robinson Crusoe-nya Defoe. Sedemikian mendalamnya ia
terkesan oleh buku terakhir ini hingga ia memilihnya, dari semua buku yang pernah
ditulis, untuk “membentuk keseluruhan pustaka untuk Emile muda.”
Pada tahun 1741, terdorong oleh suatu kecemburuan, Rousseau
memutuskan hubungannya dengan wanita majikannya yang menarik hatinya itu, dan
keluar dari Paris. Meskipun sangat miskin, eksentrik, dan kampungan, ia
membangun hubungan yang kuat dengan Voltaire, Diderot, dan pemimpim-
pemimpin lainnya. Ia dengan demikian menjadi bergabung dengan kelompok yang
paling terpelajar dan filosofis di Perancis, menerima pesimisme mereka, dan terlibat
dalam kehidupan penganut kebebasan itu. Dengan menyalin musik ia menjalani
sebuah penghidupan yang miskin. Ia berjumpa dengan Therese Levasseur, seorang
pelayan yang vulgar dan sangat bodoh yang memberinya penghidupan sebagai
wanita majikannya selama 23 tahun sebelum sebuah perkawinan dilaksanakan.
Lima anak dilahirkan, dan tanpa selang waktu masing-masing secara bergiliran
dikirim ke rumah sakit anak-anak “tak berorang tua”. Juga tidak pernah mereka
ditelusuri. Ini adalah salah satu perbuatan yang paling sulit untuk dipahami dari
genius paradoks ini.
Rousseau mencapai kematangan pada usia 37 tahun tanpa sedikitpun
memperlihatkan keunggulan intelektual. Kejeniusan bangkit dalam dirinya bagaikan
kilatan cahaya secara tiba-tiba. Sebuah sore yang hangat Oktober 1749, Rousseau
sedang berjalan-jalan mengisi waktu luang sepanjang jalan ke Vincennes untuk
mengunjungi Diderot, yang dipenjara di Bastile. Ketika ia melihat sekilas melalui
the Mercure de France, perhatiannya terikat oleh penawaran sebuah penghargaan
oleh Academy of Dijon, sebuah akademi ilmiah, untuk sebuah esai tentang masalah
kemajuan ilmu yang mengarah pada pembodohan.
Rousseau menulis sebuah hujatan terhadap peradaban yang merusak.
Kekaguman yang utama adalah bukan karena ia memenangkan penghargaan tapi
bahwa para anggota Akademi telah memilih esainya; karena mereka memandang
adanya sesuatu yang sangat berbeda. Bagaimanapun Rousseau menjadi termasyur,
dan merasa dirinya sendiri menerima sebuah misi suci untuk menata ulang
peradaban.
Tahun-tahun selanjutnya dari kehidupannya dipersembahkannya untuk
menulis. Dalam merespon terhadap penghargaan yang kedua yang ditawarkan oleh
Akademi, ia menulis “What is the Cause of Inequality among Men?”. Pada tahun
1761, ia membahas perkawinan dan kehidupan keluarga dalam sebuah roman yang
dinamai The New Heloise. Tahun berikutnya, muncullah dua karya yang sangat
penting yang ia klaim sebagai genius: The Social Contract, hasil refleksi bertahun-
tahun dan studi atas prinsip-prinsip pemerintahan; dan The Emile, dalam buku ini ia
membahas pendidikan. Seperti sudah dikatakan bahwa Rousseau mencurahkan
setengah bagian dari kehidupannya untuk menulis buku yang pertama itu. Ini
khususnya benar dari karya terakhirnya, the Confessions, di dalam buku ini ia
menelanjangi jiwanya sebagaimana tidak ada orang lain yang pernah melakukannya.
Meskipun ketersohorannya dan pengabdiannya pada kemanusiaan yang tidak
tersaingi, tahun-tahun terakhir kehidupannya tidak lebih bahagia ketimbang tahun-
tahun pertama kehidupannya. Ia mati dalam pengasingan, dalam kemiskinan, dan
dalam kesunyian, pada usia 66 tahun.

