Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI TEORI BELAJAR

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

FITRIA

ARIS ENDRIANTO

SECHAL MAULANA AZWAR

DOSEN PENGAMPU : Suparman, M.Pd

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI KOTA LUBUKLINGGAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI PENJASKESREK

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “ Teori- teori belajar “.
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi
dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Lubuklinggau, 21 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
3. Tujuan masalah .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

1. Teori Behaviorisme ............................................................................................... 3


2. Teori Kognitivisme ............................................................................................... 4
3. Teori Humanistik .................................................................................................. 6
4. Teori Kontruktivisme ........................................................................................... 8

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14

1. Kesimpulan ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan sikap dan Perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar dapat
diartikan sebagai aktifitas mental atau ( psikhis ) yang terjadi karena adanya interaksi aktif
antara individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang
bersifat relatif tetap dalam aspek-aspek : kognitif, afektif dan psikomotor “Taxonomi Bloom”
Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru atau
penyempurnaan/penigkatan dari hasil belajar yang telah diperoleh sebelumnya. Belajar tidak
hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya
menjadi suatu pengalamaan dan skill yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran
merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber
belajar dan lingkungan.

Menurut Watson (Hamzah Uno,7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon . Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata
lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar
dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-faktor tersebut
tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum.

Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan
respon tertentu. Stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu
diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu respon akan
lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan
berbagai stimulus.

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4).
Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih
variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di
dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori behaviorisme, Teori kognitivisme, Teori
humanistik, Teori konstruktivisme, serta apa manfaat, Tujuan, Kelebihan dan
kekurangan disetiap teori ?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui Teori behaviorisme, Teori kognitivisme, Teori humanistik, Teori
konstruktivisme, serta manfaat, Tujuan, Kelebihan dan kekurangan disetiap teori.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BEHAVIORISME

Teori behaviorisme atau behavioristik adalah salah satu pendekatan di dalam psikologi
pendidikan. Pendekatan tersebut meyakini bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh orang yang membentuknya baik guru ataupun orang tua. Mengutip
laman Dosen Perbanas Institute dalam teori behaviorisme penting dalam memahami cara
pandang dan perasaan orang lain. Oleh sebab itu para penganut teori behaviorisme
menekankan penelitian pada perilaku manusia yang nyata dan peristiwa yang aktual.

Awalnya teori behaviorisme dicetuskan oleh Nathaniel L Gage dan David C Berliner,
kemudian dikembangkan menjadi aliran psikologi pendidikan. Teori behaviorisme atau
behavioristik sering disebut sebagai S-R psikologis adalah tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan
demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior
dengan stimulusnya. Teori behaviorisme memiliki beberapa ciri-ciri rumpun yaitu:

1. Mementingkan faktor lingkungan


2. Menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan mempergunakan metode objektif
3. Bersifat mekanis
4. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil
5. Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
6. Menekankan pentingnya latihan
7. Mementingkan mekanisme belajar

Selanjutnya Prinsip Teori Behaviorisme, Teori behaviorisme memiliki 7 prinsip utama


yakni:

1. Stimulus dan Response


2. Reinforcement (penguatan)
3. Penguatan Positif dan Negatif
4. Penguatan Primer dan Sekunder
5. Kesegeraan memberi penguatan
6. Pembentukan perilaku
7. Kepunahan

Kelemahan dan Kelebihan Teori Behaviorisme

a. Kelebihan Teori Behaviorisme


 Teori behaviorisme cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa lantaran suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk penghargaan langsung seperti
pujian.
 Pembiasan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
b. Kelemahan Teori Behaviorisme
 Pembelajaran siswa berpusat pada guru, bersifat mekanistik dan hanya berorientasi
pada hasil yang diamati dan diukur.
 Murid mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar sebagai cara yang efektif.
 Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara mendisiplinkan siswa baik hukum
verbal maupun fisik justru berakibat buruk pada siswa.

B. TEORI KOGNITIVISME

Teori belajar kognitivisme adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajar. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif,
belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri.

