Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EVALUASI HASIL BELAJAR

TINGKATAN RANAH
PSIKOMOTORIK

OLEH KELOMPOK 6:
ASMITA SIHALOHO 3161131009
RITA PASARIBU 3162131019
ROHMA HAYATI MUNTHE 3161131041
GEOGRAFI DIK A REGULER 2016

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tingkatan
Ranah Psikomotorik”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Evaluasi Hasil Belajar yaitu Dra. Marlinang Sitompul, M. Pd atas bimbingannya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Demikian pengantar ini penulis sampaikan. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada diri saya sendiri serta dapat memberikan
wawasan yang lebih luas bagi kita semua. Penyusun menyadari makalah yang kami buat ini
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon untuk saran
dan kritiknya demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................1

BAB II

2.1 Pengertian Psikomotorik........................................................................2

2.2 Aspek-aspek Penilaian Psikomotorik.....................................................6

2.3 Penilaian Ranah Psikomotorik...............................................................7

2.4 Prosedur Penyusunan Tes Psikomotorik................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................13

3.2 Saran.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembelajaran harus ada target yang harus dicapai. menentukan  tujuan
pembelajaran itu menjadi sangat penting bagaikan anak panah lepas dari busurnya mencari
papan target itu tujuan utamanya. Tapi terkadang tujuan dan target biasanya tidak sesuai
dengan apa yang sudah di harapkan makanya seorang guru harus mengevaluasi pembelajaran
yang sudah ada didalam kelas maupun diluar. Oleh sebab itulah dalam proses pembelajaran,
evaluasi menjadi kajian yang sangat penting. Proses pembelajaran menentukan apakah tujuan
pendidikan tercapai atau tidak. Dan hanya dengan evaluasi yang baik tujuan pendidikan dan
pembelajaran dapat diketahui hasilnya.Tujuan dan evaluasipendidikan di tanah air sekarang
ini,biasanya mengikuti taksonomi atau ranah yang dikembangkan oleh B.S. Bloom. Menurut
taksonomi tersebut, tujuan pendidikan di klasifikasikan  ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Namun realitasnya, pendidikan
di tanah air terjebak pada ranah kognitif baik dalam tujuan, proses pembelajaran maupun
evaluasinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh lemahnya pemahaman terhadap ranah afektif
dan psikomotor, disamping pengembangan alat ukur dan pengukuran terhadap hasil belajar
dalam ke dua ranah tersebut yang lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan yang ada pada
ranah kognitif.Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu dari ranah
tersebut, yaitu pengukuran ranah psikomotorik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Psikomotorik?
2. Apa saja Aspek-aspek Penilaian Psikomotorik?
3. Bagaimana Penilaian Ranah Psikomotorik?
4. Bagaimana Prosedur Penyusunan Tes Psikomotorik?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian psikomotorik
2. Untuk memahami aspek-aspek penilaian psikomotorik
3. Untuk mengetahui penilaian ranah psikomotorik
4. Mampu memahami bagaimana prosedur penyusunan tes psikomotorik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PSIKOMOTORIK
1. Ranah Psikomotorik
            Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar
afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif
dan ranah afektifnya. Ada enam tingkatan keterampilan psikomotoris yakni:
a.       Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b.      Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c.       Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motoris dan lain-lain
d.      Kemampuan di bidang fisisk misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketetapan
e.       Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan
yang kompleks
f.       Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan
ekspresif dan interpretatif .
Walaupun ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih
dapat dikelompokan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi
benda-benda, dan koordinasi neuromuscular. Maka kata-kata kerja operasional yang dapat
dipakai adalah :
1)   Keterampilan motorik (muscular or motor skills) : memperlihatkan gerak, menunjukan
hasil (pekerjaan tangan), menggerakan, menampilkan, melompat, dan sebagainya.
2)   Manipulasi benda-benda (manipulation of materialor objects) : menyusun, membentuk,
memindahkan, menggeser, merevisi, dan sebaagainya.
3)   Koordinasi neomuscular : menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya.

