Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Tentang

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

Meliza Refiny 2214070192

Pela Pratama Putri 2214070168

Aulia Maulina 2214070198

Dosen Pengampu:

Marta Suhendra, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (E)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1444 H/2023M
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الراحمن الرحيم‬

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang mana atas
rahmatnya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “ Teori Belajar Behavioristik ”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen Mata Kuliah Filsafat Ilmu yaitu Bapak Marta Suhendra,
M.Pd yang telah memberikan tugas ini. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya.Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Padang, 1 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar belakang ................................................................................................1
B. Rumusan masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. pengertian teori behavioristik .........................................................................3
B. Ciri-ciri teori belajar behavioristik ................................................................5
C. tokoh-tokoh aliran behaviorisme ...................................................................5
D. implikasi behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran ................................10
E. kelebihan dan kekurangan teori behaviorisme ............................................12
BAB III PENUTUP ..............................................................................................16
A. Kesimpulan ...................................................................................................16
B. Saran .............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan berkembang sebagai suatu cabang ilmu psikologi,
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran psikologi lain, seperti aliran
behaviorisme,aliran psikologi kognitif, dan aliran psikologi humanistik. Dalam
belajar dan mengajar maka beberapa hal yang terkait dengan proses belajar selalu
menjadi perhatian tersendiri. Oleh karena itu, terdapat teori-teori belajar yang dapat
membantu memahami bagaimana proses-proses belajar itu berjalan.
H.C Witherington dalam Educational pshychology menjelaskan pengertian
belajar sebagai suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dan reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau
suatu pengertian. Gagne Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di
mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti;
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing. mengetik. menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau puji.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu pengertian teori behavioristik?
2. Apa itu ciri-ciri teori belajar behavioristik?

1
3. Siapa saja tokoh-tokoh aliran behaviorisme?
4. Apa implikasi behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori behaviorisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengertahui pengertian dari teori behavioristik
2. Untuk mengetahui ciri-ciri teori belajar behavioristik
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh aliran behaviorisme
4. Untuk mengetahui implikasi behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behaviorisme

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami
perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek - aspek mental. Dengan kata
lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Teori kaum behavorisme lebih dikenal dengan nama teori belajar,
karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik
atau jelek rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin faktor-faktor
lingkungan, dalam arti teori belajar lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi
respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka.1
Ormrod mengemukakan bahwa ada lima asumsi dasar mengenai belajar
menurut pandangan behaviorisme yakni :
1. Sebagian besar prilaku orang diperoleh dari pengalaman karena
rangsangan dari lingkungan.
2. Belajar merupakan hubungan berbagai peristiwa yang dapat
diamati yakni hubungan antara stimulus dan respon.
3. Belajar memerlukan suatu perubahan prilaku.
4. Belajar paling mungkin terjadi ketika stimulus dan respon
muncul pada waktu berdekatan.2

1
Ulfiani Rahman, “Memahami Psikologi Dalam Pendidikan (Teori Dan Aplikasi)”,
Makassar, Alauddin University Press, 2014, Hal.21-22
2
Molli Wahyuni Dan Nini Ariyani, “Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran”, Jawa Barat, Edu Publisher, 2020, Hal. 1

3
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage,
Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang
menuntut pelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi
fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti
urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak
didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran
dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar
menuntut jawaban yang benar.Maksudnya bila siswa menjawab secara
“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa
telah menyelesaikan tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagi
bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan siswa secara individual.

4
B. Ciri-ciri teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat
ditelusuri dari bentuk refleks.Dalam psikologi teori belajar behavioristik
disebut juga dengan teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku
yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Pengkondisian terjadi
melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat
diamati dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan mental.
Menurut Ahmadi, teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu,
Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari
kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah Jaku yang
berdasarkan kenyataan. Pengalaman- pengalaman batin di kesampingkan
serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme
adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme
mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan perbuatan
bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak
disadari terhadap suatu pengarang, Manusia dianggap sesuatu yang
kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga. behaviorisme berpendapat
bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut
behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang
berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi reflek keinginan hati.3
C. Tokoh – Tokoh Aliran Behaviorisme
a. John Watson
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika
Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah “Psychologyas the
Behaviourist view it” (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya,
psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak
mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi.

