DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 7
A Reguler 2019
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan mini riset yang berjudul “Perang Jagaraga di Bali”, mata kuliah
Sejarah Indonesia Masa Kolonial. Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga
tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari beberapa pihak yang memotivasi
dalam pembuatan makalah ini supaya lebih baik dan efisien.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Rosmaida Sinaga, M. Hum, sebagai dosen Sejarah Indonesia Masa Kolonial, yang
telah memberikan tugas dan membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN............................................................................................35
3.2 SARAN........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyelidikan terhadap areal perang. Dalam hal ini, Belanda juga mengakui
kecerdikan daripada rakyat Jagaraga dalam melakukan siasat perang.
Adapun proses jalannya perang Jagaraga tersebut, diawali pada tanggal 7
Maret 1848, yang mana kapal-kapal perang milik Belanda melintas di sekitaran
perairan Buleleng. Kemudian pada tanggal 27 April 1848, pemerintah Belanda
mengumumkan perang kepada rakyat Jagaraga. Lalu pada tanggal 6 Juni 1848,
Belanda mulai melakukan ekspedisi kedua dengan mendarat dj pantai Sangsit.
Adapun dalam ekspedisi kedua tersebut, mereka dilengkapi oleh 22 kapal perang
serta kelengkapan persenjataan. Kemudian, pada tanggal 8 Juni 1848, para
pasukan Belanda yang terbagi atas 4 devisi mulai melakukan penyerangan. Hal
tersebut kemudian menyebabkan terjadinya pertempuran hebat di desa Bungkulan.
Pada tanggal 9 Juni Mayor Sorg berhasil menguasai Bungkulan, namun pada
pertempuran di hari tersebut, rakyat Jagaraga menang dengan menggunakan siasat
yang telah mereka siapkan. Dengan demikian pada tanggal 20 Juni 1848 pasukan
Belanda kembali ke Jawa. Kemudian pada tanggal 14 April 1849, memulai
ekspedisi ketiga dengan mendarat di pantai Sangsit. Dalam ekspedisi ketiga ini
Belanda mampu menguasai induk dari rakyat Jagaraga.
2
selaku penulis menyusun makalah ini, yang mana berjudul " Perang Jagaraga di
Bali ".
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Geografis
Daerah Bali pada masa lampau terbagi atas Sembilan buah kerajaan, yaitu
Kerajaan Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bandung, Mengwi, Gianyar, Klungkung,
Bangli dan Karangsem. Masing-masing daerah di perintah oleh raja sebagai
kepala pemerintahannya. Jagaraga merupakan sebuah desa yang dahulu
merupakan daerah yang berhutan. Jagaraga terletak di wilayah Buleleng bagian
timur. Desa jagaraga menjadi ibu kota kerajaan Buleleng setelah kota Singaraja di
bakar oleh Belanda pada tahun 1846, yaitu pada waktu ekspedisi Belanda pertama
kali ke Buleleng.
4
merupakan wilayah yang letaknya sangat strategis. Antara satu kampong dengan
kampong yang lainnya, dibatasi oleh sungai-sungai yang saat itu airnya mengalir
deras. Sungai-sungai itu mempunyai peranan yang sangat membantu pihak
Jagaraga dalam peristiwa tahun 1848 karena dipakai untuk menggenangi sawah-
sawah selaku medan pertempuran yang sungguh-sungguh mempersulit gerakan
maju tentara Belanda. Belanda tidak perpengalaman bertempur dalam medan
seperti itu.
5
pada tahun 1691, kemudian Mengwi. Kebiasaan zaman dahulu adalah
kerajaan yang ditaklukkan di satukan dengan perkawinan. Ki Gusti
Ngurah Panji Sakti menikah dengan Ki Gusti Ayu Rai. Tidak lama
kemudian Ki Gusti Ngurah Panji Sakti menyerang kerajaan Badung.
Pertempuran seru ini terjadi di Taensiat. Peperangan ini diakhiri dengan
perkawinan Panji Sakti dengan seseorang perempuan Wesia dari Banjar
Ambengan Badung.
Tidak ketinggalan Ki Gusti Ngurah Panji Sakti mangkat. Pemerintahan di
Buleleng kini di pegang oleh putranya yang sulung bernama Ki Gusti
Ngurah Panji Gede dan diwakili oleh adiknya yang tinggal di Puri
Sukasada. Tentang pemerintahan kediia saudara ini tidak banyak
diketahui. Setelah kedua bersaudara ini mengkat yang menduduki Tahta
kerajaan ialah Ki Gusti Ngurah Panji Bali yaitu anak dari Ki Gusti
Ngurah Panji Made. Dalam masa pemerintahannya beliau mengadakan
perbaikan Puri Singaraja. Ki Gusti Ngurah Panji Bali memiliki 2 putra
tetapi memiliki ibu yang berbeda. Putra yang pertama bernama Ki Gusti
Ngurah Panji yang menjadi raja di Sukasada dan adiknya bernama Ki
Gusti Ngurah Jelantik yang menjadi raja di Singaraja. Ki Gusti Ngurah
Panji Bali membagi kerajaan Buleleng menjadi dua, hal dilakukan untuk
menghindari perang saudara. Namun, tindakan yang dilakukan gagal
yang menyebakan terjadinya perang saudara.
