Anda di halaman 1dari 23

RETROFITTING

TUGAS 2

RETROFITTING PADA KOLOM

DISUSUN OLEH :

VICKY RAMADI 1925011007

MAGISTER TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terletak di wilayah gempa aktif.

Akbibat gempa, banyak bangunan rumah tingal terutama bangunan lama

yang tidak direncanakan menerima beban gempa, mengalami kerusakan.

Tetapi secara struktur bangunan belum hancur karena kolom masih berdiri,

sehingga bangunan masih bisa diperbaiki. Bangunan – bangunan yang

masih berdiri pasca gempa memperlihatkan berbagai macam kerusakan

fisik bangunan. Kerusakan mulai dalam bentuk retak dampai hancur.

Dalam dunia kontruksi terdapat 5 klasifikasi jenis kerusakan

diantaranya bangunan rusak ringan non struktur, bangunan rusak ringan

struktur, bangunan rusak sedang, bangunan rusak berat dan bangunan

rusak total.

Kolom merupakan elemen struktur yang sangat penting, karena

kolom merupakan penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Untuk itu

bila terjadi kerusakan pada kolom harus segera diperbaiki.

Dalam ilmu kontruksi terdapat istilah retroitting yaitu metode atau

teknik yang bertujuan untuk menyesuaikan kondisi atau keperluan baru

terhadap bangunan seperti memperbaiki bangunan yang rusak,

memperkuat bangunan, menambah ruangan dan lain sebagainya, tanpa

harus membongkar total bangunan yang sudah ada. Menurut Tumialan

(2001), metode retrofit konvnsional dapat dibagi menurut masalah yang

dihadapi, yaitu perbaikan kerusakan (repair damage) atau peningkatan


mutu struktur (strengthening upgrading). Metode perbaikan kerusakan

dalam bentuk retak, antara lain dengan cara penambalan (filling) dan

injeksi voids menggunakan epoxy atau grouting. Sedangkan perkuatan

(strengthening) atau peningkatan mutu (upgrading) menggunakan metode

grouting dengan bahan portland cement non-shrink dan epoxy, perkuatan

luar (external reinforcement) dengan pelat baja, atau perkuatan dengan

pelapisan (surface coating) menggunakan pasta semen atau shot-crete.

Menurut El-Dakhakhni (2004), metode retrofit lain yaitu dengan

konsep penambahan massa dan kekakuan sehingga meyebabkan portal

kolom balok berada pada taraf kapasitas gaya gempa yang lebih besar.

Metode ini dianggap tidak praktis dan penggunaannya terbatas pada jenis

struktur tertentu karena membutuhkan keahlian dalam pelaksanaan, dan

biaya tinggi.

2. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

bagaiman jenis – jenis kerusakan pada kolom dan bagaimana cara

perbaikan terhadap kolom tersebut dengan beberapa metode retrofitting.

3. Tinjaun Pustaka
A. Jenis Kerusakan Pada Kolom

Secara garis besar jenis kerusakan kolom terbagi menjadi yaitu

 Retak

Retak terjadi karena adanya kesalahan desain atau juga bias

terjadi karena beban yang melebihi kapasitas sehingga

dapat membahayakan bangunan. Menurut Ghafur (2009),

retak dapat dikenali dengan tiga parameter yaitu lebarnya,

panjangnya dan pola umunya, lebar retak ini sulit diukur

karena bentuknya yang tidak teratur (irregular shape)

