Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Jenis-Jenis Dan Prinsip-Prinsip Belajar

Dosen pengampuh:

Dr.Suriani,S.Ag.,M.Ag.

Di susun oleh:

1. Nur aziza supardi (10220220001)


2. Anisapitri (10220220006)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................... ........ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.. .................................................................................................3

A. Jenis-jenis belajar secara umum.............................................................................. 3


B. Jenis-jenis belajar menurut para ahli........................................................................4
C. Prinsip-prinsip belajar..............................................................................................6

BAB III PENUTUP............................................................................................................8

Kesimpulan. ............................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu kejadian dalam diri ataupun setiap proses yang harus dilalui untuk
mencapai perubahan didalam diri untuk menjadi perilaku yang lebih baik atau perubahan sikap
dan tingkah laku. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat Fundamental dalam setiap penyelenggaran Pendidikan. Sehingga hal ini menitik
beratkan bahwasanya berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung
pada proses belajar yang dialami Siswa maupun Mahasiswa, baik ketika mereka berada
dilingkungan sekolah/kampus, lingkungan keluarga, atau lingkungan masyarakat sekitarnya.

Dalam pembelajaran, interaksi antara pendidik dan peserta didik perlu berjalan efektif.
Interaksi yang efektif menjadi prasyarat kualitas dalam suatu pembelajaran. Pendidik sangat
berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, karena pendidiklah yang mengatur
pendekatan, metode, strategi maupun media pembelajaran yang akan digunakan, namun yang
tak kalah pentingnya adalah kondisi peserta didik yang menjadi prioritas utama karena peserta
didik sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab XI pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa :

‘’Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada jenjang pendidikan tinggi’’.

Dalam Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen ditegaskan
ada 4 macam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yaitu: “Kompetensi
paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.” Apabila
keempat macam kompetensi tersebut telah dimiliki oleh pendidik maka dapat membawa
pengaruh positif dalam pelaksanaan pembelajarannya, sehingga pembelajaran dapat lebih
efektif. Kemampuan guru dalam memahami prinsip-prinsip pembelajaran merupakan salah
satu kompetensi yang harus diaplikasikan dalam aktivitas pembelajaran, guna mencapai hasil
yang optimal. Untuk itu dipandang perlu ditelusuri lebih jauh tentang bagaimana implikasi
prinsip-prinsip pembelajaran terhadap pendidik dan peserta didik. Selain itu pemahaman yang

1
benar mengenai arti belajar dari segala aspek, bentuk, dan juga manifestasinya mutlak

diperlukan oleh para pendidik karena kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka
terhadap proses belajar, baik itu mengenai defenisi belajar,prinsip-prinsip, jenis-jenis belajar,
dan hal-hal yang berkaitan dengan belajar ataupun pembelajaran akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil atau kualitas dari hasil belajar yang akan dicapai. Oleh karena itu, pada
makalah ini akan dibahas mengenai Jenis-jenis dan prinsip-prinsip belajar. Sehingga nantinya
akan tercapainya tenaga pendidik yang berkualitas dalam segala aspek terutama berkualitas
dalam menjadi seorang pendidik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat Rumusan Masalahnya antara lain sebagai
berikut :
1. Apa saja Jenis-Jenis belajar secara umum ?
2. Apa saja Jenis-Jenis Belajar menurut para ahli ?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Belajar ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis- Jenis Belajar Secara Umum


Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa jenis-jenis belajar
secara garis besar yaitu belajar afektif, belajar kognitif, dan belajar psikomotor
1. Aspek Kognitif
Hal yang pertama akan kita ulik adalah istilah kognitif. Jadi ini berkaitan dengan
kerja kerja otak ketika berpikir. Di dalam aspek kognitif ini yang diukur di
antaranya adalah pengetahuan, praktek, analisa, sintesis, dan evaluasi.
Jadi pengetahuan ini berkaitan dengan ingatan dan proses bagaimana seorang
manusia mempelajari sesuatu. Kalau praktek berarti penerapan atas suatu teori
tertentu. Sedangkan analisa adalah bagaimana kita menganalisa suatu problem dan
mencari pemecahannya. Sedangkan evaluasi adalah bagaimana kita melakukan
flashback terhadap sesuatu yang pernah kita jalani atau lakukan.Jadi dalam aspek
kognitif ini kita akan melihat bagaimana detail murid dalam menangkap mata
pelajaran. Termasuk juga bagaimana cara mereka untuk menganalisa suatu soal
tertentu.. Bisa juga bagaimana cara mereka untuk menerapkan teori yang telah
diajarkan di kelas. Untuk lebih jelasnya kemampuan kognitif ini meliputi proses
menghitung, membaca, mengingat, dan mengulang hasil pembelajaran baik lewat
lisan maupun tulisan. Kalau dalam sekolah biasanya aspek kognitif inilah yang
paling menjadi fokus perhatian. Namun di setiap institusi juga berbeda-beda standar
penilaiannya.
2. Aspek Afektif
Jadi afektif adalah proses pembelajaran yang meliputi bagaimana individu bersikap
dan bertindak dalam lingkup sosialnya. Bisa juga penilaian afektif ini mencakup
emosi individu, perasaan, dan kestabilan emosi darinya. Untuk penilaian afektif
biasanya dilakukan dengan memberikan sebuah suatu tantangan yang memeras
emosi dari individu. Jika ia berhasil dalam hal yang bersangkutan maka akan dinilai
baik. Namun sebaliknya ketika hasilnya buruk maka akan diambil langkah yang
paling tepat.