B. Pemikiran Jean Jacques Rousseau Tentang Pendidikan


Pola Pendidikan ala Rousseau dalam bukunya yang berjudul Emile, ou
L’Education, Rousseau menekankan betapa pentingnya pendidikan. Ia
menggolongkan tipe pendidikan yang tampil berbeda dengan arus dan suasana
pendidikan yang dominan pada jamannya. Pada jaman Rousseau, pendidikan
dilaksanakan secara otoritatif dengan disiplin ketat yang menuntut kepatuhan mutlak
dan buta para anak didik. Pola ini mempunyai tujuan untuk menampilkan
penyeragaman tingkah-laku dan informasi. Dalam bukunya, Rousseau
mempertahankan tesisnya bahwa manusia pada kodratnya adalah baik, tetapi buruk
akibat kebudayaan. Oleh karena itu, menurut Rousseau pendidikan harus
ditransformasikan ke arah yang lebih baik. Berdasarkan landasan tersebut, ia
menyerukan pola pendidikan kembali ke alam. Daya dorong alamiah dalam diri
manusia adalah cinta diri (self-love). Ini tidak sama dengan egoisme sebab egoisme
ada dalam masyarakat, bukan naluri dasar manusia. Cinta diri sesuai dengan alam
sehingga baik adanya.
Menurut J.J. Rousseau, ada lima asas pendidikan yang perlu dibuat.
Pertama, perlunya pendidikan, karena status manusia tidak diperoleh pada saat
manusia lahir, namun merupakan hasil terjadinya pendidikan yang bersumber pada
alam, manusia dan benda. Rousseau menekankan pentingnya keselarasan di antara
ketiganya. Jika ini tercapai, peserta didik sudah mengalami pendidikan yang baik
sesuai dengan tujuannya.
Kedua, tujuan umum pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan
semua bakat pada peserta didik agar ia mempunyai kemampuan yang lengkap
sehingga dapat secara bebas dan merdeka, tanpa tergantung pada orang lain dan
tatanan sosial yang khusus dalam masyarakat di mana ia tinggal.
Ketiga, guru utama dalam pendidikan adalah alam sendiri. Dalam
pelaksanaan atau operasionalnya ada guru atau orang yang membimbing dan
mendampingi peserta didik.
Keempat, peserta didik adalah anak laki-laki dan perempuan, tetapi ruang
lingkup kajian studi anak laki-laki lebih luas daripada anak perempuan. Sesuai
dengan kodrat alamiahnya (nature) perempuan harus dididik untuk menjadi istri dan
ibu.
Kelima, kurikulum yang tersedia bersifat kontekstual, yang dibahas sesuai
dengan tingkatan tahap perkembangan usia.
C. Pemikiran Jean Jacques Rousseau Tentang Pendidikan pada Masa
Perkembangan
Menurut J.J Rousseau, pola pendidikan harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan psikologis atau kejiwaan anak. Pendidikan anak-anak ditentukan
oleh berbagai masa perkembangan. Masing-masing tahap memiliki daya utamanya
yang tersendiri, yang berkembang dan menjadi dorongan utama dalam
perorganisasian kehidupan. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam sebuah masa tidak
berlaku untuk masa yang lainnya, karena tugasnya ialah mengembangkan kegiatan-
kegiatan masa peka dan minat-minat alam anak, bukan memberinya kebiasaan-