 Voids dan Honeycomb

Lubang – lubang yang relative dalam dan lebar pada beton,

dikenal dengan sebutan voids atau honeycomb (isnaeni,

2009). Voids terbentuk ketika beton gagal untuk mengisi

daerah – daerah dalam bekisting, biasanya voids terjadi

karena adanya beton yang tertahan diakibatkan penempatan

beton yang terlalu dalam atau didaerah yang jarak

tulangannya terlalu dekat. Sedangkan honeycomb terbentuk

ketika mortar gagal umtuk mengisi rongga antara partikel

kasar agregat. Penyebab honeycomb dan voids antara lain

slump beton terlalu rendah, segresi, jarak antar tulangan

terlalu dekat, pelaksanaan pemadatan yang kurang baik,

pelaksanaan penuangan yang tidak tepat. Hamper semua

kerusakan – kerusakan voids mengakibatkan kerusakan


structural sedangkan kerusakan honeycomb bias kerusakan

structural maupun non structural tergantung lokasi dan

luasnya honeycomb (Concrete Contruktion, 2000).

B. Metode Perbaikan atau Retrofitting pada Kolom

Retroitting yaitu metode atau teknik yang bertujuan untuk

menyesuaikan kondisi atau keperluan baru terhadap bangunan

seperti memperbaiki bangunan yang rusak, memperkuat bangunan,

menambah ruangan dan lain sebagainya, tanpa harus membongkar

total bangunan yang sudah ada. Ada beberapa metode dalam

perbaikan kolom struktur diantaranya ;

 Metode Concrete Jacketing

Concete Jacketing adalah salah satu dari sekian

banyak teknik yang digunakan dalam perbaikan dan

perkuatan beton bertulang. Concrete Jacketing dilakukan

dengan cara memperbesar penampang melintang beton

bertulang yang telah ada dengan lapisan baru beton

tambahan yang juga diperkuat dengan tulangan.

Concrete Jacketing adalah suatu system perkuatan

atau perbaikan beton dengan cara menyelimuti beton yang

telah ada dengan beton tambahan. Keuntungan utama dari

sistem ini adalah memberikan peningkatan dan

pertambahan batas dari pada kekuatan daktalitas beton, dan

keuntungan kedua bahwasanya jacket dalam melindungi


dari kerusakan fragment dan struktur yang diperbaiki

memiliki kemampuan dalam menerima beban, karena

jacket dapat mengurangi kegagalan geser langsung (direct

shear), namun dapat juga menyediakan peningkatan

kapasitas struktur itu sendiri. Dalam melakukan perkuatan

dengan Concrete Jacketing biasanya digunakan bahan

micro concrete yang sifatnya dapat memadat sendiri tanpa

batuan vibrator. Dimana micro concrete adalah suatu

campuran beton dengan ukuran butiran agregat yang kecil

(<0,25 mm), agregat ynag digunakan sebagai campuran

dalam micro concrete ini biasanya adalah pasir silica yang

mempunyai gradasi yang heterogen.

 Metode Sistem Kolom Komposit

Salah satu metode perkuatan untuk menyelesaikan

permasalahan pada kolom beton bertulang yang tidak

memenuhi persyaratan desain dan dikhawatirkan bias

mengalami keruntuhan akibat beban adalah dengan

melakukan perkuatan dengan penambahan profil baja baik

itu berupa profil canal ataupun IWF atau plat baja.

Perkuatan struktur menurut Triwiyono (2004)

dilakukan untuk bangunan yang riskan terhadap beban baru

yang akan harus didukung, sehingga perlu meningkatkan

kemampuan bangunan tersebut atau menambahkan elemen


struktur baru yang tidak tersedia atau dianggap tidak ada

pada saat struktur di bangun. Perkuatan struktur biasanya

dilakukan sebagai upaya pencegahan sebelum struktur

mengalami kehancuran. Sedangkan perbaikan struktur

diterapkan pada bangunan yang telah rusak, yaitu

merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi struktur

seperti semula setelah terjadi penurunan kekuatan. Jika

bangunan tidak segera ditangani perbaikan atau

perkuatannya, kerusakan dapat berlanjut lebih parah lagi.

Agar bangunan yang sudah rusak dapat terus difungsikan,

diperlukan tindakan rehabilitasi yang dapat berupa

perbaikan (retrofit) atau perkuatan (strengthening).

