Dosen Pengampu :
Dr. Sri Mulyati, M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Dyva Febrian Ariyani 2252000129
2. Putri Sahidah 2252000138
3. Amalia Enjang Syahryan 2252000140
4. Ersa Aulia Rahmadani 2252000164
5. Wildan Nasrudinnulah 2252000165
6. Rizky Putri Nurjanah 2252000169
2022 / 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, kami
meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini
dengan baik.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Simplan ...................................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Teori belajar
akan terkait dengan pembuatan kurikulum atau perancangan kurikulum. Dengan
mempelajari dan memahami teori belajar ini maka dengan itu bisa mencermati
perilaku-perilaku peserta didik. Teori belajar dibagi menjadi 4 antara lain teori belajar
behaviorisme, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivisme, dan teori belajar
humanisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud teori belajar behaviorisme dan landasan filosofisnya?
2. Apakah yang dimaksud teori belajar kognitif dan landasan filosofisnya?
3. Apakah yang dimaksud teori belajar konstruktivisme dan landasan
filosofisnya?
4. Apakah yang dimaksud teori belajar humanisme dan landasan filosofisnya?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan teori
belajar behaviorisme dan landasan filosofisnya.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan teori
belajar kognitif dan landasan filosofisnya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan teori
belajar konstruktivisme dan landasan filosofisnya.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan teori
belajar humanisme dan landasan filosofinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu
sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar
(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku
tersebut terjadi atau tidak.
2
2. Empirisme: Teori behaviorisme berakar dalam tradisi empirisme, yang
berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman dan pengamatan.
Behaviorisme meyakini bahwa belajar terjadi melalui pengalaman langsung
dengan lingkungan dan melalui interaksi antara stimulus eksternal dan respons
yang teramati.
3. Asosiasionisme: Konsep asosiasi sangat penting dalam behaviorisme.
Asosiasionisme adalah pandangan bahwa individu belajar dengan
menghubungkan stimulus dan respons. Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku
dapat dijelaskan dan diprediksi dengan mengidentifikasi hubungan antara stimulus
dan respons yang terjadi sebagai akibat dari asosiasi yang dibentuk melalui
pengalaman.
3
tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti
pemecahan masalah yang tidak jelas. Teori belajar kognitif didasarkan pada empat
prinsip dasar:
Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah
mereka ketahui.
Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.
Teori kognitif muncul karena adanya keterbatasan pada teori behaviorisme.
Menurut pandangan teori kognitif bahwa manusia merupakan makhluk belajar yang
aktif dan selalu ingin tahu serta makhluk sosial. Teori ini menekankan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia, yang proses tersebut
tidak dapat mereka amati. Proses belajar bukan hanya sekedar interaksi antara
stimulus dan respon saja, melainkan melibatkan juga aspek psikologi lain (seperti:
mental, emosi dan persepsi) dalam memproses informasi yang tidak tampak, dalam
memberikan respon terhadap stimulus belajar. Oleh karena itu, faktor inilah (mental,
emosi, persepsi dan lain-lain) yang disebut dengan faktor internal.
5
1. Epistemologi Konstruktivis: Teori ini didasarkan pada epistemologi yang berfokus
pada konstruksi pengetahuan. Epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari sifat pengetahuan. Para konstruktivis berpendapat bahwa
pengetahuan bukanlah sesuatu yang objektif dan ada di luar individu, melainkan
sesuatu yang dibangun oleh individu berdasarkan pengalaman dan interpretasi
mereka sendiri.
2. Peran Aktif Individu: Konstruktivisme menekankan peran aktif individu dalam
pembelajaran. Individu tidak hanya menerima informasi, tetapi mereka juga
menciptakan pengetahuan mereka sendiri melalui pemahaman, interpretasi, dan
penyusunan informasi yang diterima.
3. Konsep Konflik Kognitif: Teori ini menggambarkan proses pembelajaran sebagai
hasil dari konflik kognitif, yaitu ketidakselarasan antara apa yang sudah diketahui
oleh individu dan informasi baru yang mereka terima. Konflik kognitif ini
mendorong individu untuk merevisi pemahaman mereka dan membangun
pengetahuan baru.