kebiasaan yang konvensional dan cita-cita sosial. Menurut Rousseau, tahap
perkembangan anak dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Pertama: Infancy atau Masa Asuhan (0-2 tahun). Maka pada usia ini
anak balita harus dipupuk sifat alaminya untuk bergerak dan mencari
perubahan dalam dunia sekitarnya. Anak juga perlu dibantu untuk
memanfaatkan kekuatan personal yang makin berkembang sehingga ia
semakin mampu mengendalikan kebebasannya.
2. Tahap kedua: The Age of Nature (2-12 tahun). Pada masa ini, anak perlu
dilibatkan dalam sejumlah pengalaman yang melatih kemampuan
jasmaninya; mempertajam ketrampilan (skill), khususnya yang menyokong
pemenuhan kebutuhan hidupnya; mempertajam fungsi pancaindera; dan
yang membimbingnya untuk bertindak baik.
3. Tahap ketiga: Pre-adolescence atau Pra-remaja (12-15 tahun). Anak pada
masa ini perlu dilibatkan dalam berbagai tugas belajar yang berpusat pada
penggunaan peralatan yang dipakai orang untuk mencari rejeki;
perkembangan kemampuan rasio atau akal (dimensi intelektual), serta
pertimbangan tindakan dan gagasan yang menolong anak menentukan mana
yang benar dan berharga.
4. Tahap keempat: Puberty atau Pubertas (15-20). Pada masa ini, anak
(tepatnya remaja) didampingi untuk memahami dan mengerti makna
persahabatan dan cinta kasih, memahami orang lain seperti diri sendiri,
mencari teman secara bijak, memeluk agama yang dapat dijelaskan dari segi
alam, terlibat dalam masyarakat, dan dapat membedakan kebudayaan yang
memperkaya diri ketimbang merusak moralnya.
Dalam bukunya Emile, Rousseau juga mengungkapkan ada dua hal utama
yang dibicarakan lebih detail, yaitu mengenai pendidikan seks dan agama.
Pendidikan seks ini mempunyai tujuan agar peserta didik tidak terpengaruh oleh
lingkunganya yang bisa menyebabkan munculnya dorongan nafsu seksual sebelum
waktunya. Pendidikan seks ini juga mau mendobrak pandangan mengenai seks yang
tabu seolah-olah jahat dan negatif. Pendidikan seks ini justru membantu menyiapkan
anak menghadapi masa puber.
Selanjutnya pendidikan agama. Bagi Rousseau, pendidikan agama
hendaknya diberikan setelah anak mencapai umur lima belas tahun. Alasannya
adalah, gagasan yang salah tentang Allah yang ditangkap anak cenderung menjadi
endapan yang tak terhapus dalam pikiran anak sehingga gagasan tentang Allah pada
usia dewasa berdasarkan yang ia terima sewaktu masih kanak-kanak. Selain itu,
keharusan anak menghafal katekismus menyebabkan ia hanya beriman berdasarkan
apa yang ia hafalkan, sehingga ketika dewasa mudah sekali untuk meninggalkan
agama. Katekismus yang menekankan unsur dogmatis mengaburkan perhatian anak
pada hal yang jauh lebih penting, yaitu akhlak pribadi yang baik dan belaskasih pada
sesama. Rousseau menawarkan pola pendidikan agama yang bersifat percakapan
yang bertolak dari pengalaman personal anak. Dengan pola ini anak dapat menjawab
secara jujur sesuai dengan usianya.
BAB III

