Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Behavioris

Disusun Oleh:

 Riflin
 Azhar .A
 Fahrun
 Andi Risaldi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/ BIMBINGAN

PENYULUH ISLAM

STAI YPIQ BAUBAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, puji syukur kehadirat


Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq
dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga
penyusunan makalah Psikologi Belajar yang berjudul “Teori Belajar
Behaviorisme (Tingkah Laku)” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
            Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang
pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga
syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta
bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penulis
miliki, untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
hanya kepada Allah Subahanahu Wata’ala ., jualah penulis memohon Rahmat dan
Ridho-Nya.

Baubau, 15 Desember 2022

Hormat kami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian dan Konsep Dasar Teori Belajar Behaviorisme.................. 3
B. Tokoh-Tokoh  Aliran Behaviorisme dan Pandangannya Dalam Teori
Belajar................................................................................................... 5
C. Analisis Tentang Teori Behaviorisme.................................................. 12
D. Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Proses Pembelajaran................... 14
E. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme....................... 15
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan masalah
penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku peserta didik agar dapat
menguasai dan atau memahami sesuatu, merupakan upaya diri pesert didik
sesuai dengan pengertian bahwa peserta didik adalah proses pendewasaan
(dari ketidak-dewasaan menjadi dewasa). Adapun pendidik berupaya agar
dapat memahami atau dikuasai oeh peserta didik yang belum dewasa.
Perilaku sebelum menguasai atau memahami dibandingkan dengan
perilaku sesudah menguasai atau memahami merupakann objek pengamatan
dari kelompok behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan
seseorang sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis.
Pikologi dinamis adalah psikologi yang khusus menggarap masalah tenaga
batin, dorongan dan motif yang mempengaruhi perilaku orang-seorang
ataupun  kelompok.
Salah satu pungsi psikologi pendidikan adalah dasar perilaku menusia.
Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku kehidupan yang baik.
Pendekatan periaku ini melahirkan beberapa teori dan konsep dari banyak
peneliti. Psikologi behaviorisme merupakan salah satu dari tiga aliran
psikologi pendidikan yang tumbuh dan berkembang secara beruntun dari
periode ke periode. Alam perkembangan aliran psikologi tersebut
bermunculan teori belajar, dalam makalah ini akan dipaparkan lebih jelas
tentang teori belajar behaviorisme.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan  Konsep dasar teori belajar behaviorisme?
2. Siapa saja Tokoh- tokoh dan bentuk pemikirannya yang berpengaruh
dalam teori belajar behaviorisme?
3. Bagaiman analisa tentang teori Behaviorisme?
4. Bagaimana aplikasi teori behaviorisme dalam proses pembelajaran?
5. Apa  Keunggulan dan Kelemahan Teori belajar Behaviorisme ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dan konsep dasar teori belajar
behaviorisme
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dan bentuk pemikirannya yang
berpengaruh dalam teori belajar behaviorisme
3. Untuk mengetahui analisis tentang teori behaviorisme
4. Untuk dapat mengaplikasikan t eori  Behaviorisme
dalam proses pembelajaran
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behaviorisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Dasar Teori Belajar Behaviorisme

Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Teori
belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.  Teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar,
karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan
perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional,
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor-faktor lingkungan. Dalam konsep Behavior, perilaku manusia merupakan
hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi belajar.

3
a. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Teori-teori dalam
rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang
kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-
molekul. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
a. Mementingkan faktor lingkungan
b. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan
mempergunakan metode obyektif.
c. Bersifat mekanis
d. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil
e. Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
f. Menekankan pentingnya latihan  
g. Mementingkan mekanisme hasil belajar
h. Mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior dengan stimulusnya. Guru
yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

4
B. Tokoh-Tokoh  Aliran Behaviorisme dan Pandangannya dalam Teori Belajar

            Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku, tidak lain adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami oleh siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil dari interaksi antara stimulus dan respons. Para ahli yang banyak berkarya
dalam aliran ini antara lain :  Pavlov, Thorndike, (1911); Watson, (1963); Hull,
(1943); Guthrie dan Skinner, (1968).
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia
mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respons yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini
anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing.
Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk
penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap
bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.
Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan.
Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar
menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut
teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah
belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi
dihiraukan.

