Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW

CRITICAL BOOK REVIEW


SEJARAH ASIA TENGGARA

SEJARAH ASIA TENGGARA PENDIDIKAN SEJARAH-FIS

SKOR NILAI :

NAMA MAHASISWA : SRI RAHAYU


NIM : 3201121016
DOSEN PENGAMPU : Dra. Hafnita Sari Dei Lubis, M.Si
Mhd. Ihsan Syahaf Nasution,S.Pd., M.Pd
MATA KULIAH : SEJARAH ASIA TENGGARA

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DESEMBER 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Critical Book Review mata kuliah Sejarah Asia Tenggara. Dalam penyusunan Critical Book
Review ini, penulis juga tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari beberapa pihak yang
memotivasi dalam pembuatan CBR ini supaya lebih baik dan efisien.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hafnita Sari
Dewi Lubis, M.Si dan Bapak Mhd. Ihsan Syahaf Nasution, S.Pd.,M.Pd. sebagai dosen mata
kuliah Sejarah Asia Tenggara yang telah memberikan tugas dan membimbing penulis dalam
pembuatan Critical Book Review ini.
Apabila ada terdapat kesalahan dalam Critical Book Review ini, baik dalam isi
maupun sistematika penulisan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran untuk
mengembangkan dan menyempurnakan Critical Book Review ini. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Medan, 09 Desember 2020


Sri Rahayu

2
DAFTAR ISI

COVER..………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR..................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan CBR..............................................................................................................4
C. Manfaat CBR.............................................................................................................................4
D. Identitas Buku Utama................................................................................................................5
E. Identitas Buku Pembanding.......................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
RINGKASAN BUKU...........................................................................................................................6
BAB III................................................................................................................................................17
PEMBAHASAN.................................................................................................................................17
A. Pembahasan Isi Buku...............................................................................................................17
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama.................................................................................17
C. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding........................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................................................................19
Kesimpulan......................................................................................................................................19
Saran................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Secara rasional CBR dapat melatih seseorang dalam memahami isi sebuah
buku dengan cara membandingkannya dengan berbagai sumber lain baik buku yang
berkaitan, jurnal maupun artikel.

B. Tujuan Penulisan CBR


Alasan dibuat CBR:
1. Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara,
Menambah pengetahuan dan informasi dari berbagai buku mengenai suatu hal.
2. Meningkatkan kemampuan menganalisis suatu hal dengan membandingkan
informasi yang satu dengan informasi lainnya
3. Menguatkan informasi yang pertama kali didapat dengan membandingkan
informasi dari sumber lain.

C. Manfaat CBR
1. Untuk mengetahui isi sebuah buku
2. Untuk melatih menganalisis suatu informasi dan mencari kesimpulan dari
informasi yang didapat
3. Diharapkan mampu membandingkan informasi dari satu sumber dengan sumber
lainnya.

4
D. Identitas Buku Utama

1. Judul : Sejarah Asia Tenggara Modern Dari Penjajahan ke Kemerdekaan


2. Edisi : Cetakan Pertama
3. Pengarang : Sudharmono
4. Penerbit : Penerbit Ombak
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tahun Terbit : 2015
7. ISBN : 978-602-8335-94-2

E. Identitas Buku Pembanding

1. Judul : Sejarah Asia Tenggara

5
2. Edisi : Cetakan Ketiga
3. Penulis : Dr. Rudy Gunawan, M.Pd.
4. Penerbit : Alfabeta, cv
5. Kota Terbit : Bandung
6. Tahun Terbit : 2019
7. ISBN : 978-602-289-001-0

BAB II

RINGKASAN BUKU

Proses Menuju Penjajahan Pada Abad XIX

BAB I. MALAYA

A. Penang
Semenjak 1686 Inggris sangat membutuhkan suatu stasiun angkatan laut di Pantai Teluk
Benggali. Sampai waktu itu satu-satunya stasiun angkatan laut yang dimilikinya ialah di
Bombay di Pantai Barat India. Dengan timbul nya perang dengan Prancis dan Belanda pada
1782,maka semakin meningkat kan kesadaran Inggris akan perlunya sebuah pangkalan laut
di seberang timur Teluk Benggali. Sementara itu, seorang pedagang Inggris yang bernama
Francis Light (1740-1794),yang akan memainkan peran penting dalam sejarah penetrasi
Inggris di Malaya,sedang berada di Kedah.