 Penggunaan ferrocement untuk retrofit Kolom beton

Bertulang

Ferrocement adalah campuran mortar dan finemesh.

Finemesh adalah jarring kawat baja dengan diameter yang

bervariasi disusun membentuk grid dengan dimensi grid

yang bervariasi pula. Dwisukmawati dan Tavio (2008)

menyelidiki pengaruh finemesh sebagai pengganti tulangan

konvensional terhadap kolom dimensi 150x150x450 mm.

variasi diameter kawat finemesh adalah 2, 3, dan 4 mm,

dengan konfigurasi 25x25 dan 50x50 mm. hasil pengujian

menunjukkan bahwa penggunaan finemesh sebagai


pengekang efektif meningkatkan tegangan dan daktalitas.

Semakin tinggi rasio volumetric semakin tinggi pula

peningkatan tegangan puncak yang terjadi. Apabila tidak

ada pengekangan maka akan terjadi kegagalan secara

brittle. Tetapi dengan adanya pengekangan, retak yang

terjadi masih dapat tertahan oleh adanya pengekangan

sehingga keruntuhan yang terjadi lebih ductile.

4. Hasil dan Pembahasan

A. Metode Concrete Jacketing

Pengujian kuat tekan beton dilakukan setelah beton berumur 28

hari atau sesaat sebelum dilakukan pembebanan pada kolom betonnya,

yaitu berupa benda uji silinder dengan diameter 8 cm dan tinggi 16 cm.

tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui mutu beton aktual.

Tabel 1 menunjukkan besarnya gaya tekan hancur beton FAS 0,48

serta menunjukkan besarnya nilai kuat tekan beton rata – rata dari hasil

pengujian kuat tekan beton.


Tabel 1. Hasil Uji Kuat Tekan Beton Silinder

Uji Kuat Tekan Beton Silinder ø 8 cm

Luas Permukaan Silinder = (1/4) π d2 = 50,265 cm2

Sebelum Jacketing

Bacaan Kuat f'c rata -


f'c
Silinder Berat (gr) Alat Tekan rata
(kg/cm2)
(Kn) (kg/cm2) (kg/cm2)
A 1880 148.8 254.66
1 B 1853 152.6 261.17 242.396667
C 1960 123.5 211.36
A 2015 155.3 265.79
2 B 1865 131.1 224.37 250.84 250.46
C 1932 153.3 262.37
A 1905 123.5 211.36
3 B 1932 181.3 310.29 258.14
C 1810 147.7 252.78

Sesudah Jacketing

Bacaan Kuat f'c rata -


f'c
Silinder Berat (gr) Alat Tekan rata
(kg/cm2)
(Kn) (kg/cm2) (kg/cm2)
A 1853 131.70 225.40
1 B 1905 122.10 208.97 245.253333
C 1905 176.10 301.39
A 1955 149.40 255.69
2 B 1832 199.50 341.43 297.51 267.80
C 2010 172.60 295.40
A 1860 143.90 246.28
3 B 1910 141.50 242.17 260.65
C 1905 171.50 293.51

B. Pengujian Kolom

Uji pembebanan dilakukan pada frame uji lentur yang telah

dipasangi dongkrak hidrolik yang dihubungkan dengan pompa. Kolom

yang akan diuji dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu kolom sebelum


dilakukan perbaikan yang mempunyai dimensi 10 x 10 x 60 cm,

dengan kolom setelah dilakukan perbaikan mempunyai dimensi 16 x

16 x 60 cm sehingga jumlah total benda uji sebanyak 12 buah benda

uji. Macam pengujian dikelompokka menjadi 4 kelompok berdasarkan

pada perlakuan yang berbeda, seperti ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Pengelompokkan Kolom