2. Perang Saudara
Makin lama pertentangan antara kakak beradik yaitu I Gusti Ngurah
Panji raja Sukasada melawan I Gusti Ngurah Jelantik raja Singaraja
makin meruncing. Hal ini disebabkan, karena sama-sama merasa tidak
puas dan akhimya meletuslah perang saudara. Raja Singaraja I Gusti
Ngurah Jelantik minta bantuan kepada raja Amlapura (Karangasem) yang
bernama I Gusti Ngurah Ketut Karangasem dan patihnya Ki Gusti
Nengah Sibetan yang menjabat Adipati di Selat, Karangasem. Diadakan
perjanjian antara raja Singaraja dengan raja Karangasem di mana
ditetapkan, bila I Gusti Ngurah Jelntik dapat mengalahkan kakaknya raja
Sukasada, raja Karangasem akan diberikan ikut memerintah di Buleleng.
6
Kemudian didatangkan bala bantuan dari Karangasem menuju Buleleng
dan terus berkurnpul di purl Singaraja. Raja Sukasada yang mendengar
berita bahwa I Gusti Ngurah Jelantik minta bantuan ke Karangasem,
mulai bersiap-siap untuk mengadakan perlawanan terhadap Singaraja.
Pada tahun 1804 meletuslah perang saudara itu. Berkat bantuan yang
didatangkan dari Karangasem, akhimya raja Sukasada menderita kalah.
Sejak saat itu pemerintahan di Buleleng dipegang oleh I Gusti Ngurah
Jelantik dan beristana di Singaraja. Atas perintah Ki Gusti Ngurah Ketut
Karangasem, maka I Gusti Nyoman Karangasem dari Karangasem diberi
kekuasaan untuk bersama-sama memerintah di Singaraja sebagai raja
bawahan. Setelah I Gusti Ngurah Jelantik wafat, atas persetujuan raja
Karangasem pemerintahan di Buleleng dipegang oleh I Gusti Nyoman
Karangasem. Sedangkan anak dari I Gusti Ngurah Jelantik 12 yang
bemama I Gusti Bagus Jelantik Banjar dijadikan patih di Bangkang,
sebelah barat Banyumala Mulai saat itu pemerintahan di Singaraja
dipegang oleh keturunan raja-raja Karangasem.
3. Masa Pemerintahan
Raja-Raja Karangasem Tiada berapa lama I Gusti Nyoman Karangasem
menjadi raja di Buleleng beliau wafat, dan diganti oleh Ki Gusti Agung
Made Karangasem Sari dari Karangasem. Beliau juga tidak lama
memerintah kerajaan Buleleng karena tiga tahun kemudian ia meletakkan
jabatan. Ia digantikan oleh I Gusti Ngurah Agung yang akhirnya wafat di
desa Pengambengan Jembrana, karena rakyat Jembrana tidak setuju
diperintah raja tersebut. Sedangkan I Gusti Bagus Jalantik Banjar yang
menjadi patih di Bangkang meninggal karena tertirnbun tanah longsor
pada tahun 1738 (1829 M).
Beliau memindahkan purl Singaraja ke sebelah barat jalan. Masa
pemerintahannya penuh dengan kekejaman. Ia menjalankan
pemerintahan dengan tangan besi, sehingga rakyat mengalami kecemasan
dan penderitaan. Beliau tidak segan-segan menjatuhkan hukuman mati
terhadap rakyatnya. Tidak mengherankan bila dalam masa
pemerintahannya timbul ketidakpuasan di kalangan kaum bangsawan dan
7
rakyat. Pada suatu ketika meletus pemberontakan yaitu pada saat
diadakan pertunjukan wayang di istana. Terjadilah huru-hara sehingga
banyak yang menjadi korban. Keesokan harinya raja mengerahkan semua
tentaranya untuk menyerang para bangsawan yang ada di Buleleng dan
Sukasada. Dalam serangan ini ratusan kaum bangsawan meninggal.
Banyak yang dapat meloloskan diri, kemudian terus mengungsi. Di
antaranya yang lolos ialah Ki Gusti Made Kari dan Ki Gusti Ketut Panji
yang dulu tinggal di Sukasada pindah ke Mengwi. Pengungsian para
bangsawan ini penting artinya bagi perkembangan keluarga bangsawan
Singaraja selanjutnya. Ki Gusti Nyoman Panji dan saudaranya Ki Gusti
Ketut Jelantik Sangket pindah 13 ke desa Paitji yang kemudian
menurunkan para bangsawan Bangkang. Banyaklah bangsawan yang
berpindahan akibat kekejaman raja I Gusti Agung Pahang; ada yang lari
ke Tabanan, Kubutambahan dan ada pula yang lari ke Lombok yaitu Ki
Gusti Ketut Jelantik Juali yang menetap di Karang Buleleng - Sasak.
Pada tahun 1823 I Gusti Agung Pahang merencanakan untuk menyerang
Karangasem. Tepi karena rakyat tidak sependapat, sesampainya di desa
Bukti, yaitu di sebelah timur desa Kubutambahan, rakyat memberontak,
sedangkan I Gusti Agung Pahang sempat melarikan diri ke Karangasem.
