Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENELITIAN

PENINGGALAN ARKEOLOGIS DI MUSEUM SITUS


KOTA CINA SEBAGAI REFLEKSI NILAI
PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN
ETNIS DI KOTA MEDAN

BIDANG PENELITIAN
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA (ISH)

OLEH:
Annisa Rizka Harahap
&
Henny Syahrani

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 MEDAN


KEMENTERIAN AGAMA KOTA MEDAN
KANTOR WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA
TELEPON: 061-8472306
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PENINGGALAN ARKEOLOGIS DI MUSEUM SITUS KOTA CINA


SEBAGAI REFLEKSI NILAI PERSATUAN DALAM
KEBERAGAMAN ETNIS DI KOTA MEDAN

LAPORAN PENELITIAN

Diajukan untuk mengikuti lomba


Madrasah Young Researcher Student (Myres)
Super Camp 2019

Diajukan Oleh:

Annisa Rizka Harahap


&
Henny Syahrani

Medan, 29 Mei 2019

Disahkan Oleh:
Kepala MTs N 3 Medan

i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap : 1. Annisa Rizka Harahap
2. Henny Syahrani
NISN : 1. 0059216236
2. 0045396285
Tempat/Tanggal Lahir : 1. Medan/12 September 2005
2. Medan/16 November 2004
Sekolah : 1. MTs N 3 Medan
2. MTs N 3 Medan

Dengan ini menyatakan bahwa karya dengan judul “Peninggalan arkeologis di museum
situs Kota Cina sebagai refleksi nilai persatuan dalam keberagaman etnis di Kota
Medan” belum pernah dipublikasikan dan belum pernah di ikut sertakan dalam perlombaan
di tingkat Regional, Nasional atau Internasional sebelumnya serta tidak mengandung unsur
plagiat di dalamnya.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun. Jika di kemudian hari ditemukan ketidak benaran informasi, maka kami bersedia
di diskualifikasi ataupun dibatalkan dari status juara jika nanti menjadi juara dalam
perlombaan ini.

Medan, 29 Mei 2019


Yang menyatakan,

Annisa Rizka Harahap Henny Syahrani

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam
dan sumber segala pengetahuan atas bimbingan dan penyertaan-Nya, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan karya tulis yang berjudul “Peninggalan arkeologis di museum
situs Kota Cina sebagai refleksi nilai persatuan dalam keberagaman etnis di Kota
Medan”. Penyusunan laporan karya tulis ini untuk mengikuti seleksi Madrasah Young
Researcher Student (Myres) Super Camp 2019.
Kami sangat menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami sangat harapakan untuk kesempurnaan
dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini bisa bermanfaat.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu kami dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, terkhusus kepada:
1. Kepala MTs N 3 Medan Ibu Dra. Hj. N. Cici Mahruliana, M.Si yang banyak memberikan
bantuan dana dan sarana sehingga kami yang tergabung dalam group KIR dapat
mengembangkan potensinya.
2. Guru pembimbing KIR khususnya Ibu Dra. Khalida Agustina, M.Pd, yang selalu
semangat membimbing dan mengarahkan kami dalam melaksanakan penelitian
3. Guru-guru bidang studi lainnya dan teman-teman di MTsN 3 Medan yang namanya tak
bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan
pengorbanan mereka kepada kami dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua. Aamiin ya Rabbal Alamin.

Medan, 29 Mei 2019


Tim Penulis

Annisa Rizka Harahap


&
Henny Syahrani

iii
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul
Lembar pengesahan i
Surat Pernyataan Orisinalitas Karya ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Abstrak 1
A. Pendahuluan 2
B. Kajian Pustaka 6
C. Metode Penelitian 14
D. Daftar Pustaka 18

iv
PENINGGALAN ARKEOLOGIS DI MUSEUM SITUS KOTA CINA SEBAGAI
REFLEKSI NILAI PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN
ETNIS DI KOTA MEDAN

1.Annisa Rizka Harahap


2. Henny Syahrani
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Medan

ABSTRAK

Belum banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan suatu situs di Kota Medan
yang terletak di kelurahan Paya Pasir kecamatan Medan Marelan sebagai tempat
ditemukannya peninggalan barang-barang bersejarah. Diyakini benda-benda tersebut berasal
dari abad ke-11 sampai dengan 14, yang menunjukkan bahwa kota tersebut pernah menjadi
kota pelabuhan terbesar pada masanya yang didatangi berbagai bangsa terutama Cina dan
India. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kebaikan dalam sejarah
masa lampau melalui peninggalan artefak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan desain penelitian sejarah. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan heuristic (menemukan),
verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menemukan bahwa Kota Medan
memiliki keberagaman etnis yang heterogen salah satunya kebudayaan Cina dan India
Selatan, hal ini terbukti dari peninggalan artefak yang banyak ditemukan di Kota Medan.
Berdasarkan kondisi ini, dengan adanya penemuan peninggalan artefak, masyarakat medan
harus membangun kembali semangat persatuan dalam keberagaman etnis di Kota Medan.

Kata kunci: Nilai Persatuan, Kota Cina, Keberagaman Etnis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota metropolitan terbesar ke-3 di Indonesia adalah Kota Medan,


Medan di disebut juga sebagai kota multietnik hal ini disebabkan karena
masyarakat Medan banyak etnis atau multietnik. Suku melayu merupakan
suku asli Kota Medan, namun tidak menjadi suku mayoritas, yang menjadi
suku mayoritas di Medan adalah suku jawa (Muda, 2013). Walaupun suku
mayoritas suku jawa dan suku asli suku melayu, tapi suku yang menguasai
sumber daya ekonomi dan orang-orang kaya di Medan merupakan orang
dari etnis Cina (Badaruddin, 2005). Kesenjangan sosial ekonomi terjadi
karena etnis Cina menguasai perekonomian di Medan (Hadiluwih, 2010).
Kondisi inilah yang memicu konflik antar etnis Cina di Kota Medan,
yaitu: seorang polisi lalu lintas ditampar etnis Cina saat mau menertibkan
lalu lintas (Tribun Medan, 2019). Kejadian konflik etnis Cina tidak hanya
terjadi di Kota Medan, tapi di Kota Jakarta juga terjadi, seorang pria
keturunan Cina dipukuli dan dihina dengan kata-kata merendahkan
(Dhani, 2016). Selain itu, tragedi 1998 yang mengerikan sampai sekarang
masih menjadi pengalaman pahit bagi etnis Cina, yaitu pembakaran mobil
dari etnis Cina, pengambilan barang-barang toko milik etnis Cina,
menghina, sampai mengancam membunuh bila ketemu etnis Cina
(Lestari, 2018).
Berdasarkan pemaparan di atas, nilai persatuan dengan etnis Cina
mulai memudar bermula dari tragedi krisis ekonomi pada tahun 1998.
Padahal dari abad ke -11 sampai dengan 14, yang menunjukkan bahwa
kota tersebut pernah terjalin persatuan dan kesatuan antara etnis asli
dengan etnis Cina maupun India di Kota Medan melalui hubungan jual
beli di pelabuhan. Kondisi ini dibuktikan melalui keberadaan situs Kota
Cina melalui penemuan benda-benda masa lalu pada tahun 1970-an

2
di Kota Medan banyak menguak misteri tentang kebudayaan sekitar abad
ke-11 yang menjadi cikal bakal sejarah Kota Medan. Namun, jejak
sejarahnya mulai terkuak sejak ditemukannya arca kuno saat penggalian
tanah untuk pembangunan jalan Tol Belmera pada tahun 1986 silam.
Adapun benda-benda lain yang ditemukan berupa pecahan tembikar
(eartenware fragmen), pecahan keramik (porcelain fragmen), mata uang
(coin), pecahan-pecahan gelas (glass fragmen), pecahan-pecahan batubara
(brickstone fragmen), arca (statue), tulang belulang, atau bahkan sisa-sisa
perahu tua (ships ruins).
Berdasarkan Analisis kajian penelitian menunjukkan hubungan penting
dengan India Selatan dan Cina Selatan dan menunjukkan keberadaan
komunitas Tamil dan Cina Selatan di lokasi tersebut. Kehadiran marga
Karo yang pertama kalinya dapat menjelaskan terjadinya interaksi di
pemukiman pedalaman. Keberadaan komunitas Cina di Sumatera Timur
laut terjadi pada saat adanya peningkatan aktivitas maritim Cina di daerah
tersebut (McKinnon, 1984).
Selain orang-orang dari India Selatan (Tamil), kehadiran para
pendatang dari Pulau Jawa tampaknya turut berperan dalam jalur interaksi
kuno di Sumatera bagian utara. Walapun menurut McKinnon (2009:133)
(dalam Soedowo, 2011), pendapat Guillot (2003:64) yang menyatakan
bahwa sejumlah bukti yang dapat di hubungkan dengan eksistensi Jawa di
Barus, seharusnya dipandang sebagai eksistensi jaringan perdagangan
Tamil dengan Jawa (timur) via Barus daripada aktivitas orang-orang dari
Jawa sendiri.
Situs Kota Cina dan rahasia sejarahnya hingga kini terus ditelusuri
oleh para ahli. Penemuan benda-benda bersejarah telah mendorong banyak
pihak untuk menguak dan mempelajari sejarah Kota Cina di Medan.
Menurut para ahli sejarah, jejak Kota Cina hingga kini belum habis tergali.
Benda-benda yang ditemukan seperti keramik dan porselen persis sama
seperti yang ada pada abad ke sebelas pada masa dinasti Song.
Diperkirakan lokasi penemuan ini dulunya merupakan kerajaan makmur

