Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

“POKOK-POKOK ANTROPOLOGI BUDAYA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3:
1. Hafiz Utomo PM (3203122047)
2. Novilia Solin (3203322019)
3. Merliana Perolihen Boangmanalu (3203322017)
4. Dahlia Ratnasari Butarbutar (3203122056)
5. Ledya Kristina Situmorang (3203122036)
6. Oktavia Millenia Manurung (3203122037)
7. Chally Chaiya (3203322002)
8. Jaka Sejati (3203122053)
9. Nabila Safira (3203122035)

DOSEN PENGAMPU:
Ayu Febryani, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunianya kita
selalu diberikan kesehatan dan kesempatan terutama kepada penulis untuk menyelesaikan
tugas Critical Book Review mata kuliah Antropologi sosial budaya. Ucapan terima kasih
kepada para pendukung penulis di dalam menyelesaikan tugasnya, terkhususnya kepada ibu
Dosen Dr. Nurjannah. M.Pd & Ayu Febriyani. S.Pd, M. Si. selaku dosen mata kuliah yang
banyak memberi bimbingan. Beserta kedua Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan
kepada penulis, dan teman-teman yang telah membantu hingga tugas Critical Book Review
ini terselesaikan.

Penulis berharap semoga Critical Book Review ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya.Penulis menyadari bahwa
Critical Book Review ini masih belum sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan.

Yang sedang kita review ini adalah kumpulan dari karangan-karangan yang diterjemahkan
oleh bahasa asing,yang memuat yang memuat hal-hal yang termasuk dalam pokok yang
dipelajari dalam suatu cabang ilmu pengetahuan atau disiplin yang dikenal sebagai
antropologi budaya,atau sering disingkat dengan antropologi.

Pada umumnya,maksud kuliah-kuliah antropologi itu adalah supaya para mahasiswa atau
peminat lainya berkenalan dengan pokok yang disoroti oleh ilmu ini,supaya dengan demikian
para mahasiswa memperoleh pemahaman mengenai kebudayaan manusia,mengeanl berbagai
kebudayaan manusia,dan juga untuk memperoleh pengertian mengenai latar belakang budaya
dari prilaku manusia.

Antropologi budaya mencoba memberi jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan yang


berhubungan dengan manusia sebagai mahkluk sosial,atau sebagai mahkluk yang hidup
dalam berkelompok atau bermasyarakat.manusia dilahirkan dalam suatu kelompok dan tanpa
warga kelompok itu,membesarkanya dia tidak dapat melangsungkan hidupnya.

Kebiasaan-kebiasaan yang kita miliki karena hasil proses belajar .dalam masyarakat yang
tidak perlu banyak warganya,misalnya suatu suku yang hidup terisolasi disuatu lembah di
irian jaya,akan menonjol sekali kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki bersama oleh waga
masyarakat.berlainan halnya bila ditinjau Indonesia sebagai suatu masyaraky nasional.
Masyarakat-masyarakat manusia yang masih hidup,artinya masih ada,dicoba direkam
keadaanya atau dibuat suatu deskripsi atau gambaran mengenai semua seg-segi kehidupan
atau dibuat suatu deskripsi atau gambaran mengenai semua segi-segi keidupanya seperti:
mengenai sistem-sistem pencarian makanan,sistem-sistem kerjasama,aturan-aturan yang
berlaku mengenai sistem keluarga.

Medan,07 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU YANG AKAN DI REVIEW

BAB III. PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT

A.Latar belakang masalah yang dikaji

B.Permasalahan yang akan dikaji

C.kajian teori yang digunakan/konsep yang digunakan

D.Metode yang digunakan

E.analisis critical book report

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

A.Informasi bibliografi

Judul : Pokok-pokok ANTROPOLOGI BUDAYA

Penulis : T.O IROHMI

ISBN : 978-979-461-930-8

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tahun terbit : Maret 2016

Urutan cetakan : Cetakan ke-14

Dimensi buku : 14 x 21cm

Tebal buku : 320

Link buku : iPusnas


BAB II PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU YANG AKAN DI REVIEW