Sampai di Karangasem ia dibunuh oleh tentara Karangasem atas perintah
raja Karangasem yaitu I Gusti Gede Lanang Paguyangan. Pada tahun
1843 I Gusti Ngurah Made Karangasem Sari menjadi raja di Buleleng
dengan dibantu kemenakan beliau I Gusti Ketut Jelantik Gingsir
menjabat sebagai patihnya. Beliau merupakan seorang raja yang
bijaksana dan pemberani yang berhasil mempersatukan kembali
Buleleng. Beliau pemah menaklukkan desa-desa di pegunungan Bangli
terutama desa Payangan. Pada masa pemerintahan beliau inilah Buleleng
menjadi gelanggang pertumpahan darah, rakyat Buleleng bersatu padu
menentang penjajah Belanda.
8
dengan menghujankan tembakan-tembakan meriam dari pantai Sangsit. Bagi
Belanda pantai Sangsit harus dikuasai dan dipertahankan sebab Sangsit
merupakan salah satu pantai yang masih bisa digunakan sebagai penghubung
antara Bali dengan Batavia. Disamping itu penduduk Sangsit dengan mudah dapat
dibina agar membantu pemerintah Belanda. Dalam ekspedisi Belanda yang kedua
ini, Belanda telah mempersiapkan pasukannya secara matang. Dalam ekspedisi
ini, pasukan militer Belanda diangkut oleh kapal-kapal perang sebanyak 22 buah
seperti : kapal perang Merapi, Agro, Etna, Hekla, Anna, A.R. Falck, Ambonia dan
Galen dan sebagainya. Masing-masing kapal perang itu dilengkapi dengan
persenjataan yang berupa meriam dan persenjataan lainnya.
Di Bali terdapat hukum tawan karang. Yaitu hukum yang memberikan hak
kepada kerajaan di Bali untuk merampas kapal-kapal yang terdampar di perairan
Bali dan seluruh isinya termasuk anak buah kapal sebagai asset mereka. Hukum
Tawan Karang tetap saja dilakukan oleh rakyat Buleleng sepanjang pesisir.
Bahkan sering mengganggu pelayaran Belanda.
9
Pada tahun 1841, Belanda mengadakan suatu perjanjian dengan raja
Buleleng dimana hukum Tawan Karang tersebut tidak berlaku kepada kapal-kapal
Belanda. Pada tahun 1844 perjanjian tersebut dijalankan. Pada tahun itu juga,
ketika sebuah kapal milik Belanda terdampar di Bali, kapal itu dirompak dan
protes atas perlakuan itu diabaikan, yang berarti penguasa Bali melanggar
kesepakatan, sehingga pemerintah colonial Belanda di Jawa tak bisa lagi
mentoleransi dan melancarkan ekspedisi.
Latar belakang dari kerajaan Buleleng adalah Patih Jelantik tetap pada
pendiriannya semula yaitu bertekad mengusir Belanda dari wilayah kerajaan
Buleleng. Untuk mewujudkan keinginan ini, Patih Jelantik mempersiapkan Desa
Jagaraga sebagai pusat kegiatan untuk mencapai maksudnya. Namun tindakan-
tindakan serdadu Belanda merampas ibukotanya merampok rumah-rumah rakyat
menimbulkan dendam pada rakyat Buleleng. Maka Patih Jelantik secara rahasia
telah mengirimkan mata-mata untuk mengetahui kegiatan serdadu Belanda di
Pabean dan kemudian mengambil kesimpulan bahwa Belanda telah
mempersiapkan suatu penyerangan besar-besaran terhadap Jagaraga. Karena itu
Patih Jelantik memutuskan memperkuat Jagaraga dalam system perbentengan,
kekuatan lascar, dan persenjataan.
10
memberi kesempatan kepada pemeirntah Hindia Belanda untuk mengikat negara
itu dengan suatu perjanjian yang akan membuka pintu untuk mengadakan
hubungan poilitik dengan negara-negara diseluruh Bali. Pada tahun 1841 juga
diaadakan perjanjian dengan raja-raja Klungkung, Badung, dan Buleleng.
11
Patih Buleleng, Gusti Ketut Jelantik, dengan tegas mengatakan bahwa
tuntutan tersebut tidak mungkin diterima. Gusti Jelantik yang terkenal sangat
menentang Belanda mengetahui akibat yang akan terjadi dengan penolakan
tuntutan pemerintah Hinida Belanda tersebut. Ia menghimpun pasukan,
menggiatkan latiahan berperang, serta menambah perlengkapan dan persenjataan
guna menghadapi hal-hal yang tidak diingikan.
A. Sebab Umum
1. Dari pihak Buleleng:
a. Karena ingin menuntut balas atas kekalahannya dalam pertempuran
tahun 1846 di Buleleng.
b. Karena adanya ketidakpuasaan dan kebencian luar biasa dari raja
berserta rakyat yang merasa terhina akibat perjanjian tahun 1846
dan merasa kedaulatannya di langgar.
c. Tidak sanggupnya Buleleng membayar pampasan perang yang
dianggap terlalu memberatkan pihak Buleleng.
