Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEORI BEHAVIORISTIK

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan Dosen
Pengampu Bapak Dr. Sodikin.

Disusun oleh:

Dara Ayodia Pratiwi 22080500012


Fitri Nur Shadrina 22080500027
Mohammad Samudra 22080500054

Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

2023

1
KATA PENGANTAR

Assallamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami yang berupa kesehatan jasmani maupun
kesehatan rohani kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran yang berupa makalah Teori Behavioristik ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Sodikin selaku dosen pengampu mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Wassallamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cirendeu, 22 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................4

A. Latar Belakang ..........................................................................4


B. Rumusan Masalah .....................................................................5
C. Tujuan Makalah.........................................................................5
D. Manfaat Makalah .......................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................6

A. Pengertian dan Hakikat .............................................................6


B. Tahapan Perkembangan .............................................................9
C. Kelebihan dan Kekurangan ........................................................10
D. Prinsip Aplikasi .........................................................................12

BAB III PENUTUP .............................................................................17

Kesimpulan ...........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi
prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan
pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah
ditemukan teori belajar yang pada dasarnya menitik beratkan ketercapaian perubahan
tingkah laku setelah proses pembelajaran.
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah
akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori
Behavioristik mementingkan faktor lingkungan, menekankan pada faktor bagian,
menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif,
sifatnya mekanis dan mementingkan masa lalu.
“Gage dan Berliner menyatakan bahwa menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman” (Maziatul, 2009). Pada intinya,
teori behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan
dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan guru
kepada siswa dan output yang berupa respon atau reaksi/tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

4
B. Rumusan Masalah
1. Penertian dan Hakikat Teori Behavioristik
2. Tahapan Perkembangan Teori Behavioristik
3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
4. Prinsip Aplikasi Teori Behavirostik
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan hakikat teori belajar behavioristik.
2. Mendeskripsikan perkembangan teori behavioristik
3. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik.
4. Mendeskripsikan prinsip aplikasi penerapan teori belajar behavioristik dalam
pembelajaran.
D. Manfaat
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah ini, makalah
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan terkhusus
program studi pendidikan bahasa Inggris dalam pendalaman pemahaman mengenai
teori belajar behavioristik sehingga dapat dijadikan bekal untuk mengajar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Teori Behaviouristik


Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif
behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia
dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah
laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan,
bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam
tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah.
Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut
belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang
baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.
Dalam belajar siswa seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari,
mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan
bantuan orang dewasa lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut
belajar dengan pendekatan inkuiri terbimbing.
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam
mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati
penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan psikologi sebagai
pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif. Data yang didapat dari
observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan
manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya. 3 Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah
sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaan dalam mencermati dan menelaah
perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah, selain Amerika teori ini
berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam
teori ini meliputi E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.

6
1. Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori
behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran,
perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh
berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa
diamati). Dalam implementasinya, siswa sekolah dasar mengalami peningkatan
kemampuan membaca dengan adanya interaksi siswa dengan media belajar, dalam hal
ini berupa media cerita bergambar. Belajar dengan menggunakan media pembelajaran
akan terbentuk proses penguasaan karena adanya interaksi dalam belajar (Fahyuni,
2011)
Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur berbagai
tingkah laku yang non-konkret (pengukuran adalah satu hal yang menjadi obsesi semua
penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike telah memberikan inspirasi kepada
pakar lain yang datang sesudahnya. Teori Thorndike disebut sebagai aliran
koneksionisme (connectionism).
Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas dari kurungannya
sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila Binatang terkurung maka binatang
itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan
badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang
sehingga kotak terbuka dan binatang itu akan lepas ke tempat makanan.

2. Ivan Petrovich Pavlov


Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing, di mana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-
ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari contoh tentang percobaan
dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu
dapat dikendalikan melalui cara dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.

7
3. John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah
Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa
diamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan
mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang
tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak
siswa tidak penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa
menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Hanya dengan asumsi
demikianlah, menurut Watson, dapat diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada
siswa.
Hanya dengan demikian pula psikologi dan ilmu belajar dapat disejajarkan
dengan ilmu lainnya seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empiris. Berdasarkan uraian ini, penganut aliran tingkah laku lebih suka
memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun mereka tetap
mengakui bahwa hal itu penting.