5
Thorndike (1874-1949) Menurut Thorndike salah seorang pendiri aliran
tingkah laku, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa yang disebut stimulus dan respons. Thorndike menggambarkan proses
belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses
belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan
eksperimen dengan menggunakan box yang disebut dengan problembox.
Prosedur eksperimennya adalah membuat agar setiap binatang lepas dari
kurungannya sampai ke tempat makanan. Dalam hal ini thornike menggunakan
kucing dan memasukkannya kedalam kurungan, konstruksi pintu kurungan itu
dibuat sedemikan rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu pintu
kurungan akan terbuka dan kucing akan keluar dan mencpai makanan (daging)
yang ditempatkan diluar kurungan itu sebagai hadiah atau daya penarik kucing
yang lapar.
Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :
a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Hukum ini menunjukkan keadaan-keadaan diamana pelajar cenderung
untuk mendapatkan kepuasan atau ketidakpuasan, menerima atau menolak
sesuatu. Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk
memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat. Jadi,
sebenarnya rediness itu adalah persiapan untuk bertindak, ready to
act. Ilustrasi hukum tersebut :
 Hewan mengejar mangsanya, siap untuk menerkap dan
memangsanya
 Seorang anak melihat sesuatu barang yang sangat menarik di
kejauhan, siap untuk menghapirinya, memegangnya, dan
memainkannya.

6
b. Hukum Latihan (Law of exercise)
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah
hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan
maka asosiasi tersebut semakin kuat, dan akan menjadi lemah apabila
latihan-latihan atau penggunaan dihentikan. Hukum ini sebenarnya
tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes
perfect.
c. Hukum akibat ( Law of effect )
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah bahwa suatu tindakan
yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan
pada waktu lain akan diulangi. Jadi hukum akibat menunjukkan
bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.
Yang dimasud Thornike dalam teorinya, sederhananya adalah “
Hadiah atau sukses akan berakibat dilanjutkan atau diulanginya perbuatan
yang membawa hadiah atau sukses itu, sednag hukuman atau kegagalan
akan mengurangi kecederungan untuk mempertahankan atau mengulangi
tingkah laku yang membawa hukuman atau kegagalan.
Menurut teori conditioning yang terpenting adalah latihan yang kontinu,
dan yan diutamakan adalah belajar yang terjadi secara otomatis. Teori ini
mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga merupakan hasil
conditioning, yaitu latihan atau kebiasaan bereaksi terhadap syarat atau
perangsang tertentu yang dialami dalam kehidupannya.

7
Teori operant conditioning dari Burhuss Frederic Skinner penganut paham
neobehavioris yang mempunyai pendapat lain lagi, yang ternyata mampu
mengalahkan pamor teori-teori Hull dan Guthrie dengan teori pembiasan
perilaku responsnya. Karya tulis terbarunya berjudul About Behaviorism.
Didalam karyanya, tingkah laku terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan
oleh tingkah laku itu sendiri. Seperti, pavlop dan Watson, Skinner juga
memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons.
Perbedaanya, Skinner membuat perincian lebih jauh, yang membedakan
menjadi dua macam respons, yaitu respondent response, dan operant response.
a. Respondent response (Reflexive Response)
Respondent response merupakan respons yang ditimbulkan oleh
perangsang tertentu, misalnya keluar air liur setelah melihat makanan
tertentu, dan umumnya perangsang yang demikian itu mendahului respons
yang ditimbulakan. 
b. Operant Response (Instrumental Response)
Operant Response yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuiti
oleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing
stimuli atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respons yang
telah dilakukan oleh organism. Jadi, respons yang demikian itu mengikuti
sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Misalnya, seorang anak
yang belajar melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah, maka ia menjadi
lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Kenyataan bahwa jenis respons pertama (reflexive response) sangat
terbatas pada manusia, dan jenis respons kedua (operant response)
merupakan bagian terbesar bagi tingkah laku manusia dan kemungkinan
untuk memodifikasinya hampir tidak terbatas. Oleh karena itu skinner lebih
memfokuskan pada jenis tingkah laku yang kedua, yang penting bagaimana
menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikai tingkah laku.

8
      Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning adalah
sebagai berikut:
1) mengidentifikasi hal-hal ynag merupakan reinforce (hadiah) bagi tingkah
laku yang akan dibentuk.
2) Menganalisa dan mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk
tingkah laku yang dimaksud, kemudian komponen tersebut disusun dalam
urutan yang tepat untuk menuju pembentukan tingakah laku yang
dimaksud
3) Urutan komponen tersebut sebagai tujuan sementara, dengan
mengidentifikasi reinforce (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.
4) Melakukan pembentukan tingkah laku, dengna menggunakan komponen
yang telah disusun.
Jadi, Skinner menganggap reward atau reinforcement sebagai faktor terpenting
dalam proses belajar, serta tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol
tingkah laku. Perbedaan penting antara Pavlov Classical Conditioning dan
Skinner Operant Conditioning adalah dalam classical Conditioning, ada
akibat-akibat suatu tigkah laku itu. Reinforcement tidak diperlukan karena
stimulasinya menimbulkan respons yang diinginkan. Jadi, operant
conditioning merupakan situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat
akibat reinforcement langsung.
Dalam pedidikan, Operant Conditioning menjamin respons terhadap stimulus.
Apabila murid tidak mengajukan reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin
dapat membimbing tingkah lakunya kearah tujuan perubahan tingkah laku.   

9
C. Analisis Tentang Teori Behaviorisme
Kaum behaviorisme menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih
menggunakan kerangka behaviorisme biasanya merencanakan kurikulum
dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut
disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang kompleks (Paul,
1997).
Pandangan teori behaviorisme telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviorisme. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori
belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi
sekedar hubungan stimulus dan respons. Teori ini tidak mampu menjelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan
respon.
Pandangan behavioristme juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi
tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan
yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama,
ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih
tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behaviorisme hanya
mengakui adanya stimulus dan respons yang dapat diamati.

10
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behaviorisme memang tidak
menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun
apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement)
cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi. Menurut
Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun
ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara;
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian
dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
c. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun
salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain,
hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang
kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada
bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respons yang muncul
berbeda dengan respons yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika
pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini
mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang
disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan
positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat
respons. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan
penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

11
D. Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Proses Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of
knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran
adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses
berpikir yang dapat dianalisis, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau
guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena
itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar
pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga
hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

12
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena
sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respons sehingga terkesan seperti kinerja mesin
atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai
dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada keterampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan
pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respons pasif, keterampilan secara terpisah,
dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar
menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara
“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar
telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai
bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan pebelajar secara individual.

13
E. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme

 Kelebihan Teori Behaviorisme
1. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
2. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.

 Kelemahan teori behaviorisme
1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan
diukur.
2. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik
seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada
siswa.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa
belajar. Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek
mental. Dalam konsep Behavior, perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
belajar.
Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain :  Pavlov,
Thorndike, (1911); Watson, (1963); Hull, (1943); Guthrie dan Skinner,
(1968). Pandangan teori behaviorisme telah cukup lama dianut oleh para
pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviorisme.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan
teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behaviorisme menekankankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Sedangkan, Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian
yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan pebelajar secara individual. Semua teori pastilah memiki
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing teori begitu juga dalam halnya
teori belajar behaviorisme ini.

15
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam
proses pembelajaran di sekolah-sekolah tidak cenderung menggunakan teori
belajar behaviorisme pada semua jenjang pendidikan karena teori ini hanya
berpusat pada guru dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk
mengembangkan daya imajinasinya sehingga siswa cenderung menjadi pasif
dan kurang kreatif, dan teori belajar behaviorisme sekarang ini hanya pas
digunakan untuk melatih anak-anak yang membutuhkan dominasi orang
dewasa.
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya
dipahami oleh para pendidik atau calon pendidik dan diterapkan dalam dunia
pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat
dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip
pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita
niscaya akan menghasilkan output-output yang berkualitas yang mampu
membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Uno, Hamzan B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta :


Bumi Aksara
Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Djali, H. 2011 Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada
James F, Brennan. Sari, Nurmala Fajar. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi edisi
keenam. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Hall S. Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat
dan behavioristik(diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york,
Santa barbara Toronto, 1978) , yogyakarta: Kanisius, 1993. Riyanto, Yatim,
Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009 Skinner, The
Behavior of Organism, 1989. Slavin, Belajar dan Pembelajaran, 2000. Sukardjo,
Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2009 Yamin, Martinis, Paradigma Ba

17

Anda mungkin juga menyukai