1. Jean Piaget

Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif memiliki peran yang sangat penting dalam
proses belajar. Perkembangan kognitif pada dasarnya merupakan proses mental. Proses
mental tersebut pada hakekatnya merupakan perkembangan kemampuan penalaran logis
(development of ability to respon logically). Bagi Piaget, berfikir dalam proses mental
tersebut jauh lebih penting dari sekedar mengerti. Semakin bertambah umur seseorang, maka
semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuan
kognitifnya. Proses perkembangan mental bersifat universal dalam tahapan yang umumnya
sama, namun dengan berbagai cara ditemukan adanya perbedaan penampilan kognitif pada
tiap kelompok manusia. Sistem persekolahan dan keadaan sosial ekonomi dapat
mempengaruhi terjadinya perbedaan penampilan dan perkembangan kognitif pada individu,
demikian pula dengan budaya, sisitem nilai dan harapan masyarakat masing-masing.

2. J.S Burner

Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan yang
terjadi dalam proses belajar. Guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis,
menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawaban sendiri dan melakukan
eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan
siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri dan melakukan
eksperiman.

3. Ausubel

Menurut Ausubel, belajar dapat di klasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama,
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif tersebut
mencakup fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
diinginkan oleh siswa. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan
kepada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang manyajikan informasi secara final,
maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan
atau mengaitkan informasi baru dengan struktur pengetahuan (fakta, konsep-konsep,
generalisasi dan lainnya) yang dimiliki oleh siswa, dalam hal ini terjadi belajar bermakna
(meaningful learning). Akan tetapi, siswa dapat juga berusaha mencoba-coba menerima,
menguasai dan menghafal informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep
yang ada dalam kognitifnya, maka terjadilah belajar hafalan (rote learning).

4. Gestalt

Menurut Gestalt belajar adalah proses pengembangan yang didasarkan pada pemahaman
atau insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi
permasalahan. Teori Gestalt menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah
laku. Teori belajar Gestalt pada dasarnya sebagai usaha untuk memperbaiki proses belajar
dengan rote learning dengan pengertian bukan menghapal. Dalam belajar, menurut teori
Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau
tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus
dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.

C. TEORI HUMANISTIK

Teori humanistik atau sering juga disebut teori belajar humanistik adalah satu dari
beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga pengajar lainnya.
Secara garis besar teori belajar humanistik adalah teori belajar bertujuan menghasilkan hal
baik bagi kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi diri dan membuat orang mampu
mengenali diri sendiri. Oleh karena itu, proses belajar humanistik ini membutuhkan perhatian
yang besar dalam prosesnya dengan harapan menghasilkan pencapaian yang baik. Teori
Humanistik Menurut Para Ahli :

1. Teori Humanistik Menurut Arthur Combs

Jika membahas mengenai teori humanistik ini, maka salah satu tokoh terkenal yang
paling sering disebut-sebut yakni Arthur Combs. Beliau adalah seorang psikolog sekaligus
pengajar yang berasal dari Ohio, Amerika Serikat. Menurut pendapat Combs, belajar bukan
hanya tentang bagaimana menghapal materi namun lebih dari itu belajar adalah bagaimana
seseorang bebas mencari cara mereka sendiri dan bisa dilakukan lewat mana saja. Selama hal
tersebut membawa hasil yang baik bagi dirinya.

Dari pemahaman tersebut kita tahu bahwa seorang tenaga pengajar tidak bisa menuntut
terkait proses belajar pada setiap murid, melainkan merekalah yang bebas menentukan proses
belajarnya sendiri. Hal tersebut akan membantu murid mencapai tujuan dari teori humanistik
ini.

2. Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow

Tokoh lain yang juga membahas mengenai teori ini adalah Abraham Maslow.
Menurutnya proses belajar adalah hal yang penting dan perlu dilalui semua murid, sebab
dalam proses inilah seseorang mampu mengenali dirinya sendiri dan mencapai aktualisasi
diri. Oleh karena itu proses belajar merupakan momen penting yang sebaiknya dilakukan
oleh murid itu sendiri supaya bisa memahami dirinya sendiri.
3. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers

Carl Rogers juga ikut menyatakan pendapat mengenai teori belajar humanistik. Rogers
menyatakan bahwa proses belajar membutuhkan sebuah sikap saling menghargai dan
memahami antara murid dan gurunya. Tanpa adanya prasangka dari kedua belah pihak,
dengan begitu proses belajar akan berjalan dengan baik.