3
dan memiliki pelabuhan laut (bandar) internasional. Kawasan daratan dan
pantai dihuni imigran dari negeri Tiongkok, Dengan pelabuhan rakyat
serta jalur perdagangan tersibuk. Transaksi perdagangan seperti tembikar,
guci, keramik, rempah-rempah dan termasuk arca berlanggam Chola atau
India Selatan diperjualbelikan. Situs kota cina pada masa sekarang terletak
di Jalan Kota Cina, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan.
Dari penemuan benda-benda sejarah dan penyimpulan sejarah tentang
bagaimana kebudayaan yang terjadi pada ratusan tahun lalu tersebut dapat
diketahui bangsa Cina dan India telah lama bermukim di Kota Medan dan
dapat diterima dengan baik oleh penduduk asli waktu itu yaitu suku
melayu. Sampai sekarang Kota Medan berpenduduk multietnik yang
terdiri dari melayu, batak, karo, jawa, minang, cina, india dan aceh
(BPS, 2013).
Dari wawancara penulis dengan beberapa masyarakat, teman dan
komunitas remaja, hanya sebagian kecil yang tau tentang cerita situs Kota
Cina. Terutama dikalangan remaja atau pelajar1. Padahal peninggalan
sejarah merupakan warisan budaya yang berisi peninggalan arkeologi
sebagai karya manusia, bukanlah suatu entitas yang mati. melainkan
memiliki nilai-nilai tertentu dan mencerminkan gagasan dari masyarakat
pendukungnya di masa lalu yang dapat diambil hikmahnya untuk
pegangan bagi generasi-generasi penerusnya (Mayer-Oakes, 1990).
Nilai-nilai sejarah dari temuan benda masa lalu di situs Kota Cina yang
ada di Kota Medan dapat dijadikan rujukan untuk mempelajari bagaimana
asal terjadinya ragam suku atau etnis yang ada di Kota Medan. Medan
adalah kota multietnis yang mana penduduknya terdiri dari orang-orang
dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Selain
Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis
Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing, Aceh dan India. Dengan keberagaman

1
Pak Ade (Penjaga Museum), “Tentang situs Kota Cina”, museum situs Kota Cina, Medan
Marelan, 26 Mei 2019.

4
ini diperlukan semangat untuk selalu menjaga persatuan dan toleransi yang
tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.
Akhir-akhir ini terutama menjelang pemilu tahun 2019, banyak
statemen, isu dan berita hoax yang beredar di masyarakat dari orang yang
tidak betanggung jawab ingin merusak nilai persatuan bangsa terutama di
kota Medan. Misalnya isu tentang orang cina yang masuk secara besar-
besaran ke Indonesia yang berpeluang untuk menguasai Indonesia. Isu ini
kalau tidak disikapi dengan baik dan bijak tentulah akan menimbulkan
rasa kebencian terhadap etnis tertentu, terutama di Kota Medan. Padahal
masyarakat Kota Medan yang multietnik telah hidup berdampingan
dengan baik dengan etnis Cina sejak abad ke-11 tanpa adanya diskriminasi
terbukti melalui Situs Kota Cina dan peninggalan benda-benda sejarahnya.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kita dapat bercermin pada kondisi di
masa lalu. bagaimana benda-benda penemuan masa lampau yang ada di
Situs Kota Cina dapat membangun nilai persatuan dalam keberagaman
etnis di kota Medan?

C.Tujuan Penelitian
Dari pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitiannya adalah
untuk mengetahui nilai-nilai kebaikan dalam sejarah masa lampau di Situs
Kota Cina melalui peninggalan artefak.

D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini akan menjadi model bagi kajian sosiologis
berdasarkan peta kajian sosiologis dalam upaya atau integrasi antar
komponen masyarakat berdasarkan data arkeologis.

5
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan menjadi alat refleksi atau cerminan diri.
b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, terutama
bagi generasi muda di Kota Medan yang belum tau sejarah dan
munculnya keberagaman etnis di Kota Medan, sehingga dapat
selalu menjaga semangat persatuan dalam keberagaman.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai Persatuan

Kesatuan dan persatuan suatu bangsa harus diciptakan oleh seluruh


masyarakat Indonesia, mengingat masyarakat Indonesia memiliki Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia (Siregar, 2014). Nilai persatuan bangsa
Indonesia tersirat di dalam Sila ke-3. Persatuan suatu bangsa Indonesia
memiliki macam-macam corak dari berbagai kalangan, ras, budaya dan adat
istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi. Indonesia adalah negara
yang terdiri dari berbagai suku bangsa, di sinilah lahir keberagaman dari
berbagai etnis yang menjadi corak bangsa Indonesia salah satunya Kota
Medan. Kota Medan memiliki berbagai suku salah satunya Tionghoa atau
suku Cina yang berada di Kota Medan.
Kemudian hal ini diperkuat lagi oleh Undang-undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang kedudukan kewarganegaraan asing termasuk salah satunya
etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Indonesia bahwa Sifat
non-diskriminatif yaitu status kewarganegaraan Indonesia seseorang tidak
lagi ditentukan berdasarkan ras, keturunan, suku bangsa, agama dsb, tetapi
ditentukan berdasarkan aturan hukum (Suharyanto, 2015). Sejarah Cina
menyebutkan bahwa orang Cina sudah merantau ke Indonesia sejak masa
akhir pemerintahan Dinasti Tang (Hasbullah, 2001).
Daerah yang pertama kali di datangi ialah Palembang, yang pada saat
itu merupakan pusat perdagangan dari kerajaan Sriwijaya. Selanjutnya mereka
merantau ke Pulau Jawa yang dikenal sebagai pusat komoditi rempah-rempah.
Kebanyakan dari mereka menetap di daerah sekitar pelabuhan Pantai utara
Pulau Jawa, dan selanjutnya meneruskan kegiatan perdagangan nya ke Pantai
Timur Sumatera. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah bermukim
dan bertempat tinggal di wilayah-wilayah Indonesia, khususnya di Sumatera.
Namun bangsa Cina yang pada saat itu berada di sekitar pesisir Pantai

7
(Pelabuhan) hanya melakukan kegiatan perdagangan secara barteran dengan
masyarakat setempat maupun dengan pedagang luar lainnya. Saling
membutuhkan itulah yang mendominasi keberhasilan perdagangan mereka.
Hal ini juga membuktikan bahwa di pesisir Pantai Timur Sumatera pernah
menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai daerah dan negara
(Jufrida, 2007:1).
Dalam dunia sejarah, pengertian situs menurut William Haviland
(dalam Warsito, 2012) adalah “tempat-tempat di mana ditemukan
peninggalan-peninggalan arkeologi di kediaman makhluk manusia pada
zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya ditentukan
berdasarkan survey suatu daerah”.
Situs Kota Cina dapat dikatakan kawasan situs yang memiliki potensi
tinggalan arkeologis yang cukup bervariasi, baik yang bersifat monumental
maupun yang bersifat fragmentaris. Situs Kota Cina secara administratif
masuk ke dalam wilayah Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,
Medan, Sumatera Utara. Koordinat geografis situs Kota Cina terletak pada
N 03° 43’-06,6” -E 098° 39’ 00.2” dan N 03° 43’ 22.2” - E 098° 39’ 24.8”
di suatu lahan seluas kurang lebih 25 Ha. Lokasi situs berada di daerah dataran
rendah dengan ketinggian 1.5 mdpl pada lahan rawa yang masih dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut. Lokasi situs berada di sebelah barat Sungai Deli,
daerah tersebut merupakan bagian dari lembah Sungai Deli yang cukup subur.
Situs Kota Cina berada di antara Sungai Belawan dan Sungai Deli yang
berhulu di daerah Sibolangit yang merupakan bagian dari rangkaian
Pegunungan Bukit Barisan. Kedua sungai tersebut bermuara ke Selat Malaka.
(Purnawibowo dkk, (2008:1)
Situs Kota Cina memiliki tinggalan arkeologi yang banyak jumlah dan
ragamnya, tersebar di beberapa tempat kawasan situs ini, baik yang masih
berada di lahan kosong maupun di areal pemukiman warga. Kota Cina berada
di pesisir timur Pulau Sumatera yang berada di tepi barat Selat Malaka, Situs
ini dapat dikatakan sebagai salah satu Bandar perdangan yang ramai pada
masanya. Selat malaka kala itu dikenal sebagai jalur perdagangan laut yang