2
2.      Hasil Belajar Penilaian Psikomotorik
Hasil Belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan
yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain-domain tersebut
sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku domain koginitif, afektif, dan
psikomotorik. Penilaian Psikomotorik dicirikan oleh adanya aktivitas fisik dan keterampilan
kinerja oleh siswa serta tidak memerlukan penggunaan kertas dan pensil/pena. Seperti yang
dinyatakan oleh Bloom dalam bukunya Ismet Basuki dan Hariyanto yang berjudul
Asesmen Pembelajaran. Bloom mengatakan bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan
hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Siswa melaksanakan suatu tugas tertentu yang memerlukan keterampilan,
misal dalam praktik berpidato pada pembelajaran bahasa Indonesia, praktik olahraga dalam
pendidikan jasmani, praktik-praktik di laboratorium IPA, praktik menjahit, memasak
makanan dan menyajikan hidangan dalam pelajaran keterampilan rumah tangga, pendidikan
jasmani, apalagi dalam masa SMA seperti praktik olahraga dan kesehatan, seni budaya,
fisika, kimia, biologi, keterampilan dan lain sebagianya.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotorik adalah praktik di aula/lapangan, di bengkel, dan praktikum di laboratorium.
Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kogitif dan afektifnya. Dalam hubungan
ini guru melakukan pengamatan untuk menilai dan menentukan apakah siswa sudah terampil
atau belum, memerlukan kerja sama kelompok dinilai keterampilan kerja sama siswa serta
keterampilan kepemimpinan siswa dan lain sebagainya.
Tahapan Ranah Psikomotor Menurut Simpson yaitu:
a.    Persepsi (perception); mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat
antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang
menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara rangsangan-
rangsangan yang ada.
b.   Kesiapan (set); mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan
jasmani dan mental.

3
c.    Gerakan terbimbing (guided response); mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh menurut
contoh yang telah diberikan.
d.   Gerakan yang terbiasa (mechanical response); mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan,
karena ia sudah mendapatkan latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan
anggota-anggota tubuh.
e.    Gerakan yang kompleks (complex response); mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat,
dan efisien, yang dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan, serta
menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.
f.    Penyesuaian pola gerakan (adjustment); mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau menunjukkan
suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
g.   Kreativitas (creativity); mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang
baru, yang dilakukan atas prakarsa atau insiatif sendiri. Hanya orang yang berketerampilan
tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Menilai tujuan belajar psikomotor berbeda dengan cara  menilai tujuan belajar kognitif. Tidak
semua tujuan belajar psikomotor dapat diukur dengan tes, melainkan tujuan belajar yang
bersifat keterampilan ini dapat diukur dengan kemampuan atau keterampilan siswa dalam
mengerjakan sesuatu. Dalam asesmen psikomotorik, tujuan pembelajaran disesuaikan
dengan ranah psikomotor. R.H. Dave (1970) membagi hasil belajar ranah psikomotor (aspek
penilaian psikomotor  menjadi lima tahap yaitu:
a. Imitasi (imitation). Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan
sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau di perhatikan sebelumnya.
Contohnya menendang bola dengan gerakan yang sama persis dengan yang dilihat
atau diperhatikan sebelumnya.
b. Manipulasi (manipulation). Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
sederhana yang belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau
petunjuk saja. Misalnya seorang siswa dapat melempar lembing hanya mengandalkan
petunjuk dari guru.
c. Presisi (precision). Presisis adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan akurat
sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang presisi. Misalnya melakukan
tendangan pinalti sesuai dengan yang di targetkan (masuk gawang lawan).

4
d. Artikulasi (articulation). Artikulasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan kompleks
dan ketepatan sehingga produk kerjanya utuh. Misalnya melempar bola keteman
sebagai umpan untuk ditendang kearah gawang lawan.
e. Naturalisasi (naturalization). Naturalisasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan
secara refleks yaitu kegiatan melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.
Misal secara refleks seseorang memegang tangan seorang anak kecil yang sedang
bermain dijalan raya ketika sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi hal ini
terjadi agar terhindar dari kecelakaan tertabrak.
Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan
bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap
lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan
untuk berperilaku.
Hasil belajar afektif Hasil belajar psikomotoris

Kemauan untuk menerima pelajaran Segera memasuki kelas pada waktu guru datang
dari guru dan duduk paling depan dengan mempersiapkan
kebutuhan belajar.

Perhatian siswa terhadap apa yang Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan
dijelaskan oleh guru sistematis.