Pada BAB I dalam buku ini kita akan disuguhkan suatu uraian yang secara umum akan
memperkenalkan apa itu antropologi. Seorang ahli antropologi bangsa Amerika pernah
mengatakan, bahwa pokok-pokok yang tercakup oleh antropologi “di batasi hanya manusia”.
Maksud dari kata di atqs dapat disimpulkan bahwa jenis makhluk homo sapiens memang
merupakan suatu pokok yang sangat luas, karena meliputi manusia sebagai makhluk fisik
manusia dalam masa prasejarahnya dan manusia dalam sistem kebudayaannya yaitu sebagai
suatu sistem yang kompleks, yang mempunyai adat, sikap-sikap dan pelaku. Secara harafiah
dalam bahasa Yunani kata antropos berarti “manusia” dan logos berarti “studi” jadi
antropologi merupakan suatu disiplin yang berdasarkan rasa ingin tau yang tiada henti-
hentinya tentang umat manusia.

Adapun definisi tentang antropologi berdasarkan perhatiannya terhadap manusia, harus


diakui memang kurang eksplisit, karena menurut defenisi ini antropologi seolah-olah
mencakup suatu daftar penuh dengan disiplin-disiplin lain seperti sosiologi,psikologi,ilmu
polotik ekonomi,,sejarah,biologi manusia dan mungkin juga pilsafat dan sastra. Dalam ruang
lingkup antropologi ini orang menganggap para ahli antropologi sebagai penjelajah pelosok –
pelososk dunia yang belum dikenal untuk mempelajari bangsa-bangsa yang asing sebagai
orang yang menggali permukaan bumi untuk menemukan sisa sisa fosil atau atau alat-alat
lainya yang di gunakan oleh manusia yang hidup pada suatu masa yang demikian jauh
jaraknya dari masa kini sehingga mengaburkan khayalan manusia.

Adapun segi yang menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan secara menyeluruh yang
dilakukan terhadap manusia, seorang ahli antropologi tidak hanya tidak hanya mempelajari
bermacam jenis manusia, mereka juga mempelajari semua aspek daripada pengalaman-
pengalaman manusia. Waktu lalu pendekatan menyeluruh itu diterapkan oleh kebanyakan
ahli-ahli antropologi. Sedangkan di masa sekarang, seperti juga banyak hal lain ada
kecenderungan kea rah spesialisasi penelitian sebagai suatu tanda daripada meningkatnya
ilmu pengetahuan.

Adapun bagian-bagian atau cabang-cabang dari antropologi dapat digolongkan secara luas
dalam dua bagian yakni antropologi fisik dan antropologi budaya. Untuk antropologi fisik
mempelajari manusia sebagai makhluk fisik yang berkembang dan hendak ditentukannya
bagaimana dan apa sebabnya, bangsa-bangsa berbeda menurut keadaan fisiknya. Sedangkan
antropologi budaya umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang telah
merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Berhubungan dengan itu maka
kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti bahasa,ilmu pengetahuan,hukum-hukum,kepercayaan
dan sebagainya.

Adapun cabang kedua dari antropologi budaya adalah antropologi linguistik yaitu ilmu yang
mempelajari bahasa-bahasa. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu tentang bahasa agak lebih tua
daripada antropologi. Etnologi mempelajari pola-pola kelakuan seperti adat-istiadat
perkawinan, struktur kekerabatan sistem politik dan ekonomi dan bagaimana perbedaan di
antara pola-pola itu dalam berbagai masyarakat pada masa kini.

Pada BAB II ini kita akan membahas sedikit tentang konsep kebudayaan, kebudayaan adalah
seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun tidak hanya mengenai sebagian dari
cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakatnya dianggap lebih tinggi atau lebih
diinginkan. Dalam arti cara hidup masyarakat itu kalau kebudayaan diterapkan pada cara
hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dalam main piano atau membaca karya
sastrawan terkenal. Kebudayaan itu hasil dari proses belajar, semua manusia dilahirkan
dengan tingkah laku yang digerakkan oleh insting dan naluri yang walaupun tidak termasuk
bagian dari kebudayaan namun mempengaruhi kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan-
kebutuhan itu dipenuhi apa yang kita makan dan bagaimana dengan cara kita makan adalah
bagian dari kebudayaan kita.

