Disusun Oleh:
NAMA : BONARDO SADATUAH SIALLAGAN
NIM : 203030211006
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. dan adapun
tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
“Kontruksi Beton 2.”
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah “Kontruksi Beton 2”. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka saya meminta kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga maklah ini bermanfaat dan dan dapat menambah wawasan bagi kita
semua di dalam dunia pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang patut
diteladani oleh anak-anak didunia pendidikan.
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... I
KATA PENGANTAR .................................................................................................... II
DAFTAR ISI ................................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
2.2 Perencanaan Tulangan Geser Pada Balok................................................................... 2
2.3 Prinsip Pemasangan Tulangan Geser Pada Balok....................................................... 8
2.4 Pengertian Tulangan Geser......................................................................................... 9
BAB III SIMPULAN....................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a) Dapat mengetahui ap aitu tulangan geser
b) Dapat mengetahui semua konsep dalam kontruksi beton dalam pembangunan
c) Dapat mengetahui apa saja hal yang perlu dilakukan dalam kontruksi beton
1
BAB II
PEMBAHASAN
Besar gaya geser pada balok atau kolom, umumnya bervariasi sepanjang bentang, sehingga
banyaknya tulangan geser pun bervariasi sepanjang bentang.
2
Perencanaan Tulangan Menurut SNI,
Tulangan untuk menahan gaya geser biasa dinamakan tulangan geser atau tulangan sengkang
atau tulangan stirrup. tulangan geser diperlukan untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus
dari retak yang diakibatkan oleh gaya geser. Ada berbagai macam cara untuk pemasangan
tulangan geser yaitu :
Tulangan geser vertikal
Tulangan geser miring / diagonal
Tulangan geser spiral
Tulangan lentur yang dibengkokkan
Retak geser terletak secara diagonal pada badan balok sehingga perletakan tulangan geser
yang paling efektif adalah tulangan geser miring / diagonal tegak lurus arah retak, sehingga
tulangan hanya menahan gaya tarik saja dari gaya retak tersebut, tetapi tentunya dengan cara
ini akan memakan biaya yang besar dan pemasangan yang lebih sulit.
Demikian juga dengan tulangan geser spiral meskipun efektif dalam menahan gaya geser tapi
sulit pemasangan pemasangannya dan sekaligus lebih mahal.
Dalam hal ini yang paling disukai dan paling banyak dipakai dalam perencanaan struktur
adalah tulangan geser vertikal.
3
Gambar susunan tulangan geser dan
lentur
Pada perencanan tulangan geser dengan desain ultimit bahan maka gaya geser yang terjadi
akan ditahan oleh dua bahan/material yaitu beton dan baja dengan cara dihitung dulu
kekuatan atau kapasitas beton dalam menahan gaya geser yang terjadi kemudian sisanya akan
dilimpahkan ke baja.
Keterangan :
4
Dengan diagram gaya geser tersebut dibagi beberapa segmen/bagian sehingga tulangan geser
yang dipakai dapat lebih efektif.
Dari tumpuan ke jarak d dari diagram geser di atas dapat diabaikan karena sejauh d dari
tumpuan gaya geser yang terjadi tidak efektif mengakibatkan kerusakan pada struktur
(khususnya balok).
Keterangan :
t:
5
b. Untuk kombinasi geser dan aksial tekan/normal (contoh : kolom)
dengan :
dengan :
6
Dalam perencanaan/desain ultimit maka kekuatan beton dalam menahan gaya geser ini harus
dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75.
Vn = Vc+Vs
Vu ≤ Φ Vc+ΦVs
maka Vs = (Vu / Φ) – Vc
Tentukan luas tulangan geser Av dengan luas tulangan yang biasa dipakai di lapangan mis:
Φ 6, Φ 8, D10 atau D16.
Keterangan
Keterangan :
7
fy = tegangan leleh baja tulangan geser (MPa)
6. Bila pada langkah ke 3 menghasilkan 0,5 Φ Vc<Vu< ΦVc maka dapat digunakan
tulangan minimum dengan persamaan sebagai berikut :
8
geser dapat juga terdiri dari: a) sengkang yang membuat sudut 45° atau lebih terhadap
tulangan tarik longitudinal. b) tulangan longitudinal dengan bagian yang dibengkokkan untuk
membuat sudut sebesar 30° atau lebih terhadap tulangan tarik longitudinal. c) kombinasi dari
sengkang dan tulangan longitudinal yang dibengkokkan. d) spiral.
Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vn adalah kuat
geser nominal yang dihitung dari : Vn = Vc + Vs ( SNI pasal 13.1.1 ) Gaya geser tahanan
nominal Vc dapat dihitung dari : Vc = bw d ( SNI pasal 13.3.1.1 ) Apabila digunakan
tulangan geser yang membentuk sudut 45º dengan horizontal, maka persamaannya menjadi :
Vs = ( SNI pasal 13.5.6.4 ) Jika tulangan geser (sengkang) miring ini terdiri atas tulangan-
tulangan tunggal atau satu kelompok tulangan yang terletak pada jarak yang sama dari muka
perletakan, maka: Vs = Av fy sinα < bw d ( SNI pasal 13.5.6.5 ) Jika sengkang vertikal yang
digunakan, maka sudut α menjadi 90º sehingga :
Vs = ( SNI pasal 13.5.6.2 ) Dimana :
Vs : Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser ,KN
Vn : Kuat geser nominal, KN Vc : Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton, KN
f’c : Kuat tekan beton, Mpa bw : Lebar badan, mm
Av : Luas tulangan geser dalam daerah sejarak s, mm2
fy : Kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan non-prategang, Mpa
d : jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tarik longitudinal,
mm s : spasi tulangan geser atau puntir dalam arah paralel dengan tulangan longitudinal, mm
9
Semua elemen struktur balok, baik struktur beton maupun baja, tidak terlepas dari masalah
gaya geser. Gaya geser umumnya tidak bekerja sendirian, tetapi berkombinasi dengan lentur,
torsi atau gaya norma.
Perilaku beton tidak homogen, kekuatan tarik beton kira-kira hanya 1/10 dari kekuatan
tekannya, sehingga mudah sekali terjadi keretakan akibat tegangan utama tarik. Pada elemen
A2 (diatas garis netral), keretakan tidak akan terjadi karena tegangan utama maksimum yang
terjadi adalah tekan. Untuk elemen A1 (di bawah garis netral), tegangan utama maksimum
yang terjadi adalah tarik, sehingga retak bisa terjadi. Semakin dekat ke perletakan, tegangan
lentur f akan mengecil sedangkan tegangan geser v akan membesar, sehingga di daerah
perletakan. tegangan utama tarik bekerja pada sudut sekitar 45°. Karena kekuatan tarik beton
sangat rendah, retak tarik diagonal akan terjadi di daerah tumpuan ini. Untuk mencegah
keretakan jenis ini, penulangan khusus yang disebut penulangan tarik diagonal diperlukan.
Trajectory tegangan utama dari suatu balok dengan pembebanan merata terlihat pada gambar
berikut, garis utuh menunjukkan trajectory tegangan utama tarik, sedangkan garis putus-putus
menunjukkan trajectory tegangan utama tekan. Dari trajectory tegangan utama ini dapat
diperkirakan arah dari keretakan yang akan terjadi.
Untuk balok yang mempunyai tulangan memanjang, yaitu tulangan yang direncanakan untuk
memikul gaya-gaya lentur tarik dan tekan yang ditimbulkan oleh momen lentur, tegangan
geser yang tinggi menimbulkan retak miring. Untuk mencegah pembentukan retak miring,
maka digunakan penulangan transversal (dikenal dengan penulangan geser), yang berbentuk
sengkang tertutup atau yang berbentuk U di arah vertical atau miring untuk menutupi
penulangan memanjang utama di sekeliling muka balok. Pada dasarnya ada tiga jenis
keretakan pada balok :
1. Retak lentur (flexural crack), terjadi di daerah yang mempunyai harga momen lentur besar.
Arah retak hampir tegak lurus.pada sumbu balok.
2. Retak geser lentur ( flexural shear crack), terjadi pada bagian balok yang sebelumnya telah
terjadi keretakan lentur. Jadi retak geser lentur merupakan perambatan retak miring dari retak
lentur yang sudah terjadi sebelumnya.
3. Retak geser badan / retak tarik diagonal (web shear crack), terjadi pada daerah garis netral
penampang dimana gaya geser maksimum dan tegangan aksial sangat kecil.