B. Malaka

Sejarah Malaka dibawah kekuasaan Inggris adalah sejarah pemerintahan dan perang
dengan Naning,sebuah negeri Minangkabau yang terletak di perbatasan Malaka. Oleh karena
penghulu Naning takut sebagai akibat tersebarnya isu bahwa Naning akan dijadikan bagian
dari wilayah Malaka,maka iapun menuntut kemerdekaan penuh bagi Naning

C. Singapura

Dalam pengembaraannya mencari pangkalan laut bagi Inggris, akhirnya pada 28


Januari 1819 Raffles yang ditemani Farquhar mendarat di Singapura,dimana penguasa lokal
nya, Datuk Tumenggong, menceritakan kepadanya bahwa di Singapura tidak terdapat orang
Belanda dan bahwa Inggris dapat membeli tanah disitu atau Johor bagi kantor perwakilan

6
nya. Pada 30 Januari 1819, Tumenggong atas nama nya sendiri dan atas nama Husein putra
sulung Muhammad II.

D. Inggris dan Negeri-negeri Melayu

Perjanjian London (1824) mengakibatkan terpecah belah nya sisa-sisa Kesultanan


Johor untuk selama-lamanya. Kesultanan Johor tinggal terbatas di Kepulauan Riau, sedang
kedua penguasa Melayu yang paling berkuasa dari kesultanan yang terpecah belah itu
terpisah di Pahang dan Johor dari atasan mereka di kepulauan Riau. Situasi yang demikian
itu.

dimanfaatkan oleh kedua penguasa itu untuk menobatkan diri mereka sebagai sultan-
sultan yang merdeka. Demikian pula hubungan antara penguasa Bugis di Selangor dan
wakil-wakil Raja Bugis di Riau juga terputus. Kurang nya komunikasi dan hutan-hutan yang
lebat selalu menjadi sebab separatisme dengan loyalitas lokal yang sempit,dan karena tidak
ada lagi penguasa untuk menjadi penengah,maka timbullah percekcokan keluarga di
Perak,Negeri Sembilan dan Pahlang sedang di Selangor timbul anarki.

BAB II

KALIMANTA

A. Sarawak

Sementara masyarakat Cina yang bekerja di tambang-tambang berkembang di lembah


muara Sungai Kapuas,suatu perkembangan lain terjadi jauh di hulu sungai. Disitu kelompok-
kelompok kecil orang Dayak Iban menyebrangi hulu sungai Kapuas untuk memasuki daerah
hulu Sungai Lupar di Sarawak sekarang untuk mencari daerah-daerah ladang baru. Suku
Dayak Iban yang suka perang itu segera bergabung dengan kepala daerah pantai,dan di
bawah kepemimpinan mereka suku Dayak Iban mengisi bisnis perompakan lokal yang sangat
menguntungkan dan menggairahkan,dan karna lapangan pekerjaan mereka ialah di
Lautan,maka mereka kemudian mendapat sebutan " Dayak Laut".

B. Brunai

Spekulasi Brooke di Sarawak lebih merupakan awal dari pada akhir operasi
petualangan perorangan di Kalimantan Utara. Seorang Amerika bernama Moses,mantan

7
perwira angkatan laut dan menganggap dirinya sebagai konsul Amerika,tiba di Brunai dari
Singapura pada 1865. Setelah memperoleh penyerahan kawasan utara Brunai dari Sultan
berdasarkan perjanjian yang tak pernah di tepati,ia menuju Hongkong untuk menjual hak
milik nya yang meragukan itu kepada dua orang pedagang Amerika dengan mengumpulkan
aset modal mereka yang amat kecil.

C. Sulu

Adalah sangat naif untuk menyebut suku Iban itu perompak, meskipun itulah sebutan
yang diberikan oleh orang-orang Eropa kepada mereka,dan memang mereka itu menangkap
perahu yang tidak bersalah di lautan bebas. Perompakan adalah sarana untuk kemajuan
politik maupun sebagai bentuk aktivitas ekonomi yang diakui di seluruh kepulauan.
Perompakan memainkan peranan penting dalam peristiwa-peristiwa di Kesultanan Suku,yang
oleh orang-orang Eropa dianggap sebagai negeri perompak dan pemburu budak paling tercela
pada waktu itu,dan oleh karenanya perlu untuk diteliti secara saksama dalam hubungan itu
seperti yang telah dilakukan oleh sejumlah peneliti pada masa kini.