4. Burrhus Frederic Skinner


Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk menjelaskan
parubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi
Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respons yang diberikan oleh
siswa tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan
berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons
yang dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan juga menghasilkan berbagai
konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku siswa.
Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas, diperlukan
pemahaman terhadap respons itu sendiri, dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan
oleh respons tersebut (lihat bel-Gredler, 1986). Skinner juga memperjelaskan tingkah
laku hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab alat itu
akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Misalnya, apabila dikatakan bahwa seorang siswa
berprestasi buruk sebab siswa ini mengalami frustasi akan menuntut perlu dijelaskan
apa itu frustasi. Penjelasan tentang frustasi ini besar kemungkinan akan memerlukan
penjelasan lain. Begitu seterusnya.

8
B. Tahap-tahap Perkembangan Behavioristik
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan adalah
kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun pertama,
menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan
mereka selanjutnya. Menurut Erikson (Hurlock, 1980: 6) berpendapat bahwa masa bayi
merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidak percaya, bergantung pada
bagaiamana orang tua memuaskan kebutuhan anaknya akan makanan, perhatian, dan
kasih sayang . Pola-pola perkembangan pertama cenderung mapan tetapi bukan berarti
tidak dapat berubah. Ada 3 kondisi yang memungkinkan perubahan:
1. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau bimbingan
untuk membuat perubahan.
2. Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai
memperlakukan individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dan tidak
monoton)
3. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubahan.
Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan cenderung
menetap, memungkinkan orang tua untuk meramalkan perkembangan anak dimasa
akan datang.
Penganut aliran lingkungan (behavioristk) yakin bahwa lingkungan yang
optimal mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yang maksimal. Proses
perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti:
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam atau
meluas secara kualitatif maupun kuantitatif. (prinsip progressif)
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis. (prinsip
sistematik)
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan tidak kebetulan dan meloncatloncat.(prinsip berkesinambungan).

9
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviouristik
1. Kelebihan Teori Behaviouristik :
a. Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi
belajar.
b. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada
guru yang bersangkutan.
c. Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
e. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu
mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang
tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan.
h. Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung.

10
2. Kekurangan Teori Behavioristik:
a. Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap.
b. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
c. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang
efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa.
e. Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
f. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan
mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul
secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
g. Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang
pasif.
h. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher cenceredlearning)
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati
dan diukur.
i. Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu
guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

11
D. Prinsip Aplikasi Teori Behavirostik
Dalam Pembelajaran Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan
antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang
penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak
memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan
merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi
sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh
karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap
binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus
diperhatikan. Beberapa prinsip tersebut adalah:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya
stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang
terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.
3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,
merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila
reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa
adalah timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan
dengan tingkah laku apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk
memperhatikan hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau
menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil. Hal yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan
kepada siswa.
2. Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan muncul pada diri siswa.
3. Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini benar-benar
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :
a. Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable).

12
b. Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula diukur (measurable)
c. Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat dinyatakan secara
eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit).
d. Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam
ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali adanya semacam
hadiah (reward).

Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk


memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku
atau kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal,
sebagai berikut:
1. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa Siswa sebagai
subjek yang akan diharapkan mampu memiliki sejumlah kompetensi
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar, perlu kiranya dianalisis kemampuan awal dan karakteristiknya. Hal ini
dilakukan mengingat siswa yang belajar di sekolah tidak datang tanpa berbekal
apapun sama sekali (mereka sangat mungkin telah memiliki sejumlah
pengetahuan dan keterampilan yang di dapat di luar proses pembelajaran).
Selain itu, setiap siswa juga memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal
mengakses dan atau merespons sejumlah materi dalam pembelajaran. Ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru jika melakasanakan analisis
terhadap kemampuan dan karakteristik siswa, yaitu:
a. Akan memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang
kemampuan awal para siswa, yang berfungsi sebagai prasyarat
(prerequisite) bagi bahan baru yang akan disampaikan.
b. Akan memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang
telah dimiliki oleh siswa. Dengan berdasar pengalaman tersebut, guru
dapat memberikan bahan yang lebih relevan dan memberi contoh serta
ilustrasi yang tidak asing bagi siswa.
c. Akan dapat mengetahui latar belakang sosio-kultural para siswa,
termasuk latar belakang keluarga, latar belakang sosial, ekonomi,
pendidikan, dan lain-lain.

13
d. Akan dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan
siswa, baik jasmaniah maupun rohaniah.
e. Akan dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhan para siswa.
f. Dapat mengetahui tingkat penguasaan bahasa siswa.
g. Dapat mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah
diperoleh siswa sebelumnya.
h. Dapat mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai pribadi para siswa.

2. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan Idealnya proses


pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa, sehingga di sini
guru tidak akan over-estimate dan atau under-estimate terhadap siswa. Namun
kenyataan tidak demikian adanya. Sebagian siswa ada yang sudah tahu dan
sebagian yang lain belum tahu sama sekali tentang materi yang akan dibelajarkan
di dalam kelas. Untuk dapat memberi layanan pembelajaran kepada semua
kelompok siswa yang mendekati idealnya (sesuai dengan kemampuan awal dan
karakteristik masing-masing kelompok) kita dapat menggunakan dua
pendekatan yaitu siswa,
a. menyesuaikan diri dengan materi yang akan dibelajarkan, yaitu dengan
cara guru melakukan tes dan pengelompokkan (dalam hal ini tes
dilakukan sebelum siswa mengikuti pelajaran),
b. materi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan siswa.

Materi pembelajaran yang akan dibelajarkan, apakah disesuaikan dengan


keadaan siswa atau siswa menyesuaikan materi, keduanya dapat didahului
dengan mengadakan tes awal atau tes prasyarat (prerequisite test). Hasil dari
prerequisite test ini dapat menghasilkan dua keputusan, yaitu: siswa dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, yakni:
a. sudah cukup paham dan mengerti, serta
b. belum paham dan mengerti.

14
Jika keputusan yang diambil siswa dikelompokkan menjadi dua di atas,
maka konsekuensinya: materi, guru dan ruang belajar harus dipisah. Hal seperti
ini tampaknya sangat susah untuk diterapkan, karena berimplikasi pada
penyediaan perangkat pembelajaran yang lebih memadai, di samping
memerlukan dana (budget) yang lebih besar. Cara lain yang dapat dilakukan
adalah, atas dasar hasil analisis kemampuan awal siswa dimaksud, guru dapat
menganalisis tingkat persentase penguasaan materi pembelajaran. Hasil yang
mungkin diketahui adalah bahwa pada pokok materi pembelajaran tertentu
sebagian besar siswa sudah banyak yang paham dan mengerti, dan pada
sebagian pokok materi pembalajaran yang lain sebagian besar siswa belum atau
tidak mengerti dan paham.

Rencana strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru terhadap


kondisi materi pembelajaran yang sebagian besar siswa sudah mengetahuinya,
materi ini bisa dilakukan pembelajaran dalam bentuk ko-kurikuler (siswa
diminta untuk menelaah dan membahas di rumah atau dalam kelompok belajar,
lalu diminta melaporkan hasil diskusi kelompok dimaksud). Sedangkan
terhadap sebagian besar pokok materi pembelajaran yang tidak dan belum
diketahui oleh siswa, pada pokok materi inilah yang akan dibelajarkan secara
penuh di dalam kelas. Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru
dalam menerapkan teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah:

a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.


b. Melakukan analisis pembelajaran.
c. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar.
d. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
e. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll).
f. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan
waktu).
g. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes
dan sejenisnya).
h. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar.

15
i. Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun negatif,
serta
j. Merevisi kegiatan pembelajaran

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Teori behavioristik adalah teori yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori Kognitif adalah teori yang berhubungan
dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
untuk memperoleh pengetahuan. Dari kedua teori tersebut aspek dan karakteristik yang
berbeda-beda pula, sehingga kadang-kadang ditemui pertentangan antara teori yang satu
dengan teori yang lainnya.

Jadi dalam hal menilai benar tidaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh
berbagai teori itu, kita harus memandangnya dari segi-segi karakteristik tertentu yang sesuai
dengan jenis yang diselidikinya. Yang penting bagi pendidik adalah mengambil manfaat dari
masing-masing teori itu dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi
yang dipelajari dan yang diajarkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Fahyuni, Eni Fariyatul. Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided Inquiry
Model to Improve Skills Science Process an Understanding Concepts SMPN
2 Porong. Proceedings of International Research Clinic & Scientific
Publications of Educational Technology. 2016

Fahyuni, Eni Fariyatul. Efektifitas Media Cerita Bergambar dalam Meningkatkan


Kemampuan Membaca Siswa. Skripsi: Publikasikan. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya. 2011Fahyuni, Eni Fariyatul & Istikomah. 2016.
Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo:Nizamia Learning Center.

Haryanto, Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar,


Sidoarjo:Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Jahja, Yudrik. 2013. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Kencana Prenamadia Group


Nahar, Novi Irwan. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran. Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol.1.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung :


PT.Remaja Rosda Karya.

18

Anda mungkin juga menyukai