3
Novi Irwan Nahar, “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran”, Jurnbal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 1, 2016, Hal. 67-68

5
Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang
mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.Oleh karena itu, psikologi harus
dibatasi dengan ketat pada penyelidikan penyelidikan tentang tingkahlaku
yang nyata saja.Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun
harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui
dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.Kajian tentang
belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi yang
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur. Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun keduanya harus dapat diamati dan di ukur.
b. Edwin Guthrie
Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959.Dia adalah professor
psikologi di university of Washington dari 1914 dan pensiun pada
1956.Karya dasarnya adalah The Psychology of Learning, yang
dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952.Gaya Tulisanya mudah
diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan banyak kisah untuk
menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan
matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja
harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru.
Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal
ini mirip dengan Thorndike dan Skinner.Dia sebenarnya bukan
eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan
eksperimental.Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu
percobaan yang terkait dengan teori belajarnya, dan kita aakan
mendiskusikan percobaan ini.Tetapi dia jelas seorang Behavioris. Dia
bahkan menggangap teoritisi seperti Thorndine, Skinner,Hull,Pavlov dan
Watson masih sangat subyektif dan dengan menerapkan hukum Parsimoni
secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena
belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan
di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum asosiasi aristoteles karena alasan
inilah kami menepatkan teori behavioristik Guthrie dalam paradigma

6
asosiasionistik.Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum
kontiguiti.Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan.
Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
c. Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar lebih mengungguli
konsep para tokoh sebelumnya. Respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana konsep yang dikemukakan tokoh sebelumnya, karena stimulus-
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus
itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensi. inilah yang nantinya mempengaruhi
munculnya perilaku.4
Selanjutnya Skinner mengembangkan teori kondising dengan
menggunakan tikus sebagai percobaan. Menurutnya, suatu respon
sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan
mempengaruhi tingkah laku manusia (untuk memahami tingkah laku siswa
secara tuntas menurut Skinner perlu memahami hubungan antara satu
stimulus dengan stimulus lainnya, memahami respon itu sendiri dan
berbagai konsekuensi yang dikaitkan oleh respon tersebut (Bell-Gredler,
1986). Skinner juga mengemukakan bahwa menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
membuat segala sesuatunya menjadi bertambah rumit. Sebab alat itu
akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Dari hasil percobaannya, Skinner
membedakan respon menjadi dua yaitu:
1. Respon yang timbul dari respon tertentu.
2. "operant (istrumental) response", yang timbul dari berkembang karena
diikuti respon perangsang tertentu.

4
Gusnarib Wahab Dan Rosnawati, “Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran”, Jawa
Barat, CV.Adanu Abimata, 2020, Hal.31-33

7
Teori Skinner dikenal dengan "operant conditioning", dengan enam
konsepnya yaitu :
1. Penguatan positif dan negatif.
2. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin
mendekati tingkah laku yang diharapkan.
3. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang
menggunakan penguatan pada saat yang tepat,hingga respon pun sesuai
dengan yang diisyaratkan.
4. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibatdari
ditiadakannya penguatan.
5. Chaining of response, respon dan stimulus yang berangkaian satu
sama lain. 6. Jadwal penguatan, variasi pembuatan penguatan: rasio tetap
dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.
Skinner lebih percaya pada "penguat negatif" (negative reinforcement),
yang tidak sama dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah,
bila hukuman harus diberikan sebelumnya, sedangkan penguat negatif
(sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama semakin kuat.
Misalnya seseorang siswa perlu dihukum untuk suatu kesalahan
yang dibuatnya, jika ia masih bandel maka hukuman terus ditambah.
Tetapi bila siswa membuat kesalahan dan dilakukan pengurangan
terhadap sesuatu yang mengenakkan baginya (bukan malah ditambah),
maka pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki
kesalahannya, inilah yang disebut "penguat negatif".
d. Clark Hull
Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusinya Charles Darwin. Semua
fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan
hidup. Karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan biologis menempati
posisi sentral. Stimulus ala Hull selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis
meskipun respon mungkin akan bermacam-macam bentuknya. Implikasi
praktisnya adalah guru harus merencanakan kegiatan belajar berdasarkan
pengamatan yang dilakukan terhadap motivasi belajar yang terdapat pada

