Anda di halaman 1dari 14

PRILAKU MEKANIK BETON NORMAL

DENGAN PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT


Oleh : I Gusti Made Sudika1), I Putu Suka Ardana2)

ABSTRAK

Salah satu kelemehan beton adalah sangat lemah terhadap gaya tarik, hanya 10 – 20 %
dari kekuatan tekannya. Oleh karenanya teknologi beton terus dikembangkan untuk peningkatan
mutu dan kekuatannya dalam berbagai kebutuhan struktur, misalnya dengan menambah
tulangan dari besi biasa, tulangan baja prategang ataupun serat (fibre).
Ide dasar dari penelitian inin adalah memberi tulangan pada beton dengan serat baja
yang disebarkan secara merata (uniform) kedalam adukan beton dengan orientasi random,
sehingga beton tidak mengalami retak-retak yang terlalu dini akibat beban luar maupun panas
hidrasi. Dengan demikian diharapkan beton mampu untuk mendukung tegangan-tegangan
internal (aksial, lentur dan geser).
Dalam penelitian ini digunakan serat dari kawat bendrat berdiameter 0.85 mm yang
dipotong-potong lurus sepanjang 60 mm, dengan kadar serat bervariasi 4%; 6%; 8% dan 10%
terhadap berta semen, faktor air semen 0.538 dan semen 325 kg/m3 (hasil rancangan), dengan
agregat Halus 40% dan Kasar 60% batu pecah dari Karang Asem dengan 3 jenis diameter: 10,
20 dan 30 mm. Nilai Slump pada beton normal ditetapkan 50 – 75 mm dan semen Type I ex
Gresik.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara satu sama lain dan
membandingkan hasilnya. Pengujian meliputi pengujian bahan, pengujian kuat tekan, pengujian
kuat tarik dan kuat lentur dengan benda uji beton silinder dan balok.
Dari analisis data hasil pengujian didapat adanya peningkatan Optimum sebaga berikut:
Kuat Tekan sebesar : 10.78% dengan kadar serat 6.7%; Kuat Tarik sebesar : 9.51% dengan
kadar serat 5.8% dan Kuat Lentur sebesar : 2.83% dengan kadar serat 5.6%. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan ada korelasi positif terhadap peningkatan kekuatan pada beton dengan
ditambahkan campuran serat kawat bendrat, namun dari kemudahan pengerjaan (Workability)
terjadi penurunan, ini terlihat dari penurunan nilai Slump sampai 10 mm pada kadar serat
tertinggi (kadar serat 10 %).

Kata kunci: Beton normal, Beton serat, Kawat bendrat.

mudah dibentuk sesuai kebutuhan, mampu


I. PENDAHULUAN
menerima kuat tekan dengan baik, tahan
1. Latar Belakang. aus, rapat air, ekonomis (dibuat dengan
Beton merupakan bahan yang bahan lokal yang mudah diperoleh) dan
banyak digunakan dalam bangunan. Beton mudah perawatannya sehingga beton sangat
ini sangat diminati karena merupakan bahan banyak digunakan untuk struktur-struktur
konstruksi yang mempunyai banyak besar maupun kecil.
kelebihan antara lain mudah dikerjakan,

1) Pengajar Pada PS Teknik Sipil UNR


2) Alumni PS Teknik Sipil UNR
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

Banyak penelitian yang telah dan kualitasnya dengan melakukan


dilakukan untuk mengenal lebih jauh berbagai uji coba dan penelitian untuk
perilaku beton dan material pembentuknya, menciptakan suatu temuan baru, atau paling
antara lain adalah sifat beton yang sangat tidak dapat mengembangkan dari penelitian
lemah dalam menerima tegangan tarik. terdahulu sehingga dapat menghasilkan
Berbagai cara dicoba untuk mengatasi produk teknologi beton yang makin
kelemahan sifat beton tersebut, antara lain bermutu dan efisien. Ide dasarnya yaitu
menambahkan tulangan pada daerah-daerah menulangi (memberi tulangan pada beton)
tertentu atau menambahkan serat-serat pada dengan serat baja yang disebarkan secara
adukan beton, dengan maksud untuk merata (uniform) kedalam adukan beton
meningkatkan potensi kekuatan dan dengan orientasi random, sehingga beton
memperbaiki sifat daktilitas beton normal. tidak mengalami retak-retak yang terlalu
Dalam struktur beton, parameter mutu yang dini akibat beban luar maupun panas hidrasi
dipakai adalah kekuatan tekan (K atau fc’), (Sorousihan dan Bayasi, 1987). Dengan
walaupun disebutkan kuat tarik beton ada demikian diharapkan beton mampu untuk
namun relatif rendah kira-kira 10 sampai 20 mendukung tegangan-tegangan internal
% dari kekuatan tekannya. (aksial, lentur dan geser).
Anggapan lain mengatakan bahwa
dalam perencanaan struktur, beton dianggap
hanya mampu menahan tegangan desak, 2. Rumusan Masalah
walaupun sebenarnya masih mampu Dari uraian latar belakang di atas

menahan tegangan tarik sebesar 27 kg/cm2 dapat dirumuskan permasalahan sebagai

(Suhendro, 1991), sehingga hal ini berikut: 1). Berapa besar potensi

dianggap tidak efisien terutama pada peningkatan kekuatan tekan, tarik dan

perencanaan yang didomonasi tarik dan lentur beton dengan penambahan serat

lentur. Bagian tarik pada balok akan potongan kawat bendrat dengan tidak

mengalami retak sekalipun hanya terjadi merubah proporsi campuran ?; 2). Berapa

tegngan yang tidak begitu besar. Secara persen kadar optimum kawat yang

structural kondisi ini sering diabaikan digunakan untuk kuat tarik dan lentur?; 3).

karena tegangan tarik telah didukung Bagaimana korelasi antara peningkatan

sepenuhnya oleh tulangan dalam jumlah kekuatan terhadap variasi kandungan serat

yang cukup dan ditempatkan secara benar. potongan kawat bendrat ?

