Dimana :
Dan untuk beton dengan berat normal beton yang berkisar 2320 Kg/m3
Kuat tarik beton : Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan
utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh retak-retak
halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan karena beban
tekan menyebabkan retak menutup sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas
ini tidak terjadi bila balok menerima beban tarik. Meskipun biasanya diabaikan dalam
perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton
dan seberapa besar retak yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu
akan mengurangi jumlah lendutan. (Karena kuat tarik beton tidak besar, hanya sedikit usaha
yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton.
Poisson’s ration : Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah lateral.
Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut sebagai Perbandingan
Poisson (Poisson’s ratio). Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21
untuk beton mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16. Sepertinya tidak ada hubungan langsung
antara nilai perbandingan ini dengan nilai-nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya
perawatan, ukuran agregat, dan sebagainya.
Shringkage pada beton : Susut adalah perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban
atau berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan.
Proses susut pada beton akan menimbulkan deformasi yang umumnya akan bersifat menambah
deformasi rangkak.
Creep pada beton : Rangkak (creep) adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya
beban yang bekerja. Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin berkurang setelah selang
waktu tertentu dan kemudian berakhir setelah beberapa tahun.
Karakteristik beton:
Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen kontruksi yang memikul momen lengkung
atau tarikan
Beton sangat lemat dalam menerima gaya Tarik, sehingga akan terjadi retak yang makin
lama makin besar
Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal dengan
proses hidrasi
Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen berjarak
semakin jauh sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah
Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan untuk
mendapatkan hasil yang direncanakan
Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi akan
mampu memikul beban luar yang bekerja padanya
Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka dipasang
tulangan baja pada daerah yang tertarik
Kelebihan :
Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan
bahan lain.
Beton mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan merupakan bahan
struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air. Pada peristiwa
kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup
beton yang memadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan pada
permukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.
Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang. Dalam
kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai kapan pun
tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari
kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan
semakin lama semakin bertambah dalam hitungan tahun, karena lamanya proses
pemadatan pasta semen.
Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak,
dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu.
Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang
sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah
dan cangkang besar.
Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah (pasir,
kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, yang
mungkin saja harus didatangkan dari daerah lain.
Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih
rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja
Kekurangan :
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh karena itu
diperlukan baja tulangan untuk menahannya.
Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
sehingga dilatasi (construction joint) perlu diadakan pada beton yang berdimensi besar
untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
Beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air
yang membawa garam dapat merusak beton.
Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar setelah
dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail.
Keruntuhan tekan terjadi bila presentasi baja tulangan suatu penampang balok relatif besar
(balok perkuatan berlebihan, overrinforced beams), sehingga tegangan di serat beton lebih dulu
mencapai kapasitas maksimumnya sebelum tegangan leleh maksimum tulangan baja tercapai.
Pada tahap ini, regangan baja tulangan , dan regangan beton . Keruntuhan terjadi di daerah tekan
beton, terjadi secara tiba-tiba dan disertai ledakan bunyi ledakan beton hancur, dan sebulumnya
tidak ada tanda-tanda berupa defleksi yang besar.
b. Tension Failure (Keruntuhan Tarik)
Keruntuhan tarik akan terjadi bila presentase baja tulangan suatu penampang balok relative kecil
(balok perkuatan kurang, underreinforced beams) sehingga tulangan akan lebih dahulu mencapai
tegangan lelehnya sebelum tegangan tekan beton mencapai maksimum. Pada tahap ini, regangan
baja tulangan , dan regangan beton dan akan terus berlanjut hingga . Tanda-tanda keruntuhan ini
adalah timbulnya retak-retak pada daerah tarik.
Keruntuhan seimbang terjadi apabila beton maupun baja tulangan mencapai regangan dan
tegangan maksumumnya secara bersama, keruntuhan ini terjadi secara serentak.
Dari ketiga tipe keruntuhan di atas, keruntuhan tarik (Tension Failure) digunakan dalam
mendesain beton bertulang, dengan dasar factor keselamatan
Macam-macam Jenis Beton dan Fungsinya
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran antara agregat dan bahan pengikat.