Penghargaan siswa terhadap guru Sopan, ramah, dan hormat  kepada guru pada
saat guru menjeaskan pelajaran.

Hasrat untuk bertanya kepada guru Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru
mengenai bahan pelajaran yang belum jelas.

Kemauan untuk mempelajari bahan Keperpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau
pelajaran lebih lanjut. meminta informasi kepada guru tentang buku
yang harus dipelajari atau segera membentuk
kelompok untuk diskusi.

Kemampuan untuk menerapkan hasil Melakukan latihan diri dalam memecahkan


pelajaran masalah berdasarkan konsep bahan yang teah
diperolehnya atau menggunakannya dalam
praktek kehidupan

Senang terhadap guru dan mata Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi
pelajaran yang di berikannya. dengan guru dan bertanya atau meminta saran

5
bagaimana mempelajari mata pelajaran yang
diajarkannya.
B.     ASPEK-ASPEK PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Leighbody dan Kidd dalam bukunya Ismet Basuki dan Hariyanto menjelaskan bahwa
penilaian hasil belajar psikomotor meliputi : 1) kemampuan menggunakan alat dan sikap
kerja; 2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun unrut-urutan pengerjaan;
3) kecepatan mengerjakan tugas; 4) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau
kriteria yang telah ditentukan. Dalam hal ini Ryan (1980) dengan penekanan kepada kapan
penilaian dilaksanakan, menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotor dapat diukur melalui :
1)   Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung
2)   Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap
3)   Memberikan penilaian kepada peserta didik beberapa waktu berselang setelah
pembelajaran usai.
            Menilai tujuan hasil belajar psikomotor berbeda dengan tujuan belajar kognitif. Tidak
semua tujuan belajar psikomotor dapat diukur dengan tes, melainkan tujuan belajar yang
bersifat ketrampilan ini diukur dengan kemampuan atau ketrampilan siswa dalam
mengerjakan sesuatu. Untuk melaksanakan pengukuran hasil belajar psikomotor, ada dua hal
yang perlu dilakukan, yaitu membuat soal dan membuat perangkat instrument untuk
mengamati kinerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar psikomotor dapat berupa lembar
kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen untuk mengamati
kinerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio. Jenis tagihan dalam
penilaian ranah psikomotor dilihat dari caranya dapat di bedakan menjadi dua cara yaitu:
1. Penilaian kelas. Penilaian kelas adalah penilaian yang dilakukan secara terpadu
dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan cara mengamati
setiap peserta didik disaat mereka sedang belajar, mengerjakan tugas, dan menjawab
setiap pertanyaan yang di tagih.
2. Penilaian berkala atau ujian blok. Penilaian yang dilakukan secara berkala, tidak terus
menerus dan hanya pada waktu tertentu saja. Penilaian dengan sistem blok ini
dilakukan setelah peserta didik mempelajari beberapa indikator dalam satu
kompetensi dasar atau jika jumlah kompetensi dasar yang ditentukan banyak maka
ujian blok dapat dilakukan antara satu sampai dengan tiga kompetensi dasar. Hal ini
bisa menyebabkan pelaksanaan ujian blok antara mata ajar yang satu dengan mata ajar

6
lainya tidak bersamaan waktunya. Namun adanya ujian blok dapat dilakukan sebagai
pengganti ujian akhir semester dengan materi yang diujikan adalah indikator atau
kompetensi dasar yang belum diujikan.
Untuk mengevaluasi hasil belajar domain psikomotor harus dilakukan melalui
pengamatan (observasi) terhadap si pembelajar (siswa). Dalam melakukan observasi ini
pengamat(observer) selain melakukan evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan siswa,
pengamat juga belajar dari hasil pengamatan terhadap perilaku yang ditampakan siswa yang
dalam hal ini berperan  sebagai model. Belajar melalui pengamatan (observating learning) di
dasarkan pada teori dari Bandura yang dikutip dalam bukunya Hamzah B. Uno beliau
mengatakan bahwa pengamat dapat mempelajari keterampilan kognitif, afektif, atau
psikomotorik, dengan cara memperhatikan bagaimana orang melakukan suatu keterampilan
atau hal-hal baru. Dalam melakukan pengamatan terhadap perilaku yang ditampilkan si
pembelajar (siswa), dapat di gunakan lembar pengamatan (observasi) untuk tujuan belajar
maupun sebagai evaluasi.

C. PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR


a. Kriteria (Rubrics). Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil
kerja peserta didik. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat
dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat
dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi
sebaikbaiknya karena kriteria penilaiannya jelas. Rubrik terdiri atas dua hal yang saling
berhubungan. Hal pertama adalah skor dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi
untuk mencapai skor itu. Banyak sedikitnya gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada
jenis skala penilaian yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai.
b. Penskoran dan Interpretasi Hasil Penilaian. Hal pertama yang harus diperhatikan
dalam melakukan penskoran adalah ada atau tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek
keterampilan yang ada dalam skala penilaian atau daftar periksa observasi. Apabila tidak ada
perbedaan bobot maka penskorannya lebih mudah. Skor akhir sama dengan jumlah skor tiap-
tiap butir penilaian. Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai dibandingkan
dengan acuan atau kriteria. Oleh karena pembelajaran ini menggunakan pendekatan belajar
tuntas dan berbasis kompetensi maka acuan yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil
penilaian kinerja dan hasil kerja peserta didik adalah acuan kriteria.

7
c. Analisis Hasil Penilaian. Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik mempunyai
banyak kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik sendiri.
Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:
 Mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah dijabarkan ke
kompetensi dasar
 Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik
 Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
 Mendorong peserta didik belajar/berlatih
 Mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik
 Mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk berkarya lebih
terfokus dan terarah
Untuk mendapatkan manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas maka perlu dilakukan
analisis terhadap hasil tes/penilaian yang telah dicapai oleh peserta didik. Caranya yaitu
dengan membuat tabel spesifikasi yang dapat menunjukkan kompetensi dasar, indikator, atau
aspek keterampilan mana yang belum dikuasai oleh peserta didik. Selanjutnya, aspek
keterampilan yang belum dikuasai itu dituliskan dalam kolom keterangan.
d. Laporan Hasil Penilaian. Hasil belajar peserta didik mencakup tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu laporan hasil belajar peserta didik juga
harus mencakup ketiga ranah tersebut. Informasi ranah afektif dapat diperoleh melalui
kuesioner atau pengamatan yang sistematik. Informasi ranah kognitif dan psikomotor
diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran, sesuai dengan tuntutan
kompetensi dasar. Jadi tidak semua mata pelajaran memiliki nilai untuk ranah psikomotor.

D.    PROSEDUR PENYUSUNAN TES PSIKOMOTORIK


Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau di mulai dengan
pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam menggunakan
thermometer di ukur mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat tersebut, pemahaman
tentang alat dan penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam
bentuk keterampilan. untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara lain : cara
memegang, cara meletakkan dll. Ini semua tergantung dari kehendak kita, asal tujuan
pengukuran dapat tercapai. Instrumen penilaian psikomotorik terdiri dari soal atau perintah
dan pedoman pemberian skor untuk menilai kinerja peserta didik dalam melakukan

8
perintah/soal tersebut. Sebelum hal tersebut dilaksanakan, penilaian harus menyusun kisi-kisi
(grid) penilaian terlebih dahulu. Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat
kesulitannya relatif sama. Setelah membuat kisi-kisi, langkah berikutnya yang harus
dilakukan oleh penulis soal psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah
dibuat. Langkah selanjutnya membuat soal dengan mengacu kepada kisi-kisi yang telah
dibuat tersebut. Instrumen berikutnya yang harus disiapkan adalah pedoman pemberian skor.
Pedoman ini dapat berupa daftar cek observasi atau skala penilaian yang harus mengacu pada
soal. Soal/lembar kerja/lembar tugas/perintah kerja yang dibuat ini selanjutnya dijabarkan
menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati. Instrumen yang digunakan mengukur
keterampilan biasanya berupa matriks. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan
untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan
yang diamati. Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian
(ratingscale). Daftar periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya
tinggal memberi check  (centang) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati.
Skala penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau
menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu,
misalnya skala 1 - 5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan
berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk
menuju satu kompetensi tertentu.
a. Konstruksi Instrumen
Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk penilaian ranah psikomotor juga
harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar.
Setiap butir standar kompetensi dijabarkan minimal menjadi 2 kompetensi dasar, setiap butir
kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator harus
dapat dibuat butir soalnya. Indikator untuk soal psikomotor dapat mencakup lebih dari satu
kata kerja operasional. Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada soal ranah
psikomotor perlu disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau portofolio.
Tidak ada perbedaan mendasar antara konstruksi daftar periksa observasi dengan skala
penilaian. Penyusunan kedua instrumen itu harus mengacu pada soal atau lembar
perintah/lembar kerja/lembar tugas yang diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pada
soal atau lembar perintah/lembar tugas dibuat daftar periksa observasi atau skala penilaian.
Pada umumnya, baik daftar periksa observasi maupun skala penilaian terdiri atas tiga bagian,
yaitu: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) hasil.