No Kolom Pelakuan
1 KLM Kontrol I Dibebani sampai runtuh dan nilai P yang
KLM Kontrol II diperoleh sebagai acuan (100%)
KLM Kontrol III
2 KLM 65% I - Dibebani 65% Pmaks (preloading)
KLM 65% II - Kolom diperbaiki dngan system
KLM 65% III “Concrete Jacketing”
- Kolom yang sudah diperbaiki dibebani
sampai runtuh (reloading)
3 KLM 75% I - Dibebani 75% Pmaks (preloading)
KLM 75% II - Kolom diperbaiki dngan system
KLM 75% II “Concrete Jacketing”
- Kolom yang sudah diperbaiki dibebani
sampai runtuh (reloading)
4 KLM 85% I - Dibebani 85% Pmaks (preloading)
KLM 85% II - Kolom diperbaiki dngan system
KLM 85% III “Concrete Jacketing”
- Kolom yang sudah diperbaiki dibebani
sampai runtuh (reloading)

Pengujian digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

variasi persentase beban runtuh terhadap kapasitas kolom berdasarkan

dari data kuat tekan maksimum masing – masing kolom berdasarkan


dari data kuat tekan maksimum masing – masing kolom pada saat

pengujian di laboratorium. Pengujian ini menggunakan analisis T –

Test dengan Software SPSS versi 10.

Pengujian juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pegaruh

perbaikan kolom beton bertulang dengan menggunakan Concrete

Jacketing sebagai salah satu metode perbaikan yang dipakai.

Dari analisa didapatkan bahwa variasi pembebanan 65% dengan

85% dan 75% dengan 85% mempunyai pengaruh yang nyata, begitu

juga perbaikan kolom beton bertulang dengan menggunakan Concete

Jacketing mempunyai pengaruh yang signifikan.

Kolom Kontrol (KLM control I, KLM control II, KLM control III)

yang dibebani 100% sampai runtuh, digunakan sebagai acuan untuk

menentukan variasi beban dan menjadi control untuk mengetahui

peningkatan kekuatan pada kolom setelah dilakukan perbaikan dengan

Concrete Jacketing.

Dari hasil pengujian didapat P maksimum, KLM control I = 1320

kg, KLM control II = 1452 kg dan KLM control III = 1980 kg. dari

ketiga nilai P maksimum tersebut diambil rata – rata dan didapatkan P

maks rata – rata sebesar 1584 kg, sehingga dapat diketahui nilai

pembebanan awal sebesar 65%, 75% dan 85% dari P maks rata – rata.

Hasil perhitungan analitis didapatkan kapasitas kolom control sebesar

P = 2.646,0367 kg. grafik hubungan antara beban dan lendutan pada

KLM control I, KLM control II dan KLM control III dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.


Grafik 1. Grafik Hubungan Beban – Lendutan Kolom Kontrol

Tabel 4. P maksimum dan lendutan kolom beton bertulang saat runtuh

Persentase Lendutan
P maks Rata - Rata Rata - rata
No Kolom kenaikan P maks Saat Runtuh
(kg) (kg) (%) (mm) (mm)

KLM Kontrol I 1320 13.88


1 KLM Kontrol II 1452 1584 0.00 12.08 12.55
KLM Kontrol III 1980 11.70
KLM Kontrol I 65 % + jkt 8712 5.34
2 KLM Kontrol II 65 % + jkt 8448 8448 433.33 3.80 6.00
KLM Kontrol III 65% + jkt 8184 8.87
KLM Kontrol I 75 % + jkt 9108 6.23
3 KLM Kontrol II 75 % + jkt 9504 9548 502.78 3.15 4.87
KLM Kontrol III 75% + jkt 10032 5.23
KLM Kontrol I 85 % + jkt 7128 1.46
4 KLM Kontrol II 85 % + jkt 6864 6908 336.11 3.14 4.20
KLM Kontrol III 85% + jkt 6732 7.99
Grafik 2. Grafik Hubungan Beban – Lendutan pada Seluruh