Beton banyak dipilih karena memiliki kekuatan yang kokoh, permukaannya rata, serta bertekstur
halus. Dengan kekuatan yang sama, biaya pembuatan konstruksi beton bahkan jauh lebih murah
daripada konstruksi besi dan baja.
Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi sepuluh macam. Di
antaranya yaitu beton mortar, beton ringan, beton non-pasir, beton hampa, beton bertulang, beton
pra-tegang, beton pra-cetak, beton massa, beton siklop, dan beton serat.
1. Beton Mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam mortar
yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang
dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki
kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.
2. Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Beberapa
orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-gelembung udara di
dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-
porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya,
bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton
ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.
3. Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan hanya
kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah kerikil
sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen
pada beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan,
kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.
4. Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer adukan beton
memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah bereaksi
dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa
banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.
5. Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu diketahui, beton
mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu,
tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik
meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.
6. Beton Pra-Tegang
Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang. Perbedaan tipis
hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus ditegangkan terlebih
dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lenturan
yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga struktur
bangunan bentang lebar.
7. Beton Pra-Cetak
Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-cetak. Beton
ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton
tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia.
Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
pembangunan dan pengadaan material.
8. Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan beton ini
juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara volume
dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang
berukuran lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar
bangunan, dan bendungan.
9. Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan pengisi
tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini lantas
ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop
seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.
Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam adukan
beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat baja,
hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada
beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.
BAHAN PEMBENTUK BETON
Secara umum beton tersusun dari tiga bahan pembentuk yaitu: SEMEN,AGREGAT HALUS
(PASIR), AGREGAT KASAR (KORAL,BATU PECAH/SPLIT), AIR, BAHAN TAMBAHAN
KIMIA (JIKA DIPERLUKAN)
SEMEN
1. Semen Non-Hidrolik adalah semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air.
Contoh jenis semen ini adalah kapur.
2. Semen Hidrolik, Semen yang mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam
air. Contoh semen jenis ini antara lain:kapur hidrolik, semen pozollan, dan semen portland
2.1.Kapur hidrolik,
a. Bahan Kapur hidrolik sebagian besar (65-75%) terbuat dari batu gamping yaitu kalsium
karbonat beserta bahan pengkutnya:silika, alumunium, magnesia dan oksida besi.
b. Cara pembuatannya Batu kapur yang mengandung silika dan lempung dibakar sampai menjadi
klinker dan mengandung cukup kapur dan silika untuk menghasilkan kapur hidrolik yang
berbentuk kapur tohor setelah berhubungan dengan air.
c. Sifat-Sifat Kapur Hidrolik Kapur hidrolik bersifat hidrolik, namun tidak cocok untuk
bangunan-bangunan di dalam air,karena dalam proses pengerasannya membutuhkan udara.
2.2. Semen Pozollan Semen Pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, bila
dicampur dengan kapur dan air akan membentuk benda padat dan keras. Bahan yang tergolong
pozollan antara lain: teras, semen merah,abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi (SK. SNI T-
15-1990-03:2)
2.3. Semen Portland Menurut ASTM C-150-1985, semen portland adalah semen hidrolik yang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya
terdiri dari satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-
sama dengan bahan utamanya.
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar
Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986. Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak
digunakan dalam pembangunan fisik di sektor pekerjaan sipil. SIFAT DAN KARAKTERISTIK
SEMEN PORTLAND Semen dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya dan kehalusan
butirnya. Perbandingan bahan-bahan utama penyusun semen portaland adalah: kapur (CaO)
sekitar 60-65%, silika (SiO2) sekitar 20-25%, dan oksida besi serta alumunium (Fe2O3 dan
Al2O3) sekitar 7-12%.
Sifat semen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan sifat kimia.
1. Sifat Fisika Sifat-sifat fisika semen portland meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan,
kekuatan tekan, panas hidrasi dll. - Kehalusan Butir (fineness) Kehalusan butir semen akan
berpengaruh pada proses hidrasi, waktu pengikatan (setting time), makin halus butiran semen,
maka proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi tetapi kekuatan akhir akan
berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya Bleeding.
- Kepadatan (density) Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3
=3,150.00 kg/m3. Berat jenis semen berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran beton.