Dengan perkembangan teknologi 3. Batasan Masalah


yang sangat pesat, teknologi beton makin Ruang lingkup pembahasan ini
dituntut untuk terus meningkatkan mutu dibatasi hanya pada: 1) Tinjauan prilaku

Page 2 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

mekanik hanya pada kuat tekan, kuat tarik 1. Beton mampu menahan gaya tekan
dan kuat lentur balok; 2) Material untuk dengan baik, serta mempunyai sifat
serat potongan kawat bendrat yang tahan terhadap korosi dan pembusukan
digunakan diameter 0,85 mm dalam bentuk oleh kondisi lingkungan.
potongan-potongan lurus dengan panjang 2. Beton segar dapat dengan mudah
60 mm; 3) Variasi kadar serat potongan dicetak sesuai dengan keinginan.
kawat: 0%; 4%; 6%; 8% dan 10% dari berat Cetakan dapat pula dipakai berulang
semen; 4) Semen yang digunakan adalah kali sehingga lebih ekonomis.
semen Portland Type I dalam kemasan 3. Beton segar dapat disemprotkan pada
kantong /zak 50 kg.; 5) Factor air semen permukaan beton lama yang retak
maksimum (f.a.s) : 0,6; 6) Berat semen maupun dapat diisikan kedalam retakan
3
maksimum : 350 kg/m ; 7) Pengujian benda beton dalam proses perbaikan.
uji dilakukan pada umur 28 hari. 4. Beton segar dapat dipompakan
sehingga memungkinkan untuk dituang
pada tempat–tempat yang posisinya
II. TINJAUAN PUSTAKA sulit.
2.1 Beton 5. Beton tahan aus dan tahan bakar,
Nilai kuat tekan beton jauh lebih sehingga perawatannya lebih murah.
tinggi dibandingkan kuat tariknya, dan
beton merupakan bahan yang getas. Nilai Kekurangan Beton :
kuat tariknya berkisar antara 9 – 15 % dari 1. Beton dianggap tidak mampu menahan
kuat tekanya. Dalam penggunaanya, beton gaya tarik, sehingga mudah retak. Oleh
sebagai komponen struktur bangunan karena itu perlu di beri baja tulangan
umumnya diperkuat dengan batang baja sebagai penahan gaya tarik.
sebagai tulangan. Baja tulangan ini sebagai 2. Beton keras menyusut dan
bahan yang dapat bekerjasama dengan mengembang bila terjadi perubahan
beton dan mampu membantu kelemahan suhu,sehingga perlu dibuat dilatasi
beton, terutama pada bagian beton yang (expansion joint) untuk mencegah
menerima tegangan tarik. (Dipohusodo, terjadinya retakan – retakan akibat
1996) terjadinya perubahan suhu.
Beton memiliki kelebihan dan 3. Untuk mendapatkan beton kedap air
kekurangan antara lain sebagai berikut secara sempurna, harus dilakukan
(Tjokrodimulyo 1996 : 2). dengan pengerjaan yang teliti.
Kelebihan Beton : 4. Beton bersifat getas (tidak daktail)
sehingga harus dihitung dan diteliti

Page 3 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

secara seksama agar setelah sampai 100 mm. Bahan serat dapat berupa :
dikompositkan dengan baja tulangan serat asbestos, serat tumbuh-tumbuhan
menjadi bersifat daktail, terutama pada (rami, bambu, ijuk), serat plastic
struktur tahan gempa. (polypropylene), atau potongan kawat baja.
Sifat-sifat mekanik dalam beton yaitu: Umumnya jenis serat yang dipakai untuk
1. Kekuatan Tekan (fc’) komposit adalah jenis Polymer Aramid atau
2. Kekuatan Tarik : 9 – 15 % fc’ Carbon. Masing-asing bahan serat tersebut
3. Modulus Elastisitas (Ec) : memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
0.002 – 0.003 penerapannya, untuk itu pemilihan jenis
4. Susut dan Rangkak. bahan serat perlu disesuaikan dengan
kebutuhan struktur yang akan ditingkatan
2.1.1 Beton Normal kemampuanya seperti yang tertera dalam
Beton Normal adalah beton yang tabel 2.2.
mempunyai berat isi antara 2200 – 2500 Tabel 2.2 Spesifikasi berbagai jenis fiber
kg/m3 , menggunakan agregat alam yang Berat Kuat Modulus Vf Diameter Panjang
Fiber Jenis Tarik Youngs % in in
dipecah atau tidak dipecah yang tidak t/m3 (Ksi) (103 Ksi)
0,0005 -
menggunakan bahan tambahan.(SK SNI T Baja 7,56 100 - 300 30 0,75 -3
0,04
0.5 - 1.5

Up to 0.004 -
– 15-1990-03). Ditinjau dari berat isi, Kaca 2,70
100
11 2-8
0,03
0.5 - 1.5

Up to Up to
beton dibedakan dalam 3 jenis yaitu: beton Plastik 0,41 0,14 - 1,42 1-3 0.5 - 1.5
100 0,10

ringan, beton biasa (normal) dan beton Karbon 1,60


Up to Up to
1-5
0.0004 -
0.02 - 0.5
100 100 0,0008

berat seperti terlihat dalam Tabel 2.1 Sumber: Sorousihan dan Bayasi, 1987
Tabel 2.1 Jenis Beton
2.1.3 Serat Kawat Baja (Steel Fiber)
Berat isi
Jenis Beton Jenis agregat yang digunakan Jika serat yang dipakai memiliki
Ton / m3
Batu tulis, Lempung,Terak dapur tinggi
Beton Ringan sampai 2,00 modulus elastisitas lebih tinggi daripada
dan Batu apung