pembebanan

Terlihat pada tabel, pada kolom dengan 65% beban runtuh dengan

perbaikan Concrete Jacketing didapatkan P maksimum rata – rata

sebesar 8448 kg. sedangkan pada kolom sengan 75% dan 85 % beban

runtuh didapatkan P maksimum rata – rata berturut – turut sebesar

9548 kg dan 6908 kg, dengan membandingkan dengan P maksimum

rata – rata kolom control sebesar 1584 kg didapat prosentase

peningkatan p maksimum rata – rata, untuk kolom dengan 65% beban

runtuh sebesar 433.33 %, Kolom dengan 75% beban runtuh sebesar

502.78% dan kolom dengan 85% beban runtuh sebesar 336.11%.

C. Metode Kolom Komposit

Dari hasil pengukuran dimensi kolom didapat ukuran kolom 25 cm

x 25 cm dengan bentang terpanjang 6 meter. Pengujian selanjutnya

adalah pengujian Schmidt Hammer Test. Pengujian ini bertujuan untuk

memperkirakan nilai kuat tekan beton eksisting yang didasarkan pada


kekerasan permukaan beton pada seluruh bagian komponen struktur.

Acuan yang digunakan adalah SNI 03-4430-1997, Metode Pengujian

Kuat Tekan Elemen Struktur Beton dengan alat palu Beton Type N

dan NR. Adapun hasil pengujian Schmidt Hammer Test menunjukkan

kuat tekan pada kolom adalah 18 N/mm2 ( setara K-200). Dari hasil

pengamatan visual dapat terlihat bahwa elemenkolom telah mengalami

retak seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar1. Gambar pola retak pada kolom

Semua data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya

digunakan sebagai input untuk menganalisis kekuatan penampang

eksisting. Hasil analisis ini akan memberikan gambaran tentang

berapa kekuatan sesungguhnya dari penampang yang ada sehingga

penyebab terjadinya lendutan dan retak dapat diketahui. Untuk

mendapatkan data gaya dalam struktur, terlebih dahulu struktur

tersebut dimodelkan dengan software ETABS seperti gambit berikut.


Gambar 2. Momen yang bekerja pada kolom

Dari hasil pemodelan bangunan pada software ETABS diperoleh

data gaya dalam maksimum sebesar Mu = 50.794 kNm dan Pu = 339.

789 kN. Dari hasil pemodelan bangunan ETABS dilakukan

pengecekan kolom untuk memastikan bahwa benar struktur tersebut

harus diperkuat.

Dari hasil pengecekan tersebut didapatkan bahwa hamper semua

kolom tidak kuat untuk menahan beban rencana, hal ini terbukti

dengan warna merah pada kolom. Dan di dapat nilai Pn dan Mn dari

penampang kolom Existing yaitu sebesar :

Mn = 35. 236 kNm < Mu = 50. 794 kNm

Pn = 284.84 kN < Pu = 339.789 kN

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kolom eksisting

tidak dapat menahan beban yang bekerja, baik akbat aksial maupun

akibat momen. Hal ini membuktikan bahwa kolom harus diperkuat.


Setelah analisi kekuatan penampang kolom eksisting

dilaksanakan dan kekuatan penampang diketahui maka dilanjur=tkan

dengan analisis penampang dengan penambahan pelat baja sebagai

perkuatan. Tebal pelat baja yang ditambahkan sangat dipengaruhi

oleh besarapa besar kebutuhan tambahan kekuatan yang harus

disediakan untuk dapat menahan beban yang bekerja. Penampang

baru dengan perkuatan kemudian dianalisis sabagai suatu penampang

komposit dimana bahan beton menjadi bahan dasarnya.