Keruntuhan geser pada balok dapat dibagi menjadi empat kategori (a dan d lihat gambar
4.5) : 1. Balok tinggi dengan rasio a/d < 1/2 Untuk jenis ini, tegangan geser lebih menentukan
dibanding tegangan lentur. Setelah terjadi keretakan miring, balok cenderung berperilaku
sebagai suatu busur dengan beban luar ditahan oleh tegangan tekan beton dan tegangan tarik
ada tulangan memanjang. Begitu keretakan miring terjadi balok segera berubah menjadi suatu
busur yang memiliki kapasitas yang cukup besar.
2. Balok pendek dengan 1 < a/d < 2,5, kekuatan gesernya melampaui kapasitas keretakan
miring. Seperti balok tinggi kapasitas, kapasitas geser ultimit juga melampaui kapasitas
keretakan geser. Keruntuhan akan terjadi pada tingkat beban tertentu yang lebih tinggi dari
tingkat beban yang menyebabkan keretakan miring. Setelah terjadi retakan geser-lentur,
retakan ini menjalar ke daerah tekan beton bila beban terus bertambah
3. Balok dengan 2,5 < a/d < 6, kekuatan geser sama dengan besar kapasitas keretakan miring.
Pada jenis ini lentur muiai bersifat dominan, dan keruntuhan geser sering dimulai dengan
10
retak lentur murni yang vertical di tengah bentang dan akan semakin miring jika semakin
dekat ke perletakan yang tegangan gesernya semakin besar.
Jenis tulangan plat badan yang umum dikenal adalah sengkang vertical (vertical
stirrup) yang dapat berupa baja tulangan yang berdiameter kecil ataupun jaringan kawat baja
las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial penampang, dan sengkang miring.
Sengkang biasanya terbuat dari tulangan berdiameter kecil, seperti diameter 8, 10, atau 12
mm yang mengikat tulangan longitudinal. Sengkang miring untuk komponen struktur non
pratekan dapat berupa tulangan longitudinal yang dibengkokkan membentuk sudut 300 atau
lebih terhadap arah tulangan tarik longitudinal. Fungsi tulangan badan adalah untuk :
a. Menahan sebagian gaya geser pada bagian yang retak
b. Mencegah penjalaran retak diagonal sehingga tidak menerus ke bagian tekan beton.
c. Memberi kekuatan tertentu terhadap terlepasnya beton, karena umumnya sengkang
mengikat tulangan longitudinal sehingga membentuk suatu beton yang lebih massif.
11
BAB III
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Setelah beberapa studi kasus perhitungan tulangan geser dilakukan dengan menggunakan
program SFAP dan SAP 2000 v14 serta perhitungan manual di dalam bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan program SFAP dapat dilakukan dengan mudah karena disertai keterangan
yang jelas dalam proses input dan tampilan yang sederhana.
2. Perhitungan tulangan geser pada balok memiliki hasil yang mendekati (berselisih sedikit)
dengan perhitungan manual.
3. Hasil atau nilai output program SFAP telah diverifikasi dengan program SAP 2000 v.14
dan dengan perhitungan manual.
4. Untuk kemudahan pengembangan program lebih lanjut dengan kebutuhan berikutnya telah
disusun beberapa modul terpisah baik untuk proses perhitungan, pengolahan data maupun
penggambaran gambar atau grafik tampilan.
3.2 Saran
Setelah menyelesaikan program SFAP dan untuk mencapai hasil yang lebih baik di
masa mendatang utamanya untuk keperluan pengembangan lebih lanjut maka ada beberapa
saran :
1. Program SFAP ini perlu dikembangkan dengan menggunakan bentuk penampang balok
yang lain seperti balok T.
2. Pembebanan hanya terbatas pada beban terpusat pada titik dan beban merata pada frame
sehingga perlu dikembangkan lagi pembebanan yang lain seperti beban terpusat pada tengah
bentang.
3. Untuk menggunakan program SFAP ini masih cukup lama karena memasukkan titik nodal
dan membuat frame dilakukan dengan cara manual yakni memasukkan data satu-persatu pada
kotak dialog input-an. Hal ini dirasa kurang efisien untuk penggunaan pada struktur yang
memiliki jumlah titik dan frame yang banyak.
12
DAFTAR FUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256207/pendidikan/modul-struktur-beton-bab-
5_0.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-19187-3107100046-Paper.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/8215/3/2TS10127.pdf
http://eprints.ums.ac.id/43647/23/NaskahPublikasi%20E.pdf
https://repository.usm.ac.id/files/bookusm/C060/20171109022410-Struktur-Beton.pdf
13