BAB III

MYANMAR

A. Perselisihan Perbatasan

Dengan adanya tuntutan kerja paksa dari pihak penguasa Myanmar di Arakan
terhadap rakyat,maka timbullah kerusuhan-kerusuhan perbatasan. Banyak rakyat Arakan
yang meninggalkan tempat tinggal mereka untuk mencari perlindungan di seberang
perbatasan. Didalam negeri sendiri bangsa Arakan memberontak pada 1794 yang dibantu
oleh rekan-rekan mereka di Chittagong. Akan tetapi, pemberontakan itu tidak mampu
menghadapi bala bantuan yang dikirim dari Dengan gagal nya pemberontakan itu banyak
pelarian orang-orang Arakan menyebrangi Sungai Maaf dan mendirikan sebuah pangkalan di
daerah perbatasan Inggris.

B. Perang Inggris-Myanmar I

Dengan adanya gerakan gerakan tentara Myanmar di semua medan,maka disadari


oleh Gubernur Jenderal Lord Amherst (1773-1857) bahwa Myanmar memilih jalan perang.

8
Maka tidak ada jalan lain bagi Lord Amherst kecuali mengumumkan perang kepada
Myanmar pada 5 Maret 1824. Menurut Joginder Singh Jessy ada empat sebab utama yang
mendasari timbul nya Perang Inggris-Myanmar I ,yaitu perselisihan perbatasan,sikap bangsa
Myanmar, kesiapan Inggris,dan ketakutan Inggris terhadap Perancis.

C. Perang Inggris-Myanmar II

Dibawah pemerintahan Pagan Min pembesar-pembesar setempat dapat bertindak


sesuka hati nya, asalkan mereka tetap bersedia mengisi perbendaharaan negara. Tidak ada
pengawasan dari pusat. Rasa permusuhan terhadap Inggris secara terang-terangan terasa.
Bukan hanya rasa permusuhan saja yang terasa, bahkan penghinaan pun dirasakan oleh dua
orang nahkoda berbangsa Inggris yang telah dipenjara kan atas tuduhan pembunuhan.

D. Berakhir nya Dinasti Konbaung

Pada Agustus 1885,sesaat ketika surat Ferry dari Januari diketahui oleh pihak Inggris,the
Bombay-Burma Trading Corporation dibebani denda oleh Hlutdaw, yang menganggapnya
bersalah telah menebang lebih dari dua kali lipat jumlah balok kayu jati dari hutan-hutan di
wilayah Mandalay di utara Toungoo. Pemerintah liberal yang memerintah berturut turut di
London tidak tergerak oleh alasan-alasan ekonomi untuk penggabungan wilayah Myanmar
Utara yang diajukan oleh para pedagang Inggris di Rangoon, terutama ketika tentara Inggris-
India sedang sibuk di tempat lain.

BAB IV

INDOCINA

A. Invasi Perancis di Vietnam

Pengaruh Perancis di Vietnam berkembang pada akhir abad XVIII melalui Pigneau de
Behaine. Uskup Pigneau memberi bantuan militer kepada Pangeran Nguyen Anh dan
membantunya meraih takhta Vietnam pada 1802. Sebagai ucapan terimakasih Nguyen Anh
memberi perlindungan kepada misi-misi Perancis di Vietnam dan memberi hak-hak istimewa
kepada para pedagang Perancis. Selama masa pemerintahannya sebagai Kaisar Gia Long
(1802-1820) "bintang" Perancis cerah di Vietnam meskipun pemerintah Prancis di Eropa

9
tidak berada dalam posisi untuk mengambil keuntungan yang dari situasi itu karena adanya
revolusi dan perang-perang Napoleon serta perubahan-perubahan politik yang mengikuti nya.
Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada masa-masa selanjutnya ialah
kekecewaan dan frustasi Perancis ketika kebijaksanaan politik Gia Long yang bersifat toleran
tidak diteruskan oleh pengganti-penggantinya.