8
siswa. Dengan adanya motivasi, maka belajar merupakan penguatan. Makin
banyak belajar, makin banyak reinforcement, makin besar motivasi
memberikan respon yang menuju keberhasilan belajar.
Teori behavioristik ini dalam perkembangannya mendapat kritik dari
para teoritis dan praktisi pendidikan. Menurut para pengkritik, teori
behavioristik ini tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks,
sebab banyak hal di dunia pendidikan tidak dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus respon. Sebagai contoh: tidak selalu stimulus mampu
mempertahankan motivasi belajar seseorang, kritik juga diarahkan pada
kelemahan teori ini yang mengarahkan berfikir linier, konvergen dan kurang
kreatif, termasuk masalah shapping (pembentukan) yang cenderung
membatasi keleluasaan untuk berfikir dan berimajinasi. Namun teori-teori
behavioristik ini sering kali dikritik karena sering tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal didunia pendidikan yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
Disamping teori ini juga dianggap cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier konvergen, tidak kreatif misalnya seseorang siswa mau belajar
giat setelah diberi stimulus tertentu, tapi karena satu dan lain hal ia tidak
mau belajar lagi padahal kepadanya sudah diberikan stimulus yang sama
atau lebih baik dari itu. Hal-hal semacam inilah yang dianggap tidak mampu
dijelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan
respon, atau mengganti stimulus dengan stimulus lain sampai mendapatkan
respon yang diinginkan, belum tentu dapat menjawab pertanyaan yang
sebenarnya.
e. Ivan P. Pavlov
Mula-mula teori conditioning ini di kembangkan oleh Pavlov (1927),
dengan melakukan percobaan terhadap anjing. pada saat seekor anjing
diberi makanan dan mampu, keluar lah respon ajing itu berupa keluar nya
air liur. Demikian juga, dalam pemberian makan tersebut di sertai dengan
bel, air liur anjing akan juga keluar. Setelah berkali-kali di lakukan
perlakuan serupa, maka pada saat hanya bel atau lampu yang di berikan,

9
anjing tersebut juga mengeluarkan air liur. Makanan yang di berikan oleh
Pavlov disebut pasangan tak bersyarat (unconditioned stimulus), sementara
bel atau mampu yang menceritakan disebut sebagai pasang bersyarat
(conditioned stimulus).
Terhadap pasangan tak bersyarat yang disertai dengan pasangan
bersyarat tersebut, anjing memberi respon dengan berupa air liur
(unconditioned respons). Selanjutnya jika pasangan bersyarat (bel/lampu)
diberi tanda pasangan tak beserat (makanan), ternyata dapat menimbulkan
respon yang sama yaitu keluar nya air liur (conditioned respons). Karena itu
teori Pavlov dikenal dengan responded conditioning atau teori klasikal
conditioning. Menurut Pavlov, pengkondisian yang di lakukan pada saat
anjing tersebut dapat juga berlaku pada manusia.
f. Thomdike
Thomdike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon
(yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan, atau gerakan). Dari pengertian
ini wujud tingkah laku tersebut bisa saja dapat diamati ataupun tidak dapat
diamati. Teori belajar Thomdike juga disebut sebagai abran "connectionsm".
Menurut Thomdike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial
and error). Mencoba- coba dilakukan bila seseorang tidak tahu bagaimana
harus memberikan respon atas sesuatu, kemungkinan akan dikemukakan
respon yang tepat berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.5
D. Implikasi Teori Behaviorisme dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran Behaviorisme. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori Behaviorisme dengan
model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan

5
Yuberti, “Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan”,
Bandar Lampung, Anugrah Utama Raharja (AURA), 2013, Hal.28-33

10
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku
akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Penerapan teori Behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori Behaviorisme
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai
objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari
pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang
terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses
pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam
proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang
dijangkau dalam proses evaluasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan teori behaviorisme
adalah:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan pada pembentukan perubahan
pada diri peserta didik, terutama bagi peserta didik yang belum
berkembang sifat mandirinya

11
b. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik) kecil dalam
pembentukan kemampuan dan perilaku.
c. Mementingkan peranan reaksi yang terukur dan teramati dari
peserta didik sebagai hasil dari perubahan dalam belajar
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur stimulus respon, dengan demikian guru harus dapat
mendesain stimulus sesuai dengan karakter kompetensi perilaku
mata pelajaran dan karakter siswa.
e. Mementingkan peranan kemampuan awal yang sudah terbentuk
sebelumnya, dengan demikian guru harus memahami kemampuan
awal dari masing-masing peserta didik sebelum merancang pem-
belajaran.
f. Mementingkan pembentukan kebiasan melalui latihan dan
pengulangan, dengan demikian guru harus dapat mendesain bentuk
latihan dan pengulangan yang sesuai dengan karakter peserta didik.
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang
diinginkan sesuai dengan indikator dan tujuan yang sudah
dirumuskan.
h. Kurikulum yang dikembangkan guru sangat terstruktur
menggunakan standar-standar tertentu yang harus dicapai peserta
didik.
i. Obyek evaluasi hanya mengukur pada hal-hal yang nyata yaitu
output belajar yang teramati, dalam bentuk laporan tugas, kuis dan
tes yang bersifat individual6.
E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Behaviorisme
1. Kelebihan Teori Behaviorisme
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi
dan kondisi belajar.