9
b. Penyusunan Rancangan Penilaian
Sebaiknya guru merancang secara tertulis sistem penilaian yang akan dilakukan
selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga peserta didik, guru
lain, dan kepala sekolah dapat melihatmya. Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian
adalah mencermati silabus yang sudah ada dan menyusun rancangan sistem penilaian
berdasarkan silabus yang telah disusun. Selanjutnya, rancangan penilaian ini diinformasikan
kepada peserta didik pada awal semester. Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan
guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip –prinsip penilaian.
c. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-
kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan
menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
d. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor
Instrumen Penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran
untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.
e. Penyusunan soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalah
mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan
memperhatikan materi pembelajaran. Soal ranah psikomotor untuk ulangan tengah semester
dan akhir semester yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi, mencakup
beberapa indikator.
f. Pedoman penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang
harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi
aspek-aspek keterampilan yang diamati.

10
Berikut adalah contoh format penilaian Psikomotorik. Kebawah menyatakan per
perincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukan besarnya skor
yang dapat dicapai.
Nama: A ………….                                      Kelas .…………..

NO Keterampilan Skor

1 2 3 4 5

1. Terampil menyiapkan alat                                        x

2. Tekun dalam bekerja x

3. Menggunakan waktu yang sangat efektif x

4. Mampu bekerja sama x

5. Memperhatikan keselamatan kerja x

6. Memperhatikan kebersihan x

7. Hasil Masakan Enak                               x

Keseluruhan hasil sesuai dengan skor yang diperoleh. Untuk A ini skornya adalah :  = 3,57.
Contoh Lembar Observasi untuk Keterampilan Praktik (Domain Psikomotor)
Nilai

Aspek yang dinilai Baik Cukup Kurang

Skor 3 Skor 2 Skor 1

1.      Langkah Kerja

2.      Penggunaan Alat

3.      Sikap Kerja

4.      Penggunaan Sumber Informasi

5.      Kemampuan Menganalisa Pekerjaan

6.      Ketelitian

7.      Keselamatan Kerja

11
8.      Kerapian

9.      Kebersihan

10.  Waktu

Jumlah

Nilai Akhir :

27 – 30 = A Jumlah :

24 – 26 = B

20 – 23 = C Nilai Akhir :

15 – 19 = D

10 – 14 = E

Instruktur :

BAB III
PENUTUP

12
3.1 KESIMPULAN
Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.hasil belajar
ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Dalam asesmen psikomotorik, tujuan
pembelajaran disesuaikan dengan ranah psikomotor. R.H. Dave (1970) membagi hasil belajar
ranah psikomotor menjadi lima tahapyaitu: imitasi,manipulasi, presisi, artikulasi, naturalisasi.
sedangkan menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat di klasifikasikan menjadi enam:
gerakan reflex, gerakan fundamental dasar, kemampuan perceptual, kemampuan fisis,
gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun, taksonomi yang paling banyak
digunakan adalah taksonomi hasil belajar psikomotorik dari Simpson.

3.2 SARAN
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan karya-karya yang akan datang. Harapan kami
adalah semoga semakin banyak karya-karya baru terutama tentang pemahaman pada
tingkatan ranah psikomotorik yang lebih lengkap dan lebih baik lagi sehingga bisa dijadikan
bahan referensi yang lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

13
Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014.Asesmen Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta

Haryati,Mimin. 2007.sistem penilaian berbasis kompetensi. Jakarta:Gaung Persada Press

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sudaryono. 2012. Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta.Graha Ilmu

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : PT Raja GrafindoPersada

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian hasil proses belajar mengajar.  Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Arikunto,Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai