Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MENURUT PERSPEKTIF


PERILAKU DAN OBSERVATIONAL LEARNING BANDURA SERTA
PENERAPAN DALAM PRAKTIK PEMBELAJARAN

Disusun oleh:

1. Dira Agustina (C1L019012)


2. Anggit Suci Istiqomah (C1L019028)
3. Miftahul Janah (C1L019031)
4. Asma Maisun Aabidah (C1L019032)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya dengan limpahan
rahmat-Nya, hidayah serta inayah-Nya saya diberi kesempatan kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tentang Proses Belajar Dan Pembelajaran Menurut
Perspektif Perilaku Dan Observational Learning Bandura Serta Penerapan Dalam
Praktik Pembelajaran guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Adapun dalam penyusunan makalah ini, tidak mengalami hambatan


apapun sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini, masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal
penulisan, ataupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk kami sangat
diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai


penunjang mata kuliah pengantar bisnis serta dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai Proses Belajar Dan Pembelajaran Menurut Perspektif Perilaku
Dan Observational Learning Bandura Serta Penerapan Dalam Praktik
Pembelajaran.

Purwokerto, 04 April 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
D. Manfaat.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Teori Belajar perilaku (Behaviorisme).................................................3


B. Teori Bandura.......................................................................................11
C. Pembelajaran Dari Teori Belajar Pavlov, Skinner, Bandura................19

BAB III PENUTUP..........................................................................................32

A. Kesimpulan...........................................................................................32
B. Saran.....................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses Belajar Dan Pembelajaran Menurut Perspektif Perilaku
merupakan sebuah proses pembelajaran yang mengutamakan atau lebih
memfokuskan pada perilaku manusia. Manusia disini yaitu para pelaku
pendidikan dalam proses belajar dan mengajar. Seperti guru dan murid.
Dalam teori ini, yaitu toeri behavioristik seseorang dikatakan belajar
apabila telah mengalami perubahan tingkah laku. Dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar. Dan disini pula akan dibahas
bagaimana penerapannya dalam pembelajaran.
Observational learning Bandura adalah suatu observasi atau
penelitiian dari seorang ahli bernama Bandura yang berpendapat bahwa
faktor lingkungan dan tingkah laku itu mempunyai pengaruh dalam proses
belajar. Namun, tidak hanya Bandura yang berpendapat demikian, tetapi
masih banyak para ahli yang mempunyai pendapat sama dengan Bandura
seperti Pavlov dan Skinner. Lebih dalamnya akan dibahas dalam BAB II.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori belajar perilaku?
2. Bagaimana mengenai teori Bandura dengan teori belajar perilaku?
3. Bagaimana penerapan pembelajaran dari teori belajar Bandura
Pavlov, dan Skinner?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu teori belajar perilaku
2. Untuk mengetahui Bagaimana mengenai teori Bandura dengan
teori belajar perilaku
3. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan pembelajaran dari teori
belajar Bandura Pavlov, dan Skinner

1
D. Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengtahuan tentang Apa itu teori belajar
perilaku
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Bagaimana
mengenai teori Bandura dengan teori belajar perilaku
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Bagaimana
penerapan pembelajaran dari teori belajar Bandura Pavlov, dan
Skinner

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Perilaku ( Behaviorisme )

1. Pengertian Behaviorisme secara umum

Dari asal katanya behaviour memiliki arti “tingkah laku”. Dengan


kata lain manusia belajar dipengaruhi oleh kejadian – kejadian di dalam
lingkungannya yang akan memberikan pengalaman – pengalaman belajar.
Belajar sendiri memiliki pengertian sebagai proses tingkah laku yang
terjadi karena adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Seseorang
telah dianggap belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah
laku

Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat


diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik
positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.

Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses


perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Sehingga teori belajar behavioristik bisa disebut juga dengan teori
tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu
menunjukan perubahan tingkah laku, dengan kata lain belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai interaksi antara stimulus
dan respons.

Pendekatan behavioral dalam pembelajaran menekankan


pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui
proses yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut
pandangan ini, pemikiran, perasaan, dan motif bukan subyek yang tepat

3
untuk ilmu perilaku sebab semua itu tidak bisa diobservasi secara
langsung. Pembelajaran pada teori ini menekankan kepada pembelajaran
asosiatif, yaitu dua kejadian yang saling terkait. Misalnya, pembelajaran
asosiatif terjadi ketika murid mengaitkan kejadian yang menyenangkan
dengan pembelajaran sesuatu disekolah. Dengan perkataan lain,
mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak, bukan dengan
mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.