Dari hasil perhitungan dengan penambahan pelat baja dengan

tebal 3,2 mm diperoleh peningkatan kekuatan yang cukup signifikan

sehingga didapatkan gaya aksial nominal dan momen nominal

penampang baru hasil penggabungan sebesar :

Mn = 685,638 kNm > Mu = 50.794 kNm

Pn = 7442,894 kN > Pu = 339.789 kN

D. Metode Ferrocement

- Hasil perhitungan Rasio Volumetrik

Rasio volumetrik adalah perbandingan antara volume finemesh

terhaadap beton yang ditulangi finemesh. Dalam perhitungan

struktur beton umumnya perhitungan rasio tulangan baja terhadap

beton hanya rasio luas penampang, sedangkan tulangan melintang,

hanya untuk menerima beban geser. Dengan penggunaan finemesh,

sistem penulangan menjadi 2 arah, shingga perlu diperhitungkan

pengaruh tulangan arah melintang.


Tabel 5. Rasio volumetric finemesh - beton

No Benda Uji ρg (%)


1 diameter 2, grid 25x25 mm 0.5343
2 diameter 2, grid 50x50 mm 0.2829
3 diameter 3, grid 25x25 mm 1.2021
4 diameter 3, grid 50x50 mm 0.6364

Dari tabel diatas terlihat bahwa konfigurasi grid sangat

mempengaruhi rasio volumetric finemesh terhadap beton.

Finemesh dengan diameter 3 mm dan grid 25x25 mm memiliki

rasio volumetric terbesar. Akan diselidiki pengaruh volumetric

tersebut terhadap kekuatan beton.

- Pengaruh Finemesh pada Hasil Pengujian Aksial Kolom Pendek

Studi eksperimental pertama adalah pengujian aksial

terhadap kolom dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh rasio

volumetric finemesh terhadap beton yang ditulangi finemesh.

Benda uji yang digunakan adalah kolom pendek penampang

persegi berjumlah 15 buah yang terdiri dari 5 variasi, yaitu C000

adalah kolom tanpa finemesh, C225 adalah kolom dengan

finemesh berdiameter 2 mm dan ukuran grid 25 x 25 mm, C250

adalah kolom dengan finemesh 2 mm dan grid 50x50 mm, C325

adalah kolom dengan finemesh 3 mm dan grid 25x25 mm, C350

adalah kolom dengan finemesh 3 mm dan grid 50x50 mm.


Tabel 6. Hasil uji aksial kolom bertulang finemesh

Hasil pengujian kolom pada tabel diatas menunjukkan

bahwa rasio volumetric sangat enentukan kuat aksial kolom.

Kolom terkuat menerima beban aksial adalah kolom dengan

penulangan finemesh diameter 3 mm dan grid 25x25 mm, yaitu

finemesh dengan rasio volumetric terbesar.

- Hasil Pengujian Aksial Kolom Pendek

Tujuan pengujian untuk mengetahui pengaruh penggunaan

ferrocement sebagai bahan retrofit untuk memperbaiki kolom yang

telah dibebani atau telah rusak. Besar beban ultimit tersebut

digunakan untuk membebani tiga kolom yang lain, yaitu masing –

masing 60%, 70% dan 80% dari beban ultimit yang didapat.

Setelah dibebani dan kolom yang rusak dengan tingkat kerusakan

yang berbeda, ketiga kolom tersebut diperbaki menggunakan


finemesh yang direkatkan ke kolom menggunakan adukan beton

mutu sama, yang disebut ferrocement.

Tabel 7. Hasil uji aksial konsntris kolom pendek

Tabel diatas menunjukkan bahwa kolom pendek yang

diretrofit menggunakan ferrocement mengalami peningkatan beban

aksial.

- Hasil Pengujian Aksial Kolom Langsing

Studi eksperimental selanjutnya adalah pengujian aksial

terhadap kolom langsing. Benda uji kolom langsing penampang

persegi dengan dimensi penampang 100x100 mm dengan tinggi

800 mm,, yang dibebani oleh beban aksial konsentris.pengujian

dilakukan sama seprti dengan pengujian kolom pendek.