Beton Biasa 2,00 - 2,90 Pasir, Kerikil / Batu pecah


beton, misalnya kawat baja, maka beton
serat akan mempunyai kuat tekan, kuat
Beton Berat > 2,80 Bijih besi
tarik, maupun modulus elastisitas yang
Sumber: Teknologi Bahan, 1983
sedikit lebih tinggi dari beton
2.1.2 Serat ( Fibre )
biasa.(Tjokrodimuljo 1996: 122)
Menurut ASTM dijelaskan bahwa
Secara umum kawat yang digunakan
serat setidaknya mempunyai panjang 100
sebagai fiber lokal tersebut antara lain,
kali diameternya dan minimal 5 mm. Serat
kawat biasa, kawat bendrat, dan kawat baja.
pada umumnya berupa batang batang
Diameter yang dipilih adalah ± 0,8 s/d 1.0
dengan diameter antara 5 dan 500 μm
mm. Selanjutnya ketiga macam kawat
(mikro meter) dan panjang sekitar 25 mm
tersebut dipotong dengan panjang ± 06 cm,

Page 4 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

sehingga secara visual telah menyerupai yang berupa serat. Serat pada umumnya
fiber baja yang dipakai di luar negeri. berupa batang-batang dengan diameter
Kawat bendrat tersebut mempunyai kuat antara 5 dan 500 μm (mikro meter) dan
2
tarik sebesar 38,5 N/mm , perpanjangan panjang sekitar 25 mm sampai 100 mm.
saat putus 5,5 % dan berat jenis 6,68. Nilai Bahan serat dapat berupa : serat asbestos,
aspect ratio 60-70 memberikan hasil yang serat tumbuhtumbuhan (rami, bambu, ijuk),
optimal karena pull-out resistance cukup serat plastik (polypropylene), atau potongan
tinggi dan memberikan kelecakan yang kawat baja (Tjokrodimuljo 1996: 122).
baik. Maksud utama dari penambahan
Mengingat berbagai peningkatan serat ke dalam beton adalah untuk
mechanical propertis (kuat desak, kuat menambah kuat tarik beton. Dengan adanya
tarik, tegangan kejut, dan daktilitas) dan serat, ternyata beton menjadi lebih tahan
dari segi harga persatuan berat kawat-lokal retak dan tahan benturan, jika masalah
tersebut (termurah adalah kawat bendrat, penyerapan energi diperlukan. Perlu
sedangkan kawat baja dan kawat biasa diperhatikan bahwa pemberian serat tidak
berturut-turut 10 kali dan 1,5 kali harga banyak menambah kuat tekan beton, namun
kawat bendrat), maka fiber kawat lokal hanya menambah daktilitas beton
yang paling optimal potensinya adalah yang (Tjokrodimuljo 1996: 50).
terbuat dari kawat bendrat. Oleh karena itu
penelitian-penelitan berikutnya difokuskan III METODE PENELITIAN
ke beton fiber lokal yang fibernya terbuat Metode yang diterapkan dalam
dari kawat bendrat, seperti yang tertera penelitian ini adalah metode eksperimen,
dalam Tabel 2.3. yaitu penelitian yang bertujuan untuk
Tabel 2.3 Sifat–sifat berbagai macam menyelidiki hubungan sebab akibat antara
kawat yang digunakan sebagai bahan satu sama lain dan membandingkan
fiberlokal . hasilnya. Pengujian yang dilakukan pada
Jenis Kuat Tarik Perpanjangan Specific Laboratorium Beton Politeknik Negeri Bali,
No Kawat (Mpa) pada saat putus Grafity
(%) meliputi pengujian bahan, pengujian kuat
1 Kawat Baja 230 10,5 7,77 tekan, pengujian kuat tarik dan kuat lentur.
2 Kawat Bendrat 38,5 5,5 6,68 Untuk pengujian yang dilakukan
3 Kawat Biasa 25 30 7,70
menggunakan standar SK SNI dan Petunjuk
Sumber: (Suhendro, 2000).
Praktikum Laboratorium Beton FT-UNR.

2.1.4 Beton Serat (Fiber Concrete)


Beton serat adalah bagian komposit
yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain

Page 5 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN Berat Isi agregat halus pasir Karang
4.1 Pemeriksaan Sifat Fisik Bahan Asem dalam kondisi padat, didapat 1,42
untuk Beton ton/m3 dan 1,32 ton/m3 untuk kondisi
Pemeriksaan Bahan yang dimaksud gembur. Menurut Tjokrodimuljo 1996 : 17
adalah melakukan pengujian sifat fisik
dalam penelitian disebutkan Berat Isi /
bahan untuk keperluan data perhitungn
perencanaan campuran beton sesuai dengan Berat Satuan berkisar antara 1,2 – 1,6
standar yang ditetapkan dalam SK SNI T-
ton/m3.
15-1990-03 sub pasal 2.3 ayat 1) disebutkan
‘perhitungan perencanaan campuran beton
Terhadap Kadar Lumpur Agregat
harus didasarkan pada data sifat-sifat
bahan yang akan dipergunakan dalam Halus pasir Karang Asem mengandung
produksi beton’. Bahan-bahan yang diuji
Lumpur sebesar 4,64 % (lampiran 06)
dalam penelitian ini adalah Semen, Agregat
kasar dan Agregat halus dari Karang Asem. hampir mencapai batas maksimum dari
batas 5,0 % dari yang disyaratkan SK SNI
4.1.1 Agregat Halus
dan SII 0052-80 tentang Mutu dan Cara Uji
Agregat Halus / Pasir yang
Agregat Beton.
digunakan berasal dari Karang Asem yang
diangkut lewat transportasi laut dan transit Untuk Kadar Air Agregat Halus
di Benoa / Agen material Pasir dan Kerikil. pasir Karang Asem mengandung sebesar
Peneriksaan Bahan untuk Agregat Halus ini 6,77 % dari hasil rata-rata tiga sample uji.
meliputi: Analisa saringan (Gradasi), Berat
Jenis dan penyerapan, Berat Isi Padat dan 4.1.2 Agregat Kasar
Gembur, Kadar Air serta Kadar Lumpur. Agregat Kasar untuk penelitian ini
Dari hasil Analisa Saringan juga berasal dari Karangasem yang diambil
Agregat Halus dari Karang Asem (lampiran dari agen material pasir dan kerikil di
02) termasuk agregat berbutir sedang yang Benoa. Untuk agregat kasar digunakan 3
ditunjukkan dengan kurva gradasi masuk jenis yaitu: jenis III (diameter maks. 30
dalam Zone 2. mm), jenis II (diameter maks. 20 mm) dan
Dari nilai rata-rata tiga sample yang jenis I (diameter maks. 10 mm).
diuji didapat BJ. SSD sebesar 2,51 ton/m3 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
(lampiran 04), BJ. Kering sebesar 2,43 Analisa Saringan, Berat Jenis dan
ton/m3 sedangkan Penyerapan Penyerapan, Berat Isi Padat dan Gembur,
(Absorption): 2,92 % Kadar Air dan Kekerasan Butiran ( Agregat
Agregat halus pasir Karang Asem ini Cruishing Value / ACV ).
termasuk agregat normal ( BJ. 2,5 – 2,7 ) Dari hasil analisa saringan didapat
ton/m3 sehingga dapat dipakai untuk beton gradasi diluar kurva 1 yaitu agregat jenis I
normal dengan kuat tekan 15-40 MPa sangat kasar / mayoritas berbutir kasar.
(Tjokrodimuljo 1996: 15).

Page 6 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

Agregat Jenis II berada pada batas Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Berat Isi
maksimal kurva gradasi sedang tapi Padat dan Gembur Agregat Kasar.
cendrung agak bergradasi kasar karena Sampel dan Jenis Agregat Kasar
berada/berimpit pada kurva 1 (batas bawah) No. Pemeriksaan Jenis III (30 mm) Jenis II (20 mm) Jenis I (10 mm)
1 2 3 1 2 3 1 2 3
walaupun untuk butir 4.75 mm dalam batas
1 Berat Isi Padat 1.375 1.361 1.381 1.600 1.600 1.600 1.500 1.500 1.500
sedang.
2 B.I Padat Rata-rata 1.37 1.60 1.50
Dari ketiga jenis agregat kasar ini, 3 Berat Isi Gembur 1.310 1.300 1.300 1.300 1.300 1.300 1.370 1.370 1.370
jenis I ini termasuk bergragadasi sangat 4 B.I Gembur Rata-rata 1.30 1.30 1.37

kasar, ini terbukti hasil analisa saringan Sumber: Hasil Penelitian

berada jauh diluar/dibawah kurva 1 yang 4.1.2.3 Kadar Air

mana merupakan daerah bergradasi sangat Kadar Air Agregat kasar untuk semua

kasar. jenis rata-rata dibawah 2% (dari 0,5 – 1,2 ),

4.1.2.1 Berat Jenis dan Penyerapan Air disamping secara test fisik secara visual

Pemeriksaan Berat Jenis Agregat jelas terlihat keadaannya sangat kering.

Kasar ini adalah berupa hasil rata-rata dari Kadar Air masing-masing adalah sebagai

masing-masing jenis agregat (I, II dan III) berikut :

yang ditampilkan dalam bentuk tabel 4.1, 1) Agregat Jenis III ( diameter butir 30

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis mm ) Kadar Air : 0,66 %

Masing-masing Jenis Agregat 2) Agregat Jenis II ( diameter butir 20

Sampel dan Jenis Agregat Kasar mm ) Kadar Air: 0,83 %


No. Pemeriksaan Jenis III (30 mm) Jenis II (20 mm) Jenis I (10 mm) 3) Agregat Jenis I ( diameter butir 10
1 2 3 1 2 3 1 2 3 mm ) Kadar Air: 1,15 %
1 Berat Jenis SSD 2.390 2.383 2.368 2.540 2.540 2.530 2.520 2.530 2.500
2 BJ. SSD Rata-rata 2.38 2.54 2.52 4.1.2.4. Kekerasan (Hardness)/ Agregat
3 Berat Jenis K. Oven 2.318 2.315 2.278 2.480 2.480 2.470 2.450 2.450 2.410 Cruishing Value (ACV)
2
4 BJ. K. Oven Rata 2.30 2.48 2.44
5 Penyerapan (%) 3.090 2.945 3.931 2.420 2.340 2.420 2.882 3.513 3.697 Pemeriksaan Kekerasan agregat
6 Penyerapan Rata-rata (%) 3.32 2.39 3.36 kasar ini menggunakan alat uji kekerasan
Sumber: Hasil Penelitian
bejana tekan Rudolf yang memberikan
4.1.2.2. Berat Isi Padat dan Gembur
batasan nilai ACV maks 30 % untuk beton
Berat Isi padat dan Gembur
perkerasan jalan dan 45% untuk keperluan
masing-masing Jenis Agregat seperti
lain. Untuk agregat kasar dalam penelitian
ditampilkan dalam tabel 4.2
ini didapat nilai ACV untuk masing-masing
jenis dalam tabel 4.3 sebagai berikut, (data
pemeriksaan lampiran 16.a dan 16.b).