6
Herpratiwi, “Teori Belajar Dan Pembelajaran”, Yogyakarta, Media Akademi, 2016,
Hal. 11

12
b. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid
dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru
ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
c. Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif yang didasari pada prilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan
yangberkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan
kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak
sudah mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan
lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan
tersebut dan lebih optimal.
e. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi
dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
keterampilan tertentu mampu menghasilkan suatu prilaku yang
konsisten terhadap bidang tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya
dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkanpraktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
h. Teori Behaviorisme juga cocok diterapkan untuk anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung.
2. Kelemahan Teori Behaviorisme
Kritik terhadap behaviorisme adalah pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru, bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi
pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak
berdasar karena penggunaan teori behaviorisme mempunyai

13
persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak
setiap mata pelajaran bisa memakai teori ini, sehingga kejelian dan
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behaviorisme.
Teori behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung
unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya
tahan, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah: percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk
melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai
sentral, bersikap otoriter. Komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Siswa
dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru. Siswa hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan
hukuman yang sangat dihindari.7
Adapun kekurangan dan kelemahan dari teori behaviorisme
seringkali dikritik karena tidak mampu menjelaskan situasi belajar
yang kompleks. Teori ini selalu menyederhanakan hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar sekedar pada
hubungan stimulus dan respon saja serta tidak mampu menjelaskan

7
Molli Wahyuni Dan Nini Aryani, “Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran”, Jawa Barat, Edu Publisher, 2020, Hal. 23

14
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
stimulus dan respon itu sendiri. Selain itu, teori behaviorisme ini
juga kurang mampu menjelaskan tentang adanya variasi tingkat
emosi siwa, meskipun mereka memiki pengalaman penguatan yang
sama. Teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif
sama ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga
dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Jadi teori
ini hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati.
dan tidak memperhatikan keberadaan pengaruh pikiran ataupun
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.8

8
Elvia Baby Shahbana,Dkk, “Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam
Pembelajaran”, Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, Vol 9, No. 1, 2020, Hal. 31

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Teori belajar behavioristik merupakan suatu bentuk perubahan yang


dialami individu berupa kemampuan dalam bentuk perubahan tingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon. Teori
belajar behavioristik memiliki ciri-ciri diantaranya adalah mementingkan
faktor lingkungan, perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada
belajar, menekankan pada faktor bagian (elemen- elemen dan tidak secara
keseluruhan), sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi kebiasaan-
kebiasaan, mementingkan masa lalu atau bertinjauan historis artinya segala
tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan


kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajaran untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.

Metode belajar behavioristik diterapkan untuk melatih dan


membimbing anak yang membutuhkan dorongan dari orangtua, suka meniru,
dan suka mengulangi perilaku setelah mendapatkan reward atau hadiah, dan
dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya konsep pembelajaran dalam
teori belajar behavioristik sebagai ajang pelatihan agar terbentukya perilaku
yang akibat dari adanya hubungan stimulus-respon yang terjadi berulang-
ulang kali dengan adanya dukungan hadiah dan hukuman.

B. SARAN

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Penulis


sadar atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran
yang bersifat membangun agar terciptanya makalah yang dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Herpratiwi. 2016. “Teori Belajar Dan Pembelajaran”. Yogyakarta Media Akademi.

Nahar, Novi Irwan. “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran”. Jurnbal Ilmu Pengetahuan Social. Vol. 1. 2016. Hal. 67-68
Rahman, Ulfiani. 2014. “Memahami Psikologi Dalam Pendidikan (Teori Dan
Aplikasi)”. Makassar. Alauddin University Press.

Shahbana,Elvia Baby.,Dkk. “Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam


Pembelajaran”. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan. Vol 9. No. 1. 2020.
Hal. 31
Wahab, Gusnarib Dan Rosnawati. 2020. “Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran”. Jawa
Barat. CV.Adanu Abimata.

Wahyuni, Molli Dan Nini Ariyani. 2020. “Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran”. Jawa Barat. Edu Publisher.
Yuberi. 2013. “Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam
Pendidikan”. Bandar Lampung. Anugrah Utama Raharja (AURA).

17

Anda mungkin juga menyukai