Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.

Disusun oleh: Kelompok 8

1. Florentia Ivony W (12) / (1401419204)


2. Putri Wulan Agustina (14) / (1401419214)

ROMBEL J
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul PEMBELAJARAN
BEHAVIORISTIK. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah di Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Semarang, Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................1

1.3 TUJUAN ........................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN..................................................................................................................2

2.1 Teori Behavioristik.....................................................................................................2

2.2 Tujuan Pembelajaran Teori Behavioristik ………………….............……………....3

2.3 Prinsip-Prinsip Teori Behavioristik..............................................................................4


2.4 Kelemahan dan Kelebihan Teori Behavioristik............................................................5
2.5 Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran.......................................................6
BAB III

PENUTUP ………………………………………………………………………………….8

3.1 Simpulan ……………………………………………………………………………..8

3.2 Saran ………………………………………………………………………………....8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi sebagian orang, belajar dianggap sebagai kegiatan untuk mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Bagi yang
berasumsi demikian, mereka akan bangga ketika melihat anak-anaknya mampu
mengungkapkan kembali secara lisan atau verbal, sebagian besar informasi yang sudah
disampaikan oleh guru ataupun yang tersedia dalam buku teks. Bagi sebagian lainnya,
belajar dipandang sebagai pelatihan belaka, seperti pada pelatihan membaca dan menulis.
Sehingga jika melihat anak-anak mereka tumbuh dengan memiliki keterampilan tertentu
mereka akan puas. Walaupun keterampilan tersebut ada kalanya tidak diiringi dengan arti,
hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak
pula yang menemukan dan menetapkan berbagai teori belajar dan pembelajaran. Pendapat
yang kemudian berkembang adalah bahwa belajar yaitu sebuah proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang, dan berlangsung seumur hidup, sejak dalam kandungan
(prenatal) hingga ke liang lahat. Sebagai pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
dapat berupa perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dari sekian banyak
teori yang berkembang, maka kemudian muncul berbagai teori belajar, diantaranya adalah
teori belajar tingkah laku atau behavioristik, teori kognitif, dan teori humanistik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari teori behavioristik?
2. Bagaimana tujuan pembelajaran yang dicapai dari teori behavioristik?
3. Apa saja prinsip-prinsip yang digunakan dalam teori behavioristik?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran behavioristik?
5. Bagaimana mengaplikasikan teori behavioristik dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
1) Dapat mendeskripsikan definisi dari teori behavioristik.
2) Dapat memahami tujuan pembelajaran yang dicapai dari teori behavioristik.
3) Dapat mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam teori behavioristik.
4) Dapat mengklasifikasikan kelemahan dan kekurangan pembelajaran behavioristik.
5) Dapat memahami tata cara pengaplikasian teori behavioristik dalam pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Behavioristik


Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa
mempunyai pengalaman baru. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2004)
Aplikasinya dalam pembelajaran adalah guru memiliki kemampuan dalam mengelola
hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
dapat optimal. Menurut teori ini, masukan dari guru yang berupa stimulus dan
keluaran siswa yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan
respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang dianggap
penting dalam aliran ini adalah faktor penguatan ( reinforcement). Penguatan yang
dimaksud disini adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon dengan
demikian penguatan merupakan bentuk stimulus yang penting diberikan atau
dihilangkan untuk memungkinkan terjadinya respon.

Adapun tokoh-tokoh dalam teori belajar behavioristik antara lain :


1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Seorang pendidik & psikolog berkebangsaan Amerika, mengemukakan bahwa
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-
peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu
perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi atau berbuat, sedang respon adalah sembarang tingkah
laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Teori belajar yang
dikemukakan Thorndike sering disebut dengan teori koneksionisme atau teori
asosiasi.
2. Burrhus Frederic Skinner (1904- 1990)
B. Frederic Skinner merupakan tokoh behavioris berkebangsaan Amerika serikat
dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) , dia menyakini

2
bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning . Gaya mengaja
guru dilakukan secara searah & dikontrol melalui pengulangan (drill) & latihan
(exercise). Manajemen kelas menurut Skinner berupa usaha untuk memodifikasi
perilaku (behavior modification ) antara lain dengan proses penguatan
(reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan &
tidak memberi ingatan apa pun pada perilaku yang tidak tepat.
3. Ivan Petrovich Pavlov (1849- 1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mempelopori
munculnya proses kondisioning responden (respondent conditioning) atau
kondisioning klasik (classical conditioning). Ivan Pavlov melakukan penelitian
terhadap anjing dimana Pavlov melihat selama pelatihan ada perubahan dalam
waktu dan rata-rata keliuarnya air liur pada anjing. Pavlov mengamati jika daging
diletakkan dekat mulut anjing yang lapar anjing akan mengeluarkan air liur. Hal
ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan kepada anjing secara
otomatis meskipun tanpa latihan. Dalam percobaan ini daging disebut stimulus
yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus) dank arena air liur yang keluar
akibat adanya daging tersebut kelaur secara otomatis maka respon tersebut disebut
respon yang tidak dikondisikan (unconditioned response).
2.2 Tujuan Pembelajaran Behavioristik
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada
ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan.
1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan
kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang
dimunculkan dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin
pada kondisi respon diciptakan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar
lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada
ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran

3
dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif,
ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.
Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar
menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi
bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
pebelajar secara individual.
2.3 Prinsip-Prinsip Teori Behavioristik
Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan
respons (Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik
haruslah melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik Menekankan pada
pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku.
a) Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling
diperlukan dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik
dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
b) Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
c) Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.
Dan Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik,
berikut ini prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul The
Behavior of Organism. Beberapa prinsip Skinner:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu
diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
e. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
g. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

4
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviorsitik
Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat
yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang
dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
a. Kelebihan Teori Behavioristik
1). Model Behavioristik sangat cocok untuk pemerolehan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks,
daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga, dan sebagainya.
2). Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
b. Kelemahan Teori Behavioristik
1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi hasil yang dapat diamati dan diukur. Sehingga
kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik
2) Penerapan metode ini yang salah akan mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menentukan apa yang
harus dilakukan oleh murid. Murid dipandang pasif.
3) Murid hanya mendengarkan dengan penjelasan dari guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif.

5
4) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

2.5 Aplikasi Teori Behaviosristik Dalam Pembelajaran.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena


memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan
disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar.
Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui
proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.

Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori


behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara
lain :

i. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran


ii. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa.
iii. Menentukan materi pembelajaran
iv. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan,
sub pokok bahasan, topik dsb
v. Menyajikan materi pembelajaran

6
vi. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau
kuis, latihan atau tugas-tugas
vii. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
viii. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
ix. Memberikan stimulus baru
x. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
xi. Evaluasi belajar.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif


yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-
standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata
dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam
proses evaluasi. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang
perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk
perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang
sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem
yang berada di luar diri pelajar.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk
merangsang pebelajar dalam berperilaku. Tujuan pembelajaran menurut teori
behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai
aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis,
atau tes. Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa yang menjadi
kelebihannya bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan belajar Dan kekurangannya
kita renovasi agar bisa lebih baik lagi.
3.2 Saran
Sebagai seorang manusia penyusun tidak luput dari berbagai
permasalahan,sehingga kritik dan saran sangat diharapkan penulis dari para pembaca
untuk membangun selanjutnya. Selain dari itu, penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004

B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara,
2006

Bambang warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, 2008.

Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005

Kamalfachri, “Teori Behavioristik” dalam Website file:///H:/Teori behavioristik dan


Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.

Hall S.Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3,Teori-Teori sifat dan
behavioristik (diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa
barbara Toronto, 1978), Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,2009

Anda mungkin juga menyukai