Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI

BELAJAR & INGATAN

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Ahmad Fawaidz ( 2206061 )

2. Aisyah Nur Izzati ( 2206062 )

3. Dwiba Rahma Ayu Azni ( 2206071 )

4. Haikal Akbar Maulana ( 2206073 )

5. Lita Reauni Sinaga ( 2206078 )

6. Yepi Mardelina ( 2206088 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang
“Belajar dan Ingatan”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata Bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Indramayu, 14 Februari 2023

Penulis
Cover ………………………………………………………………………………….. 1

Kata penghantar …………………………………………………………………… 2

Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………….


Definisi ……………………………….
DEFINISI ………………………………………………………… 4
TEORI BELAJAR ………………………………………………………... 5
Bab 1
Pendahuluan

1. DEFINISI
Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang
dilakukan oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan
sesudah belajar. Perubahan tingkah laku atau tanggapan, karena adanya pengalaman
baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa belajar memiliki tujuan untuk
membentuk pribadi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tentu akan muncul benyak
pertanyaan bila kita tidak memahami makna belajar secara mendalam. Pada dasarnya
belajar memiliki makna yang sangat spesifik. Belajar menurut beberapa ahli yaitu:

Daryanto (2009:2) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha


yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungnnya.
Suyono & Hariyanto (2014: 9) belajar merujuk kepada suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi atau perubahantingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungnnya.
Suyono & Hariyanto (2014: 9) belajar merujuk kepada suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik
atau pengalaman tertentu hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan dan sumber-
sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya.
M. Ngalim Purwanto (2014: 85) belajar merupakan suatu perubahan yang
bersifat internal dan relatif mantap dalam tingkah laku melalui latihan atau
pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Sanjaya Wina (2008: 229) belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas
mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap, maupun psikomotor
Winaputra, dkk (2007: 19) belajar adalah perubahan perilaku pada individu
sebagai buah dari pengalaman atau interasi 3 fisik yang mana akan menghasilkan
perubahan yang bersifat relatif menetap.

2. TEORI BELAJAR
A. Teori Belajar Behavioristik
Tokoh-tokoh aliran behavioristik dan akan dibahas karya-karya para tokoh
aliran behavioristik.
o Teori belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaktif antara rangsangan


dan tanggapan. Stimulus merangsang terjadinya aktivitas belajar seperti
pikiran, emosi, dan hal-hal lain yang dapat dirasakan. Respon adalah
reaksi yang ditimbulkan oleh siswa ketika mereka belajar, tetapi dapat juga
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Oleh karena itu,
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari kegiatan belajar dapat bersifat
konkrit yaitu dapat diobservasi atau nonkonkret yaitu tidak dapat
diobservasi. Behaviorisme menekankan pengukuran, tetapi gagal
menjelaskan bagaimana mengukur perilaku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike juga dikenal sebagai teori koneksionisme. (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni:ss
1. Hukum efek;
2. Hukum latihan dan
3. Hukum kesiapan.
Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat
memperkuat respon.

o Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara


rangsangan dan tanggapan, tetapi rangsangan dan tanggapan yang
dimaksud harus dapat diamati dan diukur. Dia mengakui bahwa perubahan
mental terjadi ketika seseorang belajar, tetapi menganggap faktor-faktor
ini tidak dapat diamati dan karena itu tidak perlu. Watson adalah seorang
behavioris murni karena studinya tentang pembelajaran konsisten dengan
ilmu-ilmu lain seperti fisika dan biologi. Fisika dan biologi sangat terfokus
pada pengalaman pengalaman saja. Artinya, sejauh mana hal itu dapat
diamati dan diukur.

o Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel relasional antara rangsangan


dan tanggapan untuk menggambarkan pentingnya belajar. Namun, ia
sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Untuk Hal, seperti
evolusi, semua fungsi perilaku bekerja terutama untuk menjaga organisme
tetap hidup. Dengan demikian, Hull berpendapat bahwa kebutuhan
biologis (impuls) dan kepuasan keinginan biologis (pengurangan
dorongan) adalah penting dan sentral untuk semua aktivitas manusia,
sehingga rangsangan dalam belajar (dorongan stimulan) hampir selalu saya
katakan itu terkait dengan hasrat biologis. ditampilkan dalam berbagai
format. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga
dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