Suatu kenyataan yang tidak luput dari perhatian setiap orang adalah pengalamannya bahwa
dalam masyarakat manusia yang bagaimanapun bentuknya ,selalu terdapat bahasa yang
cukup rumit susunannya. Hal itu mengandung implikasi yang hebat dalam pewaris
kebudayaan. Jika kita tidak mempunyai bahasa yang simbolis maka kudepanya kita akan sulit
untuk berinteraksi. Tanpa bahasa kita tidak dapat menjadi pewaris dari suatu kebudayaan
yang demikian kaya dan demikian aneka ragamnya.

Semacam adat kebiasaan jika kita mengatakan, bahwa suatu masyarakat tertentu mencapai
batas dan yang lalin muncul karena masyarakat-masyarakatnya tidak selalu jelas
batasnya,dilihat dari sudut bahasa. Walaupun diantara reaksi perorangan pada pengsang
tertentu menurut teori tidak terbatas jumlahnya ,sebenarnya ada kecenderungan bahwa reaksi
itu adalah berada dalam batas-batas yang mudah diketahui. Jelaslah bahwa seorang ahli
antropologi yang di hadapkan dengan sejumlah perorangan yang semua berlaku berlainan,
akan berusaha mengungkapkan pola-pola kelakuan yang umum dalam masyarakat yang
dipelajari.

Dalam konsep kebudayaan ada generalisasi pola-pola kebudayaan yaitu menyimpulkan sifat-
sifat umum mengenai pola-pola kebudayaan. Kalau kita mempelajari kebiasaan-kebiasaan
yang terungkap secara jelas atau gamblang dalam suatu masyarakat. Pola rata-rata itu
ditetapkan dengan mengukur variabilitas dari pola kelakuan yang tertentu. Kalau seorang ahli
antropologi mau menggambarkan suatu cara yang berlaku yang banyak variasinya, dia
pertama membuat catatan mengenai cara berlaku dari setiap subjeknya.

Kita pasti mengetahui dalam tiap-tiap masyarakat dikembangkan serentetan pola-pola budaya
ideal dan pola-pola itu cenderung diperkuat dengan adannya pembatasan-pembatasan
kebudayaan. Pola-pola yang ideal itu memuat seperti hal-hal yang oleh sebagian besar dari
suatu masyarakat, diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukannya dalam keadaan-keadaan
tertentu. Pola ideal seperti itu sering di sebut norma-norma. Kebudayaan tidaklah bersifat
statis ia selalu berubah.

BAB III sejarah latar belakang penelitian etnologi, naskah-naskah laporan etnografi yang
cukup baik adalah lebih tua daripada karya-karya lain yang bisa disamakan dengannya dalam
bidang arkeologi atau bidang antropologi fisik.lagipula laporan etnografi itu berdasarkan dari
berbagai sumber. Perkembangan yang tidak berkaitan dari pelukisan etnografi di berbagai
bagian dunia dapat dimengerti adalah bahwa orang musafir yang bertemu dengan orang-
orang asing yang mempunyai ciri yang berlainan. Mencatat pengalamannya untuk di
manfaatkan oleh orang-orang di negerinya.

Tulisan-tulisan yang dikutip berasal dari jaman beberapa abad sebelum Masehi sampai ada
kesembilan belas, dan tokoh-tokoh yang antara lain di sebut Herodotus (yunani) yang telah
menulis tentang mesir kuno,tacitus (orag romawi) yang telah menulis tentang kaum biadap di
eropa utara.disinggung juga tentang seorang sarjana islam yang menonjol yaitu ibnu khaldun.