B. Ekspansi Perancis ke Kampuchea

Telah kita lihat bagaimana Raja Kampuchea mempertahankan suatu posisi yang sulit
diantara negara-negara tetangganya Siam dan Vietnam. Tentara Siam dan Vietnam silih
berganti mengadakan invasi ke wilayah nya dan ia dipaksa untuk mengakui kekuasaan kedua
negara tetangga nya itu. Segera setelah Ang Duong ( 1796-1860) meninggal pada 1859
sebuah pemberontakan yang pro Vietnam pecah melawan putranya, Norodom (1834-
1904),dan memaksa ahli waris yang muda belia itu untuk mencari perlindungan ke Siam.
Setelah tiga tahun dalam pembuangan, Norodom berhasil kembali ke tanah air nya dengan
bantuan angkatan perang Siam, tetapi ia harus mengakui kekuasaan Siam atas negerinya.
Pada tahun penobatan (1862) mereka menandatangani sebuah perjanjian dengan Tu-Duc
yang menyebutkan bahwa Siam memperoleh ketiga provinsi bagian timur Cochincina.
Peristiwa itu membuat posisi Norodom lebih lemah lagi. Dia tidak hanya merupakan boneka
dari Siam tetapi pihak Perancis juga menuntut kekuasaan atas Kampuchea sebagai pengganti
Vietnam.

C. Pendudukan Laos Oleh Perancis

Kejadian-kejadian yang berlangsung di Vietnam dan Kampuchea sebenarnya telah


memutuskan nasib Laos di Barat. Laos bwrada dalam posisi yang sama seperti Kampuchea
dalam hal baik Vietnam maupun Siam menuntut kekuasaan atas kerajaan-kerajaan Laos .
Disini, seperti halnya di Kampuchea, Perancis menuntut mewarisi hak-hak Vietnam,dan
sekali lagi mengeksploitasi situasi politik yang sulit demi untuk kepentingan sendiri.
Kemajuan Prancis di Laos juga melukis kan tingkat politik nya yang di pengaruhi
ketakutannya kepada Inggris dan menunjukkan tingkat persaingan antara kekuatan-kekuatan
Eropa menuju ekspansi kolonial selama dua puluh tahun terakhir abad XIX.

BAB V

10
SIAM ( 1824-1910)

A. Siam Tertutup Bagi Bangsa Barat

Pendiri dinasti raja-raja Siam yang memerintah sampai sekarang ini adalah Jenderal
Chakri yang bergelar Rama I (1782-1809). Masa pemerintahannya ditandai dengan
peperangan-peperangan ,yaitu melawan Myanmar di Barat, dengan Luang Prabang dan
Vientiane di Utara, dengan Kampuchea di timur,dan dengan negeri-negeri Melayu di Malaya.
Rama II (1809-1824), pengganti nya,hanya disibukkan dengan intervensi nya di Kampuchea,
pemerintahan Rama II bebas dari peperangan yang berarti. Pangeran Chetsadabodin,
meskipun ia adalah putra Rama II yang dilahirkan dari Selir,menaiki takhta dengan
sepeninggal ayahnya pada 1824 dan bergelar Rama III. Faktor-faktor yang mendukung nya
untuk diangkat menjadi raja ialah kedewasaan nya, pengalamannya dibidang
pemerintahan,dan adanya dukungan sebuah partai yang kuat di istana.

B. Siam Memasuki Era Modernisasi

Dengan mengumpulkan pendukung secara diam-diam, sebagian memalui penggunaan


kekuatan ekonomi dan kedudukan resmi mereka serta sebagian melalui hubungan keluarga,
tokoh-tokoh generasi muda mempersiapkan sebuah partai moderat bersamaan ketika Rama
III jatuh sakit dalam Januari 1851. Iklim politik menjadi runyam ketika Rama III berniat
menobatkan salah seorang putra sendiri,yang pendukung-pendukungnya menyerang Pangeran
Mongkut dengan licik, padahal calon yang paling layak untuk menduduki takhta adalah
Pangeran Mongkut.

BAB VI

PERUBAHAN DEMOGRAFIS

Tak ada yang lebih mencolok dari pada luasnya perubahan demografis yang
digerakkan oleh kekuasaan teritorial asing. Diantara kawasan-kawasan di Asia, berabad-abad
Asia Tenggara menunjukkan kekurangan penduduk yang mencolok. Kerajaan-kerajaan
tradisional, sekalipun terletak di daerah-daerah yang paling subur adalah kecil, terutama
disebabkan karena kelemahan pemerintahan, sarana-sarana komunikasi yang tidak
memadai,dan diatas segala galanya oleh karena kekurangan penduduk. Sebaliknya,
kekurangan penduduk ini agaknya menjadi salah satu motif yang paling penting bagi
berlangsungnya peperangan yang terus menerus dan dahsyat yang merupakan ciri dari sejarah

11
politik Asia Tenggara sebelum zaman modern. Pax European,yang untuk pertama kalinya
menegakkan keamanan internal dan eksternal dan dengan demikian melarang berlaku nya
peperangan di Asia Tenggara, telah meletakkan asas bagi pertumbuhan penduduk,yang
selanjutnya dikalahkan dengan besaran selama abad XX.