Page 7 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

Tabel 4.3 Kekerasan Agregat kasar batu pecah dengan butir maksimum 30 mm,
semen tipe 1 dengan merk Gresik ukuran 50
Jenis dan Sampel Agregat Kasar
No. Pemeriksaan Jenis III Jenis II Jenis I Kg, air dari laboratorium bahan Jurusan
1 2 3 1 2 3 1 2 3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali, dan
1 Kekerasan (%) 0.60 0.75 0.00 0.49 0.84 0.00
0.68 0.67 0.00
serat kawat bendrat lurus dengan ukuran
2 Rata-rata (%)
Sumber: Hasil Penelitian panjang 60 mm, diameter 0,85 mm.
Rancangan campuran Beton ini
Untuk Agregat jenis I tidak
menurut SK SNI T-15-1990-03 tentang
dilakukan pemeriksaan Kekerasan karena
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
tidak memenuhi ketentuan persyaratan
Beton Normal. Adapun ketentuan dan
pemeriksaan, dimana agregat yang
anggapan yang diambil sebagai berikut:
dilakukan pemeriksaan harus lolos
1) Kuat Tekan yang disyaratkan /
saringan diameter 14 mm dan tertahan pada
ditetapkan = 22.5 MPa (N/mm2)
saringan diameter 10 mm karena agregat
untuk umur beton 28 hari, benda uji
jenis I berbutir maks. 10 mm.
berbentuk silinder dan jumlah yang
4.1.3 Semen Portland mungkin tidak memenuhi syarat =
Secara umum semen yang beredar
5%.
dipasaran sudah berdasarkan SII sesuai
2) Semen yang dipakai : semen
dengan typenya, untuk
Portland tipe I (semen Gersik).
kebutuhan/penggunaan umum yang
3) Tinggi Slump disyaratkan = 50 –
digunakan adalah semen type I. Dalam
75 mm (untuk perkerasan jalan).
penelitian ini pemeriksaan dilakukan
4) Ukuran besar butir maksimum
sebatas untuk keperluan data perencanaan
agregat kasar = 30 mm.
campuran beton yaitu pemeriksaan Berat
5) Nilai Faktor Air Semen (fas)
Jenis dan Berat Isi Padat dan Gembur.
maksimum = 0.60.
6) Kadar semen minimum = 325
Berat Jenis Semen didapat 3,15
kg/m3 (beton diluar ruangan, tidak
Kg/lt. (berdasarkan hasil pemeriksaan BJ.
terlindung dari terik matahari dan
yang sering dilakukan di Laboratorium),
hujan langsung).
sedangkan Berat Isi Semen Padat didapat
7) Susunan butir / gradasi agregat
1,36 Kg/lt. dan Gembur 1,33 Kg/lt.
halus ditetapkan memenuhi / masuk
4.2 Perencanaan Campuran Beton dalam daerah susunan butir (zone)
Bahan campuran beton yang 2.
dipakai meliputi agregat halus dan Kasar 8) Agregat yang dipakai pasir dan
dari Karang Asem, agregat kasar berupa batu pecah Karang asem dengan

Page 8 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

data pemeriksaan bahan ( Berat Jumlah Agregat Kasar masing-masing jenis


Jenis SSD, Penyerapan air dan sesuai dengan prosentase campuran:
Kadar Air) sebagai berikut (Tabel. Jenis I : 20 %
4.4). 0.20
 x 1086.00 = 362.00 kg.
Tabel. 4.4 Data Pemeriksaan Bahan 0.60
Jenis II: 20 %
agregat kasar dan halus .
0.20
AGREGAT  x 1086.00 = 362.00 kg.
No. SIFAT Satuan 0.60
Halus Kasar I Kasar II Kasar III
Jenis III: 20 %
1 Berat Jenis SSD T/m 3
2.51 2.52 2.54 2.38 0.20
 x 1086.00 = 362.00 kg
2 Penyerapan Air % 2.92 3.36 2.39 3.32 0.60
Koreksi Proporsi Campuran ini setelah
3 Kadar Air % 6.67 1.15 0.83 0.66
dihitung didapat sebagai berikut:
Sumber: Hasil Penelitian
1 Semen = 325.00 kg/m3 ------------ 1.00
Selanjutnya perhitungan dibuat dalam
2 Agregat Halus = 751.15 kg/m3 ------------ 2.31
bentuk Daftar Isian (Formulir) dan
3 Agregat Kasar = 1062.72 kg/m3 ------------ 3.27
didapatkan susunan campuran beton teoritis 4 Air = 171.13 kg/m3 ------------ 0.53
3
per m beton sebagai berikut:
1 Semen = 325.00 kg. ---------- 1.00
Volume 6 silinder dan 3 balok =
2 Agregat Halus = 724.00 kg. ---------- 2.23
3 Agregat Kasar = 1086.00 kg. ---------- 3.34
Silinder = 6 x 3.14 x 0.0752 x 0.30 = 0.032 m3
4 Air = 175.00 kg. ---------- 0.54 Balok = 3 x 0.10 x 0.10 x 0.60 = 0.018 m3
Kebutuhan Bahan campuran teoritis untuk 6
Untuk mendapatkan proporsi campuran
Silinder 15x30 dan 3 Balok 10x10x60 cm
bahan yang sesuai dengan kondisi bahan
ditampilkan dalam bentuk Tabel 4.5
yang ada maka dilakukan koreksi Proporsi
berikut:
Campuran. Koreksi ini dilakukan dengan
Tabel 4.5 Kebutuhan Bahan campuran
memperhatikan Kadar Air dan Penyerapan
untuk 6 bh silinder dan 3 balok.
masing-masing agregat seperti berikut:
No. Bahan Satuan 6 Silinder 3 Balok 1x perlakuan
1) Air = B - (Ck - Ca)xC/100 - (Dk - Da)xD/100
1 Semen kg 10.40 5.85 16.25
2) Agregat Halus = C + (Ck - Ca)xC/100
2 Agrt. Halus kg 24.04 13.52 37.56
3) Agregat Kasar = D + (Dk - Da)xD/100
3 Agrt. Kasar I (20 %) kg 11.34 6.38 17.71

