Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KAJIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM


Tentang
Teori Belajar Behavioristik

Oleh:

Uswatun Hasanah
NIM. 2220010022

Dosen Pembimbing:

Dr. Afnibar, M.Pd. Kons


Dr. Juliana Batubara, M.Pd. Kons

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM-C


PASCASARJANAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1444 H / 2023M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
kepada umatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kajian Psikologi
Pendidikan Islam. Sholawat beserta salam tidak lupa penulis ucapkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke
zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kajian Psikologi Pendidikan Islam.
Dalam membuat makalah ini penulis mengalami banyak hambatan dan rintangan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna maka dari itu penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dan
teman-teman yang telah memberikan arahan dalam membuat makalah ini.

Padang, 20 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep Teori Belajar Behavioristik................................3
B. Implikasi dalam Proses Pembelajaran......................................................8
C. Pandangan Islam tentang Teori Behavioristik .........................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
TABEL KASUS BELAJAR BEHAVIORISTIK

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan manusia yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf dan mutu kehidupan. Perkembangan pendidikan
yang saat ini begitu pesat didasarkan pada proses pembelajaran sebagai inti
dari berhasil atau tidaknya sistem pendidikan yang telah ditetapkan. Intisari
pendidikan sebenarnya ada pada pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,
teori pembelajaran merupakan hal krusial yang perlu dipahami dengan baik.
Teori pembelajaran akan menentukan proses pembelajaran dapat terjadi.
Teori belajar merupakan kumpulan prinsip umum yang saling
berhubungan dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang
berkaitan dengan peristiwa belajar. Dalam teori belajar Barat, terdapat tiga
teori yang populer yaitu: teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan
teori belajar humanis. Belajar merupakan kebutuhan primer bagi setiap
manusia dan berperan penting secara terus menerus dalam kehidupan
manusia.
Pembelajaran merupakan kegiatan mental yang tidak tampak. Ini
mengindikasikan bahwa, proses perubahan yang terjadi pada anak yang
sedang belajar tidak dapat disaksikan dengan jelas tetapi dapat dilihat dari
gejala-gejala perubahan perilaku. Teori belajar yang menekankan terhadap
perubahan perilaku anak adalah teori belajar behaviorisme. Teori
behaviorisme melihat bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku.
Seseorang telah dianggap belajar apabila mampu menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Teori behaviorisme ini mengakui pentingnya masukan
(input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respon.
Berdasarkan hal ini, maka penulis ingin membahas penerapan teori belajar
behaviorisme dalam pembelajaran (studi pada anak).
1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep dari teori belajar behavioristik?
2. Bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang teori behavioristik?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari teori belajar behavioristik
2. Untuk mengetahui implikasinya dalam proses pembelajaran
3. Untuk mengetahui pandangan Islam tentang teori behavioristik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Belajar Behavioristik


1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Wheeler (Wahab, 2016) menyatakan bahwa teori adalah prinsip
yang menerangkan sejumlah hubungan antara fakta dan meramalkan
hasil-hasil baru berdasarkan fakta tersebut, dan sedangkan teori belajar
adalah sebagai prinsip yang saling berhubungan yang merupakan
penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar. Adapun belajar menurut Reber dalam (Syah, 2011)
mengungkapkan bahwa belajar terdiri dari dua defenisi. Pertama, belajar
adalah “The process of acquiring knowledge” yakni belajar adalah proses
memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah “A relatively permanent
change in respon potentiality which occurs as a result of reinforced
practice” yakni belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi
yang relative permanen sebagai hasil dari praktik yang diperkuat.
Selain itu, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010). Dengan demikian, teori belajar pada
hakikatnya adalah bagaimana proses belajar dapat terjadi pada anak.
Maksudnya adalah, dengan memahami teori belajar akan membantu guru
dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik, efektif, dan efisien
sehingga dapat pula membantu anak/siswa/peserta didik belajar dengan
optimal dan membantu anak memperoleh perubahan tingkah laku.
Teori belajar behaviorisme merupakan teori yang menjelaskan
mengenai pembelajaran dalam kaitannya dengan peristiwa-peristiwa
lingkungan. Teori behaviorisme memberikan penekanan pada keadaan
3
4