Belajar menurut teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan


tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan
respon, adapun akibat adanya interaksi antara dengan respon siswa
mempunyai pengalaman baru yang menyebabkan mereka mengadakan
tingkah laku dengan cara yang baru.
Ciri–ciri teori belajar behavioristik yaitu :
1) Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2) Mementingkan bagian-bagian (elementaristis)
3) Mementingkan peranan reaksi (respon)
4) Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5) Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6) Mementingkan pembentukan kebiasaan
7) Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan
gagal” atau trial and error.

Pembelajaran dengan teori ini adalah Teacher Centered Learning.


Aplikasi yang salah menyebabkan pembelajaran yang tidak
menyenangkan bagi siswa. Kejelian dan kepekaan seorang guru terhadap
situasi membaca dan kondisi belajar sangat penting sebelum memutuskan
apakah akan menggunakan metode ini. Tidak semua mata pelajaran dapat
menggunakan metode ini. Materi yang cocok untuk metode ini antara lain
materi yang memerlukan latihan dan pembiasaan, seperti: B. Materi
percakapan bahasa asing, penanganan komputer, dll.

B. Teori Belajar Kognitif

Belajar menurut teori belajar kognitif selalu didasarkan pada kognisi, tindakan
mempersepsikan atau memikirkan keadaan di mana perilaku itu terjadi.

Menurut teori ini, proses belajar berjalan dengan baik bila materi baru (terus
menerus) beradaptasi dengan tepat dan mengikuti struktur kognitif siswa yang
sudah ada. Oleh karena itu, sains dibangun melalui proses interaksi berkelanjutan
dengan lingkungan. Proses ini tidak terjadi secara sendiri-sendiri atau sepotong-
sepotong, melainkan melalui proses yang cair, berkesinambungan dan
menyeluruh.

Misalnya, ketika seseorang membaca teks, alih-alih membaca huruf satu per satu,
kata-kata, kalimat, atau paragraf semuanya tampak menjadi satu, dan
keseluruhannya mengalir dan mengalir pada saat yang bersamaan. Menurut teori
kognitif, beginilah seharusnya belajar.

Dalam pembelajaran dengan teori pembelajaran kognitif, pembelajaran lebih


berpusat pada siswa, bersifat analitis, dan lebih terfokus pada proses
pembentukan pengetahuan dan penalaran.

Ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif adalah sebagai berikut :

1) Memberikan pengalaman belajar dengan menghubungkan pengetahuan


yang ada pada siswa saat siswa belajar melalui proses penciptaan
pengetahuan.
2) Menawarkan berbagsai alternatif pengalaman belajar.Tidak semua
melakukan pekerjaan yang sama.Misalnya, masalah dapat diselesaikan
dengan cara yang berbeda.Mengintegrasikan pelajaran dengan situasi yang
realistis dan relevan dengan pengalaman.
3) Integrasi pengajaran untuk memungkinkan terjadinya komunikasi sosial,
yaitu interaksi dan kolaborasi individu dengan orang lain atau
lingkungannya.
4) Menggunakan berbagai media, termasuk komunikasi lisan dan tertulis,
untuk membuat pembelajaran lebih efektif.

C. Teori Belajar Humanistik

Tokoh penting dalam teori pembelajaran humanistik teoretis adalah Arthur W.


Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Menurut teori humanis, tujuan
belajar adalah humanisasi. Proses pembelajaran dianggap berhasil apabila siswa
memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini mencoba memahami
perilaku belajar dari perspektif pelaku bukan dari perspektif pengamat.

Tujuan utama pendidik di sini adalah membantu siswa mengembangkan diri.


Ini tentang mengenali diri kita sebagai manusia yang unik dan membantu mereka
menyadari potensi yang ada di dalam diri mereka. Para ahli humaniora percaya
ada dua bagian dalam proses pembelajaran. proses memperoleh informasi baru
dan proses personalisasi informasi tentang individu.

