Anda di halaman 1dari 19

PENDEKATAN BEHAVIOR DALAM PENDIDIKAN

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Psikologi Belajar Matematika
Dosen Pengampun : Widodo Winarso, M.PdI

Oleh:
Muhammad Shalahuddin Al-Ayyubi (2108105001)
Zalfaa Rizqi Nabila (2108105002)
Muhammad Hamdan Girijati (2108105003)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “PENDEKATAN BEHAVIOR DALAM
PENDIDIKAN” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja
yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari karya film.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga
makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3. Manfaat dan Tujuan....................................................................................................................1

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................................................2

2.1. Materi 1......................................................................................................................................2

2.2 Materi 2.......................................................................................................................................2

2.3 Materi 3.......................................................................................................................................2

2.4 Materi 4.......................................................................................................................................2

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................3

3.1. Simpulan.....................................................................................................................................3

3.2. Saran...........................................................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................4

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan pada mula nya dapat membantu perkembangan anak secara wajar, melalui
pembahasan nya secara umum teori belajar terbagi tiga, Yaitu teori behaviorisme, teori
humanisme, dan teori kognitif, Teori behaviorisme memfokuskan kajian nya pada sikap
dan perilaku seseorang yang terjadi dalam proses belajar antara pendidik dan peserta
didik yang mampu menghasilkan stimulus-respon serta dapat di amati, tatapi tidak bisa
di hubungkan langsung dengan konstruksi mental. Maka dari itu teori behaviorisme ini
menjadi penengah kedua antara teori kognitif dan teori humanisme. Teori behaviorisme
berguna untuk menambah wawasan pengetahuan, sedangkan dalam teori kognitif belajar
sebagai aktivitas mental yang mewajibkan seorang peserta didik mengungkapkan
kembali fikiran, perasaan, dan motif. Tetapi orang tidak dapat melihat nya menggunakan
kasat mata tetapi bisa di lihat dari hasil pembelajaran yang sudah di pelajari baik melalui
kuis, dan tugas lain nya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yg dimaksud dgn teori behavior?
2. Apakah ciri2 teori behavior?
3. Apa saja contoh pendekatan behavior?
4. Apa kelebihan dan kekurangan teori behavior?

1.3. Manfaat dan Tujuan


1. Untuk mengetahui definisi dari teori behavior
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari teori behavior
3. Untuk mengetahui contoh pendekatan behavior
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behavior

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Teori Behavior

A. Pengertian Teori Behavior

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia. Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah
laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan
materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat
dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah
laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas
tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian
dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons.


Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respons tidak penting untukdiperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respons,
oleh karenaitu ,apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima
oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.

Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon


perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain,
perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan
diukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-
orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15).Teori

2
belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Teori belajar
behavioristik berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal dengan aliran behavioristik.Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

B. Ciri-ciri Behavior

Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat


ditelusuri dari bentuk refleks.Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut
juga dengan teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh
dari pengkondisian lingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati dengan tidak
mempertimbangkan keseluruhan, keadaan mental. Menurut Ahmadi (2003:46),
teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini
mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati
perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman
batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab
itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.

Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari


unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran
yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang
adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia
hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan
dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.

C. Prinsip Teori Behavirostik Dalam Pembelajaran

Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)


dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan
stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons

3
secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena
teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap
binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang
harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut
adalah: (1) Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. (2) Teori ini
beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan
respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya
dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati. (3) Reinforcement, yakni apa
saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam
belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun
negatif) ditambah.

D. Penerapan Teori Behavior Dalam Proses Pembelajaran

Teori belajar behavioristik menekankan terbentuknya perilaku terlihat sebagai


hasil belajar.Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus respons,
menekankan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku
siswa yang kuat apabila diberikan penguatan dan akan menghilang jika dikenai
hukuman (Nasution, 2006:66). Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap
masalah belajar, karena belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan untuk
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Dengan memberikan
rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut. Hubungan
stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar. Dengan
demikian kelakuan anak terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-
stimulus tertentu. Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan
penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar behavioristik cenderungmengarahkan
siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses
pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang
dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah

4
objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,
apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa. Hal yang
paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran
yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan
demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa
saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya
harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan
tingkah laku. Faktor lain yang penting dalam teori belajar behavioristik adalah
factor

E. CONTOH PENDEKATAN BEHAVIOR

Classical Conditioning

F. Sebuah bunyi pistol yang awalnya merupakan stimulus netral. Ketika


seorang anak mendengar bunyi pistol dan orang di hadapannya tertembak dan
meninggal. Maka dia menangis setiap kali mendengar suara pistol. Jadi bunyi
pistol (CS) diasosiasikan dengan orang meninggal (US) maka menangis adalah
(UR) dan (CR).