SIMPULAN

Jean Jacques Rousseau merupakan filosof yang lahir di Geneva, Swiss pada
28 Juni tahun 1712 dan meninggal pada 2 Juli 1778. Masa kecil Rousseau sangatlah
keras dan menyedihkan. Ibunya meninggal seminggu setelah melahirkannya, Rousseau
diasuh oleh ayahnya yang bekerja sebagai tukang jam dan juga pedagang buku. Sejak
kecil Rosseau sering membaca buku yang bukan seharusnya dia baca. Buku tersebut
diperoleh dari ayahnya yang juga pedagang buku. Hal tersebut mempengaruhi psikis
Rosseau di masa remaja hingga dewasanya. Pada usia sekitar 10 tahun, Rousseau baru
mendapatkan pendidikan sekolah. Bersama sepupunya, dia bersekolah dan mulai
menjauh dengan ayahnya. Di masa remaja, Rousseau memiliki sikap yang keras dan
susah bergaul dengan lingkungan. Rousseau lalu bekerja di bidang administrasi, namun
dia dipecat karena dia tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan.
Titik balik dari Rousseau adalah saat usia 37 tahun, sesaat setelah dia pindah
ke Paris. Rousseau mulai menunjukkan intelektualnya dengan menulis buku-buku yang
membahas kritik pada keadaan. Tahun-tahun selanjutnya dari kehidupannya
dipersembahkannya untuk menulis. Dalam merespon terhadap penghargaan yang kedua
yang ditawarkan oleh Akademi, ia menulis “What is the Cause of Inequality among
Men?”. Pada tahun 1761, ia membahas perkawinan dan kehidupan keluarga dalam
sebuah roman yang dinamai The New Heloise. Tahun berikutnya, muncullah dua karya
yang sangat penting yang ia klaim sebagai genius: The Social Contract, hasil refleksi
bertahun-tahun dan studi atas prinsip-prinsip pemerintahan; dan The Emile, dalam buku
ini ia membahas pendidikan. Meskipun ketersohorannya dan pengabdiannya pada
kemanusiaan yang tidak tersaingi, tahun-tahun terakhir kehidupannya tidak lebih
bahagia ketimbang tahun-tahun pertama kehidupannya. Ia mati dalam pengasingan,
dalam kemiskinan, dan dalam kesunyian, pada usia 66 tahun.
Sumbangsih pemikiran J.J. Rousseau tertuang dalam buku The Emile yang
ditulis sekitar tahun 1762. Di dalam buku The Emile, Rousseau menyebutkan ada
lima asas yang dibuat untuk pendidikan yang baik sesuai tujuan. Lima asas tersebut
sebagai berikut.
1. Perlunya pendidikan, karena status manusia tidak diperoleh pada saat manusia
lahir, namun merupakan hasil terjadinya pendidikan yang bersumber pada
alam, manusia dan benda.
2. Tujuan umum pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan semua bakat
pada peserta didik agar ia mempunyai kemampuan yang lengkap sehingga
dapat secara bebas dan merdeka, tanpa tergantung pada orang lain dan tatanan
sosial yang khusus dalam masyarakat di mana ia tinggal.
3. Guru utama dalam pendidikan adalah alam sendiri. Dalam pelaksanaan atau
operasionalnya ada guru atau orang yang membimbing dan mendampingi
peserta didik.
4. Peserta didik adalah anak laki-laki dan perempuan, tetapi ruang lingkup kajian
studi anak laki-laki lebih luas daripada anak perempuan. Sesuai dengan kodrat
alamiahnya (nature) perempuan harus dididik untuk menjadi istri dan ibu.
5. Kurikulum yang tersedia bersifat kontekstual, yang dibahas sesuai dengan
tingkatan tahap perkembangan usia.
Sementara itu, Rousseau juga membagi masa perkembangan anak menjadi
empat tahapan, yaitu:
1. Tahap Pertama: Infancy atau Masa Asuhan (0-2 tahun).
2. Tahap kedua: The Age of Nature (2-12 tahun).
3. Tahap ketiga: Pre-adolescence atau Pra-remaja (12-15 tahun).
4. Tahap keempat: Puberty atau Pubertas (15-20 tahun).
DAFTAR PUSTAKA

Kesuma, Dharma. 2003. Filsafat Pendidikan Naturalisme Rousseau. Diunduh pada 30


Oktober 2016 pukul 13.00 WIB dari https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0ahUKEwiS7IHlj4bQA
hXKKo8KHQLpB2sQFgg2MAM&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu
%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._PEDAGOGIK%2F195509271985031-
DHARMA_KESUMA
%2Frousseau.pdf&usg=AFQjCNEABPkBUVGGGGGKRzl24AvZOp7MH
w&sig2=fiAzeYh3w8tXyREeX8XGVw&cad=rja
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga (versi
elektronik). Diunduh pada 30 Oktober 2016 pukul 19.00 WIB dari
https://books.google.co.id/books?id=Z3LWS-
xbTv4C&pg=PA9&lpg=PA9&dq=tahap+masa+perkembangan+anak+oleh+
rousseau&source=bl&ots=4OHwA3XfNS&sig=jXMIP_6u7kLYql1pOl_fgD
xBLKs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjdpfDr5IbQAhWJL48KHRUqD8sQ
6AEITjAI#v=onepage&q=tahap%20masa%20perkembangan%20anak
%20oleh%20rousseau&f=false
Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
(versi elektronik). Diunduh pada 30 Oktober 2016 pukul 13.30 WIB dari
https://books.google.co.id/books?
id=UkA3_brGfu4C&pg=PA238&lpg=PA238&dq=riwayat+hidup+j+j+rous
seau&source=bl&ots=txZUaohOna&sig=vh_guiM6dIRJ1HGSmuOWe9-
k4L4&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiux8_P_IXQAhVKQ48KHYUpAlY4
ChDoAQhFMAU#v=onepage&q=riwayat%20hidup%20j%20j
%20rousseau&f=false

Anda mungkin juga menyukai