PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
WULANDARI 221200347
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidaya-Nya sehingga makalah yang berjudul ” PENDEKATAN
PEMBELAJARAN DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ALIRAN PSIKOLOGI “
ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu
Dr. Kana Safrina Rouzi, MSi. selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, serta kepada pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penulisan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
semaksimal ini jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Pengertian Teori Belajar Behaviorisme..................................................................5
2.2 Ciri –ciri Teori Belajar Behaviorisme.....................................................................5
2.3 Tokoh-tokoh dalam Teori Behaviorisme................................................................6
2.4 Pengertian Teori Kognitivisme............................................................................10
2.5 Ciri-ciri Aliran Kognitivisme................................................................................10
2.6 Tokoh Tokoh Teori Kognitivisme.........................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................13
3.2. SARAN................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Karena pembahasan tentang teori behaviorisme sangat luas, maka pada pembahasan
makalah ini penulis akan menitik beratkan pada poin-poin dibawah ini:
1) Apa pengertian teori belajar behaviorisme dan kognitivisme?
2) Apa saja ciri-ciri teori belajar behaviorisme dan kognitivisme ?
3) Siapakah tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar behaviorisme dan
kognitivisme?
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Menurut teori belajar tingkah laku, belajar
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang telah dikatakan sudah mengalami proses belajar jika telah mampu
bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus yang berupa
proses dan materi pembelajaran dengan respon atau tanggapan yang diberikan oleh
pembelajar.
Misalnya; seorang pelajar belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-
kegiatan sosial di masyarakat,seperti; ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemilu, kerja
bakti, ronda dll. Teori Behavioristik adalah teori yang hanya mempelajari perilaku
nyata (overt behavior) tanpa meneliti lebih jauh sebabnya. Teori ini pun membedakan
antara teori pemerolehan dan belajarannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup
manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya.
Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia
berbuat sesuatu.
Watson menyatakan bahwa hanya tingkah laku yang teramati saja yang dapat
dipelajari dengan valid dan reliable. Dengan demikian stimulus dan respon harus
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable). Watson berpendapat bahwa
introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya. Alasannya adalah jika
psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus dapat diamati dan diukur.
Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan mempelajari apa yang
dilakukan manusia (perilaku mereka) memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang
objektif. Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan
pelaku sebagai subjek psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang
berpotensi untuk dapat diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan
hewan.
Teori ini disebut dengan teori koneksionisme atau juga disebut “S -R Bond
Theory” dan “S-R Psycology of learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan
“Trial and Error Learning”.(Slavin, 2000). Ketika Thorndike memasukkan hewan yang
sama ke kotak teka-teki secara berulang-ulang, hewan tersebut akan melakukan respons
yang benar semakin cepat. Dalam waktu singkat, hewan-hewan tersebut hanya
membutuhkan waktu beberapa detik untuk lolos dan mendapatkan hadiah.
Menurut Thorndike, ada beberapa hukum pokok dalam proses belajar manusia,
antara lain:
Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian
diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan, hubungan antara
stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan pada diri
seseorang.
Law of Exercise, hubungan antara stimulus dan respon itu akan sangat kuat bila
sering dilakukan pelatihan dan pengulangan, dan akan menjadi lemah jika
latihan tidak diteruskan.
Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang
memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan
kepuasan akan dilupakan.
Azas operant conditioning B.F Skinner mulai muncul dalam tahun 1930-an,
pada waktu keluarnya teori-teori S-R (Stimulus-Respons) yang kemudian dikenal
dengan model Conditioning klasik dari Pavlov yang pada saat itu telah memberi
pengaruh yang kuat dalam pelaksanaan penelitian.
Munculnya teori Operant Conditioning ini sebagai bentuk reaksi ketidak puasan
Skinner atas teori S-R, umpamanya pada pernyataan “Stimulus terus menerus memiliki
sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur” (Gredler, 1991 : 115). Dengan kata lain
suatu stimulus bervariasi serta akan terjadi pengulangan bila terdapat penguatan
(reinforcement). Pengulangan respons-respons tersebut merupakan tahapan-tahapan
dalam proses mngubah atau pembentukan tingkah laku.
Skinner memandang bahwa belajar adalah perubahan dalam perilaku yang dapat
diamati dalam kondisi yang dikontrol secara baik. Ada tiga syarat terjadinya interaksi
antara organisasi dan lingkungannya antara lain, (1) saat respon terjadi, (2) respon itu
sendiri, (3) konsekuensi penguatan respon. (Sudjana, 1991:86).
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.
Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,
melihat,menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi
menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses
belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih
dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
2.6.2 Bruner
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum
spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka.
Cara belajar yang terbaik menurut Bruner inia dalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
(discovery learning).
2.6.3 Ausebel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer),
dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa.
BAB. III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori belajar kognitifisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
3.2. SARAN
Dalam melakukan sebuah penilaian belajar, seorang pendidik sebaiknya dan seharusnya
mempertimbangkan keadaan mental peserta didiknya disamping tingkah laku yang
diamati.
DAFTAR PUSTAKA