BAB VII

PERAN YANG DIMAINKAN PARA IMIGRAN

Peran yang dimainkan para Imigrasi terjadi karena adanya perubahan perubahan
kuantitatif dalam pola kependudukan yang di sebabkan oleh penguasa Barat di bidang
Militer, pemerintahan dan ekonomi sehingga secara besar membawa perubahan struktur
sosial dan politik di sebagian besar rakyat AsiaTenggara. Dengan adanya jumlah penduduk di
bawah lapisan elite Barat ini terdiri atas penduduk imigrasi Asia yaitu orang orang India di
Myanmar, dan yang paling banyak yaitu orang orang Cina di berbagai pusat yang adadi
Saigon, dan Bangkok. Dan bagi mereka orang orang Asing lebih banyak dipersiapkan bagi
firma firma dagang Eropa dari pada orang orang yang pribumi, mereka juga membentuk
kewiraswastaan non barat serta massa jabatan jabatan militer bawahan maupun pengrajin.
Sebelum dan awal zaman penjajahan orang orang Asing yang berimigrasi memang sudah ada
di Asia Tenggara.

Banyak sebagian besar bandar-bandar seperti Malaka yang sudah berabad-abad telah
dikunjungi saudagar-saudagar dan pedagang-pedagang asing yaitu orang-orang Eropa yang
pertama-tama dan di dalam kebanyakan Bandar itu orang-orang asing hidup dalam
perkampungan-perkampungan berada di bawah yurisdiksi orang-orang sebangsa mereka
sendiri. dan terutama pedagang-pedagang Cina yang dimana saja bangsa Eropa mendirikan
kantor-kantor dagang dan bentang-bentang mereka yaitu sejak pendirian manila dan Batavia
meskipun kadang-kadang terjadi pembantaian oleh orang-orang Eropa terhadap orang-orang
Cina Namun kedua masyarakat itu tetap hidup berdampingan di bidang ekonomi bahwa
imigrasi bangsa Asia menjadi lebih luas daripada waktu-waktu sebelumnya karena orang-
orang Cina dan India sebagaimana juga kelompok kelompok lain termasuk minoritas orang-
orang Jepang di Filipina telah tersebar jauh dari pusat pusat kota yang besar sebagai pemilik

12
pemilik tokoh pengrajin, dan cukong-cukong para pedagang di banyak bagian Asia
Tenggara.

BAB VIII

PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI

Pemerintah kolonial seakan-akan menjadikan penduduk pribumi sebagai orang-orang


asing diranah mereka sendiri. Kalau pada masa prakolonial orang-orang asing,baik orang-
orang Eropa maupun orang-orang Asia, mendapat izin untuk berdagang dan memperoleh
keuntungan atas kehendak raja-raja Asia Tenggara,maka dalam masyarakat majemuk
kolonial peran itu telah berubah. Kalau di bawah sistem lama kebutuhan-kebutuhan ekonomi
ditempatkan di bawah tuntutan-tuntutan Politik dan Sosial,maka kolonialisme modern pada
umumnya menempatkan tuntutan-tuntutan ekonomi di atas segala-galanya. Penyusunan
struktur sosial menjadi mozaik rasial buatan merupakan contoh yang paling jelas dari hal
tersebut. Jika tidak demikian,maka imigrasi orang-orang asing secara besar-besaran, seperti
yang terjadi di Myanmar dan Malaya,tidak akan terjadi. Modernisasi ekonomi tidak hanya
menguntungkan. Orang-orang asing, tetapi lebih buruk lagi,hal itu sebagian besar
berlangsung di luar masyarakat pribumi seluruhnya.

BAB IX

DAMPAK PENETRASI BARAT TERHADAP STRUKTUR POLITIK ASIA


TENGGARA

Efek yang lambat dan kumulatif sebagai akibat Penetrasi Barat terhadap aspek-aspek
demografis dan sosial lainnya dari kehidupan Asia Tenggara sangatlah bertentangan dengan
konsekuensi Politik yang dramatis dan dapat dilihat dengan jelas. Sebelum membicarakan
faktor-faktor internal harus diingatkan bahwa dengan melalui kekuasaan Barat, Asia
Tenggara telah disatukan dengan melalui kekuasaan Atlantik. Meskipun kekuasaan-
kekuasaan itu terpecah-pecah dan menimbulkan pertikaian-pertikaian yang memakan waktu
yang lama mengenai wilayah-wilayah Asia Tenggara menunjukkan kerapuhan internal
dengan jelas,namun mereka bertindak dalam lingkungan sistem dunia yang berkisar pada
ekonomi dunia. Tatanan Atlantik itu telah mendesak sistem Asia Timur terlebih dahulu yang
terpusat di kerajaan China. Selama berabad-abad Cina hanya berfungsi secara de jure sebagai
kekuasaan yang berdaulat di sebagian besar daerah Nanyang ( laut-laut selatan).