4. Sosial dan Kultural: Teori konstruktivisme sosial juga menekankan peran interaksi
sosial dan pengaruh budaya dalam pembentukan pengetahuan. Individu belajar
melalui interaksi dengan orang lain, baik guru maupun teman sebaya, serta dalam
konteks budaya yang melingkupinya.
5. Pembelajaran Berbasis Masalah: Salah satu metode yang sering digunakan dalam
pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran berbasis masalah di mana individu
dihadapkan pada masalah nyata dan diberi kesempatan untuk menemukan
solusinya sendiri. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan pemahaman
yang lebih dalam.
6. Pembelajaran Kontekstual: Konstruktivisme juga menekankan pentingnya konteks
dalam pembelajaran. Pengetahuan dan pemahaman dikonstruksi dalam konteks
tertentu, dan pembelajaran harus relevan dengan pengalaman dan lingkungan
individu.
6
D. TEORI BELAJAR HUMANISME DAN LANDASAN FILOSOFISNYA
Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh
faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan.
Menurut teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan
individu. Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh
dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya.
Menurut teori belajar humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Bagi penganut teori humanisme, proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari
proses belajar. Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain
teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada
belajar apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam keseharian. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia”
mencapai aktualisasi diri dan sebagainya dapat tercapai.
Perhatian psikologi humanisme yang terutama tertuju pada masalah bagaimana
tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi mereka
yang mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut
para pendidik aliran humanisme, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus
sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
7
mereka sendiri, dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka. Siswa
dianggap sebagai agen aktif dalam proses pendidikan mereka.
3. Pengalaman Pribadi: Humanisme menekankan pengalaman pribadi sebagai
sumber belajar yang kuat. Siswa belajar melalui interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman mereka sendiri. Oleh karena itu, pendidikan humanistik berusaha
untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan relevan bagi siswa.
4. Penghargaan Terhadap Kemajuan Pribadi: Teori belajar humanisme menekankan
kemajuan pribadi daripada perbandingan dengan orang lain. Ini berarti bahwa
sukses dalam pendidikan dilihat dari perspektif individu, dan bukan dari sudut
pandang standar atau nilai-nilai eksternal.
5. Relasi Guru-Siswa yang Positif: Hubungan guru-siswa sangat penting dalam
pendekatan humanistik. Guru dianggap sebagai fasilitator belajar yang
mendukung, menginspirasi, dan menghargai siswa. Hubungan positif ini
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman di mana siswa merasa didukung
dalam pengembangan potensi mereka.
6. Kepuasan dalam Pembelajaran: Humanisme menekankan pentingnya menciptakan
pengalaman belajar yang memuaskan. Siswa diharapkan untuk mengejar topik
yang mereka minati dan merasa puas ketika mereka berhasil memahami dan
menguasainya.
7. Pendidikan Seumur Hidup: Humanisme meyakini bahwa pembelajaran bukanlah
sesuatu yang terbatas pada periode tertentu dalam hidup seseorang, melainkan
merupakan proses seumur hidup. Pendidikan berlangsung sepanjang kehidupan,
dan individu dapat terus berkembang dan belajar sepanjang masa.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Terdapat 4 teori
belajar yaitu: Teori Behaviorisme, Teori Kognitiv, Teori Humanistik, dan Teori
Kontruktivisme. Setiap teorinya memiliki penjelasan masing-masing. Teori belajar
akan terkait dengan pembuatan kurikulum atau perancangan kurikulum. Dengan
mempelajari dan memahami teori belajar ini maka dengan itu bisa mencermati
perilaku-perilaku peserta didik.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan terkait teori-teori belajar yaitu penerapan teori
belajar dalam pembelajaran di sekolah disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik
peserta didik serta lingkungan belajarnya. Beberapa teori yang ada tidak
mengharuskan untuk digunakan semua, namun boleh menggunakan lebih dari satu
teori dipilih yang relevan. Tidak ada teori belajar yang paling benar namun dapat
dipilih yang paling tepat bagi peserta didik dan guru yang mengajarkannya.
Pada saat pembuatan makalah, kami menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
semangat akan selalu ditunggu oleh kami agar nantinya bisa memperbaiki kesalahan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Karwono, Heni Mularsih. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakata : PT Rajagrafindo Persada
Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung:
PT Rosda Karya.
10