2. Dari pihak Belanda:
a. Karena Buleleng dianggap tidak menepati perjanjian tahun 1846.
b. Karena rakyat Buleleng sering mengganggu tempat kedudukan
tentara Belanda yang ditinggalkan di Buleleng.
12
c. Ketakutan pada pihak Belanda akan pengaruh raja Klungkung yang
telah berhasil mempersatukan raja-raja di Bali untuk melawan
Belanda.
d. Karena tawan karang masih ditetap dijalankan oleh rakyat di
Buleleng, yaitu bahwa Buleleng berjanji tidak melaksanakannya
lagi.
B. Sebab Khusus:
Faktor yang menyebabkan perang Bali antara tahun 1846-1849. Masalah
utamanya adalah adanya hak tawan karang yang di miliki raja-raja Bali.
Hak ini di limpahkan kepada kepala desa untuk menawan perahu dan
isinya terdampar diperairan wilayah kerajaan tersebut. Antara Belanda
dan kerajaan Buleleng dengan rajanya yaitu raja I Gusti Ngurah Made
Kerang Asem beserta Patih I Gusti Ketut Jelantik telah ada perjanjian
pada tahun 1843 isinya pihak kerajaan akan membantu Belanda jika
kapalnya terdampar di wilayah Buleleng namun perjanjian itu tidak dapat
berjalan dengan semestinya.
Pada tahun 1844 kapal Belanda terdampar di wilayah Buleleng Timur
(Sangsit) dan Buleleng Barat (Prancah). Dengan adanya kejadian tersebut
Belanda menuntut agar kerajaan Buleleng melepaskan hak tawan karanya
sesuai perjanjian tahun 1843 itu namun di tolak. Kejadian tersebut
dijadiin alasan oleh Belanda untuk menyerang Buleleng.
2.2 PROSES JALANNYA PERANG JAGARAGA
A. Persiapan Perang Jagaraga
13
dari raja Buleleng. Sepucuk surat tersebut berisi permintaan kesediaan daripada
raja-raja untuk mengusir Belanda dari pulau Bali. Dalam hal ini juga diminta
kepada setiap raja-raja untuk memberikan sumbangsih dengan menambah jumlah
lascar dan juga membantu dalam hal persenjataan. Ternyata surat tersebut
mendapat respon yang posistif dari raja-raja tersebut. Mereka mendukung
keputusan dari raja Buleleng dan patih Jelantik tersebut, maka kemudian pasukan
dikerahkan ke Jagaraga.
14
bentuk latihan yang dilakukan terfokus dalam hal sistem pertahanan dan
penyerangan.
15
mengintai dan juga kamar-kamar yang digunakan untuk menyimpan berbagai
perlengkapan serta kamar-kamar yang digunakan untuk bala bantuan selama
perang berlangsung. Tembok yang dibangun tersebut terletak di tepi barat sungai
Bungkulan sampai kepada tepi jurang desa Jagaraga bagian barat. Dikarenakan
area perang berbukit serta berlembah, tembok ini dibuat terputus-putus, yang
mana kemudian berakhir di dekat tepi sungai Sangsit. Pada bagian belakang
tembok benteng utama ini digunakan sebagai pusat markas serta pusat komando
yang disebut Pura Dalem Jagaraga, dan sekitar 500-600 meter dari belakang pura
tersebut terdapat desa Jagaraga, yang mana akan dijadikan sebagai pusat
perbekalan bagi para pasukan perang. Sistem perbentengan yang dibangun I Gusti
Ketut Jelantik ini disebut dengan nama makara wyuha atau supit udang.
I Gusti Ketut Jelantik sebagai komando atau pemimpin dari perang ini,
berada pada bagian atas. Dalam hal ini Beliau memiliki peran untuk dapat
mengatur seluruh pasukan. Adapun pada bagian kanan serta kiri ujung supit akan
ditempatkan pasukan-pasukan yang dianggap lebih cerdik serta dapat memahami
situasi serta kondisi dari medan perang yang akan mereka lewati. Kemudian pada
bagian depan serta belakang merupakan tempat bagi pasukan gabungan dari
beberapa utusan-utusan dari kerajaan-kerajaan setempat. Sedangkan pada bagian
belakang akan ditempatkan pasukan bala bantuan untuk membantu pasukan
lainnya selama perang tersebut berlangsung. Beberapa pasukan dari kerajaan-
kerajaan setempat yang turut serta dalam perang, yakni diantaranya Mengwi,
Jembrana, Klungkung, Karangsem, serta Gianyar. Selain I Gusti Ketut Jelantik,
istri Beliau yang bernama Jero Jempiring, juga berperan serta dalam perang ini,
yakni sebagai pemimpin dari pasukan yang bertugas untuk menjaga tempat-
tempat suci. Sistem perbentengan supit udang ini tentu merupakan taktik yang
teah dipersiapkan oleh Patih Jelantik untuk melawan pasukan Belanda.