Dalam studi teori humanistik, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa
bertindak sebagai protagonis yang menafsirkan proses pengalaman belajar
mereka sendiri. Tujuan belajar adalah proses belajar, bukan hasil belajar.

1) Tetapkan tujuan pembelajaran yang jelas.


2) Menjamin partisipasi aktif siswa melalui kontak belajar yang jujur, jelas
dan positif.
3) Mendorong pengembangan kemampuan belajar motivasi diri siswa.
4) Mendorong siswa untuk peka, berpikir kritis dan mandiri memaknai
proses pembelajaran.
5) Siswa didorong untuk berbicara dengan bebas, membuat keputusan
sendiri, melakukan apa yang mereka inginkan dan mempertaruhkan
tindakan mereka sendiri.
6) Guru menerima siswa apa adanya, mencoba memahami apa yang mereka
pikirkan, tidak menilai secara preskriptif, dan mendorong siswa untuk
untuk bertanggung jawab atas perilaku dan risiko mereka dalam proses
pembelajaran.
7) Biarkan siswa maju dengan kecepatan mereka sendiri.
8) Evaluasi dilakukan secara individual sesuai dengan prestasi akademik.

3. JENIS – JENIS BELAJAR


Belajar sebagai suatu hal yang mendasar dalam pengajaran tentunya perlu
perhatian khusus untuk menciptakan belajar yang baik dan efektif di antaranya
yaitu dengan menerapkan teori belajar yang cocok dan sesuai dengan
kebutuhan. Gagne dalam Uno Hamzah. B (2007: 8-9), Eveline Siregar &
Hartini Nara (2014: 7) mengemukakan jenis belajar kedalam delapan kategori
yaitu:

 Belajar isyarat: belajar dengan memperhatikan respon terhadap


isyarat yang muncul. Mengacungkan jari ke mulut sebagai tanda
untuk diam,
 Belajar stimulus respon: belajar dengan memperhatikan antara
rangsangan dengan tanggapan misal mendengarkan musik sambil
mangut manggut,
 Belajar rangkaian: belajar yang menekankan kepada suatu
rangkaian kegiatan menjadi satu kesatuan yang utuh misal urutan
orang wudlu,
 Belajar asosiasi verbal: belajar yang berhubungan dalam bentuk
verbal (bahasa) pujian misal senyumnya semanis madu,
 Belajar membedakan (diskriminasi): belajar dengan melihat
perbedaan dan persamaan suatu benda dengan lainnya,
 Belajar konsep: belajar yang terkait dengan pemahaman dan
penggunaan konsep,
 Belajar aturan: belajar yang menekankan kepada kaidah dan hukum
ilmiah yang berlaku,
 Belajar pemecahan masalah: belajar yang menekankan pada
individu dihadapkan pada masalah masalah yang harus
diselesaikan.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
1. Faktor Internal yang Mempengaruhi Belajar Peserta Didik
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor, yaitu:
A. Faktor Jasmani
Faktor jasmani Faktor jasmani terdiri dari atas:
1. Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan
atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap hasil
belajar. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
2. Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat
berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah
tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.
Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya.
B. Faktor Psikologi
Faktor faktor itu adalah :
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari:
 kecakapan untuk menghadapi dan menyusuaikan kedalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif.
 Mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif.
 Mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun
semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya.

c) Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
rasa senang. Jadi, beberapa dengan perhatian, karena perhatian
sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu
diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti
dengan perasaan senang, dan dari situ diperoleh suatu keputusan.

d) Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi
yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud.5 Bakat
memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat
dilakukan pada masa yang akan datang. Selain, kecerdasan bakat
merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya seseorang
dalam belajar. 6 Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya
akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.

e) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak
untuk melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak
dipengaruhi oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi. Ada dua
macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri
orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya
angka, ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran,
cemoohan dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah
karena tidak semua pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.

f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang yang alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya, anak dengan kakaknya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis,
denagan otaknya sudah siap untuk berfikir, dan lainlain.
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara
terus menerus. Untuk itu diperlukan latihan-latihan dan belajar.
Dengan kata lain, anak yang sudah siap (matang) belum dapat
melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi, kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu terganggu dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atu
berinteraksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematanagn berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan cendrung
lebih naik.

C. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga
darah tidak/kurang lancar pada bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini
sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk
berkonsentrasi seolaholahotak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani
dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa
istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama tanpa ada variasi, dan megerjakan
sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatiannya.
Kelelahan baik kelelahan jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan
cara sebagai berikut :
1. Tidur
2. Istirahat
3. Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
4. Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran
darah,misalnya obat gosok
5. Rekriasi dan ibadah yang teratur

2. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Belajar


Peserta Didik Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar
diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari
orang tua, sekolah, dan masyarakat.
1) Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua utamanya adalah cara mendidik orang tua
terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua
mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire.
Cara atau tipe mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikan dan
ada pula kekurangannya. Salah satu tipe mendidik yang sesuai dengan
kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe di atas, karena orang
tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam. Prinsip
kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam
kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan
yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu
memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan
memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang
tertib dalam belajar. Di dalam pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya
berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak,
misalnya anak ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian, dan
kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi anak.
2) Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran
yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi
penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru,
kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak
memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan
nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan,
kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau
campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing
anak dalam belajar.
3) Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan
sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan
sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak,
masyarakat juga ikut mempengaruhi.
Selain itu masih terdapat faktor penghambat prestasi belajar yaitu faktor dari
dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yaitu kesehatan,
kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. Sedangkan faktor dari luar diri siswa
yaitu keluarga , sekolah, disiplin yang diterapkan di sekolah, masyarakat,
lingkungan tetangga, dan aktivitas organisasi. Menurut Muhibbinsyah,
faktorfaktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
 Faktor internal (faktor dalam diri pesrta didik), keadaan/kondisi
jasmani dan rohani peserta didik.
 Faktor Eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi
lingkungan peserta didik.
 Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta didik
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik
untuk melakukan kegiatan pembelajaran peserta didik.

5. METODE BELAJAR
Metodologi pembelajaran ini adalah cara-cara yang digunakan dalam aktivitas
pengajar dan peserta didik saat dalam proses belajar. Sebagai pendidik perlu
emmahami dan mengetahui tentang metode pengajaran sehingga materi yang
disampaikan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh peserta didik. Nah
berikut ini beberapa metode-metode belajar dalam psikologi pendidikan yang perlu
anda ketahui.
 Metode Experimental
Hal yang dimaksudkan adalah menguji hipotesa pembuat eksperimen mengenai reaksi
individu maupun kelompok di dalam kondisi-kondisi tertentu. Sehingga tujuan dari contoh
metode eksperimen adalah untuk dapat mengetahui sifat-sifat umum dari gejala kejiwaan.
Mulai dari pikiran, kemauan, perasaan, ingatan, dan lainnya. Kelebihan dari metode
eksperimen ini dapat melakukan pengontrolan dengan ketat kepada faktor-faktor yang
memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode penelitian ilmiah ini adalah:
 Adanya masalah atau problem
 Mengumpulkan teori maupun konsep yang berkaitan dengan problem
 Mencari hipotesis
 Diuji dengan cara empiris sesuai dengan data-data yang ada di lapangan
 Menampilkan kesimpulan secara general

 Metode Questionare

Metode ini merupakan rangkaian dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

topik-topik pada ilmu psikologis, sosial, maupun pendidikan yang mana ditujukan pada

sebuah kelompok individu dengan objek agar mendapatkan data-data dengan fokus

memperhatikan masalah-masalah tertentu dan kadang- kadang juga digunakan untuk hal-

hal yang sifatnya diagnostik ataupun untuk menilai kepribadian. Keunggulan dari metode

ini dalam proses belajar antara lain adalah:

 Tidak memakan banyak biaya


 dengan menggunakan metode ini, akan banyak data yang dapat dikumpulkan dalam
waktu singkat.

 Metode Klinis

Menurut James Drawer, dalam The Penguin Dictionary of

Psychology mengistilahkan “clinic” sebagai sebuah tempat diagnosa serta pengobatan

untuk berbagai gangguan fisik, kelakuan, dan perkembangan. Sehingga dapat diartikan

jika metode klinis merupakan metode yang digunakan dalam ilmu psikologi untuk

menyelidiki secara teliti sejumlah individu yang mana memiliki gangguan atau

kelainan dalam batas waktu yang cukup lama.

Ada beberapa macam-macam cara yang digunakan dalam metode klinis untuk
dapat menyelesaikan sebuah masalah, antara lain adalah:

 Studi kasus klinis, yang digunakan untuk dapat menyelesaikan masalah selain
masalah kesukaran belajar, gangguan emosional, ataupun masalah kenakalan
remaja yang kemudian dianalisis serta diintepretasikan untuk dapat
menemukan penyebab-penyebab yang memicu permasalahan tersebut.
 Studi kasus perkembangan, digunakan untuk dapat mengetahui bagaimana
perkembangan dari sebuah aspek ke aspek tertentu lainnya. Misalnya saja
bagaimana perkembangan emosi pada anak berusia 6-9 tahun, sehingga
nantinya didapatkan metode pengajaran yang tepat yang tidak akan
menimbulkan banyak kecemasan.
Dalam metode klinis juga menggunakan 2 pendekatan, yaitu:

 Pendekatan longitudinal, yang digunakan dalam jangka waktu yang tertentu


dengan subjek yang sama. Misalnya saja mengamati anak-anak tersebut dalam
waktu 3 tahun dari usia anak 6-9 tahun.
 Pendekatan cross-sectional, yang dilakukan dengan menggunakan sampel-
sampel yang mewakilkan dari usia-usia anak yang akan diteliti. Misalnya saja
akan digunakan sekelompok anak-anak berusia 6 tahun untuk dapat
mengetahui kondisi emosi dari anak-anak berusia 6 tahun. Menggunakan
sekelompok anak-anak berusia 7 tahun untuk dapat mengetahui kondisi
emosional dari anak-anak berusia 7 tahun, dan seterusnya.

 Metode Case Study

Metode case study merupakan sebuah catatan mengenai pengalaman


seseorang, mulai dari penyakit yang pernah dialami, lingkungan, pendidikan,
perawatan, hingga fakta-fakta umum yang relevan untuk masalah-masalah
tertentu yang berkaitan dalam sebuah kasus medis. Metode ini dapat
memberikan hasil yang baik jika observasi dan pengambilan data-data
dilakukan dengan baik. Dalam melakukan obeservasi, biasanya akan didata
lebih kepada tingkah laku bukannya interpretasi yang berasal dari kelakuan
tersebut.

 Metode Introspeksi

Metode introspeksi merupakan metode penelitian yang dilakukan


dengan mengamati ke dalam diri sendiri dan melihat kondisi mental dalam
waktu tertentu. Metode ini digunakan dan dikembangkan di dalam ilmu
psikologi yang dilakukan kelompok strukturaklisme. Kelompok ini
mendefinsikan psikologi sebagai sebuah ilmu yang mempelajari mengenai
pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh sadar individu. Menurut merek,
introspeksi digunakan untuk dapat mengetahui proses mental yang ada di
dalam diri seseorang. Mulai dari perasaan, pikiran, dan motif-motif yang ada
di dalam diri seseorang dalam waktu tertentu. Melalui metode ini, individu
mengamati proses mental yang ada, menganalisis dan melaporkan mengenai
perasaan yang ada di dalam dirinya.

 Metode Ekstropeksi
Metode ekstropeksi merupakan metode yang digunakan untuk mempelajari

gejala-gejala kejiwaan dalam diri seseorang melalui cara mempelajari peristiwa di dalam

jiwa orang lain dan kemudian diteliti secara sistematis. Metode yang dilakukan secara

sengaja dan sistematis yang dilakukan lebih dari satu orang. Arti sengaja disini

merupakan pengamatan dilakukan secara sadar dengan memiliki tujuan yang jelas.

Sedangkan sistematis berarti pengamatan dilakukan dengan terencana dan menggunakan

cara-cara tertentu yang sudah dipersiapkan. Sehingga dnegan kata lain, pengamatan yang

dilakukan dikendalikan dengan cermat dan hati hati lebih dari satu orang. Itulah mengapa

pengamatan ini dikenal sebagai pengamatan yang objektif.

 Metode Proyeksi

Merupakan metode yang mana digunakan pada penelitian pada seorang peserta

didik dengan cara memberikan gambaran-gambaran atau tulisan ataupun bentuk khas

semisal game sehingga nantinya dapat diterjemahkan untuk mengetahui proyeksi perilaku

yang diperlihatkan oleh peserta didik.

 Metode Genetik

Metode ini juga disebut sebagai metode perkembangan yang mana merupakan

teknik observasi yang dipergunakan untuk dapat meneliti tentang masa pertumbuhan fisik

dan mental seseorang dan kaitannya dengan anaka-naka lainnya serta orang dewasa, yaitu
perkembangan sosialnya. Setelah itu dicatat secara cermat. Pendekatannya dapat

dilakukan dengan menempuh 1-2 pendidikan sekaligus, baik iut cross sectional dan

longitudinal. Perbedaan dari kedua pendekatan ini adalah jika pendekatan cross sectional

digunakan untuk mendapatkan data-data, misalnya saja seperti pertumbuhan kecerdasan,

perasaan anak, hingga gerak anak.

Sedangkan untuk pendekatan longitudinal digunakan seseorang maupun kelompok mulai

dari lahir hingga seterusnya. Sekalipun keduanya akan menghasilkan data-data yang valid,

khususnya yang berkaitan dengan perubahan dalam pertumbuhan pada umumnya, namun

kedua pendekatan ini memiliki kelemahan tersendiri. Terutama untuk pendekatan

longitudinal yang dianggap kurang praktis bahkan terkadang sangat sulit untuk dilakukan.

 Metode Tes
Metode lainnya yang digunakan dalam proses belajar adalah metode
tes, bahkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan di dunia pendidikan
metode ini memang seringkali digunakan. Dalam metode ini akan diajukan
beberapa pertanyaan yang sudah dirancang untuk harus dijawab oleh peserta
didik dan kemudian akan diamati kondisi psikologisnya. Tes yang dilakukan
tentunya dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu dan biasanya dimanfaatkan untuk
kebutuhan yang praktis.

6. EFISIENSI BELAJAR
Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik
antara usaha dengan hasilnya (Gie,1985).
Dengan demikian, ada dua macam efisiensi belajar yang dapat dapat dicapai siswa,
yaitu:

1. Efisiensi Usaha Belajar


Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat
dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini segala sesuatu yang
digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran,
waktu, peralatan belajar, dan lain-lain hal yang relevan dengan kegiatan belajar.

2. Efisiensi Hasil Belajar


Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar
tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.

7. DEFINISI DAN JENIS INGATAN


Menurut Bruno (1987) memori (ingatan) ialah proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan
yang semuanya terpusat di dalam otak. Apabila menerima sebuah informasi melalui
indera mata dengan cara melihat simbol/tulisan atau telinga mendengar informasi,
maka mula-mula informasi tersebut akan masuk ke dalam short term memory atau
working memory/memori jangka pendek. Kemudian, informasi tersebut diberi kode-
kode khusus. Setelah selesai proses pengkodean (encoding), informasi itu masuk dan
tersimpan di dalam long term memory atau permanent memory (memori jangka
panjang atau permanen).
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan
dipanggil kembali. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri
manusia dan membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Ingatan memberi
manusia titik-titik rujukan pada masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Tidak
seperti yang umum diduga orang tentang “ bank ingatan” atau suatu tempat
penyimpanan khusus ingatan, tidak seperti jantung atau paru-paru, ingatan bukanlah
suatu tempat atau benda yang tunggal (Markowitz & Jensen, 2002, hlm. 21).
Dalam buku Menjadi Pendidik Profesional Team Trainer K-100 (2002, hlm.
98) menjelaskan ingatan adalah kemampuan rohaniah untuk mencamkan, menyimpan
dan mereproduksi kesan-kesan. Dengan demikian ada 3 aspek dalam berfungsinya
ingatan, yaitu : 1) mencamkan, 2) menyimpan dan mereproduksi. Menurut Woodwort
(Team Trainer K-100, 2002, hlm. 98) Mencamkan adalah aktivitas dalam belajar
(learning) dimana subyek menerima kesan-kesanyang kemudian disertai kegiatan lain
yaitu penyimpanan, dimana subyek menyimpan hal-hal yang telah dipelajari
(retention) dan kemudian diikuti dengan kegiatan mereproduksi atau menimbulkan
kembali kesan-kesan yang pernah dimiliki (remembering). Sesuai dengan kemampuan
masing-masing individu dalam menerima pesan ada orang yang menyimpan kesan
dengan setia atau dapat menahan dalam waktu lama dan ada orang yang hanya
sebentar. Demikian juga dalam mereproduksi kesan, ada orang yang dapat melakukan
dengan mudah dan cepat, dan ada yang sulit dan lambat, Dakir (1986, hlm. 65).

JENIS-JENIS INGATAN
a. Ingatan Sensori (Sensory Memory)
Yang menyatakan bahwa informasi yang pertama kali kita terima dari
lingkungan dan diperoleh melalui panca indera hanya mampu bertahan 1 detik.
b. Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memory)
Suatu proses penyimpanan ingatan sementara. Ingatan jangka pendek juga
disebut juga Working Memory karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan
selama informasi masih diperlukan. Jika informasi tidak diulang kembali dalam kurun
waktu 30 detik, maka informasi pada ingatan jangka pendek akan menghilang.
c. Ingatan Jangka Panjang (Long Term memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang relative permanen. Reed (2007)
membagi ingatan jangka pendek menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Ingatan Prosedural (Procedural Memory)
Ingatan akan Tindakan, keterampilan, dan operasi yang telah dipelajari,
misalnya individu mengetahui cara untuk bersepeda walaupun ia telah lama
tidak bersepeda.
2) Ingatan Semantik (Semantic Memory)
Ingatan yang berisi pengetahuan umum mengenai makna suatu hal,
misalnya individu mengetahui makna kata “Terbang”.
3) Ingatan Episodik (Episodic Memory)
Ingatan akan kejadian maupun pengalaman yang spesifik, mengetahui
kapan dan dimana kejadian maupun pengalaman tersebut terjadi, misalnya,
individu
mengetahui kapan dan di mana ia melangsungkan pernikahannya walaupun
kejadian tersebut telah berlalu 20 tahun.
8. CARA MENINGKATKAN INGATAN
 Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas
penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila
respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas
respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat
dipakai
untuk overlearning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin
dan Sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap materi PPKN lebih kuat.

 Extra study time


Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi
waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam
belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam.

 Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic
itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan
item-item informasi ke dalam sistem akal siswa. Muslihat mnemonic ini banyak
ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini.

 Rima (Rhyme)
Sejak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang
harus diingat siswa. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not
sehingga dapat dinyanyikan. Nyanyian anak-anak TK vang berisi pesan-pesan
moral dapat diambil sebagai contoh penyusunan mnemonik.

 Singkatan
Terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa.
Contoh, jika seorang siswa hendak mempermudah mengingat nama Nabi Adam,
Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa, dapat menyingkatnya dengan ANIM.
Pembuatan singkatan-singkatan seyogyanya dilakukan sedemikian rupa sehingga
menarik dan memiliki kesan tersendiri.

DAFTAR ISI
https://www.kompasiana.com/rofinarofina6129/63aa60ad4addee76795e54f2/
memahami-belajar-dan-psikologi-belajar
https://umsu.ac.id/teori-belajar-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/
https://www.kompasiana.com/rofinarofina6129/63aa60ad4addee76795e54f2/
memahami-belajar-dan-psikologi-belajar
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/JP/article/download/446/418
https://dosenpsikologi.com/metode-belajar-dalam-psikologi-pendidikan
https://mathematicaww.wordpress.com/2018/05/17/makalah-psikologi-pendidikan-
efisiensi-metode-pendekatan-dan-faktor-yang-mempengaruhi-belajar/
http://repository.unpas.ac.id/31247/4/BAB%20%20II%20ACC.pdf

Anda mungkin juga menyukai