G. Sewaktu masih kecil, setiap ada bunyi yang lewat dari depan rumah,
saya selalu segera berlari keluar untuk membeli bakso tusuk. Ternyata yang lewat
tukang siomay. Sejak saat itu, lama-kelamaan saya mulai terbiasa untuk
membedakan bunyi-bunyi yg lewat dari depan rumah saya. Hingga suatu hari,
walaupun banyak bunyi penjual jajanan yg lewat, saya sudah bisa mengenal bunyi
bakso bakar yg lewat.

H. Ani sangat senang menonton film kartun. Suatu hari ibunya


menyalakan TV dan memutar film kartun,Ani merasa sangat senang.Jadi, setiap
kali Ani mendengar ibunya menyalakan TV Ani akan berlari dan merasa senang.

I. Saya termasuk penggemar dari panganan Bakso. Penjual bakso


tersebut menjual dagangannya dengan cara berkeliling dengan menggunakan
motor dan sebagai penanda/penarik perhatian, ada benda yang mengeluarkan

5
sebuah bunyi. Bunyi terompet angin di letakan di dekat rem tangan motornya itu.
Bunyi itu juga memiliki suara jangkauan yang lumayan besar. Nah, di saat-saat
awal dulu, saya keluar dari rumah untuk membelinya hanya jika penjual bakso itu
telah berada hampir di depan rumah. Namun, lama kelamaan saya terbiasa dengan
bunyi yang dikeluarkan oleh penjual itu. Dan akhirnya sekarang ini hanya dengan
mendengar suaranya saja saya langsung bergegas keluar rumah.

J. Adik saya, mulanya tidak takut dengan hal yang berbau dengan
“hantu”. Atau hantu disini awalnya sebagai stimulus netral. Dahulunya ia memang
tidak takut juga. Namun dikarenakan efek pengkondisisan berupa suara-suara
yang menakutkan dan rupa wajah yang menakutkan juga ia lama kelamaan
menjadi takut terhadap hal yang berbau hantu. Dan pada ahkirnya apabila ia ingin
buang air kecil pada malam hari identik dengan kesan hantu dan segala macama
nya, ia akan memilih menahan buang airnya ke toilet ditambah lagi waktunya
pada malam hari.

K. II. Operant Conditioning

L. Ketika sudah tiba tahun baru, saya selalu menelepon kakek dan nenek
saya dan mendapatkan pujian “anak baik” dan mendapat uang tahun baru.
Sehingga saya tidak pernah melupakan untuk menelepon kakek dan nenek saya
menjelang tahun baru.

M. Suatu malam Bayu menonton televisi di kamarnya, ketika ibunya


masuk ke kamarnya , ibunya mematikan televisi tersebut dan menyuruhnya
mengerjakan PR nya dan Ibunya berkata "kalau PR-mu belum siap kamu dilarang
menonton televisi". Semenjak nasihat ibunya itu Bayu selalu mengerjakan PR
terlebih dahulu dan setelah selesai baru Ia menonton televisi.

N. Sewaktu saya masih duduk dikelas SMP (Sekolah Menengah Pertama)


saya dijanjikan oleh ayah saya akan dibelikan sebuah sepeda, akan tetapi ayah
saya meminta persyaratan kalau janji nya itu ada latar belakang nya. Latar
belakang nya yaitu kalau saya harus mendapat kan prestasi yang menonjol
didalam sekolah, saya harus mendapatkan ranking 5 besar supaya sepeda yang
dijanjikan akan segera dibelikan, oleh karena itu saya rajin membuka buku dan
belajar untuk mendapatkan sepeda tersebut. Ahkirnya pada pembagian rapot SMP

6
saya mendapatkan rangking 5 besar dan dibelikan sepeda kepada ayah saya karena
sudah dijanjikan sebelum nya.

O. Saat saya kelas 4 SD saya pernah dimarahi guru dan dihukum lari
keliling lapangan serta membersihkan kamar mandi karena terlambat. Saya
merasa tidak senang dengan hukuman yang saya terima. Keesokan harinya,saya
berusaha datang lebih cepat agar tidak terlambat dan saat itu saya datang tepat
waktu sehingga guru tidak marah. Jadi, karena saya tidak suka dihukum saya lebih
berusaha agar tidak datang terlambat lagi ke sekolah.

P. Pada saat saya masih berada di bangku seolah kelas dua SMA,
suatu waktu saya lupa membawa Kamus Bahasa Inggris. Tetapi, kemudian pada
pertemuan berikutnya, saya selalu membawa kamus bahasa inggris.

Q.

R. Saya tidak membawa Kamus → Saya tidak diizinkan berada di dalam


kelas.

S.

Pada permasalahn ini, saya terkena hukuman (punishment) untuk dapat


menghilangkan perilaku saya. Hukuman ini merupakan hukuman yang diberikan
dengan maksud untuk menghilangkan/memusnahkan sebuah perilaku. Maka
dalam memberi punishment merupakan sikap guru saya yang tidak mengizinkan
saya masuk ke dalam kelas karena saya tidak membawa buku kamus bahasa
inggris.

T. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI BEHAVIORISME

Kelebihan dan kekurangan yang sesuai dengan teori ini, seorang guru dapat
menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah disiapkan sehingga
tujuan dari pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa disampaikan secara utuh
oleh guru yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pembelajaran menurut teori
behaviorisme seorang guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi lebih pada
penggunaan intruksi singkat yang disertai dengan contoh-contoh baik yang

7
dilakukan sendiri atau melalui simulasi. Bahan pembelajaran disusun secara
hirarki dari yang sederhana sampai pada yang paling kompleks.

Dalam penerapan teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviourisme


terdapat beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut ini:

 Membiasakan guru untuk bersikap jeli, teliti dan peka pada situasi dan
kondisi belajar para siswa.

 Metode behavioristik ini sangat cocok dalam upaya untuk memperoleh


kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleksi, daya tahan, dan sebagainya.

 Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid menjadi terbiasa


belajar secara mandiri. Jika siswa menemukan kesulitan baru ditanyakan
kepada guru yang bersangkutan.

 Teori ini baik diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih


membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi hadiah dan pujian.

Dalam pelaksanaannya teori pembelajaran behaviorisme memiliki kekurangan,


diantaranya adalah sebagai berikut ini:

 Teori pembelajaran behaviorisme memandang belajar sebagai kegiatan


yang dialami langsung, padahal belajar merupakan kegiatan yang ada
dalam sistem syaraf pada manusia yang tidak terlihat kecuali melalui
gejala-gejala yang ada.

 Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan


kaku seperti mesin atau robot, sedangkan manusia mempunyai
kemampuan self control yang bersifat kognitif, dengan kemampuan ini,
manusia akan mampu menolak kebiasaan yang tidak cocok dan sesuai
dengan dirinya.

8
 Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit
diterima, mengingat antara manusia dengan binatang memiliki
perbedaan yang cukup mencolok.

2.2 Tokoh-Tokoh Teori Behavior Menurut Para Ahli


1. John B. Watson

J. B. Watson mengemukakan 2 prinsip dasar dalam pembelajaran, yaitu


prinsip kekerapan dan kebaruan.

a. Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu


bertindak balas terhadap suatu rangsangan akan lebih besar
kemungkinan individu memberikan tindak balas yang sama
terhadap rangsangan itu.

b. Prinsip kabaruan menyatakan apabila individu membentuk tindak


balas yang baru terhadap rangsangan besar kemungkinan individu
tersebut akan bertindak balas dengan cara yang serupa terhadap
rangsangan itu.

Watson mengadakan eksperimen perasaan takut kepada anak dengan


menggunakan tikus dan kelinci. Teori ini disebut teori classical
conditioning yang dipelopori oleh Pavlop seorang ahli psikologi dari Rusia
(Purwanto, 2002:90). Dari hasil percobaannya, disimpulkan bahwa perasan
takut pada anak dapat diubah atau dilatih. Watson melakukan percobaan
pada seorang anak yang mula-mula tidak takut kepada kelinci dibuat
menjadi takut. Kemudian, anak tersebut dilatihnya kembali sehingga tidak
lagi takut kepada kelinci.