Penemuan dari bena baru (amerika)dengan kebudayaan-kebudayaannya yang berbeda-beda


dari suku-suku liar pemburu sampai ke peradab maju di Meksiko dan peru mengguncangkan
superioritas bangsa eropa dan merangsang daya imajinasi kaum sarjana. Pada abad kedelapan
belas keterangan-keterangan tentang kebudayaan-kebudayaan yang buka barat telah dapat
diperoleh di banyak bagian bumi ini. Pengetahuan yang ian meluas mengenai keterangan-
keterangan demikian menyadarkan kaum intelektual padadi abad kedelapan belas.
Pada abad terakhir abad kedelapan belas, keterangan-keterangan tentang kebudayaan-
kebudayaan yang bukan barat telah dapat di peroleh di banyak bagian didunia ini.beberapa
penulis bangsa Eropa berusaha menyusun secara sistematis dan secara lintas budaya
keterangan kebudayaan mengenai pokok tertentu umpamanya, seorang pengarang yang tidak
menyebutkan namanya pada tahun 1782.pengetahuan yang kian meluas mengenai
keterangan-keterangan demikian menyadarkan kaum intelektual diabad kelapan belas
pengaruh kebudayaan terhadap kelakuan manusia.

Pada abad kesembilan belas di inggris dan Perancis terdapat suatu aliran pemikiran
konservatif. Pada bab kedua dari bab ini terdapat uraian mengenai tokoh-tokoh yang
dianggap sebagai ahli-ahli antropologi peletak dasar bagi pengembangan ilmu ini selanjutnya
yaitu Edward B.tylor,lewis H. Morgan. Perbedaan ini memang berguna dalam pemisahan
diantara istilah-istilah kekerabatan yang primitive dari sistem-sistem yang dipergunakan oleh
banyak masyarakat yang merupakan dasar untuk memahami perbedaan diantara fungsi sistem
kekerabatan dalam masyarakat yang bertingkat-tingkat dengan struktur sosial yang terbuka
yang sangat bertentangan dengan yang pertama itu.

BAB IV teori dan metode antropologi budaya, dalam bab terdahulu disajikan uraian
mengenai buah tangan tokoh-tokoh yang belum dapat disebut ahli antropologi yang
laporannya mengandung keterangan mengenai pokok-pokok yang menjadi perhatian
antropologi.

Penelitian lapangan merupakan tulang punggung dari antropologi modern. Melalui kerja
lapanganlah semua keterangan antropologi diperoleh. Jadi seperti halnya kegiatan di dalam
ilmu fisika, penelitian lapangan menyediakan data-data yang diperlukan untuk menguji teori-
teori ataupun menjelaskan teori-teori. Tehknik-tehknik yang digunakan dalam seorang
antropolog adalah mendalami semua bahan-bahan dan keterangan yang ada tentang
kebudayaan yang hendak di pelajarinya dan mempelajari masalah –masalah dari masyarakat
yang bersangkutan .

Wawancara adalah satu-satunya teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh keterangan
tentang kejadian yang oleh ahli antropologi tak dapat diamati sendiri secara langsung, baik
karena itu terjadinya di masa lampau ataupun karena tidak diperbolehkan untuk hadir di
tempat kejadian itu.

Dalam bab ini di uraikan bagaimana para ahli antropologi sadar bahwa pokok-pokok
perhatianya harus di pelajari menurut cara-cara yang diakui bersifat ilmiah, yaitu dengan cara
yang sistematis dan melalui pengamatan yang tidak berat sebelah. Sehubungan dengan itu
maka telah berkembang dalam ilmu ini sejumlah tehnik penelitian lapangan. Kepustakaan
antropologi telah merekam dan melukiskan mengenai hampir 2000 macam kebudayaan yang
berbeda.adanya informasi yang luar biasa kayanya ini, menimbulkan pertanyaan penting.