Agrt. Kasar II (20 %) kg 11.34 6.38 17.71


dimana:
B = Jumlah Air (kg/m3) Agrt. Kasar III (20 %) kg 11.34 6.38 17.71

C = Jumlah Agregat Halus (kg/m3) 4 Air kg 5.48 3.08 8.56


D = Jumlah Agregat Kasar (kg/m3) 5 Serat 0 % x Semen kg 0.00 0.00 0.00
Ca = Penyerapan air Agregat Halus (%) 0.42 0.23
6 Serat 4 % x Semen kg 0.65
Da = Penyerapan air Agregat Kasar (%) 0.62 0.35
7 Serat 6 % x Semen kg 0.98
Ck = Kadar Air agregat Halus (%)
8 Serat 8 % x Semen kg 0.83 0.47 1.30
Dk = Kadar Air agregat Kasar (%)
9 Serat 10 % x Semen kg 1.04 0.59 1.63

Page 9 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

4.3 Pembahasan Selain itu juga karena terjadinya balling


4.3.1 Kelecakan Campuran effect, yaitu penggumpalan serat pada saat
Kelecakan campuran beton proses pengadukan.
diekspresikan dengan nilai Slump, yang
mana nilai Slump ini bervariasi sesuai 4.3.2 Kuat Tekan Beton
dengan jenis struktur yang dibangun yaitu Hasil pengujian Kuat Tekan
berkisar antara 5 dan 12.5 cm. Makin besar disajikan dalam bentuk Tabel 4.8
nilai Slump berarti adukan beton semakin Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kuat Tekan
encer dan ini berarti semakin mudah Benda uji Silinder Beton.
dikerjakan, begitu juga sebaliknya jika nilai Kadar
Serat
Beban Fc Fc Rata-rata Peningkatan
Code
Slump kecil berarti beton makin kental dan (%) (Kn) (Mpa) (Mpa) Fc (%)
X1 560 31.706
semakin sulit untuk dikerjakan 0 X2 580 32.838 33.215 0.000
X3 620 35.103
(Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi X1 660 37.367
4 X2 600 33.970 34.725 4.545
Beton).
X3 580 32.838

Dalam penelitian ini nilai Slump untuk X1 620 35.103


6 X2 660 37.367 36.235 9.091
berbagai kadar serat kawat didapat seperti X3 640 36.235
X1 660 37.367
yang ditampilkan dalam gambar 4.1.5. 8 X2 640 36.235 37.367 12.500
X3 680 38.500
Grafik nilai Slump de ngan Kadar X1 600 33.970
se rat Kawat 10 X2 620 35.103 34.725 4.545
X3 620 35.103
50 Sumber: Hasil Penelitian
Nilai 40
30
Slump 20 Kuat Tekan Beton dengan kadar
(mm) 10
0
0 4 6 8 10 serat 0% (tanpa serat) yang didapat dari
Kadar serat Kawat %
pengujian Kuat Tekan benda uji silinder =
3-D Column 1 33.215 MPa; lebih kecil 0.765 MPa dari
Sumber: Hasil Penelitian Kuat Tekan Beton yang ditargetkan (
Gambar: 4.1 Grafik Nilai Slump dengan 33.980 MPa ) pada Mixdesign.
Kadar serat Kawat. Kuat Tekan Maksimum didapat pada kadar
Terlihat bahwa nilai Slump menurun seiring serat 8 % sebesar 37.367 MPa dengan
dengan meningkatnya kadar serat Kawat, pningkatan sebesar 12.50 % dari Kuat
hal ini terjadi karena campuran beton makin Tekan kadar serat 0 %.
mengental. 4.3.3 Kuat Tarik Tak Langsung Beton
Secara umum dapat dikatakan bahwa
semakin banyak jumlah serat yang Hasil pengujian Kuat Tarik Tak
dicampurkan dalam adukan beton, maka Langsung disajikan dalam bentuk Tabel 4.9
nilai workability akan semakin menurun. berikut:

Page 10 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

Rumus yang digunakan untuk menghitung


Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kuat Tarik tak Kuat Lenturnya adalah rumus 23) dan
Langsung. hasilnya seperti yang terlihat dalam tabel
Kadar Serat
Code
Beban Ft Ft Rata-rata Peningkatan 5.0 berikut:
(%) (Kn) (Mpa) (Mpa) Ft (%)
Y1 280 3.963
0 Y2 235* 3.963 0.000
Y3 280 3.963 Tabel 5.0 Hasil Pengujian Kuat Lentur
Y1 280 3.963
4 Y2 290 4.105 4.246 7.143 Balok Beton
Y3 300 4.246
K. Serat Beban Fl Fl Rata-rata Peningkatan a
Y1 310 4.388 Code
(%) (Kn) (Mpa) (Mpa) Fl (%) (mm)
6 Y2 260* 4.388 10.714 Z1 11.00 4.95 185
Y3 310 4.388
0 Z2 11.50 5.18 4.950 0.000 145*
Y1 300 4.246
Z3 10.50 4.73 185
8 Y2 300 4.246 4.293 8.333 Z1 12.00 5.40 245
Y3 310 4.388 225
4 Z2 11.00 4.95 5.100 3.030
Y1 270 3.822 Z3 11.00 4.95 265
10 Y2 280 3.963 4.105 3.571 Z1 11.50 5.18 195
Y3 290 4.105 205
6 Z2 12.00 5.40 5.100 3.030
Sumber: Hasil Penelitian Z3 10.50 4.73 185
*: data tidak terpakai. Z1 11.50 5.18 235
8 Z2 11.50 5.18 5.025 1.515 235
Z3 10.50 4.73 255
Kuat Tarik Beton dengan kadar Z1 11.00 4.95 225
10 Z2 11.50 5.18 5.025 1.515 195
serat 0 % adalah 3.963 MPa; setelah Z3 11.00 4.95 235

