Disusun oleh:
2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya dengan limpahan
rahmat-Nya, hidayah serta inayah-Nya saya diberi kesempatan kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tentang Proses Belajar Dan Pembelajaran Menurut
Perspektif Perilaku Dan Observational Learning Bandura Serta Penerapan Dalam
Praktik Pembelajaran guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
D. Manfaat.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................32
B. Saran.....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses Belajar Dan Pembelajaran Menurut Perspektif Perilaku
merupakan sebuah proses pembelajaran yang mengutamakan atau lebih
memfokuskan pada perilaku manusia. Manusia disini yaitu para pelaku
pendidikan dalam proses belajar dan mengajar. Seperti guru dan murid.
Dalam teori ini, yaitu toeri behavioristik seseorang dikatakan belajar
apabila telah mengalami perubahan tingkah laku. Dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar. Dan disini pula akan dibahas
bagaimana penerapannya dalam pembelajaran.
Observational learning Bandura adalah suatu observasi atau
penelitiian dari seorang ahli bernama Bandura yang berpendapat bahwa
faktor lingkungan dan tingkah laku itu mempunyai pengaruh dalam proses
belajar. Namun, tidak hanya Bandura yang berpendapat demikian, tetapi
masih banyak para ahli yang mempunyai pendapat sama dengan Bandura
seperti Pavlov dan Skinner. Lebih dalamnya akan dibahas dalam BAB II.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori belajar perilaku?
2. Bagaimana mengenai teori Bandura dengan teori belajar perilaku?
3. Bagaimana penerapan pembelajaran dari teori belajar Bandura
Pavlov, dan Skinner?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu teori belajar perilaku
2. Untuk mengetahui Bagaimana mengenai teori Bandura dengan
teori belajar perilaku
3. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan pembelajaran dari teori
belajar Bandura Pavlov, dan Skinner
1
D. Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengtahuan tentang Apa itu teori belajar
perilaku
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Bagaimana
mengenai teori Bandura dengan teori belajar perilaku
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Bagaimana
penerapan pembelajaran dari teori belajar Bandura Pavlov, dan
Skinner
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
untuk ilmu perilaku sebab semua itu tidak bisa diobservasi secara
langsung. Pembelajaran pada teori ini menekankan kepada pembelajaran
asosiatif, yaitu dua kejadian yang saling terkait. Misalnya, pembelajaran
asosiatif terjadi ketika murid mengaitkan kejadian yang menyenangkan
dengan pembelajaran sesuatu disekolah. Dengan perkataan lain,
mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak, bukan dengan
mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.
4
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang
behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana
dapat diamati dan diukur.
5
pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir
yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara,
oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.Saran utama dari teori
ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara
tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus
dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan
tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
6
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000).
Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara
benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan
lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan
tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian
seterusnya.
7
dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau
situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar
mengenai pendidikannya sendiri.
8
atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis
dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti
ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh murid.
9
tangan anda tersebut dibalas oleh teman anda dengan memalingkan wajah
maka dapat dikatakan proses penyampaian pesan anda berlangsung
negative.
10
b) Asumsi bahwa semua hasil belajar berupa perubahan tingkah
laku yang dapat diamati, dianggap menyederhanankan masalah
belajar yang sesungguhnya.
c) Tidak semua hasil belajar dapat diamati.
d) Cenderung mengarahkan peserta didik berpikir linier, tidak
konvergen, dan tidak kreatif.
11
yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan
nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi,
bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-
kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi
lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis
kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang
berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi
diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau
arah aktivitas.
b. Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh
pelajar (ada penguatan oleh model) Tingkah laku (kemampuan
dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode
simbolik. Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-
faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
c. Selain itu proses perhatian (atention) sangat penting dalam
pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak
akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi
sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam
visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat
berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan )
memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah
penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius
Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
d. Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura
dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar
sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan
penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku.
Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang
digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
12
e. Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan
pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses
perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri
pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self –
regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan
pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai standar yang berlaku.
f. Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang
memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses
kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku
kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan
menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan
merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan
sebaliknya.
g. Menurut Bandura agar pembelajar sukses
instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar,
mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan
reinforcement bagi pembelajar.
1. Konsep Teori Belajar Sosial Menurut Bandura
a. Bandura mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru.
Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru
hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan
guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar, tingkah laku yang terpuji,
menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka siswa akan
menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun
menirunya. Dengan demikian guru harus menjadi manusia model
yang profesional.
13
b. Albert Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-
mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif manusia itu sendiri.
Teori belajar sosial (Social Learning Theory) dari Bandura ini
merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan
penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi
perilaku.
Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura
didasarkan pada tiga konsep, yaitu:
1.Reciprocaldeterminism
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
interaksi timbal-balik yang terus menerus antara kognitif, tingkah
laku, dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi
tingkahlakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu
juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.
2.Beyondreinforcement
Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung
pada reinforcement. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks
harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang
malah tidak belajar apapun.