Teori pembelajaran humanistik ini juga memiliki tujuan yang jelas. Yakni bertujuan
menjadi seorang yang lebih manusiawi dengan harapan agar bisa menjadi lebih peka terhadap
lingkungan sekitar, mampu memahami diri sendiri untuk mampu meraih aktualisasi diri. Inti
dari teori humanistik ini adalah baik murid maupun gurunya fokus terhadap proses
pembelajaran, dengan murid yang mencari cara dan sistem belajar mereka sendiri. Sedangkan
guru menjadi fasilitator yang dapat mengarahkan murid dalam menemukan sistem belajar
mereka tanpa ikut campur lebih jauh ke dalam pembelajaran. Dengan adanya pendekatan
pembelajaran humanistik ini, murid dapat terbiasa mengembangakan pemikiran mereka, dan
menganilisis apa yang tidak baik dan apa yang baik bagi proses pembelajaran mereka.

Jika memiliki tujuannya, dapat disimpulkan bahwa teori belajar humanistik ini
membawakan sejumlah manfaat yang berguna bagi murid yang sedang belajar dalam jangka
waktu yang panjang. Individu yang sedang belajar menjadi lebih partisipatif, demokratis dan
humanis dengan adanya kebiasaan penerapan pendekatan belajar humanistik. Selama
menjalankan proses belajar, individu juga menjadi bisa membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk bagi dirinya untuk bisa menjadi seorang yang lebih baik. Adanya
kesempatan dan kebebasan yang sepenuhnya diberikan pada murid membuat dia secara
otomatis ikut menghargai kebebasan dan pendapat orang lain. Pendekatan belajar humanistik
juga memicu murid lebih semangat dan meningkatkan minat belajar mereka, sebab mereka
melakukannya dengan senang hati sesuai kemauan sendiri.

Kelebihan dan Kekurangan :

Kendati teori belajar ini membawakan sejumlah manfaat bagi perkembangan diri
setiap individunya, namun teori ini juga memiliki sejumlah kekurangan dan kelebihan. Sebab
semua teori belajar tidak bisa disamaratakan, sehingga penerapannya pun tidak selalu sama
pada setiap individu.

Berikut ini kelebihan dari teori belajar humanistik yang mampu membawa manfaat bagi
setiap individunya.
1. Meningkatkan minat belajar individu
2. Membantu membentuk kepribadian, perubahan sikap kearah yang positif dan hati
nurani.
3. Membantu meningkatkan kreativitas setiap orang.
4. Membentuk pola pikir yang cerdas dan luas, serta sikap yang baik.
5. Mampu menghadirkan sebuah pengalaman yang baru dan menarik pada setiap
individu.
6. Mengembangkan individu dan membantu mereka mencapai aktualisasi diri.

Akan tetapi teori ini juga memiliki beberapa kekurangan yang mungkin akan tidak tepat
apabila diterapkan pada beberapa anak, yaitu :

1. Teori humanistik ini dapat memunculkan perilaku individualis.


2. Apabila tidak ada kesungguhan dari murid untuk belajar maka proses belajar pun bisa
dianggap gagal.
3. Tenaga pengajar sebagai fasilitator menjadi minim peranan.
4. Pendekatan belajar humanistik ini tidak dapat digunakan untuk metode pembelajaran
praktis.
5. Akan munculnya perbedaan yang signifikan terhadap murid satu dengan yang lainnya
sehingga timbul kesenjangan.

Dari pemaparan diatas kita bisa memahami bahwa konsep dasar teori ini adalah setiap
individu memiliki kendali penuh akan kesuksesan dan hasil belajar mereka. Untuk bisa
sampai pada hasil yang memuaskan individu perlu memiliki motivasi yang bisa membuat
minat belajarnya meningkat. Motivasi tersebut bisa jadi berasal dari luar atau dalam diri
individu, maka peranan tenaga pengajar disini sangat diperlukan untuk membantu mereka
menemukan motivasi belajarnya. Dalam proses belajarnya, tiap individu juga harus
memperhatikan aspek dari segi kognitif dan afektif yang nantinya akan mempengaruhi
mereka dalam proses pembelajaran. Selain motivasi belajar, pengetahuan tentang pendekatan
belajar yang humanis juga dibutuhkan oleh guru dan murid. Supaya keduanya memiliki
pemahaman dan tujuan yang sama, dengan begitu hal ini diharapkan bisa menghasilkan
kesuksesan sebagai hasil dari proses belajar tersebut.