Sumber: Hasil Penelitian


dihitung terhadap Kuat Tekan Beton pada
a: Jarak runtuh balok terhadap tumpuan
kadar serat yang sama (0 %) kekuatan terdekat ditengah bentang
*: Jarak runtuh balok terhadap tumpuan
tariknya adalah sebesar 11.931 % (berada
diluar tengah bentang
antara 10 – 15 % dari Kuat Tekan).
Kuat Tarik Maksimum didapat pada kadar Pada pengujian Kuat Lentur Balok
serat 6 % sebesar 4.388 MPa dengan ini kekuatan yang didapat sebesar 14.90 %
peningkatan sebesar 10.714 % dari Kuat terhadap Kuat Tekan Beton, dengan
Tarik kadar serat 0 %. kekuatan Lentur Maksimum antara kadar
4.3.4 Kuat Lentur Balok Beton serat 4 – 6 % sebesar 5.100 MPa;
Setelah dilakukan pengujian Kuat peningkatan sebesar 3.030 %.
Lentur dan mengamati prilaku keruntuhan Untuk mendapatkan gambaran
balok beton, ternyata keruntuhan secara peningkatan kekuatan dari ketiga pengujian
kesluruhan berada didaerah tengah bentang tersebut, berikut ditampilkan dalam satu
( Modulus of Rufture ) dan hanya 1 balok frame grafik seperti gambar 4.2 berikut;
saja yang terjadi diluar daerah tengah
bentang ( daerah tarik) yaitu balok dengan
kadar serat 0 % (beton Normal) code Z2
sebesar 145 mm.

Page 11 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

40

37. 367 40

35 36. 235 Kuat

Kuat Tekan (MPa)


34. 725 38
34. 725
T ekan 37.367
33. 215
y = -0. 0719x 2
+ 0. 9671x + 32. 942 36 36.235
30 Kuat
T ar ik 34.725 34.725
34
25 KuaT 33.215
y = 0.2601x + 33.797
Lent ur 32
R2 = 0.3949
20 Po ly. 30
( Kuat 0 2 4 6 8 10 12
T ekan)
15 Po ly. Kadar serat Kawat (%)
( KuaT
Lent ur )
10 Po ly. Data Linear (Data)
y = -0. 0044x 2
+ 0. 0489x + 4. 9564
( Kuat
5. 1 5. 1
T ar ik)
5
4. 95 5. 025 5. 025
Gambar 4.3 Grafik Korelasi Kuat Tekan
4. 246 4. 388 4. 293 4. 105
3. 963

y = -0. 0119x 2
+ 0. 1362x + 3. 9503
dengan Kadar Serat Kawat
0

0 5 10 15

K a d a r S e r a t K a wa t ( %)
Korelasi Kuat Tarik dengan Kadar serat
Kawat dihitung dengan cara yang sama dan
Gambar 4.2 Grafik Polynomial Hubungan didapat seperti gambar 4.3 dengan
Kuat Tekan; Kuat tarik dan Kuat Lentur
dengan serat kawat. persamaan garis Y = 0.0192 + 4.0917

Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa 6


5.5
peningkatan paling besar terjadi pada Kuat
5
Kuat Tarik (MPa)

Tekan dengan kadar serat kawat optimum 4.5 4.388 4.293


4.246
sebesar 6.7 % , kemudian pada Kuat Lentur 4 4.105
3.963
dengan kadar serat kawat optimum sebesar 3.5 y = 0.0192x + 4.0917
3 R2 = 0.1952
5.5 – 5.6 % , dan terendah pada Kuat Tarik
2.5
dengan kadar serat optimum sebesar 5.7 – 2
6.0 %. 0 2 4 6 8 10 12
Kadar Serat Kawat (%)

Data
Linear (Data)
4.3.5 Korelasi Linear (Data)
Gambar 4.4 Grafik Korelasi Kuat Tarik
Untuk mencari korelasi
dengan Kadar Serat Kawat
peningkatan kekuatan terhadap variasi
kadar serat kawat dihitung dengan Analisis Begitu juga dengan Kuat Lentur Balok
Regresi Linier metode Kuadrat Terkecil dan didapat persamaan garis
didapat Grafik Kurva Linier Kuat Tekan Y = 0.0056x + 5.0088 seperti ditampilkan
dengan Kadar Serat Kawat seperti Gambar pada gambar 4.5
4.3 dengan persamaan garis Y = 0.2601x +
33.797

Page 12 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

y = 0.0056x + 5.0088
mengurangi kelecakan (workability).
5.12
5.1 5.1 5.1 R2 = 0.1168 Hal ini ditunjukkan dengan menurunya
Kuat Lentur (MPa) 5.08
5.06 nilai Slump setiap ditingkatkanya kadar
5.04
5.02 5.025 5.025 serat kawat bendrat tersebut.
5
4.98 2. Penambahan serat kawat bendrat
4.96
4.94
4.95
kedalam campuran beton dapat
0 2 4 6 8 10 12

