Oleh:
Rahmat Fajar Prakoso NIM S031608011
A. Latar Belakang
Filsafat memiliki arti cinta akan kebenaran (Shadily, 1984). Filsafat juga
dapat diartikan berpikir secara sadar serta bertanggung jawab dalam rangka mencari
kebenaran yang hakiki. Cara berpikir seperti ini sering disebut juga sebagai cara
berpikir radikal, artinya cara berpikir dengan mencari pokok permasalahannya
sampai ke akar-akarnya. Dalam penggunaannya, filsafat bisa diartikan sebagai ilmu
dan ada juga yang menggunakan filsafat sebagai cara berpikir. Menurut pernyataan di
atas, filsafat kedudukannya ada dua yaitu sebagai ilmu yang harus dipelajari serta
sebagai terapan ilmu untuk mempelajari ilmu lain. Setiap waktu manusia selalu
berpikir, pemikiran-pemikiran manusia tersebut secara lahiriyah selalu mengarah
kepada kebenaran. Cara mendapatkan pemikiran itulah yang merupakan hakikat dari
filsafat.
Aspek-aspek dalam kehidupan manusia teramat sangat banyak, dengan
demikian mengakibatkan obyek pengkajian filsafat juga banyak. Dalam setiap aspek
kehidupan, seorang manusia selalu ingin mencari kebenaran atas problematika yang
muncul. Di situlah fungsi filsafat muncul sebagai ilmu terapan yang digunakan untuk
mencari kebenaran-kebenaran dalam berbagai aspek kehidupan.
Salah satu aspek yang dibahas adalah dalam bidang pendidikan. Bidang
pendidikan menjadi sangat penting, karena melalui pendidikanlah awal dari suatu
generasi di bangun. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi didik
yang ada pada diri peserta didik. Definisi tersebut memiliki konsekuensi, dalam
pengembangan potensi diri peserta didik perlu adanya cara-cara penyampaian
pembelajaran yang baik dan benar. Faktanya, mungkin masih banyak kekurangan
dalam penyampaian pembelajaran pada peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya
pemikiran-pemikiran yang bertujuan memberikan pedoman mendidik peserta didik.
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan bisa muncul dari para filosof yang
melihat dari fakta-fakta yang ada terlebih dahulu. Dengan melihat fakta-fakta yang
ada mengenai pendidikan, para filosof menggunakan cara berpikir filsafat untuk
mendapatkan pemikiran-pemikiran yang menjadi teori dalam bidang pendidikan.
Teori yang sudah ditemukan lalu bisa digunakan sebagai pegangan dalam
membelajarkan pelajaran kepada peserta didik. Salah satu tokoh atau filosof yang
memiliki pemikiran tentang pendidikan yaitu Jean Jacques Rousseau, seorang filosof
kelahiran Swiss yang beraliran naturalistik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini memiliki rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana riwayat hidup seorang Jean Jacques Rousseau?
2. Apa sajakah pemikiran Jean Jacques Rousseau tentang pendidikan?
3. Bagaimanakah teori Jean Jacques Rousseau tentang masa perkembangan
anak?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami riwayat hidup seorang Jean Jacques Rousseau.
2. Memahami pemikiran Jean Jacques Rousseau tentang pendidikan.
3. Memahami teori Jean Jacques Rousseau tentang masa perkembangan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
SIMPULAN
Jean Jacques Rousseau merupakan filosof yang lahir di Geneva, Swiss pada
28 Juni tahun 1712 dan meninggal pada 2 Juli 1778. Masa kecil Rousseau sangatlah
keras dan menyedihkan. Ibunya meninggal seminggu setelah melahirkannya, Rousseau
diasuh oleh ayahnya yang bekerja sebagai tukang jam dan juga pedagang buku. Sejak
kecil Rosseau sering membaca buku yang bukan seharusnya dia baca. Buku tersebut
diperoleh dari ayahnya yang juga pedagang buku. Hal tersebut mempengaruhi psikis
Rosseau di masa remaja hingga dewasanya. Pada usia sekitar 10 tahun, Rousseau baru
mendapatkan pendidikan sekolah. Bersama sepupunya, dia bersekolah dan mulai
menjauh dengan ayahnya. Di masa remaja, Rousseau memiliki sikap yang keras dan
susah bergaul dengan lingkungan. Rousseau lalu bekerja di bidang administrasi, namun
dia dipecat karena dia tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan.
Titik balik dari Rousseau adalah saat usia 37 tahun, sesaat setelah dia pindah
ke Paris. Rousseau mulai menunjukkan intelektualnya dengan menulis buku-buku yang
membahas kritik pada keadaan. Tahun-tahun selanjutnya dari kehidupannya
dipersembahkannya untuk menulis. Dalam merespon terhadap penghargaan yang kedua
yang ditawarkan oleh Akademi, ia menulis “What is the Cause of Inequality among
Men?”. Pada tahun 1761, ia membahas perkawinan dan kehidupan keluarga dalam
sebuah roman yang dinamai The New Heloise. Tahun berikutnya, muncullah dua karya
yang sangat penting yang ia klaim sebagai genius: The Social Contract, hasil refleksi
bertahun-tahun dan studi atas prinsip-prinsip pemerintahan; dan The Emile, dalam buku
ini ia membahas pendidikan. Meskipun ketersohorannya dan pengabdiannya pada
kemanusiaan yang tidak tersaingi, tahun-tahun terakhir kehidupannya tidak lebih
bahagia ketimbang tahun-tahun pertama kehidupannya. Ia mati dalam pengasingan,
dalam kemiskinan, dan dalam kesunyian, pada usia 66 tahun.
Sumbangsih pemikiran J.J. Rousseau tertuang dalam buku The Emile yang
ditulis sekitar tahun 1762. Di dalam buku The Emile, Rousseau menyebutkan ada
lima asas yang dibuat untuk pendidikan yang baik sesuai tujuan. Lima asas tersebut
sebagai berikut.
1. Perlunya pendidikan, karena status manusia tidak diperoleh pada saat manusia
lahir, namun merupakan hasil terjadinya pendidikan yang bersumber pada
alam, manusia dan benda.
2. Tujuan umum pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan semua bakat
pada peserta didik agar ia mempunyai kemampuan yang lengkap sehingga
dapat secara bebas dan merdeka, tanpa tergantung pada orang lain dan tatanan
sosial yang khusus dalam masyarakat di mana ia tinggal.
3. Guru utama dalam pendidikan adalah alam sendiri. Dalam pelaksanaan atau
operasionalnya ada guru atau orang yang membimbing dan mendampingi
peserta didik.
4. Peserta didik adalah anak laki-laki dan perempuan, tetapi ruang lingkup kajian
studi anak laki-laki lebih luas daripada anak perempuan. Sesuai dengan kodrat
alamiahnya (nature) perempuan harus dididik untuk menjadi istri dan ibu.
5. Kurikulum yang tersedia bersifat kontekstual, yang dibahas sesuai dengan
tingkatan tahap perkembangan usia.
Sementara itu, Rousseau juga membagi masa perkembangan anak menjadi
empat tahapan, yaitu:
1. Tahap Pertama: Infancy atau Masa Asuhan (0-2 tahun).
2. Tahap kedua: The Age of Nature (2-12 tahun).
3. Tahap ketiga: Pre-adolescence atau Pra-remaja (12-15 tahun).
4. Tahap keempat: Puberty atau Pubertas (15-20 tahun).
DAFTAR PUSTAKA