Tabel 8. Hasil uji aksial konsentris kolom langsing


Tabel diatas menunjukkan bahwa kolom langsing yang

diretrofit menggunakan ferrocement mengalami peningkatan

kapasitas beban aksial.

5. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

A. Metode jacketing

 Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Concrete

Jacketing mempunyai pengaruh yang signifikan, terlihat

pada variasi pembebanan 65% dengan 85% dan variasi

75% dengan 85%, sedangkan pada variasi pembebanan

65% dengan 75% tidak terlihat pengaruh yang nyata.

 Lolom beton bertulang paling efektif untuk diperbaiki

dengan concrete jacketing setelah menerima beban runtuh

awal sebesar 75% P maksimum

 Metode perbaikan dengan menggunakan Concrete

Jacketing dapat diterapkan pada kolom beton bertulang

setelah menerima beban runtuh 75% - 85% P maksimum

agar dapat hasil yang signifikan.

B. Metode Kolom Komposit

 Dari hasil pengamatan lapangan diperoleh data bahwa kolom

yang ditinjau telah mengalami retak dan dikhawatirkan akan


mengalami kerusakan lebih parah jika tidak segera diberi

perkuatan.

 Dari hasil pengujian hummer test didapatkan mutu beton

eksisting sebesar 18N/mm2 setara dengan K – 200

 Kapasitas momen dan aksial penampang kolom beton

bertulang eksisting berturut – turut hanya 35, 263 kNm dan

284,841 kN, sedangkan momen maksimum yang terjadi 50,794

kNm dan aksial maksimum yang terjadi 339,789 kN, sehingga

kolom eksisting harus diperkuat untuk dapat memikul beban

kerja.

 Dengan penambahan elat baja setebal 3,2 mm didapatkan

momen nominal dan aksial nominal berturut – turut adalah

685,638 kNm dan 7442,894 kN yang cukup memikul beban

kerja

C. Metode Penggunaan Ferrocement

 Besar rasio volumetric tidak hanya ditentukan oleh diameter

finemesh, tetapi juga dipengaruhi konfigurasi grid.

 Hasil pengujian aksial kolom dengan tulangan finemesh

menunjukkan bahwa penggunaan finemesh meningkatkan

kekuatan aksial kolom dan kekuatan tertinggi tercapai pada

kolom dengan rasio volumetric terbesar

 Hasil pengujian aksial terhadap kolom pendek yang telah

diretrofit menggunakan ferrocement menunjukkan bahwa

kolom yang telah rusak akibat memikul beban aksial setelah


diperbaiki mampu memikul beban aksial yang leih besar di

bandingkan kolom pembanding.

 Sedangkan hasil pengujian kolom langsing terjadi peningkatan

kapasitas yang lebih kecil daripada kolom pendek, tetapi masih

mampu mengembalikan kekuatan awal.


6. Daftar Pustaka

El-Dakhakhni, W. W., Hamid, A. A., Elgaaly, M., 2004, Seismic Retrofit


of ConcreteMasonry-Infill Steel Frames with Glass Fiber Reinforced
Polymer, Journal of Structural Engineering, ASCE, vol. 130 no. 9,
September.

Kristianto, A., Pranata, Y. A., Julian, J., Susilo, N. T., 2015, Studi
Perbandingan Peningkatan Kapasitas Aksial Kolom Lingkaran Beton
Bertulang yang Diberikan Perkuatan FRP dan Pen Binder, Makasar,
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil ke 9 (Konteks-9).

Isnaeni, M. (2009). “Kerusakan dan Perkuatan Struktur Beton Bertulang.”


Jurnal Rekayasa. Vol. 13, No. 3, 259-260.

Ghafur, A. (2009). Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebu terhadap Kuat


Tekan dan Pola Retak Beton. Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Mosley, W. H dan Bungley, J. H. 1989, Perencanaan Beton Bertulang.


Jakarta. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai