Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Belajar Motorik
“Teori-Teori Belajar Pada Pebelajaran Motorik”

Disusun Oleh:

1. Aliatun sakdiah
2. Geovicki mahameru Al
3. Dedy saputra
4. Muhammad iqbal
5. Jamanik saputra
6. Azelpi
7. M. raihan nasyiri

Dosen Pengampu : Desi Tri Susanti, M.Pd., AIFO

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN & REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MUARA BUNGO
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melinpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari Allah SWT
sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan. Makalah ini kami beri judul
“Teori-Teori Belajar Pada Pebelajaran Motorik”.tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada ibu Desi Tri Susanti, M.Pd., AIFO selaku dosen pengampu
dan teman teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bungo, 15 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................1

B. Masalah Rumusan.............................................................................2

C. Tujuan Penlulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Pengertian Teori Behaviorisme.......................................................3

B. Pengaruh Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran...................4

C. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Behaviorisme............................5

D. Pengertian Teori Kognitivisme........................................................7

E. Pengaruh Teori Kognitivisme Terhadap Pembelajaran....................7

F. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kognitivisme.............................10

Bab III Penutup............................................................................................12

A. Kesimpulan .....................................................................................12

B. Saran ...............................................................................................12

Daftar Pustaka..............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak-anak mendapat tempat istimewa dalam masyarakat karena mereka
yang akan menjadi generasi penerus. Untuk hal itu maka perkembangan anak
juga harus mendapat perhatian yang khusus demi masa depan yang baik, dalam
hal sekecil apapun kita melakukan atau mengajarkan proses belajar yang salah
maka stimulus respon mereka juga akan negatif .“Belajar merupakan
perubahan perilaku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam
waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan (Gagne,1989)”. Dan
proses belajar anak dapat mereka lakukan di mana saja (sumber belajar). Dan
banyak sekali pada kondisi saat ini keluarga,lingkungan itu tidak memahami
proses pertumbuhan anak. Banyak anak yang ditekan dan ditarik kedalam
proses yang belum seharusnya mereka lakukan (demi kepuasan orang tua).
Contoh: anak usia sekitar 5-8 tahun yang seharusnya masih banyak bergerak
tapi mereka di hadapkan pada jadwal bimbel. Memang hal itu ada dampak
positifnya demi perkembangan kognitifnya. Tapi dampak pada yang akan
datang, anak itu akan mulai bosan dengan materi belajar disekolah dan
keterampilan geraknya tidak dapat maksimal atau otomatisasi gerak anak tidak
dapat berkembang. Padahal manusia mempunyai gerak dasar
yaitu:Lokomotor,Nonlokomotor,Manipulasi. Jika anak tidak melakukan belajar
atau tidak mengasah gerak dasar ini, apa yang akan terjadi?tetap saja anak
tidak akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Demi memaksimalkan anak dalam belajar motoriknya,” Belajar motorik
sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang
disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman,dan
bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer dan fluktuasi
fisiologis” (Rahantoknam,1988). Karena proses ini sangat mendasar maka
perlu di lakukannya suatu hal yang dapat meningkatkan belajar motorik hingga
ketempilan gerak anak dapat berkembang.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Apa pengertian dari teori behaviorisme?
2. Bagaimana apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
Behaviorisme?
4. Apa pengertian dari teori kognitivisme?
5. Bagaimana apklikasi teori kognitivisme terhadap pembelajaran siswa?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
kognitivisme?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari teori behaviorisme
2. Mengetahui pengaruh teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
Behaviorisme
4. Mengetahui pengertian dari teori kognitivisme
5. Mengetahui pengaruh teori kognitivisme terhadap pembelajaran siswa
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
kognitivisme
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Behaviorisme


Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan
salah satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori behavioristik,
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll. Menurut teori ini yang
terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa misalnya alat perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara
tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement) Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas
oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat
belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif
dalam belajar, begitu juga sebaliknya.

3
4

B. Pengaruh Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran Siswa

Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena


memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah
pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer
of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang
dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Ciri – ciri kuat
yang mendasari penerapan teori behavioristik :

1. Mementingkan pengaruh lingkungan


2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6. Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori
behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara
tersebut antara lain :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
5

4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok


bahasan sub pokok bahasan, topik dsb
5. Menyajikan materi pembelajaran
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis,
tes atau kuis, latihan atau tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif
ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap
sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari
pendidik.
Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang
terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses
pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat
diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam
proses evaluasi. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar
atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi
hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku
sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang
berada di luar diri pebelajar.

C.Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviorisme

Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
6

siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan
ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi
dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan
tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

1. Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik
terdapat beberapa kelebihan di antaranya :
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.
b. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan
yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan,
dan sebagainya.
c. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru
yang bersangkutan
d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan
harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2. Kekurangan
a. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon
b. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
c. Proses belajar berlangsung secara teori Selain teorinya, beberapa
kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik pembelajaran
yang mengacu ke teori ini,
7

D. Pengertian teori Kognitivisme

Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai


persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolehan penataan, penggunaan pengetahuan.
(Neisser:1976 dalam Muhibbin 1995:65)

Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada


hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh
perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori
behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.Menurut teori kognitivistik, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi
yangberkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan
terpatah-patah, terpisahpisah,tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan
menyeluruh.

Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk


mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu
dapat berupa mencari pengalaman, mencariinformasi, mencermati lingkungan,
mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuantertentu. Para psikolog
pendidikan kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau
pengetahuan yang baru.

E. Pengaruh Teori Kognitivisme Terhadap Pembelajaran Siswa


Teori belajar Kognitivisme tidak lepas dari rangkaian proses
pembelajaran. Menurut Munif Chatib yang lebih ditekankan adalah the best
process, bukan the best input. Yang jelas perpatokan pada kata “setiap insan
terlahir ke dunia ini dalam keadaan yang berbeda antara yang satu dan yang
lain”. Belajar sendiri adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Dalam
proses kegiatan belajar mengajar yang menjadi titik paling dominan adalah
8

mementingkan terbentuknya struktur kognitif sebagai usaha memecahkan


masalah yang didasarkan kepada insight. Istilah insight adalah pengetahuan
baru yang diperoleh setelah melalui proses pengumpulan informasi, relatif
mudah diingat, dan mampu dijadikan acuan dalam menyelesaikan persoalan
baru. Dengan demikian seorang guru dapat mengajar dengan cara memasuki
dunia anak. “gaya mengajar guru adalah gaya belajar siswa” (Chatib, 2014:8-9)
Dalam aplikasinya, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai
orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan
awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa
sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau
logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran
yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai
keberhasilan siswa.
Piaget menjabarkan aplikasinya dalam pendidikan;
1. Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak
sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan
anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar
yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif,
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan
aktifdalam kegiatan belajar, anak didorong menentukan sendiri
pengetahuannyamelalui interaksi spontan dengan lingkungan,
3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan,
4. Mengutamakanperan siswa untuk saling berinteraksi, bertukar ide/gagasan –
gagasan untukperkembangan penalaran

Dikemukakan pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan


dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
9

dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori


perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu ketika mengajar guru harus padai menyesuaikan penggunaan bahasa
dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungandengan baik. Peran Guru dalam hal ini harus mampu
membimbing, mengarahkan anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidakasing, menarik dan menyenangkan anak didik, bukan membebani anak
didik.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan usianya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk salingberbicara
menceritakan pengalamannya.
6. Pendidikan berbasis aktifitas bisa diterapkan, berikan peran bagi anakdalam
proses pembelajaran.

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas


belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan
proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan
pembalejaran,mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik sbagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavoristik.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarnya mengkuti prinsip-prinsp sebagai berikut :

1. Siswa bukan sebagai oang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan bnda-benda konkret.
10

3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena


hanya dengan mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan
menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari sederhana kekompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah
diketahui siswa.
7. Adanya perbedaaan individual pada diri siswa perludiperhatikan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan lajar siswa. Perbedaan
tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampan berfikir,
pengetahuan awal dan 
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitivisme
1. Kelebihan

a. Teori kognitif ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk


memecahkan masalah (problem solving)
b. Teori ini juga dapat meningkatkan motivasi siswa.
c. Teori kognitif ini juga dapat menjadikan lebih kreatif dan mandiri.
d. Dalam teori ini dapat membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
2. Kekurangan
a. Teori ini di anggap lebih dekat kepada psikologi belajar anak,sehingga
penerapannya pada proses belajar anak tidak mudah.
11

b. Teori ini di anggap susah di praktekkan sebab seringkali kita tidak


mungkin memahami struktur teori kognitif tersebut menjadi bagian-
bagian yang jelas.
c. Teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat di
ukur dengan hanya satu orang siswa saja.
d. Teori ini dapat menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
e. Teori ini sulit dipraktekkan, terutama untuk usia lanjut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya.Teori belajar kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Teori kognitif
dikembangkan bertujuan terutama untuk membantu guru memahami
muridnya. Ternyata, hal ini juga dapat membantu guru memahami dirinya
sendiri dengan lebih baik.
Dalam teori kognitif guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai
orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah
dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifansiswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan
menggunakanpola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan
individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.Penilian/evaluasi disini
merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap
suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik
sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa, 2014.

Darsono.2002:24-25.Theori Pembelajaran.Jakarta:Erlangga

Joyce, Bruce dkk. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran) edisi ke


delapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1995.

Sax, Gilbert.(1980). Principles of Education Measurement and Evalution (second


ed). California: Wadsworth Publishing

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004 B. Uno,
Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2006 Bambang warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, 2008.
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005

Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan


Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni
2011. Gage, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology, 1979. Hall S. Calvin
& Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat dan
behavioristik(diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa
barbara Toronto, 1978) , yogyakarta: Kanisius, 1993. Riyanto, Yatim,
Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009

Skinner, The Behavior of Organism, 1989.

Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan


Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni
2011.

13

Anda mungkin juga menyukai