Teori belajar humanistik ini dalam penerapannya sebagai metode pembelajaran juga perlu
diikuti dengan pengetahuan tentang pendekatan belajar kognitif serta afektif supaya dapat
menghasilkan perubahan positif pada hasil belajar dan sikap. Berikut ini merupakan langkah-
langkah penerapan teori ini.

D. TEORI KONTRUKTIVISME

Di dalam teori konstruktivisme, pembelajaran bukanlah sebuah proses mentransfer ilmu,


tapi perlu dibangun atau constructed sendiri oleh peserta didiknya. Dengan begitu, pusat
pembelajaran harus bisa dilakukan secara mandiri oleh para peserta didik. Guru ataupun
pendidik yang ada di dalam teori konstruktivisme hanya berperan sebagai fasilitator saja. Hal
inilah yang menyebabkan teori belajar ini melahirkan banyak sekali pendekatan, model, dan
juga metode pembelajaran yang berbasis student-centered atau berpusat pada peserta didik.

Teori konstruktivisme sendiri adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi atau bentukan. Dalam sudut
pandang konstruktivisme, pengetahuan adalah akibat dari suatu konstruksi kognitif dari
sebuah kenyataan yang terjadi melalui aktivitas atau kegiatan seseorang. Dimana
konstruktivisme ini ingin memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk belajar
menemukan sendiri tentang kompetensi dan juga pengetahuannya untuk mengembangkan
kemampuan yang telah ada di dalam dirinya. Di dalam proses belajar mengajar, guru atau
pendidik tak hanya memindahkan pengetahuan kepada para peserta didik dalam bentuk yang
sempurna. Pengertian Teori Konstruktivisme Menurut Para Ahli :

a. Abimanyu.

Menurut Abimanyu, teori konstruktivisme adalah pendekatan belajar yang menilai bahwa
jika seseorang bisa membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman orang.

b. Muslich.

Menurut Muslich, teori konstruktivisme merupakan proses membangun pemahaman,


kreativitas secara aktif yang didasarkan pada pengalaman belajar orang lain atau berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh orang tersebut.

c. Thobroni.

Menurutnya, teori konstruktivisme adalah teori yang memberikan kebebasan kepada


semua orang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan memberikan kesempatan
terkait apa yang mereka butuhkan. Sebab, melalui ruang dan kesempatan itulah, kebebasan
untuk manusia belajar dan menemukan kompetensi bisa diperoleh sesuai dengan potensi yang
ada di dalam diri masing-masing.

d. Sagala.

Tak jauh berbeda dengan pendapat para ahli lainnya. Menurut Sagala, teori
konstruktivisme merupakan landasan seseorang berpikir mengenai banyak hal, sesuai dengan
pendekatan kontekstual. Sehingga pengetahuan yang didapatkan sedikit demi sedikit hasilkan
akan diperluas melalui konteks yang terbatas.

Berdasarkan keterangan di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa konstruktivisme


adalah teori belajar yang bisa memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk lebih aktif
belajar menemukan sendiri kompetensi dan juga pengetahuannya untuk mengembangkan
kemampuan yang telah ada di dalam dirinya untuk kemudian diubah atau dimodifikasi oleh
pendidik yang memfasilitasi, dengan cara merancang berbagai macam tugas, pertanyaan,
ataupun tindakan lain yang memancing rasa penasaran peserta didik untuk
menyelesaikannya.

Tujuan Adanya Teori Konstruktivisme. Perubahan adalah salah satu hal yang harus ada di
dalam proses belajar, terlebih dalam hal konsep. Dimana perubahan tersebut berupa asimilasi
untuk tahap pertama dan juga tahap kedua yang disebut dengan akomodasi. Dengan asimilasi,
peserta didik akan menggunakan konsep=konsep yang sudah mereka punya untuk
berhadapan dengan fenomena baru. Sedangkan dengan akomodasi peserta didik merubah
konsepnya yang sudah tidak cocok dengan fenomena baru yang muncul. Sehingga,
perubahan tetap menjadi tujuan utama bahkan dalam ranah teori konstruktivisme sekalipun.