lingkunganlah yang berkaitan erat dalam proses pembelajaran (Schunk,


2012). Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang
menuntut seorang guru memberikan rangsangan sebagai stimulus kepada
anak dan hasil dari stimulus tersebut dapat diamati dan diukur
berdasarkan tujuan untuk melihat ada tidaknya perubahan tingkah laku
yang signifikan (Nahar, 2016).
Teori belajar behaviorisme merupakan proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus-respon. Belajar menurut
teori ini adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.
Belajar tidaknya seorang anak bergantung pada faktor-faktor kondisional
yang diberikan oleh lingkungannya (Siregar, 2010). Teori belajar
behaviorisme mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam
mempelajari individu dan bukan mempelajari bagian dalam tubuh atau
mencermati penilaian. Teori belajar ini dapat diamati secara objektif
karena jika ingin menelaah kejiwaan seseorang, maka amatilah perilaku
yang muncul sehingga dapat memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya (Desmita, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa teori belajar behaviorisme memiliki
sebuah konsep dasar bahwa belajar merupakan interaksi antara
rangsangan dan tanggapan. Rangsangan atau stimulus merupakan
rangsangan atau dorongan yang digunakan oleh guru untuk membentuk
tingkah laku, sedangkan tanggapan atau respon ialah kemampuan
(pikiran, perasaan, ataupun tindakan) yang ditunjukkan oleh anak setelah
adanya stimulus yang diberikan oleh pendidik.

2. Ciri-ciri Behavioristik
Menurut Rusli (Sumarsono, 2020) Teori behavioristik memiliki ciri-
ciri tersendiri yang khusus dalam pembelajaran yakni:
a. Mengutakaman factor lingkungan
5

b. memfokuskan tingkah laku yang terlihat melalui pemakaian metode


obyektif
c. Perkembangan tingkah laku seorang itu bergantung kepada bagaimana
cara belajar
d. penekanan pada factor bagian (beberapa elemen dan tidak seluruhnya)
e. Bersifat mekanis atau mengutamakan reaksi dan mekanisme “Bond”,
refleks dan kebiasaan-kebiasaan
f. Lebih mengutamakan masa lalu atau berpikiran historis, artinya
seluruh perilakunya dapat dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan
latihan-latihan

3. Prinsip-Prinsip Belajar Teori Behaviorisme


Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk
waktu yang lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
a. Stimulus dan Respon
Stimulus merupakan hal apa saja yang diberikan guru kepada
siswa misalnya alat peraga, gambar tertentu dalam rangka membantu
belajarnya. Sedangkan respons ialah sebuah reaksi siswa terhadap
stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah
dapat diamati dan diukur
b. Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku
yang disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang
tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku yang disebut
dengan hukuman (punishment).
6

4. Kelebihan Teori Belajar Behavioristik


Kelebihan dari teori behavioristik adalah sebagai berikut
(Abdurakhman dan Rusli, 2017) :
a. Membiasakan guru agar memiliki sikap yang teliti dan lebih peka atas
keadaan pembelajaran
b. Guru tidak terlalu sering memberikan ceramah sehingga siswa dapat
terbiasa belajar secara mandiri.
c. Dapat membentuk suatu tingkah laku yang diharapkan mendapatkan
penilaian positif dan tingkah laku yang kurang pantas mendapat
pengakuan negatif yang mendasar atas prilaku yang terlihat.
d. Dengan pengulangan, pelatihan yang berkelanjutan, bisa
memaksimalkan kecerdasan dan bakat yang sudah terbangun dalam
diri siswa.
e. Bahan ajar yang sudah tersusun secara terstruktur dari yang biasa
hingga yang rumit dengan memiliki tujuan pembelajaran yang
terpecah pada unsur-unsur kecil yang dibuktikan melalui raihan suatu
keterampilan yang dapat menciptakan tingkah laku yang konsisten
berkenaan suatu bidang tertentu.
f. Mampu merubah stimulus yang satu dengan stimulus lain dan
seterusnya sampai respon yang diharapkan tampak.
g. Teori behavioristik sangat tepat untuk mendapatkan kemampuan yang
memerlukan praktek dan penyesuaian yang memuat komponen
kecepatan, spontanitas, dan ketahanan.
h. Teori behavioristik sangat tepat dikenakan pada anak yang masih
memerlukan pengaruh dari orang dewasa, senang mengulang dan
perlu pembiasaan, senang meniru, dan senang dengan berbagai
penghargaan secara langsung.
7

5. Kekurangan Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik selain memiliki kelebihan juga memiliki
kekurangan. kekurangan dari teori belajar behavioristik (Abdurakhman
dan Rusli, 2017) diantaranya adalah:
a. Menjadi sebuah konsekuensi untuk membuat bahan ajar dengan
bentuk yang telah siap digunakan.
b. Tidak semua pelajaran bisa memakai metode ini.
c. Siswa dalam hal ini berkedudukan menjadi pendengar pada saat
pembelajaran berlangsung dan mengingat apa yang di dengar dengan
apa yang di pandang menjadi cara ampuh.
d. Untuk menertibkan siswa para tokoh behavioristik memiliki metode
yang paling efektif, yaitu dengan menghindari penggunaan hukuman.
e. Siswa yang dianggap pasif, memerlukan dorongan dari luar, dan
penguatan yang diberikan guru sangat berpengaruh.
f. Siswa hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru, dengan
mendengarkan apa yang harus didengar dan apa yang harus dilihat
menjadi sistem pembelajaran yang ampuh sehingga inisiatif siswa
dalam menghadapi masalah yang timbul secara temporer tidak dapat
dibereskan oleh siswa.
g. Lebih condong dalam memfokuskan siswa dalam berpikir linier,
konvergen, kurang produktif, kurang kreatif dan memperlihatkan
siswa sebagai individu yang kurang aktif.
h. Proses pembelajaran yang lebih terpusat kepada guru (teacher
centered learning) memiliki sifat sistematis dan cenderung hanya
kepada hasil saja yang bisa diperhatikan.
i. Penggunaan metode yang tidak tepat pada proses pembelajaran dapat
berakibat berjalannya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan
untuk siswa, guru menjadi pusat, otoriter, komunikasi berjalan searah,
8

guru hanya melatih, dan memutuskan apa yang perlu dipelajari dan
tidak perlu dipelajari oleh siswa.

B. Implikasi dan Proses dalam Pembelajaran


Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus
(S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang
penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak
memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa
akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward
yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah
ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh
behavioristik terhadap binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada
beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan.
Implikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk
memaksimalkan tujuan pembelajaran, pendidik perlu menyiapkan beberapa
hal sebagi berikut:
1. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru jika
melakasanakan analisis terhadap kemampuan dan karakteristik siswa,
yaitu:
a. Memperoleh gambaran tentang jenis pengalaman yang telah dimiliki
peserta didik
b. Pendidik dapat memberikan bahan yang relevan dan memberi contoh
serta ilustrasi yang tidak asing bagi siswa
c. Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,
baik jasmani maupun rohani
d. Mengetahui aspirasi dan kebutuhan peserta didik
e. Mengetahui tingkat penguasaan bahasa dan pengetahuan peserta
didik
9

f. Dapat mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai pribadi para peserta
didik (Oemar Hamalik, 2002)
2. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan.
Materi pembelajaran yang akan dibelajarkan, disesuaikan dengan
keadaan peserta didik atau peserta didik menyesuaikan materi, keduanya
dapat didahului dengan mengadakan tes awal atau tes prasyarat
(prerequisite test). Hasil dari prerequisite test ini dapat menghasilkan dua
keputusan, yaitu: siswa dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yakni:
a. Sudah cukup paham dan mengerti, serta
b. Belum paham dan mengerti.
Langkah yang dapat dilakukan pendidik dalam menerapkan teori
behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah:
a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
b. Melakukan analisis pembelajaran
c. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajan
d. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar
e. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll)
f. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media
dan waktu)
g. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas,
tes dan sejenisnya)
h. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar
i. Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun
negative
j. Merevisi kegiatan pembelajaran (Mukminan, 1997)

C. Pandangan Islam tentang Teori Behavioristik


Secara umum, teori belajar terbagi menjadi tiga, yaitu: teori
behavioristik, kognitif, dan humanisme. Teori behavioristik menekankan
10

kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara


stimulus dengan respon yang bisa diamati dan tidak menghubungkan dengan
kesadaran maupun konstruksi mental. Teori ini berlawanan dengan teori
kognitif yang mengemukakan bahwa proses belajar merupakan proses mental
yang tidak diamati secara kasat mata. Maka teori humanistik berperan sebagai
penengah dari kedua teori tersebut. Sayangnya, teori-teori di atas datangnya
dari Barat yang tentunya mempunyai orientasi yang berbeda dengan Islam.
Kita ambil contoh konsep tentang ”benar dan salah”. Aliran behavioristik
memandang benar dan salah itu bergantung pada reinforcement (penguat)
positif maupun negatif. Artinya jika ada stimulus dan setelah direspon
ternyata menimbulkan ”kenikmatan”, maka tingkah laku itu dikatakan benar,
dan jika respon tersebut menimbulkan reinforcement negatif, maka perbuatan
tersebut salah.
Hal di atas jelas sangat berbeda dengan Islam. Dalam Islam, baik dan
buruk sudah ditentukan dan ditunjukkan, kembali kepada individu masing-
masing untuk memilihnya yang terdapat dalam Qs. Ali Imran: 256 dan Qs.
Al-Kahfi: 29), yakni bukan semata-mata karena murni perbuatan
menguntungkan dirinya sendiri. Akibatnya, bisa jadi seseorang menyakiti
orang lain, tetapi ia tidak menyadarinya. Melihat fenomena tersebut, maka
muncullah istilah “Islamisasi Pengetahuan” sebagai upaya membangun
kembali semangat umat Islam dalam mengkaji pengetahuan,
mengembangkannya melalui kebebasan ilmiah (scientific inquiry) dan
filosofis yang merupakan perwujudan dari komitmen terhadap doktrin dan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunah (Muhaimin, 2002).
Dengan demikian, untuk memunculkan suatu teori dari Islam, tidak berangkat
dari nol. Karena ilmu merupakan lingkaran yang berkesinambungan, sebagian
orang dapat mengambilnya, sedangkan sebagian yang lain mengurangi atau
merevisinya. Islam juga menegaskan bahwa hikmah adalah sesuatu
kepunyaan orang mukmin yang hilang. Dimana saja ia menjumpainya, maka
11

ia lebih berhak atasnya dan orang-orang Barat dulu telah merebutnya dari
Islam, maka tidak ada salahnya jika cendikiawan muslim sekarang
mengambilnya dari mereka (Badri, 1996).
Di samping itu, Islam bukanlah “agama” dalam pengertian sempit
seperti versi Barat, melainkan meliputi seluruh aspek kehidupan. Karena
Islam sebagai tradisi religius yang utuh dan mencakup seluruh aspek
kehidupan tidak hanya membahas apa yang wajib dilakukan dan ditinggalkan
oleh setiap individu, tetapi juga membahas apa yang perlu diketahui. Dengan
kata lain, Islam mengajarkan bagaimana cara melakukan sesuatu, sekaligus
mengajarkan cara untuk mengetahui sesuatu. Maka di sini menunjukkan
Islam adalah agama pengetahuan. Dan Islam memandang pengetahuan
sebagai cara utama bagi penyelamatan jiwa dan pencapaian kebahagiaan serta
kesejahteraan manusia di kehidupan kini dan nanti (Bakar, 1994)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum
mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah
bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan
bisa ditentukan.
Dengan kata lain, teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang
mengedepankan perubahan terhadap perilaku siswa sebagai hasil proses
dalam pembelajaran. Munculnya perubahan dari tingkah laku siswa yang
terjadi karena adanya interaksi stimulus dan respons. Disebut juga teori
behaviorisme memiliki orientasi pada perilaku yang lebih baik

B. Saran
Seorang pendidik harusnya mampu mendidik para peserta didik dengan
baik, dengan metode serta teori-teori yang tepat sehingga proses belajar
mengajar berjalan dengan baik. oleh karena itu pelajarilah teori-teori
pembelajaran agar mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar
yang tepat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, O., & Rusli, R. K. 2017. Teori Belajar dan Pembelajaran.


DIDAKTIKA TAUHIDI: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Badri, Malik. 1996. Tafakkur; Perspektif Psikologi Islam, terj. Usman Syihab.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bakar, Osman. 1994. Tauhid dan Sains; Esai-Esai tentang Sejarah dan Filsafat
Sains Islam. Bandung: Pustaka Hidayah.
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Cet. 2.
Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP
Nahar, N. I. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Belajar.
Nusantara Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 64–74. http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/94/94
Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Schunk, D. H. 2012. Learning Theories: An Educational Perspective (Teori –
teori Pembelajaran: Perspektif pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Siregar, E. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta Pusat:
Rineka Cipta.
Sumarsono, dkk. 2020. Belajar dan Pembelajaran di Era Milenial. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Syah, M. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wahab, R. 2016. Psikologi Belajar. Jakarta Pusat: Rajawali Pers
TABEL KASUS BELAJAR BEHAVIORISTIK

Kondisi Ideal Kenyataan Sebab akibat Alternatif Solusi Rekomendasi


Belajar menurut Pada saat memulai Penyebab hal itu Sebagai peserta Hal yang pasti dilakukan
teori belajar pembelajaran mata terjadi karena didik pasti ada oleh pendidik adalah
behavioristik pelajaran Fiqh, pendidik factor anak yang yang namanya menegur peserta didik yang
adalah suatu memberikan stimulasi kurang proses analisis, berbuat hal demikian,
control untuk menyaring daya konsentrasi nah jika terjadi kemudian menanyakan
instrumental yang ingat peserta didik. pada dalam hal seperti itu kenapa tidak focus kepada
berasal dari saat pemberian pembelajaran dianalisis atau materi pembelajaran dengan
lingkungan pembelajaran, pendidik yang ditinjau ulang menggunakan komunikasi
menyampaikan materi mengakibatkan kembali peserta yang baik antara peserta
pelajaran namun ditengah pelajaran yang didik dan diulang didik dengan pendidik.
pembelajaran peserta ditangkap oleh pembelajaran Setelah itu baru dilanjutkan
didik mengeluarkan peserta didik itu atau materi yang dengan pengulangan
pemikiran-pemikiran yang bukan tidak rasanya kurang pelajaran yang masih
pemikirannya itu/ tercapai tapi dipahami peserta dibingunkan atau yang
pemahamannya kea rah kurang tercapai didik menyebabkan peserta didik
negatif tidak focus.

Anda mungkin juga menyukai