Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI-TEORI BELAJAR

NAMA : EDI

NIM : 203020211004

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
FAKULTAS KEJURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha


Esa, Karena berkat kemurahan-nya makalah ini dapat saya selesaikan
sesuai yang diharapakan. Dalam makalah ini saya membahas mengenai ‘’
Teori-teori Pembelajaran’’ suatu materi yang seringkali dibahas dalam
Belajar dan Pembelajaran.

Dimana tujuan saya membuat makalah berisikan tema tersebut


adalah untuk memperdalam pengertian serta pemahaman saya khususnya
serta masyarakat umumnya yang akan membaca makalah yang saya
susun ini. Dimana makalah ini menjadi tugas kami sebagai mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan,


untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak. semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat
dan berguna untuk para pembaca.
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………

KATA PENGANTAR ……………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………

BAB I PENDAHULIUAN ………………………………

 LATAR BELAKANG ……………………………


 RUMUSAN MASALAH …………………………
 TUJUAN PEMBAHASAN ………………………

BAB II PEMBAHASAN …………………………………

A. TEORI KOGNITIF…………………………………
B. TEORI BEHAVIORISTIK …………………………
C. TEORI KONSTRUKTIVISTIK ……………………
D. TEORI HUMANISTIK ……………………………
E. TEORI BELAJAR GESTALT ………………………
F. TEORI BELAJAR GAGNE …………………………

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ……………………………………
B. DAFTAR FUSTAKA ……………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan.

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian


tertentu dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5
(Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori
merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta
dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar
adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Teori Kognitif
B. Teori Behavioristik
C. Teori Konstruktivistik
D. Teori Humanistik
E. Teori Belajar Gestalt
F. Teori Gagne

C. TUJUAN PEMBAHASAN

A. Mengetahui tentang Teori Kognitif


B. Mengetahui tentang Teori Behavioristik
C. Mengetahui tentang Teori Konstruktivistik
D. Mengetahui tentang Teori Humanistik
E. Mengetahui tentang Teori Belajar Gestalt
F. Mengetahui tentang Teori Gagne

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI KOGNITIF

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses


belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa
mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan
kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif
menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada
aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005)

Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil


belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan
pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.

Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga di penjelasan


awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masing teori memiliki
kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga
pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama
dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika
diaplikasikan dalam proses pendidikan.

Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner


memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel
memandang bahwa justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu
hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung
diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala
sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi
sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang
hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang
bermakna.

Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori
belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir,
tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara
menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan
kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar
diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian disesuakan
dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.

B. TEORI BEHAVIORISTIK

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut


oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman [1]. Beberapa ilmuwan yang termasuk pendiri dan penganut teori
ini antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner.

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

C. TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Teori Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih


menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya
dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan
keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek untuk


aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut
disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur
kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan
dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus
menerus melalui proses rekonstruksi.

Unsur-unsur penting dalam teori konstruktivistik:

1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa

2. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna

3. Adanya lingkungan social yang kondusif

4. Adanya dorongan agar siswa mandiri

5. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah

Secara garis besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.

4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancar.

5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan.

7) Mencari dan menilai pendapat siswa.

8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

D. TEORI HUMANISTIK

Teori belajar humanistik paling dekat untuk digunakan oleh guru. Guru
merupakan profesi yang bisa berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar
seseorang. Teori ini merupakan panduan atau guideness yang bisa digunakan
untuk mendampingi murid selaku peserta belajar agar mereka bisa mendalami
proses belajar tersebut dari dalam dirinya sendiri. Ikhtisar dari Teori Belajar
Humanistik sebagai panduan bagi fasilitator adalah sebagai berikut:

1. Guru atau fasilitator diharapkan mampu memberikan kesan awal yang


menyenangkan.
2. Guru bertugas membantu setiap peserta didik untuk memperoleh dan memahami
adanya tujuan perorangan dalam proses belajar tersebut. Selain tujuan perorangan,
peserta didik juga mampu memahami adaanya tujuan kelompok yang bersifat
umum dalam proses tersebut. (baca: Psikologi Sastra)
3. Guru yang berkiblat pada teori pembelajaran ini harus memiliki keyakinan bahwa
setiap peserta didik akan melaksanakan tujuan yang paling tidak bermanfaat bagi
dirinya sendiri. Hal itu digunakan sebagai kekuatan pendorong dalam proses
belajar. (baca: Psikologi Forensik)
4. Diusahakan, guru sebisa mungkin mengatur dan menyediakan berbagai sumber
pembelajaran yang paling luas dan bisa dimanfaatkan oleh peserta didik. Hal ini
akan membuat peserta didik bisa mencapai tujuan belajar secara pribadi maupun
secara umum. Jangan terpaku pada pengetahuan atau informasi yang sudah
lampau karena pengetahuan pun mengalami transformasi dari waktu ke waktu.
5. Guru harus mampu menempatkan diri sebagai suatu sumber yang sifatnya
fleksibel. Fungsinya agar kelompok peserta didik bisa mendapatkan pendidikan,
bukan hanya pengetahuan. Ketika sumber pengetahuan begitu kaku hanya dengan
memberikan pengetahuan pasti saja, guru sebagai fasilitator harus bisa
mengombinasikan pengetahuan tersebut dengan pendidikan karakter yang bisa
dicerna oleh peserta didik.
6. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menurut kiblat humanistik
harus mampu menanggapi berbagai respon yang terjadi dalam proses
pembelajaran, baik respon yang sifatnya intelektual maupun yang lebih ke arah
perasaan personal. (baca: Psikologi Kognitif)
7. Apabila kelas telah menjadi kelompok yang lebih mandiri, peran fasilitator
sebagai seorang ‘guru yang mengajari’ harus perlahan berubah untuk berbaru
menjadi ‘murid yang belajar’. Guru harus bisa melatih peserta didik dengan pola
pikir sesuai dengan tujuan pembelajaran.
8. Meskipun fasilitator adalah seorang guru, namun ia harus bersedia untuk
mengikuti proses pembelajaran. Perasaan dan pikiran seorang guru sebagai
fasilitator tidak boleh menuntut apalagi sampai memaksakan pembelajaran
tersebut harus berhasil didapatkan atau diilhami oleh peserta didik.
9. Guru sebagai fasilitator harus bisa peka dalam menanggapi adanya respon yang
lebih terkait pada perasaan, bukan pada konteks pembelajaran. (baca: Psikologi
Keluarga)
10. Sangat penting bagi seorang guru sebagai fasilitator untuk mengenali diri sendiri
dan peserta didik hingga menerima adanya kekurangan yang mungkin muncul di
tengah proses pembelajaran.
E. TEORI BELAJAR GESTALT

Menurut teori Gestalt, belajar berkenaan dengan keseluruhan individu


serta belajar timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungan sekitarnya.
Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan
pandangan baru. Kesemuanya, secara bersama-sama membentuk pemahaman atau
wawasan (insight) yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah.
Walaupun demikian, wawasan akan berfungsi jika ada persepsi/tanggapan
terhadap masalahnya, dengan memahami kesulitan, mengetahui unsur-unsurnya
dan tujuannya.

Gestalt berarti pola, susunan (konfigurasi) atau bentuk pemahaman atau situasi
perangsangnya. Perangsang-perangsang dan respon-responya bergabung menjadi
satu pola yang tersusun dan terpadu. Konfigurasi atau gestalt akan kehilangan
sesuatunya kalau dipisahkan menjadi bagian-bagian komponennya, karena setiap
situasi atau pengalaman itu lebih dari jumlah semua bagiannya.

Teori belajar Gestalt sering juga disebut dengan field theory atau insight
full learning. Dilihat dari segi teori belajarnya, teori ini didasari oleh aliran
psikologi yaitu psikologi Gestalt. Pendapat teori ini berbeda dengan pendapat
teori-teori yang telah diuraikan sebelumnya. Jika dilihat dari teori-teori
sebelumnya, teori sebelumnya itu lebih mengutamakan pada hubungan antara
stimulus dan respon, sedangkan teori gestalt lebih mengutamakan pada
pemahaman atau pengertian dari proses belajar.

Pandangan para ahli psikologi gestalt tentang belajar berbeda dengan ahli
psikologi asosiasi. Psikologi gestalt memandang bahwa belajar terjadi bila
diperoleh insight (pemahaman). Dan insight timbul secara tiba-tiba bila individu
telah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematis. Dan
dapat juga dikatakan bahwa insight timbul pada saat individu dapat memahami
struktur yang awalnya hal itu merupakan suatu masalah. Dengan kata lain insight
merupakan reorganisasi pengalaman yang datang secara tiba-tiba. Sedangkan teori
belajar asosiasi merupakan teori yang membentuk suatu ikatan antara stimulus-
respon.

F.TEORI BELAJAR GAGNE

Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian


mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hierarki belajar. Dalam
penelitiaannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk
menguji penerapan teorinya. Di dalam teorinya Gagne juga mengemukakan suatu
klasifikasi dari objek-objek yang dipelajari di dalam matematika.
KESIMPULAN

Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa memiliki sikap dan persepsi
positif terhadap kajian tentang teori-teori deskriptif dan teori preskriptif, dan/atau
teori-teori belajar dan pembelajaran serta penerapannya dalam kegiatan
pembelajaran. Teori-teori tersebut meliputi; teori behavioristik, teori kognitif,
teori konstruktivistik, teori belajar sosial-kultural (ko-konstruktivistik), teori
humanistik, teori pemrosesan informasi (sibernetik), teori kecerdasan majemuk
dan neuroscience, serta peranan motivasi dalam kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Savitra Khanza. 2017. https://dosenpsikologi.com/teori-belajar-humanistik

Ningsih Rahayu. 2014. https://rahayuningsih80.wordpress.com/2014/05/12/teori-


belajar-gestalt/

Putri. 2018. https://blog.elevenia.co.id/inilah-penjelasan-teori-humanistik-secara-


singkat/

Anda mungkin juga menyukai