Anda di halaman 1dari 12

Makalah

“TEORI BELAJAR BEHAVIORISME”

Disusun Oleh:

1. Amisah (190401004)
2. Bq.Afifaturrohmah (190401008)
3. M.Nursiwan (190401020)
4. Nova Hadidia (190401023)
5. Padilaturrohmi (190401027)
6. Pawaida Ahlani (190401028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2021/2022
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Berkat pertolongan-Nya kami mampu menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
belajar dan pembelajaran ekonomi , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini kami susun penuh dengan teliti untuk mempersiapkan makalah ini dengan
baik. Kami juga mendapati beberapa rintangan ketika membuat makalah ini, namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan YME akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan
kritiknya untuk pengembangan makalah yang lebih baik di masa depan. Terima kasih.

Pancor, 6 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB 1 ....................................................................................................................................ii

Pendahuluan ........................................................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................................2


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Tjuan .........................................................................................................................2

BAB 2 ...................................................................................................................................3

Pembahasan .........................................................................................................................3

BAB 3 ...................................................................................................................................4

Penutup ................................................................................................................................4

Kesimpulan ...........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari
atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,
tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan
dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan
asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi
pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan
diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar
lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif,
karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk
menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.
B. Rumusan Masalah
1.Apa Konsep Dasar teori Belajar Behaviorisme?
2.Apa Karakteristik Belajar menurut Teori Behaviorisme?
3.Bagaimana Asumsi-asumsi dan Prinsip Belajar menurut Teori Behaviorisme?
4.Apa Alternatif Pembelajaran menurut Teori behaviorisme?
C. Tujuan
1.Agar mengetahui Konsep Dasar teori Belajar Behaviorisme
2.Agar mengetahui Karakteristik Belajar menurut Teori Behaviorisme
3.Agar mengetahui Asumsi-asumsi dan Prinsip Belajar menurut Teori Behaviorisme
4.Agar mengetahui Alternatif Pembelajaran menurut Teori behaviorisme

BAB 2
PEMBAHASAN
A.Konsep Dasar Teori Belajar Behavioristime
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat
diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.
Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak
benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur.
B.Karakteristik Belajar menurut Teori Behaviorisme
Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi
terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
C.Asumsi-asumsi dan Prinsip Belajar menurut Teori Behaviorisme
1.Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau
tindakan. Teori Thorndike ini sering disebut teori koneksionisme.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk
asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya,
jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung
mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan
menghasilkan prestasi memuaskan.
Dengan adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberikan sumbangan
cukup besar di dunia pendidikan tersebut, maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh
pelopor dalam psikologi pendidikan. Selain itu, bentuk belajar yang paling khas baik pada
hewan maupun pada manusia menurutnya adalah “trial and error learning atau selecting and
connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.
Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang utama yaitu :
a.The Law of Effect (Hukum Akibat).
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung diperkuat bila
akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan.
Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali
akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat
atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila
anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia
akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.
b.The Law of Exercise (Hukum Latihan)
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka
asosiasi tersebut akan semakin kuat. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal: The
Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau
ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat hubungan itu. The Law of Disue : hubungan-
hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-
latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut.
c.The Law of Readiness (Hukum Kesiapan).
Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan suatu kegiatan
membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit,
maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan
belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
2.John Watson (1878 – 1958)
Watson adalah seorang behavioris murni, kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman
empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Menurut Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Jadi perubahan-perubahan
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, tidak perlu diperhitungkan karena tidak
dapat diamati.
Pandangan utama Watson:
a.Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dgn
stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh.
Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat
sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt
dan covert, learned dan unlearned.
b.Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku
manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya
yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p.173). Dengan demikian
pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal,
bukan berdasarkan free will.
c.Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin
saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan
ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui
body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri
utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam
derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak
jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran
bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu
behaviorisme justru menjadi populer.
d.Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan
metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing,
dan verbal reports.
e.Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai
refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya
ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
f.Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi
tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang
ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning
respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses
conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert).
Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya
yang menolak Thorndike salah.
g.Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James.
Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu
digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauh smana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang
menentukan adalah kebutuhan.
h.Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses
berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara
yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau
gesture lainnya.
i.Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol
dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan meramalkan
perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis.
Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali
semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada
eksperimen terkontrol.
3.Clark L. Hull (1884 – 1952)
Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Menurut Clark Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Prinsip-prinsip utama teorinya :
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening
variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O (organisma)). Faktor O adalah kondisi
internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang
berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati. Proses
belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori
Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organism.
4.Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain
yang dapat terjadi.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, sehingga dalam kegiatan
belajar peserta didik perlu diberi stimulus dengan sering agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
5.Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990).
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep
para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang
diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon
yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep
yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan
mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah
karena perlu penjelasan lagi.
Prinsip lainnya yaitu:
1.Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa
atau mental yang abstrak.
2.Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem
untuk sciene, harus dihindari.
3.Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek
yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4.Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh
para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan
faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5.Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6.Banyak ahli membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan
yang lebih belakangan.
D.Alternatif Pembelajaran menurut Teori Behaviorisme
Teori behavioristik merupakan teori yang menggunakan hubungan stimulus-
responnya dan menganggap orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat
terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Teori behavioristik tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab
banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang
dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki
pengalaman penguatan yang sama.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru
sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.
Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampaun yang membuthkan
praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Diantara tokoh-tokoh aliran behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program
pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-
program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons,
merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
DAFTAR PUSTAKA

Slavin, Robert E . 2008 . Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktik . Jakarta : PT.Indeks.
Teori belajar Behavioristik. dalam http://wikipedia.org
Hadi, Ahmad. 2013. Teori Belajar Behavioristik. dalam http://nudisaku.blogspot.com
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud
Haryanto. 2010. Teori Belajar Behaviorisme. dalam http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-
behaviorisme

Anda mungkin juga menyukai