3
3. Aspek Psikomotorik
Kemudian yang terakhir adalah aspek psikomotorik. Jadi ini berkaitan dengan
keterampilan individu dalam suatu hal tertentu. Biasanya keterampilan ini juga
berkaitan dengan bagaimana minat seorang individu. Bisa jadi ketika seorang anak
tidak begitu pandai dalam hal pelajaran (kognitif) namun boleh jadi ia sangat
kompeten di aspek psikomotoriknya. Oleh karena itu kita tidak boleh menghakimi
kekurangan seorang individu terutama dalam hal kemampuan otak. Sebab setiap
individu mempunyai kelebihan masing-masing. Kita tidak bisa menilai hanya dari
satu sisi saja sedangkan sisi lain disepelekan. Kepada para pendidik maka harus
mengetahui kecenderungan ketiga aspek ini pada murid muridnya. Sehingga
dengan begitu guru menjadi tidak mudah untuk melakukan judgement kepada
muridnya. Pada dasarnya tidak ada murid yang bodoh. Yang ada adalah guru yang
tidak tahu di mana kemampuan murid yang bersangkutan.

B. Jenis-Jenis Belajar menurut para ahli


1. Jenis Belajar Menurut Robert M.Gagne Manusia memilki beragam potensi,
karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang
dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
a. Belajar isyarat (signal learning)
Ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus
sebenarnya tidak menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal
learning terjadi.
Contoh: Mempelajari simbol-simbol yang ada di mata pelajaran
matematika.
b. Belajar stimulus respon
Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang
diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan sehingga terbentuk
perilaku tertentu (shaping).
Contoh: Guru memberikan pertanyaan tentang perkalian, siswa
memberikan respon kepada guru dengan menjawab pertanyaan dari guru.
c. Belajar merantaikan (chaining)
Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik
sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu.

4
Contoh: Langkah-langkah atau prosedur untuk menggambarkan segitiga
siku-siku dengan menggunakan jangka.
d. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)
Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek
yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata
dalam urutan yang tepat.
Contoh Saat siswa ingin menggambarkan segitiga siku-siku, siswa
membaca langkah- langkah atau prosedur sambil mempraktekkannya secara
langsung.
e. Belajar membedakan (discrimination)
Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang
mempunyai kesamaan.
Contoh : Untuk menyelesaikan soal persamaan linier 2 variabel, setiap
siswa mengerjakan dengan cara yang berbeda-beda, tetapi tujuan nya sama
tyaitu untuk menyelesaikan persamaan linier 2 variabel. (banyak cara tapi
tujuannya sama)
f. Belajar konsep (concept learning)
Belajar mengklsifikasikan stimulus atau menempatkan objek objek dalam
kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang
mewakili kesamaan ciri)
Contoh ; Siswa menyelesaikan soal operasi himpunan (penjumlahan dan
selisih) dengan menggunakan konsep opersai himpunan.
g. Belajar dalil (kaidah belajar)
Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang
terdiri dari penggabungan beberapa konsep.
Contoh: Siswa menyelesaikan soal tentang bilangan berpangkat dengan
berbagai cara Jika Anda memiliki pertanyaan, jangan ragu untuk
menghubungi saya kapan saja.
h. Belajar memecahkan masalah (problem solving)
Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi
(higher order rule).