Adapun beberapa aliran seperti aliran evolusi predeterminasi, teori kekhususan sejarah, teori
aliran difusi, teori aliran fungsionalisme struktural, teori evolusi yang kemudian, teori aliran
strukturalisme prancis, teori ethnosciece,teori ekologi kebudayaan. Dalam studi-studi yang
dilakukan secara lintas budaya yang bersifat historis (tentang mana kita mempunyai beberapa
contoh)dihadapi keterbatasan sebaliknya, yaitu dalam studi jenis ini tersedia berbagai cara
untuk menguji hipotesis melalui perbandingan, namun karena terpaksa mengandalkan diri
pada keterangan dan data sekunder, maka kemungkinan untuk menghasilkan hipotesis dari
data yang tersedia sangatlah kuat.

Sebelum mengadakan penelitian lapangan, seorang ahli antropologi tentu sudah mempunyai
gambaran mengenai hal-hal apa yang hendak dipelajarinya. Pandangnya mengenai pokok
yang akan ditelitinya, tidak pernah bersifat netral, tapi selalu dipengaruhi oleh orientasi teori
yang dianutnya. Demikian juga dalam pembuatan penjelasan-penjelasan mengenai gejala-
gejala budaya yang ditekuninya ia pun dipengaruhi oleh orientasi teori. Telah banyak sekali
teori-teori yang dihasilkan oleh berbagai antropologi dan para pemikir pada umumnya, yang
mendalihkan penjelasan-penjelasan tertentu mengenai gejala-gejala budaya.

Dalam bab ini juga dibahas aliran-aliran teori yang utama yang terdapat dalam antropologi,
dan di beri contoh-contoh bagaimana suatu orientasi teori tertentu,mewarnai penelitian
seorang sarjana dan interpretasi mengenai data yang diperolehnya.

BAB V ORGANISASI SOSIAL : STRUKTUR MASYARAKAT

Bab ini mengandung uraian yang sangat terperinci mengenai salah satu segi dari kebudayaan
manusia yaitu segi yang berhubungan dengan penggolongan warga suatu masyarakat dalam
berbagai-bagai pengelompokan yang bersifat agak lama. Manusia sejak di lahirkan telah
langsung tercakup dalam satu jenis kelompok yang ada dimana-mana atau yang universal
sifatnya yaitu keluarga. Dia termasuk dalam kelompok itu berdasarkan hubungan biologis.
Keluarga-keluarga mendiami daerah tertentu dan bersama dengan keluarga yang mempunyai
tempat tinggal berdekatan itu, satuan-satuan tersebut tercakup dalam desa.

Demikianlah pengelompokan manusia itu terjadi menurut aturan-aturan dalam yang telah
membudaya. Dalam bab ini keluarga sebagai satuan kekerabatan dan bentuk-bentuk
perluasannya seperti klen, berhubung di gunakan acara menarik garis keturunan yang
unilineall-uniteral atau yang hanya memperhitungkan seorang orangtua,ayah atau ibu sebagai
penghungung garis keturunan, memperoleh bahasan yang agak panjang dengan ilustrasi-
ilustrasi dari berbagai tempat dibumi ini. Di samping pengelompokan manusia berdasarkan
hubungan kekerabatan, manusia juga berhimpun berdasarkan faktor bukan kekerabtan seperti
jenis kelamin,umur atau kepentingan bersama. Himpunan berdasarkan faktor tersebut akan
dibahas.

Dalam arti yang lebih umum lagi, struktur sosial seyogianya juga harus mencakup ikatan-
ikatan yang bersifat politik yang berdasarkan wilayah dan kedudukan. Sebenarnya fungsii
edukatif dari berbagai pranta sosial, khususnya keluarga, juga sangat penting, tetapi karena
hal-hal itu menampilkan masalah-masalah tertentu. Maka diperlukan pembahasan tersendiri
secara terpisah.

BAB VI Penelitian lintas budaya mengenai kebudayaan, bab vi berjudul pendekatan-


pendekatan dari sudut ilmu jiwa telah diberi uraian singkat mengenai suatu aliran pemikiran
dalam antropologi yang menghubungkan variasi-variasi dalam pola budaya dengan masa
pengasuhan anak dan jenis kepribadian. Para penganut paham ini antara lain mengerahkan
bahwa dalam suatu masyarakat yang memiliki suatu kebudayaan bersama, terdapat jenis
kepribadian yang umum bagi masyarakat itu. Jenis kepribadian itu yang boleh sebagian di
namakan basic personality structure (struktur kepribadian dasar),modal personality
(kepribadian rata-rata ,oleh aliran ini dianggap sangat erat hubungannya dengan proses
pengasuhan yang telah dialami semasa kecil. Jadi menurut aliran ini ciri-ciri kepribadian
yang berbeda di antara bangsa-bangsa, erat berkaitan dengan cara-cara pengasuhan yang
berbeda.

Karena itulah aliran ini memusatkan perhatinya kepada penelitian serta pengamatan semasa
anak-anak,proses pengasuhan serta menghubungkannya dengan sifat-sifat utama yang
terdapat pada bagian terbesar dari orang dewasa dalam masyarakat yang bersangkutan. Hasil-
hasil penelitian dari berbagai sarjana yang memperbandingkanya sikap-sikap daripada
orangtua terhadap anak dalam berbagai kebudayaan, dan di hubungkan dengan sifat-sifat
yang utama yang dimiliki oleh orang dewasa dikutip dalam bab ini.

BAB VII Antropologi terapan, dalam antropologi budaya sebagai ilmu murni yang hendak
dikejar adalah bagaimana dapat memahami gejala-gejala budaya, bagaimana menemukan
penjelasan mengenai variasi-variasi yang ada dalam pola budaya manusia di berbagai pelosok
dunia. Untuk itu telah berkembang sebuah teori dan dalam penelitian lapangan berbagai teori
diuji. Kemudian sebagian dari para ahli antropologi juga yakin bahwa akhir-akhirnya dapat
juga dirumuskan beberapa keteraturan, yang menyerupai hukum-hukum yang menguasai
kebudayaan.

Di samping menjadi ilmu murni, hasil-hasil dari ilmu ini juga hendak diterapkan, yaitu untuk
digunakan dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia. Pada waktu
imperialisme sedang jayanya antropologi budaya telah digunakan oleh para pemerintahan
jajahan yaitu untuk mempertinggi kentungan yang dapat dikeruknya dari negeri jajahannya.
Sehubungan dengan itu maka ada prasangka buruk terhadap masalah penerapan antropologi
budaya. Namun akhir-akhir ini ke sungguh-sungguhan untuk mencoba memanfaatkan
pengetahuan ahli antropologi untuk memperlancar jadinya program-program yang di
rencanakan untuk mencapai perubahan kebudayaan semakin besar.

Perubahan kebudayaan dapat terjadi secara tidak sengaja seperti dalam hal suatu kelompok
orang tertimpa bencana alam, misalnya meletusnya gunung berapi atau banjir ,sehingga
merekak terpakasa pindah dan dengan demikian mengubah banyak dari kebiasaan hidup
mereka.sebagai suatu ilmu akademis antropologi budaya terutama mementingkan pencatatan
dan analisis kebudayaan bangsa-bangsa lain.

BAB VIII siklus hidup, dalam karangan ini yang digambarkan adalah siklus hidup atau
lingkaran hidup warga padju epat, mulai dari saat kelahirannya sampai ke kematiannya.
Melalui metode pelukisan siklus hidup ini seperti yang dapat kita baca dalam karangan ini
terungkapkan juga peranan-peranan seorang individu dalam suatu kebudayaan, upacara-
upacara yang khas dalam kebudayaan itu, jadi sebenarnya juga menggambarkan organisasi
sosial.

Sebagai satuan kekerabatan lewu mengatur penggunaan hak-hak atas tanah dari keluarga
dangau yang berada dalam lingkunganya. Kewajiban –kewajiban warga lewu yang penting
adalah kewajiban upacara kebudayaan asli,seperti upacara sesudah panen dan pemberian
sesajen atau penghormatan kepada roh leluhur yang dipercayai kembali dari dunia baka ke
dunia orang hidup itu menjadi penjaga keturunan yaroh itu dinamakan nanyu (lihat karangan
siklus hidup).