Menurutnya, reinforcement penting dalam menentukan apakah
suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan
satu-satunya pembentuk tingkah laku.
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati
dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui
observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah
laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
14
3.Self-regulation/cognition
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau
ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif.
Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat
mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku
dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif,
dan mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkah lakunya sendiri.
1. Siswa sering belajar hanya dengan mengamati orang lain, yaitu guru.
15
meningkatkan perilaku yang sesuai dan menurunkan yang tidak pantas.
Hal ini dapat melibatkan berdiskusi dengan pelajar tentang imbalan dan
konsekuensi dari berbagai perilaku.
4. Guru dan orangtua harus menjadi model perilaku yang sesuai dan
berhati-hati agar mereka tidak meniru perilaku yang tidak pantas,
16
memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya.
Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung
menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang
yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian yang
sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
b. Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan
mencontoh perilaku dari orang – orang tersebut, namun kita
juga memperhatikan hal – hal apa saja yang baik semestinya
untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana
reinforcement atau punishmentnya yang akan ditiru. Dengan
kata lain, semua pembelajaran tidak ada yang terjadi secara tiba
– tiba atau instan. Baik itu pada pendekatan belajar classical
conditioning maupun pendekatan belajar operant conditioning.
Namun, pembelajaran melalui modeling waktu yang digunakan
cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan
classical dan operant conditioning. Dalam konsep belajar ini,
orang tua memainkan peranan penting sebagai seorang model
atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku
yang akan mereka pelajari.
17
yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan
ingatan tersebut saat diperlukan.
iii. Reproduksi motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan
bahwa kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi
untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu
perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya
sebagian.
iv. Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting.
Karena dapat menentukan seberapa mampu kita nantinya
melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari
segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu
tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya.
c. Jenis-Jenis Modeling
b. Jenis – jenis Peniruan (Modeling):
18
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori
pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini
adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi
bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku
yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh:
Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian
secara tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam
buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku
yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh: Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di
sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
19
adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
20
atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupan.
Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim yang berkeliling dari rumah
ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim
sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada
siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa
lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank.
Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-
bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering
lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank
tanpa harus berdiri lama. Contoh lain adalah untuk menambah kelekatan
dengan pasangan. Jika mempunyai pasangan yang sangat suka dengan
coklat. Maka setiap bertemu dengan kekasih berikanlah sebuah coklat untuk
kekasih, secara otomatis kekasih akan sangat suka dengan coklatnya.
Berdasarkan teori ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,
selanjutnya cukup dengan bertemu tanpa memberikan coklat, maka secara
otomatis pasangan akan sangat suka dengan anda.
b) Mementingkan bagian-bagian
21
d) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon
22
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti
diberi permen atau pujian.
23
dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling
berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi
bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang
dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-
konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi
pertimbangan munculnya perilaku. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku
seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antar stimulus
satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab, setiapa alat yang digunakan perlu penjelasan
lagi, demikian dan seterusnya.
a) Reinforcement
b) Punishment
c) Pemberian Shaping
24
Shaping digunakan dalam teori belajar behaviorisme untuk
menunjukkan pengajaran keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-
perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk
menguasai keterampilan atau perilaku tersebut dengan baik.
d) Extinction
Kelebihan :
b) Materi yang diberikan sangat detail hal ini adalah proses memasukkan
stimulus yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang
diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti
setiap pembelajaran.
25
adalah sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu
berkonsentrasi dengan baik.
Kekurangan :
26
g) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.
l) Demikian seterusnya.
27
karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain
yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan
contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu
tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu
sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin
dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau
penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak
harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur,
M,1998.a:4).
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John
Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan
(imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain.
Proses belajar tersebut dinamakan pembelajaran sosial. Perilaku peniruan
manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita
meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya.
Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui
28
peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (modeling). Dalam hal ini
orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau
tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959,
1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak–anak yang juga berkenaan
dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati bahwa peniruan dapat
berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru)
meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar
semacam ini disebut pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971),
kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang
teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku
tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
a) Perhatian (Attention)
29
Walters (1963) dalam buku mereka “Social Learning & Personality
Development” menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang
lain pembelajaran dapat dipelajari.
b) Mengingat (Retention)
d) Motivasi
30
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima
dalam masyarakat.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
32
Dan Observational Learning Bandura Serta Penerapan Dalam Praktik
Pembelajaran ini apabila terdapat kekurangan pada makalah
DAFTAR PUSTAKA
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/04/30/teori-belajar-behavioristik-
konsep-dan-aplikasi/
https://www.kompasiana.com/yulitri/552e35866ea8348e218b45b0/teori-belajar-
behaviorisme
https://ruangguruku.com/teori-belajar-behaviorisme/
https://ikhlasia.wordpress.com/materi-kuliah/teori-albert-bandura/
https://www.websitependidikan.com/2017/12/konsep-prinsip-dan-implikasi-teori-
belajar-sosial-bandura.html
http://12008ars.blogspot.com/2013/06/teori-albert-bandura-modeling.html
33