5
Contoh : Ketika siswa telah dapat menyelesaikan suatu soal, siswa harus
membuktikan kembali kebenarannya dari penyelesaian yang didapat dengan
mencobanya ke dalam soal kembali.
2. Jenis-Jenis Belajar menurut UNESCO
a. Learning to know
Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, ada tiga
aspek. Apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.
b. Learning to do
Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu
mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini
menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan
dunia kerja.
c. Learning to live together
Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama,
dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu
berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
d. Learning to be
Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal.
Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri.
Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami
kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi- kompetensinya akan
membangun pribadi secara utuh
C. Prinsip-Prinsip Belajar
a. Perhatian dan Semangat
 Menurut Gage dan Berliner analisis belajar pengerjaan informasi terbuka bahwa
tidak terdapat perhatian yang tidak akan mungkin berlangsungnya belajar.
Perilaku perhatian mengenai pelajaran akan berdampak apabila pelajaran yang
diterima sesuai dengan keperluan siswa-siswi.
 Semangat ialah energi yang memobilisasi dan memandu aktivitas individu
semangat juga bisa dijadikan sebagai tujuan dalam belajar. Semangat menjadi
tujuan yang bisa dijadikan salah satu tujuan dalam membentuk. Kondisi tersebut
berhubungan dengan guru yang menginginkan siswa-siswi terpikat dalam
aktivitas berakal dan estetik sampai aktivitas belajar berakhir.

6
b. Keaktifan
Menurut John Dewey menyajikan gagasan bahwa belajar melihat apa yang harus
dikerjakan siswa-siswi untuk dirinya sendiri, kemudian siswa-siswi harus mempunyai
ide sendiri dan guru hanya bekerja untuk memandu dan menuntun.
Dari teori diatas, bisa dijelaskan bahwa belajar tidak bisa memaksa oleh orang lain dan
juga tidak bisa berlebih-lebihkan oleh orang lain. Setiap anak mempunyai dukungan
untuk melaksanakan sesuatu, mempunyai keinginan dan kemauan diri sendiri dan tugas
guru hanyalah memandu dan menuntun.
c. Keterampilan
Menurut pendapat dari John Dewey mengutarakan bahwa belajar hendaknya dialami
melewati aktivitas langsung. Belajar harus dilaksanakan siswa-siswi secara aktif, baik
secara perorangan ataupun secara berkelompok dengan cara menganggulangi masalah.
Tugas guru berperan menjadi memandu dan menuntun.
d. Pengulangan
Menurut pendapat dari prinsip Psikologi Asosiasi dalam satu hukum belajarnya “Law
of Exercise (Hukum Latihan)” mengutarakan bahwa belajar ialah penciptaan interaksi
antara semangat dan tanggapan, dan peniruan mengenai keahlian tersebut akan
memperbesar harapan dampaknya tanggapan yang benar.
e. Tantangan
Menurut pendapat dari prinsip Kurt Leewin mengutarakan bahwa dalam kondisi belajar
siswa-sisiw berada dalam suatu intikad psikologis, dalam kondisi itu siswa-siswi
belajar mendapati suatu peranan yang perlu diperoleh namun selalu mendapati
tantangan.
f. Balikan dan Penguatan
Siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
tes. Nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi.
g. Perbedaan Individual
Perbedaan individual sangat berakibat pada cara belajar dan dipleroleh siswa-sisiwi
dalam belajar. Setiap siswa-siswi mempunyai perorangan yang unik, maksudnya setiap
seseorang mempunyai perbedaan satu sama lain, misalnya perbedaan perilaku
psikologis, karakter dan sifat yang berbeda. Kondisi tersebut yang dibutuhkan
diperhatikan oleh guru dalam cara pembelajaran

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Untuk lebih efektifnyaa proses belajar dan pembelajaran maka dalam berinteraksi antara
pendidik dan juga peserta didik, kita perlu memerhatikan beberapa aspek tentang belajar yaitu
definisi belajar, apa saja jenis-jenis belajar secara umum maupun menurut beberapa ahli , dan
sebagai pendidik kita juga perlu memperhatikan apa saja prinsip-prinsip belajar seperti
perhatian dan semangat,keaktifan,keterampilan, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, dan perbedaan individual. Implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi pendidik
dapat dilihat dari wujud tingkah laku dalam mengelola dan melaksanakan pembelajaran,
memilih metode, media pembelajaran yang relevan, karakteristik peserta didik, memberi tugas
dan latihan/pengulangan, menilai dan memperlihatkan hasilnya kepada peserta didik ketika
memberi evaluasi. Sedangkan implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi peserta didik dapat
dilihat dari adanya perhatian serius dalam mengikuti pembelajaran, memiliki motivasi yang
tinggi, aktif dan terlibat langsung terhadap kegiatan dan latihan yang diberikan oleh pendidik,
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang menantang serta menentukan sendiri
kegiatan yang akan dilaksanakan.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/235771-prinsip-prinsip-pembelajaran-dan-
implika-faffb19b.pdf

https://id.scribd.com/document/428367997/Makalah-Jenis-Prinsip-Belajar

https://www.slideshare.net/endah1146/jenis-jenis-prinsip-belajar

https://www.gramedia.com/literasi/belajar/

https://talentaindonesia.id/perbedaan-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/

https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/696618/mod_resource/content/1/Prinsip-
prinsip%20belajar.pdf

Anda mungkin juga menyukai