Anda di halaman 1dari 9

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang


memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi
atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui
fondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total seluruhnya.
(Nawy, 1990)

Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya


komponen struktur bangunan. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan
komponen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas,
melainkan bersifat secara tiba-tiba (mendadak). Oleh karena itu, dalam
merencanakan struktur kolom harus memperhitungkan secara cermat
dengan meberikan cadangan kekuatan yang lebih tinggi daripada untuk
komponen struktur lainnya. Selanjutnya, karena penggunaan di dalam
praktik umumnya kolom tidak hanya bertugas menahan bebean kasial
vertikal, definisi kolom diperluas dengan mencakup juga tugas menahan
kombinasi beban aksial dan momen lentur. Atau dengan kata lain, kolom
harus diperhitungkan untuk menyangga beban aksial tekan dengan
eksentrisitas tertentu. (Dipohusodo, 1994)

Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi


kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika
ditambahkan tulangan longitudinal. Pengikatan kekuatan yang lebih besar
dapat dibuat dengan memberikan kekangan lateral pada tulangan
longitudinal. Akibat beban tekan aksial, kolom cenderung tidak hanya
memendek dalam arah memanjang tetapi juga mengembang dalam arah
lateral. Kapasitas kolom semacam ini dapat meningkat tinggi dengan
memberikan kekangan lateral dalam bentuk sengkang persegi dengan jarak
yang berdekatan membungkus tulangan longitudinal. (McCormac, 2004)

Kolom beton bertulang dikatakan kolom bersengkang persegi jika


kolom mempunyai serangkaian sengkang persegi yang tertutup. Sengkang
ini sangat efektif dalam meningkatkan kekuatan kolom. Sengkang
mencegah tulangan longitudinal bergerak selama pembangunan/ proses
konstruksi dan sengkang menahan kecenderungan tulangan longitudinal
untuk menekuk ke arah luar akibat beban, yang dapat memnyebabkan
selimut beton bagian luar retak-retak dan pecah. (McCormac, 2004)

Apabila beban beton pada kolom bertambah, maka retak akan


banyak terjadi di seluruh tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan
sengkang. Dalam keadaan batas keruntuhan (limit state of failure), selimut
beton di luar sengkang (pada kolom bersengkang) atau di luar spiral (pada
kolom yang menggunakan tulangan spiral) akan lepas sehingga tulangan
memanjangnya akan mulai kelihatan. Apabila bebannya terus bertambah,
maka terjadi keruntuhan dan tekuk lokal (local buckling) tulangan
memanjang pada panjang tak tertumpu sengkang atau spiral. Dapat
dikatakan bahwa dalam keadaan batas keruntuhan, selimut beton lepas
dahulu sebelum lekatan baja beton hilang. (Nawy, 1990)

Seperti halnya balok, kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan


prinsip-prinsip dasar sebagai berikut (Nawy, 1990) :

a. Distribusi regangannya linier di seluruh tebal kolom.

b. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja (ini berarti
regangan pada baja sama dengan tegangan pada beton yang
mengelilinginya).

c. Regangan beton maksimum yang diizinkan pada keadaan gagal


(untuk perhitungan kekuatan) adalah 0,003.
d. Kekuatan tarik beton diabaikan dan tidak digunakan dalam
perhitungan.

Menurut Dipohusodo (1994), peraturan tidak memberikan definisi


batas panjang maksimum kolom pendek, tetapi menetapkan digunakannya
suatu proses evaluasi kelangsingan pada batas rasio kelangsingan tertentu.
Oleh karena itu, komponen struktur tekan digolongkan menjadi dua, yaitu
kolom pendek dan kolom langsing. Kolom pendek yaitu struktur kolom
yang karena panjang atau tingginya sedemikian rupa sehingga tidak
memerlukan peninjauan terhadap efek tekuk lateral. Keruntuhan kolom
yang demikian ditandai dengan kegagalan unsur bahannya, yaitu
hancurnya beton pada peristiwa runtuh tekan atau luluhnya baja tulangan
pada runtuh tarik. Kolom langsing yaitu kolom yang dimensi atau ukuran
penampang lintangnya kecil dibandingkan dengan tinggi babasnya (tinggi
yang tidak ditopang). Semakin alngsing atau semakin panjang suatu kolom
kekuatan penampangnya akan berkurang bersamaan dengan timbulnya
masalah tekuk yang dihadapi.

Berdasarkan posisi beban terhadap penampang melintang, kolom


dapat diklasifikasikan atas kolom dengan beban sentris dan kolm dengan
beban eksentris. Kolom yang mengalami beban sentris berarti tidak
mengalami momen lentur. Kenyataanya hampir tidak ada kolom yang
dibebani secara aksial sempurna karena disebabkan oleh hal-hal tidak
terduga, seperti tidak tepatnya pembuatan acuan beton dan sebagainya.
(Nawy, 1990)

Ada dua buah karakteristik yang dapat menggambarkan perilaku


sebuah material untuk struktur yaitu kekuatan dan daktilitas. Gambar 2.1
menunjukan sebuah grafik perilaku karakteristik pada baja. Pada gambar
tersebut ditunjukkan beberapa daerah perilaku dari baja yang berbeda yaitu
: daerah elastis (the elastic range), daerah plastis (the plastic range),
daerah pengerasan regangan (the strainhardening range) dan daerah luluh
(the necking and failure range). (Tail, 1974)
Grafik 2.1 Grafik Regangan Tegangan Baja

2.2 Metode Perkuatan atau Perbaikan Struktur

Penggunaan bahan tambahan pada konstruksi belakangan ini telah


berkembang secara signifikan, hal ini tentu sejalan dengan pembangunan
di bidang konstruksi. Berbagai penemuan baru telah banyak ditemukan
yang menggantikan cara-cara manual (konvesional) yaitu dengan cara
menggabungkan dengan bahan tambahan yang tentunya akan sedikit
memperbesar dimensi struksur.

Perkuatan atau perbaikan struktur pada struktur perlu dilakukan


karena adanya :

a. Perubahan fungsi bangunan.

b. Perubahan ketentuan (building code requiretment).


c. Bertambahnya nialai keamanan pada suatu bangunan (safety
requiretment).

d. Terjadinya kerusakan struktur.

e. Desain yang kurang baik.

f. Konstruksi yang kurang baik.

Pada umumnya metode yang dapat digunakan dalam perkuatan


kolom berguna untuk meningkatakan kapasitas lentur atau menambah
daktilitas. Kapasitas lentur pada kolom dapat meningkatk apabila
perkuatannya menggunakan beton atau bungkus pelat baja. Bertambahnya
daktilitas akan meningkatkan kuat geser sehingga dapat mengantisipasi
kelemahan tarik pada beton.

Gambar 2.1 Tipe-tipe pembungkus kolom


Gambar 2.2 Pembungkus untuk meningkatkan kapasitas

Berbagai metode yang umum dilakukan dalam usaha perkuatan


kolom antara lain :

a. Memperpendek maupun mempertinggi struktur dengan konstruksi


beton.

b. Memperbesr dimensi pada konstruksi beton.

c. Penggantian struktur dengan eksisting baru.

d. Menambah jumlah tulangan pada kolom dan memperbesar dimensi


kolom beton tersebut atau dikenal dengan penulangan luar
(externally reinforcement).

e. Dengan memberikan penyelubungan pada struktur tersebut atau


dikenal dengan metode penyelubungan. Biasanya bahan yang
digunakan untuk menyelubungi struktur beton tersebut adalah FRP
(Fiber Reinforced Polymer).

2.2.1 Reinforced Concrete Jacketing

Concrete Jacketing adalah teknik perkuatan dengan


menambah dimensi beton dengan beton tambahan. Keuntungan
utama dari sistem ini adalah memberikan peningkatan dan
pertambahan batas daripada kekuatan dan daktilitas beton. Aturan
yang umum mengenai pengaturan jarak sengkang dan tulangan
longitudinal di dalam kolom beton bisa diterapkan dalam metode
perkuatan ini, dengan pengecualiaan jika tulangan longitudinal
yang ditambhakan atau ditempatkan hanya dalam sudut kolom.

ACI 318 mensyaratkan bahwa pengaturan jarak sengkang


di dalam kolom beton bertulang tidak boleh melibihi 10 kali
diameter tulangan longitudinal atau 48 diameter sengkang. Seperti
halnya beton kolom pada umumnya, ukuran minimu dari sengakng
ini adalah #3 (9.5 mm) untuk tulangan longitudinal berukuran #10
(32 mm) atau lebih kecil dan ukuran #4 (12,5 mm) untuk tulangan
longitudinal yang lebih besar.

Pada pelaksanaannya, sering menggunakan bahan beton


cair. Diberikan tambahan additive bonding pada selimut beton
kolom yang dikelupas dengan tujuan meberikan daya lekat antara
beton lama dengan beton baru. Ketika adanya pelapisan pada beton
lama dengan beton baru, maka penyusutan akan bertahan. Hal ini
akan membuat terjadinya tegangan tarik pada beton baru.

2.2.2 Steel Jacketing / Steel Plate Bonding

Metode steel jacketing dilakukan dengan menambhakan


plat baja pada pelapisan konstruksi beton, penambahan ini berguna
untuk menambah kapasitas geser sehingga dapat mengantisipasi
keruntuhan karena keselahan pada perencanaan. Dengsn
peningkatan kemampuan geser pada kolom tersebut naka akan
meningkatkan kempuan struktur dalam deformasi.

2.3 Sistem Perkuatan Concrete Jacketing

Konsep dasar metode ini adalah pembesaran dimensi dan


penambahan tulangan pada elemen struktur untuk meningkatkan kinerja
elemen tersebut. Pembesaran tersebut dilakukan dengan jacketing.
Jacketing dari bahan beton telah terbukti sebagai solusi perkuatan yang
efektif untuk meningkatkan kinerja seismik kolom. Teknik perkuatan
struktur ini digunakan pada kolom bangunan yang bertujuan untuk
memperbesar penampang kolom, maka penampang kolom menjadi besar
daripada sebelumnya sehingga kekuatan geser beton menjadi meningkat.
Keuntungan utama dari metode ini adalah meberikan peningkatan dan
pertambahanbatas daripada kekuatan dan daktiltas beton, dan keuntungan
kedua, bahwasannya jacket dalam melindungi dari kerusakan fragment
dan struktur yang diperbaiki memiliki kemmpuan dalam menerima beban,
karena jacket dapat mengurangi kegagalan geser langsung (direct shear),
namun dapat juga meyediakan peningkatan kapasitas struktur itu sendiri.
(Kaontele. 2015)

Agar perkuatan concrete jacketing ini dapat bekerja secara


maksimal, maka ada beberapa spesifikasi minimum yang harus dipenuhi.
Menurut dokumen CED 39 (7428), spesifikasi minimum yang harus
dipenuhi antara lain :

a. Mutu beton pembungkus yang harus lebih besat atau sama dari
mutu beton existing.

b. Untuk kolom yang tulangan longitudinal tambhan tidak


dibutuhkan, minimum harus diberikn tulangan 12 mm di keempat
ujungnya dengan sengkang 8 mm.

c. Minimum tebal jacketing 100 mm.

d. Diameter tulangan sengkang minimum 8 mm tidak boleh kurang


1/3 tulangan longitudinal.

e. Jarak maksimal tulangan sengakang pada bentang adalah 100


mm dan jarak vertikal antara tulangan sengkang tidak boleh
melebihi 100 mm.
Gsmbsr 2.3 Tampak atas kolom dengan perkuatan concrete
jacketing

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Concrete Jacketing

Metode concrete jacketing memiliki kelibihan dan kekurangan,


adapun sebagai berikut :

2.4.1 Kelebihan

a. Mampu meningkatkan daktilitas struktur da kekuatan struktur


(kapsitas aksial, kapasitas lentur, dan kempuan geser).

b. Mampu menambah kekakuan struktur.

c. Mampu meningkatkan stabilitas struktur.

d. Biaya lebih ekonomis dibandingka metode perkuatan lainnya.

2.4.2 Kekurangan

a. Ukuran kolom setelah dipasang perkuatan akan menjadi lebih


besar sehingga akanmengurangi ruang kosang yang ada.

b. Jika penempatan concrete jacketing ini tidak diperhatikan


dengan baik maka dapat menyebabkan kekakuan yang tidak
merata.

c. Kemmpuan kapasitas dari concrete jacketing lebih rendah


dibandingkan perkuatan dengan steel jacketing.

Anda mungkin juga menyukai