Pavlop mengadakan pencobaan dengan anjing, Pavlop menarik


kesimpulan bahwa gerakan refleks dapat dipelajari dan dapat berubah
karena latihan. Kemudian, gerak refleks tersebut dibedakan menjadi dua,
yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat atau
refleks yang dipelajari (conditioned reflex). Menurut teori ini, belajar
adalah proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat

9
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respons). Penganut teori
ini mengatakan bahwa selaga tingkah laku manusia adalah hasil
conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan
berekasi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang
dialami dalam kehidupannya.

2. Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan, Rusia. Pavlov


lulus sebagai Sarjana Kedokteran dengan bidang dasar Fisiolofi. Pada
tahun 1884 ia menjadi Direktur Departemen Fisiologi pada Institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi
pencernaan. Meraih penghargaan Nobel dibidang Physiology of Medicine
tahun 1904. Work of Digestive Gland (1902) dan Conditioned Rfelexs
(1927) adalah karya tulisnya yang sangat mempengaruhi psikologi
behavioristik di Amerika.

Classic conditioning (pengondisian atau persyaratan klasik) adalah proses


yang ditemukan Pavlov melalui percobaanya pada anjing, perangsang asli,
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen
yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, yakni gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat
dari perilakunya. Hal sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling
sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,
melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak
dari pandangan Pavlov bahwa dengan menggunakan ransangan-ransangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, ada situasi yang sama seperti pada
binatang. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang
berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi
setelah si penjual es krim sering lewat, nada lagu tersebut bisa menerbitkan
air liur, apa lagi pada siang hari yang panas. Contohnya lainnya, bunyi bel

10
di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari,
terjadi proses menandai sesuatu, yakin membedakan bunyibunyian dari
pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di
rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah. Dam antre di bank
tanpa harus berdiri lama.

Dari contoh tersebut, dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi


Pavlov, ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respons yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal ari luar dirinya.

3. Albert Bandura

Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare, Alberta,


berkebangsaan Kanada, ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori
belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang
sangat terkenal adalah eksperiman Bobo Doll yang menunjukkan anak
meniru secara persis perilaku agresif orang dewasa di sekitarnya.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah sebagai


berikut:

a. Perhatian: mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik


pengamat.

b. Penyimpanan atau proses mengingat: mencakup kode, pengodean


simbolik.

c. Reproduksi motorik: mencakup kemampuan fisik, kemampuan


meniru, dan keakuratan umpan balik.

d. Motivasi: mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap


diri sendiri

Karena melibatkan atensi, ingatan, dan motivasi, teori Bandura


dilihat dalam kerangka teori behavior kognitif. Teori belajar sosial
membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan

11
psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi
dasar perilaku pemodelan yang digunakan dalam pendidikan secara
massal.

4. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)

Menurut Skinner hubungan antara stimulus danrespon yang trjadi interaksi


dengan lingkungannya, yang menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklhan
sesederhana yang dikemukakan oelh tokoh-tokoh sebelumnya. . Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus
yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensikonsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu, dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara
stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan
lagi, demikian seterusnya.

Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner.

a) Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada


perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya
induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat.

b) Empty organism, menolak adanya prosesinternal pada individu.

Menolak menggunakan metode statistikal, mendasarkan pengetahuannya pada subyek


tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan manipulasi ekperimental yang terkontrol
dan sistematis

2.3 Prinsip Teori Behavirostik Dalam Pembelajaran


Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)
dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi

12
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan
stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons
secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena
teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap
binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang
harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut
adalah: (1) Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. (2) Teori ini
beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan
respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya
dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati. (3) Reinforcement, yakni apa
saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam
belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun
negatif) ditambah.

2.4 Materi 4

13
BAB
III PENUTUP

3.1. Simpulan

3.2. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Gunakan Kaidah APA Style 6th


Contoh:
Martin, D. B. (Ed.). (2010). Mathematics teaching, learning, and liberation in the lives of
Black children. Routledge.
Lesh, R. A., Hamilton, E., & Kaput, J. J. (Eds.). (2020). Foundations for the future in
mathematics education. Routledge
Davis, B. (1996). Teaching mathematics: Toward a sound alternative (Vol. 7). Taylor &
Francis.
Gravemeijer, K., Stephan, M., Julie, C., Lin, F. L., & Ohtani, M. (2017). What mathematics
education may prepare students for the society of the future?. International Journal of
Science and Mathematics Education, 15(1), 105-123.

15
TES FORMATIF
Silahkan dibuat tes formatif pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban sebanyak 10 Item Soal
beserta jawabanya.

16

Anda mungkin juga menyukai