8
ramai serta lokasi bandar-bandar pelabuhan yang menyediakan komoditas
perdagangan yang laku keras di dunia perdagangan internasional.
((Purnawibowo, 2013:174)
(Purnawibowo, 2013:172) dalam penelitiannya menjelaskan ‘’kondisi
situs Kota Cina pada masa sekarang dapat ditelusuri berdasarkan deskripsi
Saat ini situs Kota Cina merupakan daerah permukiman penduduk yang
memanfaatkan dan mengelola lahan di areal situs dengan berladang serta
membuat tambak/kolam ikan. Tidak jauh dari lokasi situs terdapat danau
buatan yang dikenal dengan nama Danau Siombak, difungsikan sebagai
tempat rekreasi’’.
Keberadaan permukiman yang mulai ramai di sekitar lokasi situs Kota
Cina saat ini tidak dapat dihindari lagi. Berdasarkan hasil remaping tim Balai
Arkeologi Medan tahun 2008, lokasi yang mengandung temuan-temuan dari
masa lalu secara administrasi termasuk di dalam wilayah lorong/lingkungan
IX dan VII di Dusun Kota Cina, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan
Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
B. Benda-benda Arkeologi pada Situs Kota Cina
Museum Kota Cina adalah tempat di mana benda-benda bersejarah yang
menjadi saksi bisu suksesnya perdagangan antar penduduk dengan imigran
asal Tiongkok yang pada saat itu melakukan bisnis di pelabuhan laut.
Sejumlah data yang telah dihimpun melalui survei permukaan dan ekskavasi
di sejumlah lokasi di Kota Cina merupakan bukti eksistensi suatu kebudayaan
yang cukup tua di kawasan pesisir timur Sumatera Utara. Artefak keramik
Cina yang ditemukan yang berasal dari masa Dinasti Sung hingga Dinasti
Yuan-intensitas pemanfaatan yang cukup tinggi kawasan Kota Cina di masa
lalu, terjadi antara abad ke-11 M hingga ke-14 M. Penelitian yang di lakukan
(Soedewo dkk, 2011) pada kurun sekitar empat abad itu, Kota Cina tumbuh
dan berkembang sebagai suatu bandar dan kawasan permukiman yang
kosmopolitan.Beragam artefak yang ditemukan merupakan cerminan aktivitas
manusia masa lalu di situs ini seperti perdagangan, pertukangan, peribadatan,
dan permukiman.

9
Penelitian yang telah dilakukan (Purnawibowo, (2010:134) dalam
penelitiannya yang berjudul ‘’JejaK Perdagangan Bebas Cina Di Situs Kota
Cina Dan pulau Kompei’’ menjelaskan bahwa bangsa Cina telah dikenal
sebagai bangsa pedagang sejak dulu kala, khususnya di Nusantara. Tidak
mengherankan apabila jejak aktivitas perdagangan antara masyarakat di
Nusantara dengan bangsa Cina masih dapat dijumpai di beberapa lokasi situs
perdagangan di Nusantara. Hal tersebut dapat ditelusuri melalui keberadaan
tinggalan artefaktual berupa objek budaya material berkenaan aktivitas
perdagangan, khususnya barang perdagangan yang diproduksi dan menjadi
komoditas unggulan perdagangan cina, terutama jenis artefak keramik, sisa
bangkai perahu dagang, mata uang Cina dan benda materi lainnya yang
berkenaan dengan aktivitas perdagangan.
Tidak hanya bangsa Cina yang ada di situs Kota Cina namun kehadiran
orang-orang Tamil di pesisir timur Sumatera juga memiliki peranan yang
sangat penting dalam situs Kota Cina. Hal ini dibuktikan antara lain lewat
keberadaan arca-arca berlanggam Chola. Selain itu frasa Kota Cina sendiri,
tampaknya merupakan turunan dari dua kata dalam bahasa Tamil yakni Cinna
Kotta yang berarti suatu permukiman kecil berbenteng. Hal ini berbeda sekali
dari pemahaman selama ini yang menganggap Kota Cina sebagai suatu
permukiman orang-orang Cina sebagaimana beredar dalam tradisi tutur
masyarakat sekitar situs.
Berikut artefak yang di temukan di situs Kota Cina adalah:
1.Keramik dan Tembikar
Purnawibowo (2013:175) memaparkan, tinggalan arkeologis yang
terdapat di kawasan situs Kota Cina adalah: fragmen keramik asing,
fragmen tembikar/gerabah/terakotta, koin asing, arca, struktur bangunan,
dan sisa perahu. Jenis sample fragmen keramik dari situs dimaksud berasal
dari bagian rim (bibir), badan dan base (dasar). Analisis temuan itu
menghasilkan catatan akan keberadaan 9 type bentuk wadah yaitu
mangkuk, dish, cover box, basin, martavan (jar), jarlet, kendi, botol,
stemcup. Adapun jenis fragmen keramik yang diteliti berasal dari jenis

10
keramik celadon, Chingpai, yellow-grey wares, brown-glaze wares, Te
Hua wares dan coarse stone wares.
Temuan tembikar di Kota Cina cukup beragam. selain dijumpai
tembikar lokal, jenis tembikar tertentu memperlihatkan bahwa itu dibuat di
Satingphra (Thailand) dengan wilayah persebaran yang cukup luas yang
mencakup beberapa situs di daratan Asia Tenggara, seperti di
Pangkalanbujang di Kedah, Malaysia, dan Oc-eo di Vietnam. Hal itu jelas
merupakan dukungan atas asumsi bahwa situs Kota Cina merupakan salah
satu situs perdagangan di Indonesia. Tentunya di sana juga telah tersusun
suatu sistem pasar bagi komoditi berupa tembikar/gerabah.

Gambar 1. Pecahan Keramik dan Tembikar

2.Arca
Arca yang ditemukan ditemukan di Kota Cina, yakni arca Buddha
dengan sikap tangan Dhyanamudra (sikap tangan bersemedi) dan
Vijakhayamudra (sikap tangan memberi wejangan), yang terbuat dari batu
granit dan perunggu menunjukkan gaya dari India Selatan (Cola Style).
Selain arca bercirikan ikonografi Buddha, ditemukan juga arca mini dan
arca Hindu yang diduga arca Dewa Wisnu dan Dewi Lakhsmi yang
ditemukan dalam keadaan sudah tanpa bagian kepala. Dan di sana juga
ditemukan lingga dan yoni, yang saat ini menjadi koleksi Museum Negeri
Sumatera Utara.

11
Gambar 2. Arca yang ada di Situs Kota Cina

3.Mata Uang Logam


Mata uang logam kebanyakan dijumpai pada kegiatan tahun 1972
hingga tahun 1977. Tercatat tidak kurang dari 1.064 buah fragmen mata
uang Cina yang kebanyakan berangka tahun 1022, 1073, dan 1079 dan
diketahui berasal dari masa pemerintahan Dinasti Song (abad ke-10
sampai ke-12 Masehi). Selain itu juga ada yang berasal dari masa
pemerintahan Dinasti Tang (abad ke-7 sampai ke-9 Masehi), walaupun
dalam jumlah yang tidak besar (hanya sekitar 7,8 % dari jumlah
keseluruhan).

Gambar 3. Mata Uang Logam kuno di Situs Kota Cina

12
3. Manik-Manik dan Emas
Menurut Koestoro (2006);Manik-manik dan emas juga ditemukan di situs
Kota Cina. Diperkirakan berasal dari abad ke 12. Emas yang ditemukan
juga berasal dari abad yang sama tetapi diduga berasal dari pulau Sumatera

Gambar 4. Manik-manik dan Emas Di situs Kota Cina

C. Nilai Penting Arkeologi Situs Kota Cina


Susanto (2011) menyatakan dalam lingkup arkeologi, nilai simbolik
dari masa lampau merupakan tujuan interpretasi yang dihasilkan dari laku
empiris yang memperhatikan konteks budaya dari benda-benda yang telah
dihasilkan.Ada persoalan filosofis yang dilematis dalam perkembangannya
menyangkut eksistensi arkeologi sebagai disiplin ilmu. Satu sisi arkeologi
berusaha mengungkap hingga ke taraf ide-ide, merekonstruksi
pemikiran-pemikiran manusia yang jauh telah meninggalkan kita.
Nilai penting yang terdapat di kawasan situs Kota Cina dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Nilai penting sejarah: Situs Kota Cina keberadaannya tidak dapat
dipisahkan dari sejarah perkembangan Kota Medan. Secara khusus,
situs ini bagian yang tidak terlepaskan dari sejarah kejayaan Kota
Medan di masa lalu hingga kota ini menjadi seperti sekarang. Apabila
disadari bahwa belajar dari masa lalu untuk menentukan masa kini dan
memanen hasil di masa depan, tentunya akan lebih bijaksana bila situs
ini dilindungi, dikelola, dan dimanfaatkan.