1. Merangsang Berpikir Inovatif

Tujuan dari teori konstruktivisme secara tidak langsung yakni sebagai bentuk upaya
untuk merangsang kita untuk berpikir inovatif dan kreatif. Berpikir inovatif ini memang tidak
mudah, kita butuh waktu dan juga proses yang cukup panjang. Dimana kita membutuhkan
waktu yang lama untuk mengumpulkan kepingan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu.
Inovasi sendiri akan lahir karena didukung oleh adanya ilmu pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Pastinya, ilmu yang dimiliki oleh setiap orang akan berbeda-beda. Ada orang
yang mempunyai ilmu akademis dan ada juga yang mempunyai ilmu non akademis. Orang-
orang yang bisa menyatukan antara ilmu akademis dan non akademis yang bisa mendorong
dalam melahirkan pemikiran yang inovatif dan menarik.
2. Bisa Meningkatkan Pengetahuan

Saat berbicara mengenai ilmu pengetahuan, tidak selalu kita harus mendapatkannya di
bangku formal. Namun, kita juga bisa mendapatkannya di bangku non formal. Bahkan ketika
kita bermain, piknik, ataupun sedang berkebun di halaman rumah sekalipun, kita juga dapat
menemukan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan sendiri bisa kita dapatkan berdasarkan
kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar. Misalnya saja, ketika si A bisa menemukan ilmu
baru ketika keluar dari rumah, sedangkan si B tidak memperoleh ilmu baru ketika keluar

rumah. Jadi, bisa tidaknya ilmu pengetahuan didapatkan bergantung dari kemampuan,
keinginan, dan juga sensitivitas kita terhadap lingkungan

3. Menemukan Berbagai Hal Baru

Teori konstruktivisme ini bertujuan untuk membantu kita dalam menemukan berbagai hal
baru. Dalam bentuk apapun itu, misalnya saja banyak orang yang mencari sebuah
kebahagiaan dengan berbagai macam cara. Mulai dari ada yang mentraktir temannya, jalan-
jalan bersama teman, dan masih banyak lagi. Ada pula yang mengartikan kebahagiaan
dengan mempunyai barang-barang mewah. Tidak peduli walaupun kita sedang tidak punya
uang, hutang kesana-kemari atau banting tulang demi memperoleh barang mewah tersebut.

4. Membentuk Keahlian Sesuai dengan Kemampuan

Sadar atau tidak, teori konstruktivisme akan mengarahkan kita untuk bisa menemukan
keahlian sesuai dengan kemampuan yang kita punya. Seseorang yang pada awalnya tidak
mempunyai ketertarikan di dunia menulis, setelah belajar mengenai kelebihan tulis menulis,
maka hal itu bisa jadi akan mendorong orang tersebut menjadi penulis. Atau mungkin saja
orang tersebut sebelumnya sudah mempunyai bakat terpendam. Tapi karena ketidaktahuan
bahwa ada bakat terpendam, maka diperlukan upgrade dan membutuhkan stimulus untuk
mengaktifkan bakat. Jadi, bakat yang mereka miliki akan terasah dan bisa melahirkan
kemampuan serta keterampilan yang sesuai dengan potensi yang ada di dalam dirinya.

5. Mendorong Untuk Berpikir Mandiri

Adapun tujuan dari teori konstruktivisme berikutnya yaitu mendorong kita untuk berpikir
lebih mandiri dan out of the box. Setidaknya, orang yang paham betul mengenai esensi ilmu
pengetahuan, mereka akan menjadi lebih terbuka hatinya dan bisa berpikir lebih dewasa.
Untuk yang mempunyai kemampuan berpikir secara matang, maka pemikiran mandiri
mereka tidak sekadar dalam bentuk pikiran saja. Namun juga bisa dilihat dari perilaku dan
juga sikap dalam kehidupan sehari-hari. Karena kemandirian itulah yang kemudian akan
mendorong kualitas orang tersebut.

Manfaat teori kontruktivisme

1. Dapat Mengungkapkan Gagasan Secara Eksplisit

Manfaat dari belajar teori konstruktivisme yang pertama yaitu membantu kita dalam
mengungkapkan gagasan secara eksplisit. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama kita belajar,
tentu akan ada kesulitan. Kesulitan itulah yang nantinya akan kita coba pecahkan.