Selain daripada sistem perbentengan supit udang, area perang yang telah
dipilih oleh Patih Jelantik, yakni desa Jagaraga diharapkan mampu membantu
pasukan Buleleng dalam menghadapi Belanada. Adapun hal ini tentu juga dapat
mempersulit pasukan Belanda, selain hal itu, untuk dapat masuk ke desa Jagaraga,
pasukan Belanda hanya dapat melewati satu jalan saja. Benteng yang dibangun
16
oleh I Gusti Ketut Jelantik ini telah rampung dibangun pada tahun 1847. Sebagai
pemimpin dalam pasukan Buleleng ini, I Gusti Ketut Jelantik merasa senang serta
memiliki keyakinan yang tinggi serta kuat untuk menghadapi pasukan Belanda.
Adapun dalam buku berjudul Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan
Kolonialisme di Daerah Bali yang ditulis oleh Sutaba (1983 : 39), dijelaskan
bahwa I Gusti Ketut Jelantik telah mulai melaksanakan beberapa penyerangan
yang sifatnya gerilya di daerah Pabean. Kemudian, Ia juga menyuruh nelayan-
nelayan Buleleng untuk merampok kapal-kapal yang berbendera Belanda yang
melewati pesisir utara Buleleng. Tentu tindakan dari I Gusti Ketut Jelantik
tersebut menimbulkan kemarahan para serdadu Belanda.
B. Strategi Perang Pasukan Belanda
Pada perang sebelumnya, yang mana terjadi pada tahun 1846, dalam hal
material Belanda menang dalam perang tersebut, namun dalam hal moril Belanda
kalah, dan tentunya pihak Belanda mengakui tentang hal tersebut. Di dalam
perang sebelumnya pasukan Belanda menggunakan siasat gertakan, yaitu dengan
mengerahkan semua pasukan yang disertai dengan kapal laut yang akan
memberikan tembakan-tembakan kepada pasukan rakyat Buleleng, dengan tujuan
menggertak pasukan tersebut. Namun, hal tersebut nyatanya tidak menyusutkan
perjuangan dari rakyat Buleleng dan justru semakin bertekad untuk melawan serta
17
mengusir Belanda dari tanah mereka. Pasukan Belanda sendiri menjadikan pantai
Sangsit yang terletak sekitar 4,5 Km di sebelah Barat Bungkulan sebagai pusat
awal penyerangan mereka dan juga sebagai tempat pertahanan mereka serta
sebagai tempat segala bentuk keperluan perang Belanda termasuk dalam hal
persediaan makanan. Maka Belanda berusaha mempertahankan pantai Sangsit
tersebut dari penyerangan rakyat Buleleng.
18
Selain itu, pasukan rakyat Jagaraga dengan bantuan alam berusaha menyaingi
kemodernan senjata pasukan Belanda, salah satu dengan menggunakan pasir.
Pasir tersebut akan digunakan jika pasukan Belanda melempar granat, maka
dengan pasir tersebut akan membuat granat tidak akan meledak.
19
Gambar 2. Perang Jagaraga di Bali (1848-1849)
Sumber : https://amp.kompas.com/skola/read/2021/02/16/141453969/puputan-
jagaraga-1848-1849
Dalam pertempuran ini senjata-senjata serta perlengkapan-perlengkapan
perang tersedia, diantaranya seperti granat, senapan, kapal-kapal perang, infantri,
dan sebagainya. Dalam buku yang berjudul Sejarah Perlawanan terhadap
Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bali yang ditulis oleh Sutaba (1983 :
42), dijelaskan kapal-kapal perang yang digunakan oleh Belanda dalam
pertempuran tersebut, yakni kapal Merapi, Etna, Vesuvius, Hekla, Argo de Rijn,
Dolphijn, Circe, Doris, Ambonia, A.R' Faclk, Anna Margaretha, Pieter
Floriszoon, Van Galen, Staatsraad Baud, Minerva, Anna Elisa, Maxirniliaen
Theodoor, Nassau Hertor, Fatool Barie. Berbeda dengan rakyat Jagaraga yang
hanya menggunakan peralatan-peralatan perang yang sederhana, seperti pedang
serta ombak. Namun, selain itu rakyat Jagaraga juga menggunakan alam dalam
membantu mereka dalam pertempuran tersebut, yakni pasir, air, serta bukit dan
sawah yang diharapkan mampu mempersulit pergerakan pasukan Belanda.
Dan seperti halnya yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya rakyat telah
menggali parit yang akan digunakan sebagai jebakan. Dengan berbagai siasat
yang telah disediakan oleh rakyat Jagaraga ini berhasil melawan gertakan yang
dilakukan oleh pasukan Belanda. Adapun pada tanggal 8 Juni 1848, Belanda
kembali ke pantai Sangsit. Pada saat hari masih pagi Belanda membuat tembakan
meriam dari kapal-kapal perang milik Belanda. Namun, ternyata terdapat
20
beberapa orang rakyat Jagaraga yang menjaga pantai tersebut, terkhususnya di
Bungkulan di sebelah timur Sangsit. Dalam hal itu mereka bertugas sebagai mata-
mata untuk mengintai segala bentuk pergerakan yang dilakukan oleh pasukan
Belanda. Dalam penyerangan itu Tentara Belanda terbagi atas 4 devisi, yakni
yaitu yang pertama dipimpin oleh LetKol. Sutherland, yang kedua yaitu devisi
reserve di pimpin oleh Mayoor Sorg, yang ketiga di bawah pimpinan oleh
Let.Kol. Le Bron de Vexela dan yang terakhir devisi ke empat dipimpin oleh
Mayoor de Vos.
Pada tanggal 8 Juni tersebut, baik dari devisi satu, dua, tiga, serta empat
yang telah sampai di pantai Sangsit tersebut mendapat perlawanan dari rakyat
yang telah lebih dahulu ada di tempat tersebut untuk mengintai pergerakan dari
pasukan Belanda. Devisi tiga dan devisi empat yang telah mendarat mendapat
serangan yakni pukulan yang membuat kaget pasukan Belanda. Selain itu, devisi
pertama juga tak luput dari penyerangan rakyat Jagaraga tersebut. Maka dengan
terjadinya penyerangan oleh rakyat Jagaraga terhadap devisinya, pasukan Belanda
kemudian membuat tembakan-tembakan untuk memggertak pasukan rakyat
Jagaraga tersebut. Kemudian, Mayoor de Vos sebagai pemimpin dari devisi
empat, memerintahkan pasukannya untuk memberikan perlindungan terhadap
sayap kanan dari devisi pertama dan devisi ketiga. Dilain sisi rakyat Jagaraga
yang berada Bungkulan, 4,5 Km di sebelah timur Sangsit juga telah menyiapkan
penyerangannya. Maka dengan demikian, terjadilah pertempuran di antara rakyat
Jagaraga dengan pasukan Belanda. Adapun pertempuran tersebut pada akhirnya
menimbulkan korban jiwa dari pihak Belanda, yakni Lt. Wiebers yang merupakan
seorang perwira Belanda, kemudian terdapat 2 (dua) orang tentara Belanda. Selain
itu, terdapat 7 (tujuh) orang lainnya yang menderita luka-luka.
Kemudian, di tanggal 9 Juni 1848 pimpinan devisi dua, yaitu Mayoor Sorg
berupaya untuk dapat menguasai Bungkulan, yang mana pada saat itu masih
dipertahankan oleh rakyat. Sementara ketiga devisi lainnya langsung menuju desa
Jagaraga. Adapun jarak antara Bungkulan ke desa Jagaraga, yakni sekitar 7,5 Km.
Dalam perjalanan menuju desa Jagaraga tersebut, pasukan Belanda dihadapkan
beberapa rintangan, selain daripada kondisi jalan yang tidak bagus, adanya
21
beberapa jebakan-jebakan yang telah dibuat oleh rakyat Jagaraga, membuat
pasukan Belanda harus demikian berhati-hati. Seperti yang telah dijelaskan di
awal bahwasanya rakyat Jagaraga telah menyiapkan beberapa jebakan, seperti
diantaranya pagar bambu yang berduri. Selain daripada jebakan-jebakan tersebut,
perjalanan pasukan Belanda tersebut semakin dipersulit dengan adanya beberapa
pasukan rakyat Jagaraga yang mengintai. Dalam perjalanan menuju desa Jagaraga
tersebut, pasukan Belanda menemukan benteng-benteng yang telah dibangun oleh
rakyat Jagaraga.
22
demikian maka akan membuat pasukan Belanda tercerai-berai. Pada akhirnya
siasat yang dijalankan itu berhasil, pasukan Belanda terpencar. Beberapa pasukan
dan tentara Belanda yang terpencar ke tengah sawah dipermainkan dengan cara
menggenangi sawah dengan air. Dengan demikian akan membuat pasukan
Belanda tersebut kebingungan.
23
tersebut, akhirnya pasukan Belanda kembali ke Jawa pada tanggal 20 Juni 1848.
Dengan kondisi demikian, dapat dilihat bahwasanya dalam ekspedisi kedua ini
Belanda mengalami kekalahan.
24
Belanda berhasil menyandera sekitar 1.000 orang pasukan Bali. Dan Bali bagian
utara juga berhasil dikuasai oleh Belanda. Dalam hal ini meski mengalami
kekalahan, dapat terlihat upaya dari rakyat Jagaraga dalam melawan Belanda
dengan siasat yang luar biasa.
25
mendirikan monumen perang Jagaraga di desa Jagaraga untuk mengenang jasa
Beliau.
26
Gambar 6. Raja Karangasem
Sumber : https://kelasips.com/perang-jagaraga-di-bali/
D. Raja Buleleng
Seperti yang telah dijelaskan bahwasanya Raja Buleleng yang membuat
surat yang dikirim kepada raja-raja lainnya untuk membantu pasukan rakyat
dalam menghadapi pasukan dari Belanda. Raja Buleleng juga memberikan
komando kepada pasukan selama perang Jagarag tersebut berlangsung.
27
2.4 DAMPAK PERANG JAGARAGA BALI
Akhir dari perang jagaraga adalah pada tahun 1849, Belanda kembali
mengirim ekspedisi militer di bawah pimpinan Mayor Jenderal Michies. Mereka
menyerang benteng Jagaraga dan merebutnya. Belanda juga menyerang
Karangasem. Pada 1906, Belanda menyerang kerajaan Badung. Raja dan
rakyatnya melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan. Perang yang
dilakukan sampai titik darah penghabisan dikenal sebagai Puputan.
A. Bidang Politik
1. Dikuasainya seluruh pulau Bali oleh Belanda
2. Berkurangnya kekuasaan raja pada kerajaannya bahkan raja dapat
dikatakan menjadi bawahan belanda
B. Bidang Ekonomi
1. Dikuasainya monopoli perdagangan di bali karena bali merupakan
daerah yang banyak dikunjungi bangsa asing
C. Bidang sosial
1. Banyaknya tatanan sosial yang dirubah oleh Belanda termasuk di
hapuskan nya adat sute pada upacara ngaben.
28
Adapun dalam pertempuran yang terjadi antara tahun 1848 sampai tahun
1849, tentu memberikan dampak yang signifikan terkhusus bagi Belanda. Dapat
diketahui dari pemaparan mengenai proses terjadinya perang Jagaraga, Belanda
cukup mengalami kerugian. Adapun beberapa dampak perang Jagaraga terhadap
Belanda, yaitu secara formal diketahui bahwasanya Belanda memenangkan
perang Jagaraga itu, dengan menggunakan siasat tipu muslihat, yakni dengan
mengaku bahwasanya Belanda telah menguasai kerajaan Buleleng, yang pada
akhirnya membuat raja-raja yang sebelumnya memberikan bantuan berupa
pasukan perang, setelah mendengar tipu muslihat Belanda tersebut menjadi
enggan untuk membantu kembali.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwasanya salah satu taktik yang
dijalankan oleh Belanda untuk dapat menguasai daerah-daerah yang ada di Bali,
yakni dengan menggunakan siasat tipu muslihat. Selain menipu raja-raja agar
tidak membantu perang di Jagaraga, Belanda juga menipu dengan mengatakan
akan memberikan kebebasan kepada rakyat Bali dari segala bentuk penindasan
serta kekerasan serta tindakan sewenang-wenang dari raja-raja. Namun, hal
tersebut hanyalah suatu siasat Belanda agar rakyat memiliki pandangan yang
positif terhadap Belanda.
29
akan memberikan keselamatan serta akan mensejahterakan bangsa Indonesia.
Namun, justru yang terjadi adalah kebalikannya, yang mana rakyat menderita
sengsara serta hidup dengan kemiskinan. Tetapi Belanda tidak pernah berhenti
untuk menarik simpati dari rakyat Bali, dengan adanya sense of duty yang mereka
miliki, Belanda berusaha seolah-olah sebagai penyelamat bagi rakyat yang
tertindas dari tindakan sewenang-wenang raja-raja setempat.
Tentu dalam hal ini terdapat tujuan tersembunyi yang ingin dicapai oleh
Belanda, yakni dengan hal itu akan terjadi perselisihan diantara raja-raja yang ada
di Bali dengan rakyat-rakyatnya. Dengan munculnya perselisihan tersebut tentu
akan semakin mempermudah Belanda dalam menguasai daerah-daerah di Bali.
Karena dengan hal tersebut, tentu memungkinkan melemahnya persatuan serta
kesatuan diantara bangsa Indonesia yang ada di Bali. Dan dengan hal itu akan
memberikan peluang serta kesempatan yang besar bagi Belanda dalam mencapai
tujuannya.
30
masing-masing demi kepentingan bangsa kita yaitu agar bangsa kita bisa
meraih cita-citanya untuk menjadi negara yang merdeka. Selain itu dari
peristiwa itu juga menimbulkan kerugian material yang cukup banyak.
Tetapi semua kerugian itu akhirnya dapat terbayarkan karena akhirnya
bangsa Indonesia bisa merasakan kemerdekaannya dan menjadi negara
yang mandiri.
31
Berdasarkan latar belakang tersebut, perjuangan heroik dalam perang di
Buleleng merupakan sejarah pertama masuknya penjajah Belanda ke
Bali. Beberapa faktor yang melatarbelakangi pendirian Monumen
Jagaraga ini antara lain sebagai peringatan terhadap suatu peristiwa dan
sebagai penghargaan serta penghormatan jasa-jasa para pahlawan yang
gugur dalam pertempuran melawan Belanda.
a. Religius sebagai salah satu nilai karakter sebagai sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut toleran terhadap
pelaksanaan ibadah lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau
menghormati Setiap tindakan yang orang lain lakukan.
c. Jujur, jika diartikan adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu
informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran sebenarnya.
d. Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh
tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan
selalu mengutamakan dan memperhatikan kepuasan hasil pada setiap
kegiatan yang dilakukan.
e. Kreatif adalah kemampuan untuk memberikan suatu gagasan baru dalam
pemecahan masalah.
f. Semangat kebangsaan adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya
kesadaran untuk menyerahkan kesetiaan tertinggi dari setiap pribadi
terhadap negara atau bangsa.
g. Cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati Seorang
warga negara untuk mengabdi memelihara, membela melindungi tanah
airnya dari segala macam bentuk ancaman dan juga gangguan.
h. Cinta damai adalah cinta yang mengedepankan perdamaian dalam
berinteraksi terhadap sesama umat manusia.
32
i. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja.
2. Ada juga dampak dari perang jagaraga di buat game seperti jurnal yang
saya baca, judulnya "Pengembangan Game Castle Defense Jagaraga Pada
Platform Android. Menurut saya cukup unik dan juga kreatif, didalam
jurnal nya berisi game dengan judul Jagaraga merupakan game dengan
genre Castle Defense dengan tema fantasi Bali dan penyisipan cerita
Puputan Jagaraga.
Cerita dalam permainan merupakan gabungan cerita fiksi dan beberapa
kejadian atau event sejarah yang terjadi di Jagaraga. Pengembangan
game memanfaatkan beberapa metode. Pergerakan animasi
menggunakan pembuatan kurva bezier.
Artificial intelijen musuh dalam permainan memanfaatkan metode
forward chaining yang sederhana dan penggunaan metode skala likert
untuk format format penilaian game untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengembangan game. Pengembangan game pada penelitian
ini sudah mencapai tahap yang memuaskan.
Hasil perhitungan form penilaian, jumlah responden sebanyak 23 orang
menyatakan aspek grafis bertemakan pasukan Bali mencapai nilai 88,
70% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Aspek cerita permainan
yang menceritakan Puputan Jagaraga juga mendapatkan Respon yang
sangat positif dengan nilai 86, 96% yang juga termasuk dalam kategori
sangat baik.
Main menu merupakan tampilan awal dan sekaligus menjadi homescreen
permainan. Main menu menyajikan pilihan permainan, pilihan permainan
33
campaign merupakan pilihan untuk memainkan permainan sambil
mengikuti kisah pertempuran di Jagaraga. Pilihan skirmish merupakan
modif permainan tanpa mengikuti cerita Jagaraga. Dan juga credits
merupakan rangkaian tampilan profil pengembang game.
Jadi menurut saya sangat luar biasa dari ide si pembuat game, di luar
dugaan orang-orang bahwa perang jagaraga ini bisa di jadi kan salah satu
game yang bisa di mainkan semua orang yang memiliki Hape android.
Salah satu dampak yang sangat kreatif menurut saya.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perang Jagaraga merupakan perang yang terjadi antara Koninklijk
Nederlandsch-Indisch Leger dengan Kerajaan Bali pada tahun 1849. perang Bali
antara tahun 1846-1849. Masalah utamanya adalah adanya hak tawan karang yang
di miliki raja-raja Bali. Hak ini di limpahkan kepada kepala desa untuk menawan
perahu dan isinya terdampar diperairan wilayah kerajaan tersebut. Antara Belanda
dan kerajaan Buleleng dengan rajanya yaitu raja I Gusti Ngurah Made Kerang
Asem beserta Patih I Gusti Ketut Jelantik telah ada perjanjian pada tahun 1843
isinya pihak kerajaan akan membantu Belanda jika kapalnya terdampar di wilayah
Buleleng namun perjanjian itu tidak dapat berjalan dengan semestinya.
35
Belanda telah berhasil menguasai beberapa daerah yang pernah membantu
Buleleng. Hasil tipu muslihat Belanda ini akhirnya berhasil. Pada akhirnya raja-
raja yang pada saat itu memberikan bala bantuan, setelah mendengar hal itu
enggan memberikan bantuan lagi. Dampak negatif yang timbul dari peristiwa
tersebut. 96 pejuang-pejuang kita termasuk I Gusti Ngurah Rai harus
mengorbankan nyawa mereka masing-masing demi kepentingan bangsa kita yaitu
agar bangsa kita bisa meraih cita-citanya untuk menjadi negara yang merdeka.
3.2 SARAN
Materi mengenai perang Jagaraga di Bali ini tentu merupakan materi sejarah
ini sangat penting untuk dipelajari, karena melalui hal ini kita mengetahui bentuk
perjuangan rakyat Jagaraga dalam melawan pasukan Belanda. Dan dapat
diketahui bahwa rakyat Jagaraga merupakan pejuang yang tidak kenal menyerah.
Maka dengan demikian, kita hendaknya sebagai mahasiswa pendidikan sejarah
dapat mempelajari materi ini untuk meningkatkan rasa nasionalisme.
36
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Sutaba, Made. dkk. 1983. Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan
Kolonialisme di Daerah Bali. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sastrodiwiryo, Soegianto. 2011. Perang Jagaraga (1846-1849). Denpasar:
Pustaka Bali Post.
Sumber Jurnal
Yuliani, Meri, dkk. 2018. Monumen Perang Jagaraga di Desa Jagaraga Sebagai
Sumber Belajar IPS di SMP Negeri 1 Sawan Kecamatan Sawan Kabupaten
Buleleng. Jurnal Pendidikan IPS Indonesia. 2 (1) : 41-50.
Asih, Putu Wusantria Widya. dkk. 2017. Nilai-Nilai Kepahlawanan Tokoh I Gusti
Ketut Jelantik dalam Perang Jagaraga (1846-1849) Sebagai Sumber
Penanaman Karakter dalam Pembelajaran IPS di SMP Laboratorium
Undiksha Singaraja. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 1 (4) :264-
268.
Indy, Willem, dkk. 2015. Pengembangan Game Castle Defense "Jagaraga" Pada
Platform Android. Jurnal Merpati. 3 (1) : 48-57.
Sumber Internet
Kelas IPS. 2020. Perang Jagaraga di Bali [Internet]. [Diunduh pada 2021
April 22]. Tersedia pada https://kelasips.com/perang-jagaraga-di-bali/.
37