Pengujian berat jenis semen dapat dilakukan dengan alat “Turbidimeter†dari Wagner. -
Waktu Pengikatan (setting time) Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk
mengeras, terhitung sejak berekasinya air dan menjadi pasta semen cukup kaku menahan tekan. -
Panas Hidrasi Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air.
Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat menimbulkan retakan pada saat
pendinginan.Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan
(curing) pada saat pelaksanaan.
2. Sifat Kimia. Komposisi kimia pada semen portland akan berpengruh pada sifatnya. Di
Indonesia tipe semen portland dibedakan menjadi lima (SK SNI T-15-1990-03:2) sebagai
berikut: - Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persayatan
khusus seperti jenis-jenis lainnya. - Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
- Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi
dalam fase permulaan setalah pengikatan terjadi. - Tipe IV, semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah - Tipe V, semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
AGREGAT (BUTIRAN)
Dari pengalaman menunjukkan bahwa kandungan agregat dalam campuran beton sangat tinggi
sekitar 60-70% dari berat campuran beton. Walaupun agregat hanya berfungsi sebagai pengisi
tetapi karena komposisinya cukup tinggi, maka karaktiristik agregat perlu dipelajari. Agregat
yang dipergunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam dan agregat buatan
(artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan menurut ukuran butirnya, yaitu
agregat kasar dan agregat halus. Di dalam (SK SNI T-15-1990-03:1) disebutkan bahwa, - agregat
halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegarsi secara “alami†dari batu atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
-agregat kasar, adalah kerikil sebagai hasil disintergarasi secara “alami†dari batu atau batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 540 mm.
AIR
Air yang dipakai untuk membuat campuran beton dan perawatan beton setelah mengeras harus
memenuhi syarat sebagai berikut: 4. Air tawar yang dapat diminum, 5. Air yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat organis atau bahan yang lain yang dapat merusak
beton atau tulangan.
Keuletan bahan
Diagram tegangan-regangan normal tipikal yang disajikan pada gambar di bawah ini. memper-
lihatkan hubungan antara tegangan dan regangan pada OA linier. Pada fase tersebut pening-katan
tegangan proporssional dengan peningkatan regangan, sedang di atas A diagram sudah tidak lagi
linier yang berarti bahwa peningkatan tegangan sudah tidak proporsional dengan peningkatan
regangan. Oleh karena itu tegangan pada titik A disebut sebagai tegangan batas proporsional.
(proporsional limit) atau batas sebanding, dan biasa diberi notasi fp. Pada daerah proporsional
(OA) berlaku hukum Hooke yang dinyatakan dengan:
f=Eɛ
Berdasarkan tinggi tegangan leleh, ASTM membagi baja dalam empat kelompok sebagai
berikut:
Carbon steels (baja karbon) dengan tegangan leleh 210—280 Mpa.
High-strength low-alloy steels (baja paduan rendah berkekuatantinggi) dengan tegangan leleh
280 – 490 Mpa.
Heat treated carbon and high-strength low alloy steels (baja paduan rendah dengan perlakuan
karbon panas) mempunyai tegangan leleh 322 – 700 Mpa.
Heat-treated constructional alloy steels (baja struktural paduan rendah dengan perlakuan panas)
dengan tegangan leleh 630 – 700 Mpa.
Gambar 3. Diagram Kuat tarik dan tegangan leleh baja pada berbagai temperatur
Retakan getas akibat efek temperatur, efek tegangan multiaksial, efek ketebalan, efek
pembebanan dinamik
Setelah temperatur diturunkan dengan tiba-tiba, maka peningkatan akan terjadi pada tegangan
leleh, kuat tarik, modulus elestisitas, dan tegangan lelah. Sebaliknya keuletan baja yang diukur
dari penyempitan tampang ataupun dari pertambahan panjang, turun akibat penurunan
temperatur. Lebih lanjut pada suatu temperatur tertentu yang relatif rendah, baja struktural
mungkin saja mengalami retak dengan sedikit atau tanpa perubahan bentuk plastis.
Keretakan yang terjadi karena tegangan tarik yang lebih rendah dari tegangan leleh, biasanya
disebut dengan keretakan getas. Keretakan getas (brittle fracture) umumnya terjadi pada baja
struktural jika terdapat kombinasi hal-hal yang merugikan dari tegangan tarik, antara lain laju
regangan pengaruh temperatur dan perubahan tampang secara mendadak. Perubahan bentuk
plastis hanya dapat terjadi jika terdapat tegangan geser. Tegangan geser selalu terjadi pada
pembebanan secara uniaksial atau biaksial, tetapi dalam tegangan triaksial dengan ketiga
tegangan sama besar tegangan geser menjadi nol. Oleh karena itu tegangan tarik triaksial
cenderung mengakibatkan keretakan getas, dan harus dihindari. Tegangan triaksial dapat terjadi
pada pembebanan uniaksial jika terdapat penyempitan tampang atau perubahan bentuk tampang
secara mendadak.
Keretakan getas dapat juga terjadi akibat pengerjaan secara dingin ataupun penuaan regangan.
Pembentukan secara dingin pengaruhnya dapat dikurangi dengan memilih jari-jari pembentukan
sedemikian sehingga regangan yang timbul terbatas.
Jika terdapat tegangan tarik sisa misalnya akibat pengelasan, maka tegangan sisa ini dapat
mengakibatkan tegangan yang jauh lebih besar dari tegangan akibat pembebanan. Keretakan
dapat terjadi jika tegangan sisa ini cukup tinggi. Untuk mengurangi pengaruh tegangan sisa, pada
baja struktural dapat dikenakan perlakuan panas (heat treatment).
Baja Sebagai Fungsi Struktur Bangunan
Dimana elemen – elemennya kemungkinan terdiri dari batang – batang tarik, balok, dan batang –
batang yang mendapatkan beban lentur kombinasi dan beban aksial. Kebanyakan konstruksi
bangunan tipikal termasuk dalam kategori ini. Bangunan berlantai banyak biasanya terdiri dari
balok dan kolom, baik yang terhubungkan secara rigid atau hanya terhubung sederhana dengan
penopang diagonal untuk menjaga stabilitas. Meskipun suatu bangunan berlantai banyak bersifat
tiga dimensional, namun biasanya bangunan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga lebih
kaku pada salah satu arah ketimbang arah lainnya. Dengan demikian, bangunan tersebut dapat
diperlakukan sebagai serangkaian rangka (frame) bidang. Meskipun demikian, bila perangkaan
sedemikian rupa sehingga perilaku batang – batangnya pada salah satu bidang cukup
mempengaruhi perilaku pada bidang lainnya, rangka tersebut harus diperlakukan sebagai rangka
ruang tiga dimensi. Bangunan – bangunan industrial dan bangunan – bangunan satu lantai
tertentu, seperti gereja, sekolah, dan gelanggang, pada umumnya menggunakan struktur rangka
baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian saja. Khususnya, sistem atap yang mungkin
terdiri dari serangkaian kerangka datar, kerangka ruang, sebuah kubah atau mungkin pula bagian
dari suatu rangka datar atau rangka kaku satu lantai dengan pelana. Jembatan pun kebanyakan
merupakan struktur rangka, seperti balok dan gelagar pelat atau kerangka yang biasanya
menerus.
PROSES DAPURKOPEL
mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang.
Proses
pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.
Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas mencapai 700 – 800 mm
dari dasar tungku.
besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam dimasukkan.
15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu kapur (CaCO3) dan
akan terurai menjadi:
akan bereaksi dengan karbon:
Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
mesin-mesin lain.
Daftar Pustaka:
Sumber: https://desaignercivil.blogspot.co.id/2010/06/bahan-pembentuk-beton.html
Sumber: http://top10iklan.blogspot.co.id/2012/11/baja-sebagai-fungsi-struktur-bangunan.html
Sumber: http://arafuru.com/material/macam-macam-jenis-beton-dan-fungsinya.html
Sumber: http://bestananda.blogspot.co.id/2015/06/karakteristik-baja.html
Sumber: https://junaidawally.blogspot.co.id/2013/05/karakteristik-dari-sifat-mekanik-beton.html
Sumber: http://www.ilmusipil.com/sifat-fisik-dan-mekanis-baja-bahan-bangunan