2. Memberikan Pengalaman Baru

Manfaat yang tergolong cukup bagus yakni kita akan mendapatkan hal-hal baru,
pengalaman baru, dan juga suasana baru terkait gagasan yang kita temui. Karena seperti yang
kita tahu bahwa setiap orang pasti mempunyai gagasan. Sifat dari gagasan itu sendiri
dinamis, yakni bisa berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu dan seiring dengan
pengalaman serta pengaruh kemampuan berpikir kita kepada semua hal.

3. Mengajak Seseorang Untuk Berpikir Tentang Pengalamannya

Teori konstruktivisme ini secara tidak langsung akan mengarahkan kita pada sesuatu yang
baru. Hal baru dan juga menarik itulah yang nantinya akan mengantarkan kita untuk
menemukan pengalaman baru dan menemukan perasaan yang baru. Setidaknya, teori
konstruktivisme tersebut akan mengajak kita untuk berpikir mengenai pengalaman yang telah
dialami menjadi sesuatu hal yang lebih bermakna dan sentimentil.

4. Memberi Kesempatan Untuk Mengidentifikasi Perubahan Gagasan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sifat dari gagasan tiap orang bersifat dinamis.
Teori konstruktivisme ini akan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi perubahan
gagasan yang lama ke gagasan yang baru berdasarkan alasan logis. Sedangkan logis atau
tidaknya gagasan tersebut, bergantung pada sensitivitas dan juga kepekaan otak serta
perasaan kita terhadap sesuatu yang ada di sekitar kita.

Cara Belajar Konstruktivisme

Berikut ini adalah beberapa tahapan atau cara untuk belajar teori konstruktivisme, antara
lain :
a. Orientasi

Fase orientasi ini merupakan fase yang paling pertama yang akan memberikan ruang
ataupun kesempatan untuk individu dalam mengembangkan motivasi sesuai dengan topik
yang diusung. Apabila itu mengenai pembelajaran, maka konteksnya dapat diarahkan dalam
pembelajaran.

b. Elisitasi

Tahapan yang satu ini lebih menekankan pada cara seseorang dalam menggali ide dan
juga mendiskusikan pengetahuan dasar melalui berbagai macam bentuk. Baik itu melalui
tulisan, presentasi, atau bentuk yang lain

c. Rekonstruksi Ide

Di tahap ini, individu cukup melakukan klarifikasi ide yang didapatkan dari berbagai
macam perspektif. Apabila diperlukan, dapat dilakukan dengan cara berdiskusi atau dengan
melakukan kajian literatur untuk merangsang gagasan yang tepat dan sesuai.

d. Aplikasi Ide

Dari ide dan juga data yang sudah didapatkan, dapat langsung diaplikasikan. Sehingga ide
yang abstrak akan menjadi lebih terlihat dan bisa dirasakan oleh orang lain.

e. Review

Apabila ada bentuk yang bisa ditampilkan, maka masuk ke tahap review atau tahap
evaluasi dan juga revisi. Tahapan ini sebenarnya tahap yang cukup penting, karena kita dapat
mengetahui apa yang salah dan apa yang sudah benar. Di tahap review ini juga bisa
merangsang kita untuk menciptakan gagasan dan ide baru lagi yang bisa dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah
yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang
dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat
kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu
model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada
asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Teori-teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana
belajar itu terjadi. Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon.
Teori Pengkondisian Klasik menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha dari
organisme untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus yang pada akhirnya
menghasilkan sustu respon. Teori Gestalt lebih menekankan belajar adalah kecenderungan
mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Inti dari
Teori Skinner adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan terjadi . Teori Gane menyatakan bahwa belajar bukan
merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan
perkembangan tingkah laku. Teori Pemprosesan Informasi menjelaskan bagaimana seseorang
memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu diluar kepalanya dan berusaha merenungkan
cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. Sedangkan Sibernetik
mengatakan bahwa belajar adalah pengolahan informasi. Jadi masing-masing teori
menjelaskan belajar dan pembelajaran dalam pengertian yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, Gusnarib, and R. Rosnawati. "Teori-teori belajar dan pembelajaran." Erlangga,
Bandung (2011).
ISTIADAH, Feida Noorlaila. Teori-teori belajar dalam pendidikan. edu Publisher, 2020.

Anda mungkin juga menyukai