13
BAB X

PERLAWANAN RAKYAT

Perbedaan-perbedaan etnis, sosial, budaya dan politik telah diperumit lagi oleh
penetrasi Barat yang bersifat serba rupa dan tidak seimbang di zaman modern ini. Kerumitan-
kerumitan dan perbedaan-perbedaan itu pasti menimbulkan jawaban-jawaban yang sangat
berlainan terhadap kehadiran dan kekuasaan Barat. Pada keseluruhan nya jawaban-jawaban
itu cenderung untuk tersebar luas,dan yang paling dahsyat terjadi di daerah-daerah dimana
gangguan-gangguan terhadap status quo pribumi yang telah berjalan paling lama,yaitu
dibagian -bagian dari daerah dimana penetrasi ekonomi dan pemerintahan Barat yang bersifat
langsung telah berjalan, yang mungkin dapat diberi istilah permulaan Revolusi Sosial.
Adapun di daerah-daerah yang hanya di bagian luar nya saja yang dipengaruhi modernisasi
ekonomi dan pemerintahan, jawaban-jawaban itu jauh kurang dahsyat dan juga jauh kurang
tajam.

BAB XI

TIMBULNYA NASIONALIME

A. Filipina

Dikawasan Asia Tenggara nasionalime modern pertama-tama muncul di Filipina,


meskipun pernyataan nasionalime Filipina itu yang pertama bukan berlangsung di Filipina,
dimana pelaksanaan sensor sangat ketat, melainkan di Spanyol. Dengan berkuasanya
golongan liberal di Spanyol,maka mereka memperoleh kesempatan yang baik untuk
menunjukkan kapasitas mereka dalam menjalankan kebijaksanaan politik dan kenegarawanan
yang sehat dalam kaitannya dengan peristiwa-peristiwa yang berlangsung di Filipina. Kendali
pemerintahan ada di tangan mereka.

B. Myanmar

Kesalahan yang paling besar yang dibuat Inggris mengenai Myanmar ialah mengikat
negeri itu dengan India, sehingga pemerintahan di Myanmar disesuaikan dengan metode-
metode pemerintahan yang di praktikkan di India. Inggris lupa bahwa Myanmar mempunyai
kebudayaan, sejarah, serta pandangan yang bersifat khas Myanmar yang berbeda dengan
kebudayaan, sejarah, serta pandangan India. Kesalahan itu sebenarnya bisa dihindari dengan
menempatkan seluruh negeri secara langsung di bawah pemerintahan Inggris di London.

14
Selama tiga puluh tahun terakhir yaitu pada abad XIX dana awal abad XX Myanmar menjadi
bagian dari India. Perubahan-perubahan konstitusi yang dilakukan di India selalu diikuti oleh
perubahan-perubahan yang sama dalam pemerintahan Myanmar.

C. Indocina

Berlawanan dengan maksud tujuan Perancis, politik asimilasi mempunyai akibat-


akibat yang tak diinginkan oleh Perancis. Justru mereka mengetahui bahasa Perancis dengan
baik itula yang menjadi lawan-lawan utama Perancis. Sebagai konsensi terhadap
nasionalime,Paul Beau mendirikan sebuah universitas di Hanoi pada 1907. Timbullah
pernyataan-pernyataan yang bersifat nasionalitas di antara mahasiswa-mahasiswanya,
sehingga pada tahun berikutnya universitas itu ditutup dan baru dibuka kembali antara 1917-
1919. Adapun gerakan nasionali di Indocina hampir seluruhnya terbatas pada bangsa
Vietnam saja. Jumlah mereka adalah yang terbanyak di antara bangsa-bangsa lain di
Indocina. Mereka mempunyai tradisi nasionalime semenjak perjuangan nya yang lama
melawan Cina.

D. Muangthai

Di Indonesia, Myanmar,dan Indocina nasionalime dengan sendirinya mengambil


bentuk oposisi terhadap pemerintahan asing. Hal yang demikian tidak mungkin terjadi di
Siam karena Siam dapat menghindari dominasi barat dan tetap merupakan negara yang
merdeka. Di Siam semangat nasionalisme nasional mendapatkan saluran pada penggantian
absolutisme Chakri yang lama dengan sebuah bentuk pemerintahan konstitusional. Hal ini
menimbulkan Revolusi 1932 yang terjadi semasa pemerintahan Raja Prajadhipok, yang
menggantikan kakaknya Vajiravudh,pada 1925.

BAB XII

MENUJU KEMERDEKAAN

A. Filipina

Penyerangan Jepang tidak terduga atas Pearl Harbour ( 8 Desember 1941) menjerumuskan
kedua bangsa dalam kancah peperangan. Tidak dapat dielakkan lagi, Filipina pun menjadi
arena peperangan. Instalasi-instalasi militer Amerika Serikat menjadi sasaran serangan yang
berulang-ulang oleh kapal terbang Jepang. Kerusakan yang hebat akibat serangan terhadap
Pearl Harbour atas kekuatan angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik, bersama-sama dengan

15
malapetaka sebagai akibat serangan-serangan udara di Jepang atas pangkalan-pangkalan
Amerika di Filipina membiarkan Filipina benar-benar tanpa pertahanan terhadap invasi.

B. Myanmar

Seperti di Indonesia, balatentara Jepang tiba di Myanmar pada awal 1942. Rakyat banyak
sangat berterimakasih kepada mereka yang telah mengusir Inggris dari negeri mereka.
Kemajuan pasukan Jepang telah dibantu oleh kaum Nasionalis, yang diantaranya adalah
anggota-anggota Partai Thakin,Juga seperti di Indonesia, selanjutnya Jepang memperoleh
simpati dengan memberi peluang kepada orang-orang Myanmar untuk menduduki posisi-
posisi yang penting di bidang politik, khususnya para Thakin diberi pos pos kunci. Kaum
nasionalis percaya Jepang akan memberi pemerintahan sendiri kepada bangsa Myanmar
dalam waktu dekat.

C. Indocina

Posisi Indocina berbeda dengan Indonesia, Myanmar,dan Filipina selama masa perang
karena negeri itu tetap berada di bawah pemerintahan kolonial yang bersekutu dengan
Jepang. Pada 7 Desember 1941, dari Pearl Harbour, seorang jenderal Jepang yang memberi
ultimatum kepada jenderal pemerintahan Prancis dibawah Vichy, Laksamana Decoux,yang
isinya menyebutkan atau ia berjanji akan memberikan dukungan kepada pihak Jepang atau
menyerah kepada kekuasaan Jepang atas Indocina masih tetap berlangsung, tetapi Jepang
diberi kekuasaan untuk menggunakan negeri itu seperti yang diinginkan nya.

D. Muangthai

Muangthai, seperti halnya Indocina, terhindar dari akibat yang sangat buruk dari
kekuasaan Jepang antara 1942 dan 1945. Pemerintah Pibun Songgram telah menandatangani
sebuah perjanjian persahabatan dengan Jepang pada Juni 1940,dan hanya akan memberikan
perlawanan yang bersifat simbolis pada saat tentara Jepang memasuki negeri itu untuk
digunakannya sebagai pangkalan untuk menyerang Malaya pada Desember 1941. Jepang
puas dengan membiarkan Pibun berkuasa selama ia dapat memanfaatkan negeri itu bagi
tujuan-tujuan militer nya.

E. Federasi Malaya, Negeri Singapura,dan Malaysia

Setelah Singapura menyerah pada Februari 1943, seluruh Malaya dan Straits
Settlements berada di bawah kekuasaan Jepang. Jepang berusaha memperoleh kemauan baik

16
bangsa Malaya dan orang-orang India di Malaya, tetapi sebaliknya menindas komunitas Cina
dengan kejam nya. Mula mula Jepang berpikir memaksa para sultan untuk menyerahkan
tanah dan rakyat mereka kepada kaisar Jepang, tetapi ketika hal itu menimbulkan rasa
permusuhan di pihak Malaya,maka pada 1943 Jepang memperkuat gelar,hak milik,dan
kekuasaan keagamaan para penguasa.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


Dalam buku Sejarah Asia Tenggara Modern yang ditulis oleh Sudharmono disimpulkan
bahwa di dalam buku yang berjudul Sejarah Asia Tenggara Modern materinya atau
pembahasannya dibagi menjadi 4 bagian yang dimana di bagian pertamanya membahas
mengenai Proses Menuju Penjajahan Pada Abad XIX, yang didalamnya terdiri dari daerah
Malaya, Kalimantan, Myanmar, Indocina, dan Siam. di bagian kedua buku ini membahas
mengenaai Konsolidasi Kekuasaan Kolonial yang dimana terdiri dari Perubahan Demografis,
Peran yang dimainkan Para Imigrasi, Perubahan Sosial Ekonomi, dan Dampak Penetrasi
Barat terhadap Struktur Politik Asia Tenggara, selanjutnya di bagian ketiganya membahas
mengenai Perlawanan Menentang Kolonialisme yang terdiri dari Perlawanan Rakyat dan
Timbulnya Nasionalisme dan yang di bagian keempat mengenaio Perang Pasifik dan
sesudahnya yang terdiri dari menuju kemerdekaan yang terdiri dari daerah Filipina,
Myanmar, Indocina, Muangthai dan federasi Malaya, negara Singapura, dan Malaysia.. serta
buku ini juga menggunakan bahasa dan tulisan yang lugas sehingga mudah dipahami oleh si
pembaca.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama


Dalam buku ini memuat tentang Sejarah Asia Tenggara . Bahasa yang di gunakan dalam
buku ini mudah di mengerti karena menggunakan bahasa yang di gunakan dalam keseharian,
isinya sangat jelas dan padat dan memuat banyak materi dalam memahami Sejarah Asia
Tenggara dan isinya serta sudah dilengkapi dengan gambar peta yang membantu pembaca

17
untuk mengetahui letak sebuah negara yang dimaksud atau sudah lumayan lengkap. Namun,
di balik kelebihan tersebut, kekurangan buku ini adalah adanya pengulangan kata, dan tidak
terdapat rangkuman pada akhir pembahasan bab sehingga pembaca harus menarik
kesimpulannya sendiri.

C. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding


Dalam buku ini isinya terfokus pada sejarah asia tenggara itu sendiri. Adapun bahasa
yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, didalam
buku sejarah asia tenggara ini juga dilengkapi dengan gambar peta sama seperti buku utama
namun dibuku ini gambar yang bagus dan memadai sehingga dapat membantu pembaca
untuk mengetahui letak sebuah negara yang dimaksud, dalam buku ini sudah terdapat gambar
sebagai pendukung untuk lebih memahami isi buku. Dibuku ini juga menyediakan pertanyaan
berupa essay dimana pembaca dapat mengulang kembali apa yg sudah di baca dan dapat
menjawab pertanyaan yang telah disediakan hal ini tentunya sangat bagus untuk mengasah
kemampuan kita untuk menjawab sebuah pertanyaan.Namun, di balik kelebihan tersebut,
kekurangan buku ini adalah adanya pengulangan kata, dan tidak terdapat rangkuman pada
akhir pembahasan bab sehingga pembaca harus menarik kesimpulannya sendiri.

18
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan Critical Book Review ini kesimpulan yang dapat saya ambil adalah
bahwa Buku Sejarah Asia Tenggara Modern dan Buku Sejarah Asia Tenggara ini tidak hanya
menjelaskan Sejarah negara-negara di Asia Tenggara saja namun adanya keterlibatan dari
negara negara luar. Buku yang membahas tentang Sejarah Asia Tenggara masih langka dan
banyak menggunakan referensi asing, karna itu penulis berfikir untuk membantu mahasiswa,
dosen dan pihak-pihak yang memerlukan dalam mempelajari Sejarah Asia Tenggara Dalam
buku ini dikemukakan sejarah Asia Tenggara sejak proses timbul nya penjajahan sampai
dengan tercapainya kemerdekaan oleh bangsa-bangsa Asia Tenggara.

Saran
Buku ini sudah bagus. Namun, hendaknya di berikan contoh-contoh yang mendukung
sehingga membantu pembaca untuk memahami konsep dasar mengenai sejarah Asia tenggara
ini. Karna tujuan penulisan buku ini ialah untuk melengkapi khasanah kepustakaan berbahasa
Indonesia mengenai Sejarah Asia Tenggara.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sudharmono.Sejarah Asia Tenggara Modern; Yogyakarta :Penerbit Ombak, 2015

Dr. Rudy Gunawan, M.Pd. Sejarah Asia Tenggara Bandung : Penerbit Alfabeta,
2019dcxDF

20

Anda mungkin juga menyukai