Kadar SeratKawat (%) meningkatkan kekuatan beton sampai


Data Linear (Data) pada kadar tertentu.
Peningkatan kekuatan dari berbagai
Gambar 4.5 Grafik Korelasi Kuat Lentur
dengan Kadar Serat Kawat tinjauan prilaku disajikan dalam bentuk
tabel 5.1 berikut:
Untuk mendapatkan gambaran dari
Tabel: 5.1 Peningkatan Kekuatan dan
ketiga korelasi tersebut berikut ditampilkan
Kadar serat Optimum
grafik korelasi antara Kuat Tekan, Kuat
Tinjauan Kekuatan (Mpa) Kadar serat
Tarik dan Kuat Lentur dengan kadar serat No.
Prilaku mekanis serat 0 % Maksimum naik (%) Optimum optimum (%)
kawat dalam satu frame seperti gambar 4.6.
1 Tekan 33.215 37.367 12.50 36.196 6.7
Kuat
2 Tarik 3.963 4.388 10.71 4.340 5.8
40
Tekan
37.367
36.235

Kuat
35
34.725
34.725
Tarik 3 Lentur 4.950 5.100 3.03 5.0921 5.6
33.215

30
y = 0.2601x + 33.797
R2 = 0.3949
Kuat Sumber: Hasil Penelitian
Lentur
25
Linear
3. Penambahan serat kawat bendrat dalam
Kekuatan Beton (MPa)

(Kuat
20 Tekan) campuran beton memang berpengaruh
Linear
(Kuat terhadap peningkatan kekuatanya, hal
15
Lentur)
Linear
10
y = 0.0056x + 5.0088 (Kuat ini dapat dilihat dari grafik korelasi yang
R2 = 0.1168 Tarik)
4.95 5.1 5.1 5.025 5.025
menunjukkan nilai positif yaitu dengan
5
4.105
4.246 4.388 4.293
3.963
y = 0.0192x + 4.0917
R2 = 0.1952
ditingkatkannya kadar serat kawat
0
0 2 4 6 8 10 12

Kadar Serat Kawat (%) sampai pada batas optimum maka


kekuatanyapun akan meningkat.
Gambar 4.6 Grafik Korelasi antara Kuat
Tekan, Kuat Tarik dan Kuat Lentur dengan
kadar serat kawat.
4. Penambahan serat kawat bendrat dalam
campuran beton dapat memperlambat
V. KESIMPULAN DAN SARAN
terjadinya keruntuhan beton, hal ini
5.1 Kesimpulan
dapat dilihat/diamati saat dilakukan
Dari uraian dan analisis di atas dapat
pengujian tekan dan tarik kecuali lentur,
diambil kesimpulan sebagai berikut:
dimana beton tidak terjadi pecah
1. Penambahan serat kawat bendrat
meledak seketika jika pembebanan
kedalam campuran beton akan

Page 13 of 14
Jurnal Teknik Gradien, Teknik Sipil dan Perencanaan Univ. Ngurah Rai,
ISSN No. 2085-2932, Vol.3, No. 2, September 2011

diteruskan melebihi kekuatan runtuh DAFTAR PUSTAKA


beton, melainkan beton terjadi retak- Dipohusodo, I. 1990. Struktur Beton
Bertulang Berdasarkan SK SNI-T-15-
retak sampai penurunan pembebanan.
1991-03 Departemen Pekerjaan
Umum RI. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jaskarta.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian Ferguson, M Phil, 1986. Dasar-dasar Beton
Bertulang. Erlangga : Jakarta.
tentang pengaruh penambahan serat kawat
bendrat terhadap prilaku mekanis beton Jurusan Teknik Sipil. Pedoman Praktikum
Laboratorium Material. Politeknik
normal, perlu untuk diperhatikan bebrapa
Negeri Bali SK SNI T-15-1990-03.
hal berikut: Tata Cara Pembuatan Rancangan
Campuran Beton Normal.
1. Cara pengerjaan atau penaburan serat
kawat dalam campuran beton agar Mulyono, T.2003. Teknologi Beton. Andi:
Yogyakarta.
dilakukan secara ditebar sedikit demi
sedikit, untuk menghindari terjadinya Samekto dan Rahmadiyanto, 2001.
Teknologi Beton. Kanisius:
penggumpalan (balling effect).
Yogyakarta.
2. Sehubungan dengan terjadinya
Suhendro, B. 2000. Beton Fiber Konsep,
penurunan nilai Slump yang diakibatkan
Aplikasi dan Permasalahannya,
oleh peningkatan kadar serat kawat Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
maka akan diikuti pula oleh penurunan
Sorousihan, P dan Bayasi, Z. 1987. Consep
kemudahan pengerjaan (workability) of Fibre Reinforced Concrete,
Proceding of the International
yang akan berpengaruh pada kwalitas
Seminar on Fibre Reinforced
beton, maka perlu dilakukan perbaikan Concrete. Michigan State University:
Michigan.
nilai Slump, misalnya dengan
penggunaan bahan tambah (super Tjokrodimulyo, K. 1996. Teknologi Beton.
Nafiri: Yogyakarta.
plasticizer) untuk mempertahankan nilai
Slump tersebut. Triatmojo, B. 2002. Metode Numerik. Beta
Offset; Yogyakarta.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dan lebih akurat dengan meperbanyak Paul Nugraha dan Antoni, 2007. Teknologi
Beton (Dari Material, Pembuatan, ke
jumlah benda uji seperti yang
Beton Kinerja Tinggi). Andi:
disyaratkan dalam SNI untuk bisa Yogyakarta
mewakili hasil yang diharapkan.

Page 14 of 14

Anda mungkin juga menyukai