2. Pengertian Behaviorisme menurut para tokoh

a) Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara


stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang
dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang
tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme
(Slavin, 2000).Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut
Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum
kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan
bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

b) Teori Belajar Menurut Watson

4
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang
behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana
dapat diamati dan diukur.

c) Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara


stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun
dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi
Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan
hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive)
dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting
dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang
akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan
tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan
dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

d) Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti.


Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan,

5
pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir
yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara,
oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.Saran utama dari teori
ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara
tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus
dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan
tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

e) Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih


mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang
kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi
dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang

6
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000).
Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara
benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan
lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan
tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian
seterusnya.

3. Ciri – ciri teori belajar behaviorisme

Ciri dari teori belajar behaviorisme antara lain :

a) mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,


b) bersifat mekanistis,
c) menekankan peranan lingkungan,
d) mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
e) menekankan pentingnya latihan,
f) mementingkan mekanisme hasil belajar,
g) mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Guru yang menganut pandangan ini berpandapat


bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Dalam hal
konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan
dengan teori behavioris.Pelajar menggunakan tingkat
keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi

7
dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau
situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar
mengenai pendidikannya sendiri.

4. Prinsip – prinsip dasar teori behaviorisme

Prinsip – prinsip teori behavioristik yang banyak diterapkan dalam dunia


pendidikan meliputi :

a) Menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan


perilaku.
b) Menggunakan prinsip penguatan, yaitu untuk mengidentifikasi
aspek paling
diperlukan dalam pembelajaran dan untuk mengarahkan kondisi
agar peserta didik dapat mencapai peningkatan yang diharapkan.
c) Mengidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan
pencapaian tujuan pembelajaran.
d)  Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses
pembelajaran.

5. Aplikasi – aplikasi Teori Belajar Behaviorisme

Aplikasi teori belajar behaviorismedalam kegiatan pembelajaran


tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori


behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar

8
atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis
dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti
ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh murid.

Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan


kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan,
reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan
sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Teori behavior dengan model hubungan stimulus-respon,


mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.respon atau
prilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau kebiasaan
semata.munculnya prilaku akan semakin kuat bila diberi penguatan dan
akan menghilang bila diberikan hukuman. Dalam Proses perpindahan
informasi ada dua kemungkinan respon yang akan terjadi setelah stimuli
diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negative dan positif.

Reaksi positif terjadi apabila komunikan menerima stimuli dari


komunikator dan memberikan reaksi seperti apa yang diharapkan oleh
sang komunikator. Sebagai contoh jika anda bertemu dengan teman anda
dan anda melambaikan tangan kepadanya kemudian anda juga mendapat
lambaian tangan darinya ini merupakan sebuah respon positf yang
ditunjukan oleh teman anda sebagai komunikan, namun jika lambaian

9
tangan anda tersebut dibalas oleh teman anda dengan memalingkan wajah
maka dapat dikatakan proses penyampaian pesan anda berlangsung
negative.

Adapun aplikasi dalam pembelajaran berdasarkan teori


behavioristik, dalam merancang kegiatan pembelajaran, adalah :

a) Menentukan tujuan pembelajaran.


b) Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk
mengidentifikasikan pengetahuan awal peserta didik.
c) Menentukan materi pembelajaran.
d) Memecah materi pembelajaran menjadi bagian – bagian kecil,
meliouti pokok bahasan, subpokok bahasan topik dan
sebagainya.
e) Menyajikan materi pembelajaran.
f) Memberikan stimulus.
g) Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta
didik.
h) Memberikan penguatan baik yang positif maupun negatif, atau
hukuman.
i) Evaluasi hasil belajar
j) Dan lain – lain.

6. Kritik terhadap teori belajar behaviorisme

Teori belajar behaviorisme / behavioristik mendapat kritik antara


lain ;

a) Tidak dapat menjelaskan situasi belajaryang kompleks.

10
b) Asumsi bahwa semua hasil belajar berupa perubahan tingkah
laku yang dapat diamati, dianggap menyederhanankan masalah
belajar yang sesungguhnya.
c) Tidak semua hasil belajar dapat diamati.
d) Cenderung mengarahkan peserta didik berpikir linier, tidak
konvergen, dan tidak kreatif.

7. Pentingnya Teori Behaviorisme

Pentingnya para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang


program – program pembelajaran memahami teori belajar behavioristik
mempunyai alasan sebagai berikut :

a) Teori belajar ini membantu para guru, perancang pembelajaran,


dan pengembang program – program pembelajaran untuk
memahami proses belajar yang terjadi di dalam diri peserta didik.
b) Dengan kondisi ini para guru, perancang pembelajaran, dan
pengembang program – program pembelajaran dapat mengerti
kondisi – kondisi dan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi,
memperlancar, atau menghambat proses belajar.
c) Memungkinkan untuk melakukan prediksi yang cukup akurat
tentang hasil yang dapat diharapkan suatu aktivitas belajar
(Lindgren, Toeti Sukamto, 1992: 14)

Teori ini telah memberikan banyak konstribusi bagi pengembangan teori


belajar selanjutnya. Bahkan telah banyak diyakini oleh para ahli
pendidikan, sekolah, bahkan diluar sekolah.

B. Teori A. Bandura tentang Belajar


a. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B),
lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar

11
yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan
nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi,
bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-
kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi
lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis
kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang
berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi
diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau
arah aktivitas.
b. Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh
pelajar (ada penguatan oleh model) Tingkah laku (kemampuan
dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode
simbolik. Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-
faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
c. Selain itu proses perhatian (atention) sangat penting dalam
pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak
akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi
sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam
visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat
berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan )
memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah
penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius
Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
d. Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura
dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar
sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan
penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku.
Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang
digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.

12
e. Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan
pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses
perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri
pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self –
regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan
pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai standar yang berlaku.
f. Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang
memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses
kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku
kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan
menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan
merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan
sebaliknya.
g. Menurut Bandura agar pembelajar sukses
instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar,
mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan
reinforcement bagi pembelajar.
1. Konsep Teori Belajar Sosial Menurut Bandura
a. Bandura mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru.
Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru
hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan
guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar, tingkah laku yang terpuji,
menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka siswa akan
menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun
menirunya. Dengan demikian guru harus menjadi manusia model
yang profesional.

13
b. Albert Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-
mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif manusia itu sendiri.
Teori belajar sosial (Social Learning Theory) dari Bandura ini
merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan
penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi
perilaku.
Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura
didasarkan pada tiga konsep, yaitu:

1.Reciprocaldeterminism
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
interaksi timbal-balik yang terus menerus antara kognitif, tingkah
laku, dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi
tingkahlakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu
juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.

2.Beyondreinforcement
Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung
pada reinforcement. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks
harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang
malah tidak belajar apapun.
Menurutnya, reinforcement penting dalam menentukan apakah
suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan
satu-satunya pembentuk tingkah laku.
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati
dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui
observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah
laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.

14
3.Self-regulation/cognition
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau
ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif.
Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat
mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku
dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif,
dan mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkah lakunya sendiri.

2. Prinsip Dasar Belajar Sosial Menurut Bandura


Prinsip dasar belajar sosial (social learning) adalah:
1. Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).

2. Dalam hal ini, seorang siswa mengubah perilaku sendiri melalui


penyaksian cara orang/sekelompok orang yang mereaksi/merespon sebuah
stimulus tertentu.

3. Siswa dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan


terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya: guru/orang tuanya.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan
moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan merespons
(conditioning) dan peniruan (imitation).

3. Implikasi Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial memiliki banyak implikasi untuk penggunaan di dalam
kelas,yaitu:

1. Siswa sering belajar hanya dengan mengamati orang lain, yaitu guru.

2. Menggambarkan konsekuensi perilaku yang dapat secara efektif

15
meningkatkan perilaku yang sesuai dan menurunkan yang tidak pantas.
Hal ini dapat melibatkan berdiskusi dengan pelajar tentang imbalan dan
konsekuensi dari berbagai perilaku.

3. Modeling menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku baru untuk


mengajar. Untuk mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus
memastikan bahwa empat kondisi esensial ada, yaitu perhatian, retensi,
motor reproduksi, dan motivasi

4. Guru dan orangtua harus menjadi model perilaku yang sesuai dan
berhati-hati agar mereka tidak meniru perilaku yang tidak pantas,

5. Siswa harus percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas


sekolah. Sehingga sangat penting untuk mengembangkan rasa efektivitas
diri untuk siswa. Guru dapat meningkatkan rasa efektivitas diri siswa
dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri siswa, memperlihatkan
pengalaman orang lain menjadi sukses, danmenceritakan pengalaman
sukses guru atau siswa itu sendiri.

6. Guru harus membantu siswa menetapkan harapan yang realistis untuk


prestasi akademiknya. Guru harus memastikan bahwa target prestasi siswa
tidak lebih rendah dari potensi siswa yang bersangkutan.

7. Teknik pengaturan diri menyediakan metode yang efektif untuk


meningkatkan perilaku siswa.
4. Teori Pembelajaran Modeling
a. Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan
oleh Albert Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar
dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain
disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain
juga merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan

16
memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya.
Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung
menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang
yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian yang
sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
b. Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan
mencontoh perilaku dari orang – orang tersebut, namun kita
juga memperhatikan hal – hal apa saja yang baik semestinya
untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana
reinforcement atau punishmentnya yang akan ditiru. Dengan
kata lain, semua pembelajaran tidak ada yang terjadi secara tiba
– tiba atau instan. Baik itu pada pendekatan belajar classical
conditioning maupun pendekatan belajar operant conditioning.
Namun, pembelajaran melalui modeling waktu yang digunakan
cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan
classical dan operant conditioning. Dalam konsep belajar ini,
orang tua memainkan peranan penting sebagai seorang model
atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku
yang akan mereka pelajari.

5. Proses Pembelajaran Melalui Pendekatan Modeling


a. Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam
pembelajaran melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian
(attention), pengendapan (retention), reproduksi motorik
(reproduction), dan penguatan (motivasi).
i. Perhatian(attention), yang artinya kita memperhatikan
seperti apa perilaku atau tindakan – tindakan yang
dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
ii. Pengendapan(retention), dilakukan setelah mengamati
perilaku yang akan ditiru dan menyimpan setiap informasi

17
yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan
ingatan tersebut saat diperlukan.
iii. Reproduksi motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan
bahwa kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi
untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu
perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya
sebagian.
iv. Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting.
Karena dapat menentukan seberapa mampu kita nantinya
melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari
segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu
tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya.

b. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura yaitu :


i. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian
dan peniruan,
ii. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui
bahasa, teladan, nilai dan lain-lain,
iii. Pelajar meniru suatu kemampuan dari
kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai
model,
iv. Pelajar memperoleh kemampuan jika
memperoleh kepuasan dan penguatan yang
positif,
v. Proses pembelajaran meliputi perhatian,
mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau
timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan
penguatan yang positif

c. Jenis-Jenis Modeling
b. Jenis – jenis Peniruan (Modeling):

18
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori
pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini
adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi
bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku
yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh:
Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian
secara tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam
buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku
yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh: Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di
sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

C. Pembelajaran dari Teori Belajar Paslov, Skinner, dan Bandura

a. Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal


dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang
darinya hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)

19
adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti


sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-
eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari
perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral
dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti
yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara
hakiki manusia berbeda dengan binatang.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing


menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

 Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika


dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

 Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika


refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun

1) Penerapan Teori dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia


juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat

20
atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupan.
Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim yang berkeliling dari rumah
ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim
sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada
siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa
lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank.
Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-
bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering
lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank
tanpa harus berdiri lama. Contoh lain adalah untuk menambah kelekatan
dengan pasangan. Jika mempunyai pasangan yang sangat suka dengan
coklat. Maka setiap bertemu dengan kekasih berikanlah sebuah coklat untuk
kekasih, secara otomatis kekasih akan sangat suka dengan coklatnya.
Berdasarkan teori ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,
selanjutnya cukup dengan bertemu tanpa memberikan coklat, maka secara
otomatis pasangan akan sangat suka dengan anda.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan


strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

2) Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajaran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar


menurut Pavlov yaitu:

a) Mementingkan pengaruh lingkungan

b) Mementingkan bagian-bagian

c) Mementingkan peranan reaksi

21
d) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon

e) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

f) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

g) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan


paradigma Pavlov akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah,
tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai


dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi
pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan
teori belajar Pavlov ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak.

Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang


membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka

22
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti
diberi permen atau pujian.

Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi


pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan
apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari
luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

3) Kelemahan dari Teori Conditioning

Teori ini mengangaap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara


otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya.
Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak
tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata
tergantung kepada pengaruh dari luar. Teori conditioning ini memang tepat
kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini
hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam
belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai
pembiasaan pada anak-anak kecil.

b. Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu


mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh lain. Ia
mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan
konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif. Menurut Skinner, hubungan
antar stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya,
yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana
yang digambarkan oleh para tokoh lain. Dikatakannya bahwa respon yang
diberikan oleh seseorang atau siswa tidaklah sesederhana itu. Sebab, pada

23
dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling
berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi
bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang
dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-
konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi
pertimbangan munculnya perilaku. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku
seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antar stimulus
satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab, setiapa alat yang digunakan perlu penjelasan
lagi, demikian dan seterusnya.

1) Prinsip – Prinsip Skinner

a) Reinforcement

Reinfocement didefinisikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan


tingkah laku (frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcement
dalam proses belajar perlu ditunjukkan karena kita tidak dapat
mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer sampai terbukti
bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya,
permen pada umumnya dapat menjadi reinforce bagi perilaku anak
kecil, tetapi ketika mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu
yang menyenangkan.

b) Punishment

Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang


tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan
tingkah laku.

c) Pemberian Shaping

24
Shaping digunakan dalam teori belajar behaviorisme untuk
menunjukkan pengajaran keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-
perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk
menguasai keterampilan atau perilaku tersebut dengan baik.

d) Extinction

Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan


menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi.
Extinction ini terjadi melalui proses perlahan–lahan. Biasanya ketika
reinforcement ditarik atau dihentikan perilaku individu sering meningkat
seketika

e) Anteseden dan perubahan perilaku

Dalam operant conditioning, anteseden dapat memberikan petunjuk


apakah sebuah perilaku akan mendapatkan konsekuen yang positif atau
negatif.

2) Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

Kelebihan :

a) Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan


praktek dan pembiasaan. Dengan bimbingan yang diberikan secara terus
menerus akan membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa
menerapkannya dengan baik.

b) Materi yang diberikan sangat detail hal ini adalah proses memasukkan
stimulus yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang
diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti
setiap pembelajaran.

c) Membangun konsentrasi pikiran dalam teori ini adanya penguatan dan


hukuman dirasa perlu. Penguatsn ini akan membantu mengaktifkan
siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan

25
adalah sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu
berkonsentrasi dengan baik.

Kekurangan :

a) Pembelajaran peserta didik hanya berpusat pada guru peserta didik


hanya mendapatkan pembelajaran hanya bedasarkan apa yang diberikan
guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Peserta ddik cenderung pasif dan bosan.

b) Peserta didik hanya mendegarkan dengan tertib penjelasan guru.


Pembelajaran seperti ini bisa dikatakan pembelajaran model kuno
karena menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu
cara untuk mendisiplinkan.

c) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena menurut


teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta
didik untuk mencapai target tertentu.

3) Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan Teori Skinner

a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

b) Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk


mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa.

c) Menentukan materi pelajaran.

d) Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok


bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb.

e) Menyajikan materi pelajaran.

f) Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun


tulisan, tes/kuis, latihan, atau tugas-tugas.

26
g) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.

h) Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif


atau penguatan negatif), ataupun hukuman.

i) Memberikan stimulus baru.

j) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.

k) Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.

l) Demikian seterusnya.

m) Evaluasi hasil belajar.

c. Teori Pembelajaran Sosial

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku


yang tradisional (behavioristik) 1. Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan
oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip–
prinsip teori–teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan
pada kesan dan isyarat–isyarat perubahan perilaku, dan pada proses–proses
mental internal.

Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan–lingkungan yang


dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan–lingkungan itu kerap
kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut
Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S, 1997:14) bahwa “sebagian besar
manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah
laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling),
dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan. Pertama, pembelajaran


melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain.
Contohnya: seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya

27
karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain
yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan
contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu
tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu
sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin
dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau
penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak
harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur,
M,1998.a:4).

Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori


pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh
Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh
dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan
bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya
kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul
dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi
dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku
orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.

d. Teori Peniruan (Modeling)

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John
Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan
(imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain.
Proses belajar tersebut dinamakan pembelajaran sosial. Perilaku peniruan
manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita
meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya.
Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui

28
peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (modeling). Dalam hal ini
orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau
tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.

Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959,
1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak–anak yang juga berkenaan
dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati bahwa peniruan dapat
berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru)
meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar
semacam ini disebut pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971),
kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang
teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku
tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam


diri (kognitif) dan lingkungan. Pandangan ini menjelaskan, beliau telah
mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah
menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak
apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi
dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video
anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti
yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung
tersebut, Mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka
tonton dalam video.

1) Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan

a) Perhatian (Attention)

Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat


mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga
diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya seorang pemain
musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain
music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura &

29
Walters (1963) dalam buku mereka “Social Learning & Personality
Development” menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang
lain pembelajaran dapat dipelajari.

b) Mengingat (Retention)

Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem


ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila
diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga
merupakan bagian penting dari proses belajar.

c) Reproduksi gerak (Reproduction)

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkah laku, subjek juga


dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang
disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya mengendarai mobil,
bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan
menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan
perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang
dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.

d) Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia


adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek
harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

2) Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika


diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena teknik pemodelan
Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan ada kalanya
cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu
yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat

30
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima
dalam masyarakat.

3) Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar


lainnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang
dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata–mata refleks atas stimulus, melainkan
juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan
kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih
ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan
imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak–
anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan
anak–anak, faktor sosial dan kognitif.

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Behavioristik memiliki arti


sebagai tingkah laku. Menurut pandangan teori behavioristik, pembelajaran
merupakan penguasaan respons dari lingkungan yang dikondisikan. Pembelajaran
dicapai melalui respons yang berulang – ulang dan pemberian penguatan. Peserta
didik mempelajari pola yang terbentuk secara perlahan – lahan dari respons
tersebut. Beberapa tokoh penting pada perkembangan teori behavioristik ialah
Pavlov(1849-1936), Thorndike (1874-1949), Watson (1878-1958), dan Skinner
(1904-1990). Teori Behevioristik sangat penting bagi peserta didik karena teori ini
telah memberikan banyak konstribusi bagi pengembangan teori belajar dan
pembelajaran peserta didik baik di sekolah maupun luar sekolah. Aplikasi teori
Behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti :
tujuan pembelajaran, sifat materi belajar, karateristik pelaku pembelajaran, media
dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Selain itu teori yanng dikemukakan oleh
Bandura, Pavlov, dan Skinner mengenai teori belajar tingkah laku, bagaimana
penrapannya dalam proses pembelajaran semakin memperjelas dan memperkuat
bahwa perilaku saat mempengaruhi proses pembelajaran.

B. Saran

Untuk penyempurnaan pembuatan makalah kedepannya, kami mengharapkan


adanya saran dari semua pihak baik dosen maupun seluruh mahasiswa yang
membaca makalah Proses Belajar Dan Pembelajaran Menurut Perspektif Perilaku

32
Dan Observational Learning Bandura Serta Penerapan Dalam Praktik
Pembelajaran ini apabila terdapat kekurangan pada makalah

DAFTAR PUSTAKA

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/04/30/teori-belajar-behavioristik-
konsep-dan-aplikasi/

Di akses pada tanggal 3 maret 2020 puluk 08.30 WIB

https://www.kompasiana.com/yulitri/552e35866ea8348e218b45b0/teori-belajar-
behaviorisme

Di akses pada tanggal 3 maret 2020 pukul 08.35 WIB

https://ruangguruku.com/teori-belajar-behaviorisme/

Di akses pada tanggal 3 maret 2020 pukul 19.00 WIB

https://ikhlasia.wordpress.com/materi-kuliah/teori-albert-bandura/

https://www.websitependidikan.com/2017/12/konsep-prinsip-dan-implikasi-teori-
belajar-sosial-bandura.html

http://12008ars.blogspot.com/2013/06/teori-albert-bandura-modeling.html

33

Anda mungkin juga menyukai