Satuan kekerabatan yang mempunyai fungsi lain adalah tambak. Tambak adalah tempat
penyimpanan abu tulang –belulang orang meninggal sesudah upacara perabuan. Pembuat
suatu tambak, dan menjadi para warganya adalah mereka yang abunya akan disimpan
kedalam tambak yang sama dan itu meliputi pembuat tambak, dan keturunannya menurut
anak laki-laki maupun perempuan, yang sesudah perkawinan tetap berdiam dilingkungan
kerabat asalnya serta suami istri mereka. Satuan kekerabatan yang berpusat disebut karangan
terlampir oleh bumuh. Para warga bumuh mempunyai hak untuk menggunakan barang-
barang itu menurut urutan-urutan keutamaan dan pengaturannya dikuasai oleh seorang
penjaga bumuh.

BAB IX kerabat dan bukan kerabat, dalam bab ini pengarang membahas hasil-hasil
penelitianya. Yang telah dilakukannya di Tapanuli dan Sumatra utara dalam liubungan
dengan proses penyesuaian yang dialami oleh orang batak toba ketika bermigrasi dari
daerahnya asalnya ke kota besar. Dalam situasi yang baru di kota Medan. Orang batak toba
harus menempatkan dirinya dalam suatu tatanan baru. Di desanya ia hanya berhubungan
dengan orang asal suku dia ,kecuali beberapa stereotip mengenai golongan etnis lainnya
seperti stereoti mengenai orang Jawa, orang Minangkabau dan lain-lain.

Menurut pengarang penggolongan semua orang dalam situasi kota yang multietnis menjadi
orang kita dan bukan orang kita, bukanlah gejala yang hanya terbatas pada orang batak saja.
Dia mendalilkan bahwa golongan-golongan etnis lainya juga mempunyai sistem kategorisasi
yang sama pada waktu mereka mula-mula pindah ke kota.

Dari perspektif semacam urbanisasi dapat dilihat sebagai suatu proses bagaimana para migran
mengatasi masalah-masalah kebinekaan kehidupan kota. Kertas kerja ini akan mencoba
mempergunakan perspektif ini untuk memberikan interpretasi kepada data hasil studi
lapangan yang dikumpulkan. Dalam kertas kerja ini kami berikan sorotan utama pada cara
orang batak melihat dan cara dia memberi arti kepada lingkungan kehidupan kota yang baru
diaman mereka berada dan bagaimana proses dijalaninya dalam memperluas batas-batas
kemanusiaannya semula.

BAB X lukisan anak-anak di Bali, dalam bab ini pengarang menguraikan hasil
pengamatannya mengenai proses perkembangan melukis menurut gaya tradisional dari 20
orang laki-laki bali yang berumur antara 3 sampai 10 tahun. Anak-anak itu sengaja dia,
kumpulkan diberi alat-alat melukis dan disuruh melukis pada saat mereka ingin
melakukannya. Anak-anak itu penghuni desa saja kabupaten gianyar. Kejadian ini sudah
berlangsung lebih dari 40 tahun lalu, namun karena karangan ini secara demikian jelasnya
menyuguhkan deskripsi bagaimana pengaruh kebudayaan terhadap proses ‘penempaan’
seorang seniman, maka saya merasa bahwa besar manfaatnya untuk membaca karangan ini.
Kesenian bali memiliki corak dan wataknya sendiri. Seniman-senimannya banyak dan
karyanya banyak. Sifat mereka sangat menonjol karena kesabarannya dan efisien dalam
keahliannya dan sangat setia kepada tradisi kesenian di tempatnya. Berbeda dengan seniman
seniman barat mereka kelihatannya mencoba menghasilkan karya yang sejauh mungkin
dengan pola-pola yang juga di pergunakan sesama seniman.

Selagi si anak semakin maju, perhatianya dan penguasaan tekniknya semakin meningkat
,cakupan dan lukisannya cenderung menjadi semakin menyempit. Komposisi yang dulunya
berlebihan menjadi kurang dinamis ,ruang antara garis-garis batas semakin memperhatikan
hal-hal yang mendetail. Catatan seperti tadi yang membuat satu sama lain kelihatannya
membuat bahwa meskipun seorang Bali, anak-anak atau dewasa, tidak akan pernah kehabisan
bahan, tapi seluruh mekanisme haruslah dibakar dari dalam oleh cita rasa yang berkobar dari
seorang seniman.

BAB XI anak-anak dalam keluarga, pada bab berikut ini merupakan cuplikan dari suatu buku
berjudul the rope god (tali Allah)yaitu karya seorang ahli antropologi tentang Aceh. Dalam
bab ini terdapat uraian mengenai cara seorang anak di besarkan didesa yang diteliti
pengarang, dan gagasan-gagasan yang berbeda mengenai bagaimana membesarkan anak laki
dan anak perempuan. Jadi bab ini mengandung suatu contoh mengenai proses sosialisasi atau
proses yang dilalui, yang menjadikan seseorang berlaku sebagai warga masyarakat lainnya.
Melalui proses itu anak laki-laki belajar bagaimana berperilaku sebagai pria dewasa dan anak
wanita belajar berperilaku sebagai wanita dewasa.
BAB III PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT

A. Latar belakang masalah yang di kaji

Buku ini berisi tentang pokok-pokok antropologi budaya yang memberi gambaran secara
umum tentang antropologi dan antropologi budaya buku ini juga terdapat gambaran
mengenai kebudayaan manusia, mengenak berbagai kebudayaan manusia dan juga pengertian
mengenai latar belakang budaya dari perilaku manusia

B. Permasalahan yang dikaji

1.pengertian antropologi

2.konsep kebudayaan

3.sejarah latar belakang penelitian etnologi

4.teori dan metode antropologi budaya

5.struktur masyarakat

6.penelitian lintas budaya mengenai kepribadian

7.pengertian antropologi terapan

8.siklus hidup

9.membahas tentang kekerabatan

10.membahas lukisan anak-anak

11.membahas anak-anak dalam keluarga


C. Metode penelitian

yang digunakan adalah mengutip dari beberapa buku, pengumpulan data serta analisis data
yang di perlukan ,yaitu penelitian dilakukan karena adanya suatu keinginan penulis untuk
mengetahui tentang pokok- pokok antropologi budaya.

D. Analisis critical book report

Dari yang sudah kita analisis buku terdapat beberapa kelebihan yaitu bahasa yang digunakan
dalam buku ini sangat mudah untuk dipahami, buku ini dapat di baca oleh semua kalangan,
buku menyampaikan detail bahasan secara jelas. Adapun kekurangan dari buku ini yaitu
cover buku terlihat kurang menarik, penggambaran contoh gambar kurang lengkap dan buku
ini kualitas pencetakan buku kurang baik.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa critical book report
merupakan tugas untuk mengkritik buku untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
buku. Baik dalam sistem sistematika penulisan, penggunaan bahasa, isi materi dan tampilan
buku. Hal tersebut dilakukan agar buku yang di kritik dapat direvisi agar menjadi buku yang
lebih baik lagi. Buku pokok-pokok antropologi budaya ini sudah memiliki sistematika
penggunaan bahasa yang baik dan kedalaman materi yang cocok untuk diajarkan. Meskipun
demikian buku ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

B. Saran

Kesimpulan penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi
pada kenyataanya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki oleh penulis. Hal ini di
karena kan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran inilah
penulis bisa lebih baik lagi untuk membuat suatu buku untuk ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ihromo,T.O pokok-pokok antropologi budaya,(Jakarta yayasan obor Indonesia,2014)

DAFTAR LAMPIRAN REFERENSI

iPusnas

Anda mungkin juga menyukai