13
2. Nilai penting ilmu pengetahuan: Situs Kota Cina memiliki potensi
untuk diteliti berkelanjutan dari berbagai disiplin ilmu untuk menjawab
berbagai permasalahan di berbagai disiplin ilmu. Adapun pemanfaatan
selain ilmu arkeologi, sejarah, dan antropologi, kawasan situs ini dapat
diteliti oleh disiplin bidang ilmu ekonomi; geografi, geologi, hidrologi
dan ilmu tanah; ilmu pertanian dan ilmu perikanan; ilmu pariwisata;
ilmu-ilmu sosial: politik, sosiologi, sosiatri; serta planologi.
3. Nilai penting pendidikan: Situs ini memiliki potensi untuk dimasukkan
sebagai kurikulum pendidikan dalam bentuk muatan lokal.
4. Nilai penting agama: Temuan struktur bangunan bata, pernah
ditemukannya struktur yang diduga stupa, keberadaan temuan arca-
arca Tamil yang bercorak Hindu pada masa lalu, artefak dari Timur
Tengah, dan Cina dapat memberikan informasi kepada masa sekarang
bahwa di lokasi situs pernah terdapat beberapa agama berbeda yang
saling berinteraksi satu dengan lainnya.
5. Nilai penting kebudayaan: Situs Kota Cina pernah menjadi lokasi
bertemu dan berinteraksi berbagai ragam kebudayaan dengan latar
belakang etnis dan bangsa yang beragam, hal ini tercermin dari sisa
artefaktual yang ditemukan di situs tersebut dapat dijadikan penanda
asal muasal artefaknya, seperti: keramik dan tembikar dari Cina, Asia
Tenggara, dan Timur Tengah; arca bergaya Tamil (India bagian
selatan); manik-manik dan kaca dari Nusantara bagian timur dan
Timur Tengah. Hal ini tentu saja dapat dijadikan sebagai benang merah
kondisi saat ini Kota Medan yang masyarakatnya multikultural:
Melayu, Jawa, Tamil, Cina, Arab, Eropa.
6. Nilai penting ekonomi: Situs terletak di daerah pengembangan
kawasan permukiman dan industri Kota Medan, sehingga memiliki
potensi nilai ekonomi yang tinggi.
7. Nilai penting ekologi: Baik disadari maupun tidak, isu lingkungan
dapat dijadikan mitra yang baik dalam melindungi situs. Padahal
sebenarnya untuk kawasan seperti situs Kota Cina, lingkungan yang

14
selalu dipengaruhi oleh kondisi air pasang naik dan pasang surut air
laut berhubungan dengan kualitas air bersih dan abrasi air laut masuk
ke air tanah yang dikonsumsi warga masyarakat. Bila daerah ini
terpelihara maka amanlah konsumsi air tawar dan serangan abrasi air
laut bagi warga Medan.
D. Penelitian Relevan
1. Revida (2016) penelitian tentang “Interaksi Sosial Masyarakat Etnis Cina
Dengan Pribumi Di Kota Medan Sumatera Utara”. Interaksi sosial antara
etnis Cina dengan masyarakat pribumi di kota Medan Sumatera Utara
masih mendapat hambatan psikologis dan sosiologis. Prasangka-prasangka
yang terjadi dalam kedua kelompok ini dapat berkurang apabila batas-
batas sosial yang menghambat terwujudnya hubungan baik apabila ada
suatu arena interaksi yang dapat mengakomodasi sikap-sikap yang tidak
bersahabat. Hal ini dapat dilakukan pada tingkat kelurahan seperti
menyambut hari kemerdekaan, gotong-royong, karang taruna, dan
kegiatan olahraga yang melibatkan semua golongan etnis atau bila
memungkinkan melakukan perkawinan campur antara etnis Cina dengan
pribumi yang seagama. Kegiatan tersebut mungkin dapat menjembatani
sikap-sikap yang tidak bersahabat sehingga dapat lebih lunak. Kontribusi
pada penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang persatuan pada
etnis Cina khususnya di Kota Medan.
2. Purnawibowo, Stanov (2013) penelitian tentang “Studi Kelayakan
Arkeologi di Situs Kota Cina, Medan”. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pengelolaan sumberdaya arkeologi harus dilaksanakan sebagai
suatu kegiatan yang bersifat simultan dan berkelanjutan. Pekerjaan
pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya arkeologi ada tiga sektor, yaitu:
masyarakat, akademisi, dan pemerintah. Kontribusi pada penelitian ini
adalah mendapatkan data awal mengenai apa saja benda-benda
peninggalan di Kota Cina.

15
E. Kerangka Berpikir
Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana sejarah Cina melalu
peninggalan artefak dapat meningkatkan nilai persatuan. Dalam hal ini
penelitian dilakukan di Museum Kota Cina malalui peninggalan artefak,
seperti: keramik dan tembikar, arca, mata uang logam, dan manik-manik dan
emas dapat meningkatkan nilai persatuan masyarakat Cina dan masyarakat
mayoritas dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Kerangka Berpikir Penelitian

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sejarah (historis).
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan
kepada masa lalu. Sementara Ary, Jacobs & Sorensen (2010) juga menyatakan
bahwa penelitian historis adalah usaha untuk menetapkan fakta mencapai
simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis
dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengevaluasi, dan menafsirkan
bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut. Metode penelitian
lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan data–data dari situs Kota
Cina, baik wawancara mendalam dan observasi pada di kawasan situs Kota
Cina.
B. Lokasi waktu dan objek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan lingkungan situs Kota Cina,
tepatnya di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Medan,
Sumatera Utara. Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 1–5 Agustus 2019.
Objek dalam penelitian ini adalah benda-benda peninggalan sejarah yang
ditemukan di situs Kota Cina.
C. Insturmen Penelitian
Yang menjadi Instrumen penelitian ini adalah peneliti tersendiri yang
berupa perumusan masalah dan akan di lampirkan dalam proposal ini.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dengan cara
diskusi atau wawancara dengan berbagai narasumber seperti masyarakat,
penjaga/petugas museum, pemerintah dan lembaga pendidikan terkait
langsung permasalahan yang sedang diteliti.

17
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang dapat diperoleh dari
keterangan – keterangan yang didapat dari literatur – literatur berupa buku,
surat kabar, artikel yang berkaitan dengan masalah di dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Estenberg dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa wawancara
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data – data
langsung lewat wawancara ataupun diskusi dengan orang – orang yang
mengetahui tentang sejarah situs Kota Cina.
2. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa, observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini observasi dilakukan
untuk mengumpulkan data, berdasarkan data yang diperoleh melaui
observasi dengan cara mengamati secara langsung peninggalan sejarah di
situs Kota Cina.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara
merekam mendokumentasikan objek penelitian. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengambil gambar
atau merekam benda-benda peninggalan bersejarah di situs Kota Cina.
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka perlu adanya
pengolahan data yang menggunakan teknik analisis data yaitu dengan
menggunakan 4 langkah. Metode penelitian sejarah menurut
(Notosusanto,1971) meliputi empat langkah yaitu heuristik, verifikasi,
interprestasi dan historiografi. Sebelum masuk dalam penelitian sejarah yang

18
perlu di lakukan oleh peneliti adalah menentukan topik dan merumuskan
masalah.
1. Heuristik (Menemukan)
Tahapan pertama yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang
berhubungan dengan topik yang akan dibahas. Mengumpulkan sumber yang
diperlukan dalam penulisan ini merupakan pekerjaan pokok yang dapat dikatakan
gampang-gampang susah, sehingga diperlukan kesabaran dari penulis. Heuristic
berasal dari bahasa Yunani Heuriskein artinya sama dengan to find yang baerati
tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini, kegiatan
diarahkan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang
akan diteliti, baik yang terdapat dilokasi penelitian, temuan benda maupun sumber
lisan (Notosusanto, 1971).
2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Pada tahap ini, sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang
berupa; buku-buku yang relevan dengan pembahasan yan terkait, maupun hasil
temuan di lapangan tentang bukti-bukti di lapangan tentang pembahasan. Setelah
bukti itu atau data itu ditemukan maka dilakukan penyaringan atau penyeleksian
dengan mengacu pada prosedur yang ada, yakni sumber yang faktual dan
orisinalnya terjamin. Tahapan kritik ini tentu saja memiliki tujuan tertentu dalam
pelaksanaannya. Salah satu tujuan yang dapat diperoleh dalam tahapan kritik ini
adalah otentitas (authenticity).
3. Interpretasi
Setelah melalui tahapan kritik sumber, kemudian dilakukan interpretasi atau
penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang
relevan dengan pembahasan, maupun hasil penelitian langsung dilapangan.
Tahapan ini menuntut kehati-hatian dan integritas penulis untuk menghindari
interpretasi yang subjektif terhadap fakta yang satu dengan fakta yang lainnya,
agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah yang ilmiah.

19
4. Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dari seluruh
rangkaian dari metode historis. Tahapan heuristik, kritik sumber, serta interpretasi,
kemudian dielaborasi sehingga menghasilkan sebuah historiografi.
G. Bagan Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dapat digambarkan berupa bagan sebagai berikut:

Gambar 7. Bagan Prosedur Penelitian

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Di dalam hasil dan pembahasan, peneliti akan memaparkan dan menganalisa


data-data yang berhasil peneliti temukan selama penelitian. Data-data tersebut
merupakan hasil dari wawancara dengan pihak museum yakni penjaga museum
situs Kota Cina sebagai sumber informasi dan sekaligus tonggak berdirinya
museum situs Kota Cina: Wawancara juga dilakukan dengan Ahli Arkeologi dari
Balai Arkeologi Sumatera Utara yang sudah melakukan penelitian terdahulu
mengenai Penelitian Situs Dunia di Sumatera Utara ‘’Situs Kota Cina’’;
Observasi langsung di museum situs Kota Cina serta didukung dengan
dokumentasi dan rekam arsip yang menyangkut museum situs Kota Cina.
Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan dan menganalisa data-data yang
sudah diperoleh dalam rangka mengungkap bagaimana benda-benda penemuan
masa lampau yang ada di situs Kota Cina dapat membangun nilai persatuan dalam
keberagaman etnis di Kota Medan.
Mengungkapkan bagaimana benda-benda penemuan di masa lampau yang ada
di situs Kota Cina dapat membangun nilai persatuan dalam keberagaman etnis
di Kota Medan yang tidak dapat dipisahkan bagaimana etnis Cina dan etnis lainnya
seperti Tamil (India Selatan) memiliki peranan yang penting terhadap peradapan
manusia dan membangun persatuan di Kota Medan melalui beberapa peninggalan
artefak yang ada di situs Kota Cina. Oleh karena itu penyajian dan analisa data
dalam bab ini akan dilakukan mengikuti alur kerangka berpikir penelitian yakni
museum Kota Cina Keramik & tembikar

Artefak Arca Meningkatkan


Persatuan
Mata Uang Logam masyarakat

Manik-manik &
Emas

Dan alur prosedural penelitian dengan teknik analisis data yaitu dengan
menggunakan Penemuan (heuristic) verifikasi interpretasi historiografi.

21
4.1. Peninggalan Artefak Museum Situs Kota Cina Dalam Membangun Nilai
Persatuan Keberagaman Etnis di Kota Medan
4.1.1.Nilai Persatuan Artefak di Museum Situs Kota Cina sebagai Nilai
Persatuan dalam sudut pandang Penjaga Museum

Jejak-jejak digital museum situs Kota Cina di tandai dengan adanya


peninggalan data arkeologis berupa artefak maupun berupa struktur bangunan
kuno yang merupakan adanya jejak aktivitas manusia pada masa lampau. Hal ini
tercermin dari banyaknya dan beragamnya artefak yang ditemukan di museum
situs Kota Cina. Berbagai artefak yang ditemukan merupakan refleksi adanya
berbagai aktivitas yang telah terjadi di masa lampau baik itu dari sektor
perdagangan, pertukangan, peribadahan maupun perkawinan di sana.
Ada pun peninggalan artefak yang terdapat di museum situs Kota Cina
adalah sebagai berikut fragmen keramik , fragmen tembikar/gerabah/terakotta,
koin asing, arca, manik-manik, emas, struktur bangunan dan sisa perahu yang
telah berhasil ditemukan dan telah dilakukan identifikasi. Artefak inilah yang akan
di ungkapkan melalui wawancara dengan ahlinya; bagaimana nilai persatuan di
bangun dalam keberagaman etnis di Kota Medan. Oleh karena itu peneliti
melakukan wawancara dengan penjaga museum. Kami menanyakan bagaimana
nilai persatuan dibangun dalam sebuah artefak misalnya keramik dan tembikar .

‘’Tentunya nilai persatuan itu ada dalam


sebuah artefak. Benda-benda yang di
temukan di situs Kota Cina pada masa
lampau di gunakan di kehidupan sehai-
hari. Disinilah terbangun nilai persatuan
di Kota Medan’’-Ika, Penjaga Museum.

Menurut penjaga museum tembikar dan keramik yang ada di museum situs kota
Cina nilainya lebih ke fungsinya, untuk kehidupan mereka sehari-hari, misalnya
untuk peralatan dapur, terus peralatan masak, itu dilihat dari tembikar sama
keramiknya, cuman kalau untuk tembikarnya lebih lama daripada keramik,

22
tembikar pada masa zaman pra-sejarah sedangkan keramik baru-baru saja.
keramik lebih modern dan nilai persatuannya terdapat dari fungsinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Perlu diketahui bahwa keramik dan tembikar yang ada di museum situs Kota
Cina lebih banyak berasal dari bangsa Cina.

‘’’Banyak di temukan keramik yang berasal


dari bangsa Cina’’-Ade Penjaga Museum.

Wawancara kami dengan kak Ade yang merupakan penjaga museum juga
menjelaskan keramik Cina mendominasi peninggalan di masa lampau. Hal ini pun
menjelaskan adanya peradapan yang tinggi yang di bawa oleh etnis Cina terhadap
etnis lainnya pada masa lampau. Di sinilah terbangunnya persatuan melalui
artefak keramik dan tembikar, keramik yang di bawa bangsa Cina digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk artefak Arca, penjaga museum mengatakan fungsinya itu berupa
nilainya untuk beribadah. Menurut sejarah yang pertama kali singgah ke sini
adalah orang India. Kita mendapatkan 2 arca dari Hindu, Arca Wisnu dan Arca
Dewi lakshmi, setelah itu masuklah Buddha ada Arca Amitaba. Arca-arca inilah
yang digunakan dan berfungsi sebagai beribadah.
Berdasarkan hasil observasi langsung ke lapangan di temukan dua arca yakni
arca Hindu dan Arca Buddha. Berdasarkan identifikasi arca Buddha Arca Dhyani
Buddha Amitabha berbahan batu granit putih koleksi Museum Negeri Provinsi
Sumatera Utara (no. inv.593.1) ini digambarkan dalam posisi duduk di atas lapik,
kaki bersila, kaki kanan di atas kaki kiri; sementara sikap tangan Dhyanamudra
(posisi bersemadi). Pada bagian kaki terdapat gambaran ujung kainnya yang
digambarkan berlipat-lipat sehingga terkesan tebal. Dhyani Buddha Amitabha
adalah salah satu dari kelima Dhyani Buddha dalam konsep Buddhisme
Vajrayana. Dalam konsep kepercayaan Buddha Vajrayana, Amitabha adalah
sosok Buddha Tapa (meditasi) yang tertua, dibanding Dhyani Buddha yang lain.

23
Sosoknya bersemayam di surga Sukhāwati. Dia adalah simbol aliran cairan utama,
sekaligus sebagai lambang musim panas, oleh karena itu maka penggambaran
sosoknya dianggap berwarna merah. Berdasarkan sejumlah ciri-ciri tersebut gaya
seni arca ini serupa dengan arca-arca khas India Selatan (Cola Style) yang
diperkirakan berasal dari abad XII--XIV M.
Dari arca yang sudah ditemukan di situs Kota Cina cukup jelas arca ini dibawa
oleh India Selatan, dari Arca yang dibawa ini digunakan oleh etnis bangsa Cina
terutama untuk aktivitas keagamaan atau peribadahan. Ini merupakan bukti
terbangunnya nilai persatuan antara bangsa Cina dengan India Selatan maupun
juga bangsa lainnya yang ada di situs Kota Cina di Kota Medan.
Penjaga museum juga mengatakan kalau untuk mata uang telah terjadi bandar
perdagangan internasional, mata uang logam ini digunakan untuk alat barter
mereka, dari negara-negara kayak Tiongkok terus Thailand dan India. Mereka
mengambil komoditi yang ada di kota Cina seperti kayu manis, belerang dan
mata uang logam itulah yang digunakan untuk alat tukarnya. Mata uang logam
yang digunakan sebagai alat transaksi telah berhasil membangun persatuan di
masa lampau, di sinilah terjalin komunikasi dengan etnis-etnis lainnya.
Observasi langsung yang telah dilakukan di situs Kota Cina, terlihat jelas di
depan pintu masuk museum situs Kota Cina yang merupakan kota pelabuhan dan
kota perdagangan yang mansyur. Hal ini dapat di lihat dari layout yang
ditampilkan dari gambar/sketsa yang berada di dinding-dinding pintu masuk
museum situs Kota Cina. Bagaimana mata uang logam yang berasal dari Cina
mampu menjalin persatuan.

Gambar: situasi Situs Kota Cina di Masa Lampau

24
Terakhir penjaga museum juga mengatakan manik-manik lebih ke perhiasan dan
juga bisa ke peribadatan dan untuk pemujaan, emas juga tidak hanya perhiasan
namun juga berfungsi untuk pemujaan maksudnya persembahan dan manik-manik
lebih ke agama Hindu.
Dari hasil wawancara dengan penjaga museum sangat jelas bagaimana
persatuan terbangun dari museum situs Kota Cina di Kota Medan. Seharusnya
situs Kota Cina dijadikan refleksi atau cerminan di masa sekarang sehingga tidak
adanya perpecahan di Kota Medan dengan etnis lainnya terutama etnis Cina yang
baru-baru ini terjadi. Perlu kita melihat sejarah di masa lampau bagaimana etnis
Cina memiliki peranan penting dalam peradapan manusia di Kota Medan.

4.1.2.Nilai Persatuan Artefak di Museum Situs Kota Cina sebagai Nilai


Persatuan dalam sudut pandang Arkeologi
Menurut Ahli arkeologi dari Balai Arkeologi Sumatera Utara Ery Soedewo
menjelaskan untuk menjawab pertanyaan bagaimana artefak di museum situs Kota
Cina dapat membangun nilai persatuan keberagaman etnis di Kota Medan perlu
adanya pertanyaan apa, siapa, kapan dibuatnya, dimana dibuatnya; pertanyaan
inilah perlu di jawab untuk dapat di interpretasikan terkait permasalahannya.

‘’Empat pertanyaan apa, darimana, kapan, siapa ‘’barang ini’’


misalnya mangkuk piring yang di temukan berasal dari mana
misalnya dari Cina atau India disinilah kemudian untuk
menemukan jawaban dari penelitian kalian. Pertanyaan Kapan
juga pertanyaan penting yang akan membentuk kerangka waktu
atau masa sebagai bahan perbandingan kondisi adanya
heterogenitas di masa sekarang masyarakatnya. Nah apakah
dimasa lampau terjadi heterogenitas juga ternyata diketahui
barang-barang itu dari beberapa tempat lain dari berbagai daerah
yang pada prinsipnya adanya orang lain yang ada di situs Kota
Cina’’.

Menurut Ery kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mendapat


jawaban dari penelitian ini. Perlu diketahui Ery juga telah melakukan penelitian

25
di situs Kota Cina dan di bukukan dalam penelitian situs dunia Sumatera Utara
‘’Situs Kota Cina’’ bersama rekan-rekannya tahun 2011. Dalam buku tersebut
menyebutkan Keramik atau fragmen keramik banyak dijumpai di museum situs
Kota Cina, sebanyak 3.027 fragmen pada hasil survei tahun 1977 dan 1979 oleh
Ambary (Ambary, 1984). Berdasarkan identifikasi keramik yang berasal dari
Cina pada abad ke -13 dan 14 mendominasi sebanyak 67,56%. Ragam jenis
benda-benda keramik yang ditemukan antara lain terdiri dari guci, mangkuk,
piring, cepuk, vas, dan buli-buli. Contohnya saja fragmen mangkuk, identifikasi
fragmen mangkuk koleksi site museum Kota Cina PUSSIS UNIMED; diameter
bibir 22 cm, diameter dasar 6 cm, tinggi keseluruhan 8,5 cm, tinggi dasar 1,2 cm.
Fragmen keramik berwarna hijau kelabu ini sisi luarnya dihiasi guratan guratan
vertikal, sedangkan sisi dalamnya polos, adalah keramik celadon Longquan.
Diperkirakan berasal dari masa akhir Dinasti Sung Selatan (akhir abad ke-13 M)
atau Dinasti Yuan (akhir abad ke-13 hingga pertengahan abad ke-14 M. Temuan
tembikar di museum situs Kota Cina juga cukup banyak dan beragam jumlahnya.
selain di jumpai jenis tembikar lokal juga ditemukan jenis tembikar tertentu, hal
ini membuktikan pesebaran yang luas pada situs Kota Cina melalui perdagangan.
Dari hasil wawancara dengan beliau keramik dan Tembikar atau gerabah
tidak bisa disatukan dalam satu pembahasan karena bahannya berbelada begitu
juga asalnya berbeda. Kalau dari Cina barang-barangnya memiliki kualitas tinggi
kemudian gerabah-gerabah ini ada yang berasal dari India dan Asia Tenggara
daratan misalnya dari Thailand.
Didalam buku dan rekaman arsip fragmen tembikar berhias pseudo
aksara Jawa Kuno la koleksi site museum Kota Cina PUSSIS UNIMED; panjang
11 cm, lebar 8,3 cm, tebal 0,8—1,4 cm.Untuk tembikar kedua, yakni yang berhias
aksara Jawa Kuno la, Perret (2009:471) tidak membahasnya lebih lanjut, hanya
memberi keterangan ringkas berkaitan dengan bentuk hiasannya yang
menurutnya adalah bentuk omega (Ω). Namun menurut Machi Suhadi (dalam
Perret, 2009:471) hiasan pada tembikar itu adalah aksara Jawa Kuno la.

26
Pendapat Machi Suhadi tersebut terbuktikan kebenarannya setelah ditemukan
tembikar berhias aksara la dari situs Kota Cina2 dalam (Soedewo, 2011).
Merujuk dari wawancara yang telah dilakukan dengan Ery ketika beliau
mengatakan dengan mengetahui barang-barang artefak itu berasal dari mana maka
itulah bukti persatuan telah terbangun di masa lampau. Contohnya saja fragmen
tembikar yang telah ditemukan mempunyai ciri khas Jawa kuno, dari dasar inilah
interaksi dan komunikasi terjalin dengan etnis Cina dan suku Jawa. Ini
merupakan contoh hubungan yang heterogen yang telah terjadi di masa lampau
yang seharusnya di terapkan di masa sekarang.
Kemudian mari mengungkapkan artefak arca sebagai alat pembangun
persatuan menurut buku yang telah ditulis Ery dkk; Arca-arca yang telah
ditemukan menunjukkan bahwa penghuni Kota Cina adalah penganut Hinduisme
dan Buddhisme. Sekte Hindu yang pernah eksis di Kota Cina adalah aliran Saiwa
(pemujaan terhadap Siwa) dan Waisnawa (pemujaan terhadap Wisnu).
Keberadaan penganut sekte Saiwa didasarkan pada temuan lingga193 dalam
(Soedewo dkk, 2011). Adapun Buddhisme yang dianut oleh penghuni Kota Cina
dahulu adalah Buddhisme Vajrayana (salah satu mazhab besar dalam Buddhisme
Mahayana), yang didasarkan pada temuan dua arca Buddha Amitābha, yang
dalam konsep Vajrayana adalah salah satu dari lima Dhyani Buddha, yang
berkedudukan di arah mata angin barat. Selain sistem kepercayaan yang berasal
dari India (Hindu dan Buddha), terdapat petunjuk bahwa sebagian lain penghuni
Kota Cina adalah para penganut kepercayaan tradisional setempat. Hal tersebut
didasarkan pada temuan patung batu kecil yang bentuknya menyerupai patung-
patung leluhur dari kawasan pedalaman.
Dengan adanya kepercayaan yang berbeda-beda tidak menjadikan
perbedaan diantara mereka pada zaman terdahulu tetapi semakin mempererat rasa
persatuan dan tengang rasa di masa lampau, baik antar etnis Cina, India maupun

2
Lihat juga pemerian dan dokumentasi objek yang sama dalam McKinnon, Edmund Edwards,
1984. Kota Cina: Its Context and Meaning in The Trade of Southeast Asian in The Twelfth to
Fourteenth Centuries. Thesis for Ph.D.in Cornell University, hlm: 541.
3
Kini keberadaannya tidak diketahui lagi. Pemerian lebih lanjut objek ini lihat McKinnon,
Edmund Edwards, 1984.“Kota Cina: Its Context and Meaning in The Trade of Southeast Asian in
The Twelfth to Fourteenth Centuries”.Thesis for Ph.D. in Cornell University, hlm: 76—77; 515

27
penduduk setempat. Kita bisa bercermin bahwa di situs Kota Cina telah terjadi
kerukunan antar umat beragama. Ini merupakan kekayaan dan peninggalan yang
sangat berharga yang ditinggalkan situs Kota Cina untuk merangkul kembali
persatuan melalui aktivitas keagamaaan masyarakat di masa sekarang. Dalam
wawancara mengenai arca Ery mengatakan

‘’Kalau untuk Arca berasal dari dari


India selatan dan arca buatan local
juga’’.-

Ery,ahli arkeologi Balai Arkeologi


Sumatera Utara.

Sedangkan untuk mata uang logam berupa koin pak Ery menjelaskan
Kalau koin dan ada emas susah untuk identifikasi. Dari kadarnya saja sangat sulit
di lakukan identifikasi berasal dari mana. Kalau manik-manik ada yang berasal
dari india selatan yang dulunya berdasarkan fungsinya di jadikan perhiasan pada
Abad XIII dan XIV.
Namun di dalam buku pak Ery bersama rekan-rekan peneliti lainnya
menjelaskan mata uang logam diperkirakan dijumpai pada tahun 1972-1977.
Menurut Purnawibowo (2007) terdapat 1.064 fragmen mata uang Cina yang
berasal dari pemerintahan Dinasti Song Abad ke 10-12 M dan Dinasti Tang pada
abad ke 7-8 M. Mata uang logam berupa koin-koin Cina yang banyak di temukan
di situs Kota Cina merupakan keberadaan bangsa Cina yang menguasai
perdagangan. Salah satunya adalah Koin Cina yang dilapisi patina ini adalah
koleksi Balai Arkeologi Medan, hasil temuan permukaan. Koin berdiameter 34
mm ini bertulisan di satu sisinya. Pertulisan yang tertera: Ch’ung Ning T’ung
Pao; dikeluarkan pada masa kekuasaan Kaisar Hui Tsung (1101-1125 M),
dengan gelar kekuasaannya antara tahun 1102--1106 M adalah Ch’ung Ning.
Manik-manik berbahan batuan setengah mulia yakni, kornelian. Situs-
situs lain di Indonesia yang juga mengandung temuan manik-manik kornelian
antara lain adalah situs Tri Donorejo (Demak,jawa Tengah) dengan konteks

28
temuan berupa keramik Dinasti Tang hingga Dinasti Sung (VII—XIII M);
sedangkan di situs Air Sugihan (Palembang) konteks temuannya berupa keramik
Cina masa Dinasti Sui (589—618 M). Berdasarkan identifikasi Manik-manik
kornelian kerucut ganda bersisi enam hasil ekskavasi dari sektor Keramat
Pahlawan, warna jingga, tembus cahaya; panjang 1,9 cm; tebal ujung 0,5 cm;
tebal tengah 1,1 cm. Manik-manik kornelian kerucut gafnda bersisi enam hasil
ekskavasi dari sektor Keramat Pahlawan, warna jingga, tembus cahaya; panjang
1 cm; tebal ujung 0,5 cm; tebal tengah 0,8 cm. Manik-manik kornelian bulat hasil
ekskavasi dari sektor Keramat Pahlawan, warna jingga, tembus cahaya;
berdiameter 0,9 cm (Soedewo dkk, 2011).
Dari hasil wawancara dengan Ery beliau mengatakan persepsi masyarakat
sebelum museum terbentuk barang-barang tersebut sudah di temukan kemudian di
jual dan punya nilai ekonomis. Sedangkan sekarang setelah museum sudah ada
apakah persepsi masyarakat berubah atau asumsi berubah dan ternyata museum
situs Kota Cina memiliki nilai sejarah. Hal ini berkaitan dengan keberagaman data
arkeologisnya kemudian bagaimana kalian menginterpretasikan.
Kesimpulan dari hasil wawancara dengan Ery sebagai ahli arkeologi
terungkaplah barang-barang yang di temukan di situs Kota Cina sebagai reflektor
atau cerminan. Nilai persatuan yang ada pada artefak tersebut dapat kita
refleksikan barang-barang tersebut dengan sendiri. Keberagaman di Kota Medan
bukanlah barang yang baru ini sudah terjadi di masa lampau yakni terjadi di situs
Kota Cina, bagaimana orang-orang pendatang etnis Cina berinteraksi dengan para
pendatang lainnya. Di sinilah telah terjadinya heterogenitas di masa lampau yang
seharusnya di refleksikan di masa sekarang. Pengaruh heterogenitas Cina dalam
aktivitas perdagangan telah membawa nilai kebaikan berupa persatuan di
antara bangsa lainnya. Etnis Cina yang telah terkenal mahir dalam
berdagang telah membentuk pola dan kehidupan serta peninggalan maupun
peradapan yang tinggi yang dimiliki manusia pada masa lampau.

29
Berikut data dari sumber sejarah dan arkeologi berkenaan dengan
komoditi perdagangan lain yang berasal dari luar Cina adalah sebagai
berikut (Purnawibowo, 2010:139):

Tabel 1: Keragaman komoditas dari berbagai etnis di Situs Kota Cina

Berdasarkan tabel diatas dapat di gambarkan di situs Kota Cina merupakan


pemukiman yang heterogenitas yang memiliki peradapan yang tinggi dan
merupakan saksi bisu bahwa artefak yang ada di situs Kota Cina memiliki nilai
kebaikan berupa persatuan yang sudah terjalin dari berbagai macam etnis Cina,
Asia Tenggara, India selatan, timur tengah maupun penduduk lokal hidup
perdampingan saling berinteraksi dan komunikasi. Inilah yang harus kita
refleksikan di kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Etnis Cina yang telah membawa artefak keramik dan mata uang logam di
wilayah situs Kota Cina memiliki pengaruh besar pada dunia perdagangan pada
saat itu. Banyak nilai-nilai yang bisa di ambil dari situs Kota Cina diantaranya
nilai keagamaan dan kebudayaan. Nilai keagamaan berupa keberadaan arca Tamil
yang bercorak Hindu pada masa lalu, artefak dari Timur Tengah dan Cina dapat
memberikan informasi kepada masa sekarang bahwa di lokasi situs pernah
terdapat beberapa agama yang berbeda yang saling berinteraksi satu sama lainnya
hal ini di pahami sebagai suatu kekayaan khasanah masa lalu yang bermuara pada
terciptanya kerukunan kehidupan beragama di masa sekarang maupun akan
datang (Purnawibowo, 2010-181). Hal inilah yang harusnya di jadikan sebagai
nilai kebaikan berupa persatuan di kehidupan sekarang.

30
Tidak hanya melahirkan nilai keagamaan tapi juga nilai kebudayaan hasil
budaya masa lalu yang ditemukan di situs ini merefleksikan adanya kekayaan
ragam jenis budaya, baik budaya materi maupun non materi yang tercermin dari
simbol-simbolnya.
Situs Kota Cina pernah menjadi lokasi bertemunya dan berinteraksi berbagai
ragam kebudayaan dengan latar belakang etnis dan bangsa yang beragam, hal ini
tercermin dari artefaktual yang ditemukan di situs ini yakni keramik dan tembikar
yang bersal dari Cina, Asia Tenggara dan Timur Tengah; Arca yang bergaya
Tamil (India Selatan); manik-manik dan kaca dari Nusantara bagian timur dan
Timur Tengah. Hal ini tentu saja dapat dijadikan sebagai benang emas kondisi
saat ini Kota Medan sebagai kota yang multietnik Melayu, Jawa, Tamil, Cina,
Arab dan Eropa. Dari sinilah kita bisa belajar pada situs Kota Cina persatuan
sudah lama tercipta di masa lampau, seharusnya kejadian yang membuat rengang
di Kota Medan kita bisa belajar melalui situs Kota Cina.
Jejak temuan artefak di situs Kota Cina ini merupakan rekam jejak
peradapan dan kejayaan perekonomian di masa lalu, kehidupan sosial-ekonomi
yang tinggi, teknologi yang sudah canggih, keberagaman etnis dan interaksi
masyarakat lokal maupun pendatang. Di dalam buku yang berjudul ‘’Penelitian
situs Dunia Sumatera Utara Situs Kota Cina’’ yang ditulis Ery dkk, dalam bab
terakhir situs Kota Cina satu-satunya situs permukiman dari masa praislam di
Sumatera yang masih dapat dilihat sisa-sisa keberadaannya. Beragam jenis
artefak yang ditemukan di situs ini merefleksikan kompleksitas aktivitas manusia
yang dahulu menghuninya. Benda-benda yang ditemukan juga merupakan
cerminan kontak situs ini dengan dunia luar, sehingga dapat dikatakan situs ini
sudah kosmopolitan pada masanya. Kedatangan para pedagang atau pelaut
mancanegara ke Kota Cina di dorong oleh ketersediaan sejumlah produk alam
Pulau Sumatera yang kala itu sangat diminati di pasar internasional. Kontak
budaya yang terjadi antara para pendatang dengan pribumi di Kota Cina di masa
lalu telah membawa perubahan budaya yang dampaknya masih terlihat hingga
kini. Pengaruh kebudayaan India (Hindu-Buddha) jejak-jejaknya tidak hanya bisa
diamati di situs Kota Cina dengan adanya temuan berupa arca-arca Hindu

31
maupun Buddha, serta sisa-sisa sruktur bangunan bata yang diduga adalah
reruntuhan candi; bahkan bisa juga diamati hingga ke daerah pedalaman seperti
di daerah Tanah Karo maupun Pakpak dan Dairi. Hal demikian menunjukkan
bahwa pada masanya dahulu, situs Kota Cina berperan penting dalam proses
perubahan budaya di kawasan Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan
khususnya. Jadi sangat jelaslah situs Kota Cina merupakan situs terpenting yang
merupakan entitas dan identitas Kota Medan yang multieknik.

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berawal dari adanya konfilik antar etnis Cina dan Warga setempat di Kota
Medan hingga berujung perpecahan dengan mengeluarkan kata-kata kebencian
dan di perpanjang dengan sebutan serta bulian terhadap warga asing lainnya dan
keadaan ini memanas dengan adanya pemilu April 2019 semakin memicu gejolak
warga dan multietnik ini membara di Kota Medan.
Dari kasus inilah penelitian ini hadir untuk bisa menghadirikan bagaimana
persatuan itu dibangun di masa lampau lalu kita terapkan dikebhidupan sekarang
maupun yang akan datang. Dari penelitian yang peneliti lakukan ini, peneliti dapat
menyimpulkan beberapa hal:
1. Situs Kota Cina merupakan salah satu museum di Kota Medan yang
merupakan entitas dan identitas Kota Medan.
2. Penemuan artefak di situs kota Cina yakni Keramik dan tembikar, Arca,
Mata uang logam dan manik-manik serta emas merupakan alat bukti
kejadian di masa lalu sebagai alat pemersatu bangsa yang harus di
refleksikan di masa mendatang terutama di kota Medan.
3. Keramik dan Tembikar yang berasal dari etnis Cina telah membawa
peradapan yang baru di masa lampau bahwa bangsa Cina berperan dalam
kehidupan sehari-hari dan di jadikan sebagai alat pemersatu bangsa.
4. Arca yang bergaya Hindu dan Budha yang berasal dari Tamil (India
Selatan) dan Cina telah membawa pesan persatuan keagamaan di masa
lalu dan seharusnya dijadikan cerminan bahwa berbeda-beda kepercayaan
bukan halangan untuk menjalin persatuan di Kota Medan.
5. Mata Uang Logam yang berasal dari Cina dan India Selatan di jadikan
sebagai alat transaksi perdagangan di masa lampau dan ini di jadikan
sebagai alat pemersatu pada zamannya.

33
6. Manik-manik dan Emas mempunyai peran penting sebagai perhiasan di
masa lampau. Emas dijadikan peradapan di Masa lampau dan telah terjadi
perkawinan antar etnis karena didirikannya pemukiman untuk pengolahan
tempat peleburan Emas di situs Kota Cina.
B. Saran
Penemuan Arkelogis berupa artefak keramik dan tembikar, arca, mata
uang logam, manik-manik dan emas yang terdapat di museum situs Kota Cina
membuktikan telah terbangun persatuan pada masa lampau. Kita perlui berlajar
sejarah bagaimana sejarah di Museum Situs Kota Cina dengan artefaknya mampu
membangun persatuan antar multietnik di Kota Medan. Semoga hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan refleksi di kehidupan sekarang terutama di Kota
Medan yang akhir-akhir ini terpecah belah.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ary, D., Jacobs, L. C., & Sorensen, C. (2010). Introduction to Research in


Education. USA: Wadsworth
Badaruddin, S. (2005). Isu-isu Kelautan : Dari Kemiskinan Hingga Bajak Laut.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BPS, B. P. S. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta:
Kementeian PPN/Bappenas.
Dhani, A. (2016, September). Sejarah Kebencian Terhadap Etnis Tionghoa.
Tirto.Id.
Guillot, Claude, dll., 2008. Barus Seribu Tahun Yang Lalu. Jakarta :
Kepustakaan Populer Gramedia
Hadiluwih, S. (2010). Konflik Etnik di Indonesia. Medan: USU Press.
Hasbullah. (2001). Sejarah Pendidikan Islam Indonesia Lintas Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jufrida,2007. Masuknya Bangsa Cina Ke Pantai Timur Sumatera. Balai
Arkeologi Medan, Edisi No.23/Tahun XI(1), 1–2.
Koestoro, L. P. (2006). Kota Di Pesisir Timur Sumatera Utara Dan Peninggalan
Tuanya. Medan: Balai Arkeologi Medan, 32-33.
Lestari, S. (2018). kerusuhan Mei 1998. News Indonesia.
Mayer-Oakes. (1990). Stewardship-a Basis for the Ideal Arcaheology of the
dalam H. F. Cleere (Ed.). Archaeological Heritage Management in the
Modern World. London: Unwim-Hyman.
McKinnon,E.E.1984. Kota Cina : Its Contex And Meaning in The Trade Of
Southeast Asia In The Twelfth To Fourteenth Centuries.Vol (1,2).
Muda, I. (2013). Potensi Konflik Horizontal di Kota Medan. PERSPEKTIF,
6(2), 138–144.
Notosusanto, N. (1971). Norma-norma dasar penelitian dan penulisan sejarah.
Pusat desjarah ABRI: Departemen Pertahanan-Keamanan.
Purnawibowo. (2010). Jejak Perdagangan Bebas Cina Di Situs Kota Cina dan
Pulau Kompei, BAS (25).133-136.Medan: Balai Arkeologi Medan.

35
Purnawibowo. (2013). Studi Kelayakan Arkeologi di Situs Kota Cina, Medan.
Balai Arkeologi Medan, 16(2), 170–186.
Purnawibowo, S. E. Al. (2008). Laporan Remaping Situs Kotacina Di
Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Medan: Balai Arkeologi Medan,1.
Purnawibowo, S. (2010). Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi Situs Kotacina,
dalam Jurnal Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. XIII No. 25, Maret 2010.
Medan: Balai Arkeologi Medan.
Rao, T.A. Gopinatha, 1971. Elements of Hindu Iconography Vol. I Part I.
Delhi: Indological Book House
Revida, E. (2016). Interaksi Sosial Masyarakat Etnik Cina dengan Pribumi di
Kota Medan Sumatera Utara. Jurnal Harmoni Sosial, 1(1), 23–27.
Soedowo,dkk. (2011). Penelitian Situs Dunia Di Sumatera Utara Situs Kota
Cina. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Medan.
Siregar, C. (2014). Pancasila, Keadilan Sosial, dan Persatuan Indonesia.
Humaniora, 5(1), 107–112.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suharyanto, A. (2015). Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 di Kota Medan. JPPUMA Jurnal
Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik Universitas Medan Area, 3(2), 175–
186.
Susanto, N. (2011). Nilai-Nilai Kehidupan Masa Lalu: Perspektif Pemaknaan
Peninggalan Arkeologi. Jurnal Naditira Widya, 5(2), 1–9.
Tribun Medan. (2019). Keterlaluan! Tak Senang Ditegur, Anak Pengusaha
Tampar Polisi. Tribun Medan.
Warsito. (2012). Antropologi Budaya. Yogyakarta: Ombak.

36
LAMPIRAN

A. Pedoman Wawancara Museum Situs Kota Cina.


a.1. Identifikasi Informan/Narasumber
1. Nama :
Ika
2. Jenis Kelamin :
Perempuan
4. Suku :
Jawa
5. Alamat :
Medan Marelan
6. Pendidikan Terakhir :
S1
7.Sudah berapa lama bekerja di Museum Situs Kota Cina/Arkeolog
Sekitar 5 tahun

a.1. Identifikasi Informan/Narasumber


1. Nama :
Ery Soedewo
2. Jenis Kelamin :
Laki-laki
4. Suku :
Jawa
5. Alamat Kantor:
Balai Arkeologi Medan

37
a.2.Museum Situs Kota Cina

Variabel Sub Variabel Pertanyaan Jawaban


Museum Keramik dan Benda apa ini
Situs Kota tembikar,
Cina Arca, Siapa pembuat benda
Uang Logam, ini
Manik-Manik
dan Emas Dimana benda ini di
buat

Kapan benda ini di


buat

Bagaimana di buatnya

Nilai apakah yang


tercermin dari
keberadaan artefak-
artefak yang di
temukan di situs kota
cina, dalam kaitannya
dengan kehidupan
masyarkat medan
yang heterogen

38
B. Pedoman Observasi
I. Identitas Lokasi
1. Tempat/lokasi :
2. Alamat :
3. Hari/tanggal :
4. Waktu :
II. Aspek yang diobservasi
Peninggalan artefak pada Museum Kota Cina

NO Objek Yang Di Morfologi Asalnya Masa/Zaman


Observasi
1 Keramik dan Tembikar
2 Arca
3 Uang Logam
4 Manik-Manik dan Emas

C. Dokumentasi
Berikut ini adalah bentuk dokumentasi yang kami ambil dari museum situs
Kota Cina:
1. Arca

Gambar 7. Arca Hindu

39
2.Keramik dan Tembikar

Gambar 8. Keramik dan Tembikar


3.Mata uang logam

Gambar 9. Mata uang logam


4.Manik- manik

Gambar 10. Manik-manik

40
5.Guci

Gambar 11. Guci


6. Miniatur kapal

Gambar 12. Miniatur kapal

7.Rempah-rempah

Gambar 13. Rempah-rempah

41
D.TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN PENJAGA MUSEUM

NO Narasumber Jawaban Situasi


1 Penjaga Kalo untuk tembikar dan keramik yang ada di Tegas
Museum museum situs kota Cina nilai nya lebih ke dan lugas
Kota Cina fungsinya, untuk kehidupan mereka sehari-
hari,misalnya untuk peralatan dapur, terus
peralatan masak, itu dilihat dari tembikar sama
keramiknya, cuman kalo untuk tembikarnya itu
dia lebih lama daripada keramik, kalo tembikar
kan kita tau dia kan pra-sejarah sedangkan
keramik baru-baru saja, kalo keramik kan lebih
modern, persatuan nya itu karena fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari.

Fungsinya itu nilainya itu untuk beribadah, jadi


kalo untuk sejarah yang pertama kali itu yang
singgah ke sini itu adalah orang India kita
mendapatkan 2 arca dari Hindu,Arca Wisnu dan
Arca Dewi lakshmi, setelah itu masuklah
Buddha itu ada Arca Amitaba itulah dia
fungsinya untuk agama,untuk beribadah.

Kalo untuk mata uang logam nya itu telah


terjadi bandar perdagangan internasional,jadi
uang logam nya ini untuk alat barter mereka,
dari negara-negara kayak Tiongkok terus
Thailand, terus India mereka mengambil
komoditi yang ada di kota Cina seperti kayu
manis,belerang itulah dia untuk alat tukarnya .

42
Kalo manik-manik dia kan lebih ke perhiasan
dan juga bisa ke peribadatan juga dan untuk
pemujaan,dan emas juga gak hanya perhiasan
juga namun dia juga berfungsi untuk pemujaan
maksudnya persembahan, kalo manik-manik dia
lebih ke agama Hindu.

43

Anda mungkin juga menyukai