Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BETON PRATEKAN STUDY KASUS

PEMASANGAN PELAT LANTAI

Nama Anggota Kelompok:

 Ilhamsyah Setyaldi (01.2017.1.05414)


 Imam Suroto (01.2017.1.05416)
 Radhitio xnxx (01.2018.1.05xxx)

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas pertama dari mata kuliah Beton
Pratekan dengan judul “Beton Pratekan Pada Pelat Lantai”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Dosen Beton Pratekan kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton Pratekan

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pratekan

2.3 Study Kasus Beton Pratekan

2.4 Perbedaan Pelat Prategang dan Pelat Konvensional

2.5 Perbedaan Metode Pratension dan Post Tension

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Struktur beton prategang didisain berdasarkan konsep persamaan


keseimbangan tegangan yg terjadi pada struktur. Dengan memanfaatkan
kemampuan beton untuk menahan gaya tekan yang cukup besar, gaya
prategang dapat diberikan ada struktur melalui plat angker dengan
mengunakan tendon prategang.

Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan


dalam konstruksi. Dengan demikian lulusan dari setiap program teknik sipil
harus mempunyai, sebagai persyaratan minimum, pemahaman mengenai
dasar – dasar beton prategang melingkar dan linear.

Dengan demikian mahasiswa perlu mengetahui lebih dalam tentang


beton prategang sehingga diperlukan pembuatan makalah tentang beton
prategang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kelebihan dan kekurangan dari beton pratekan?

2. Study kasus penerapan beton pratekan!

3. Analisa metode dari study kasus tersebut!

1.3 Tujuan

Biar dapat nilai dan tidur pun tenang.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton Pratekan

Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal


dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi
sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal. (ACI).

Dalam definisi lain, beton prategang merupakan beton bertulang


yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik
potensial dalam akibat beban kerja. (SNI 03-2847-2002).

Beton prategang juga dapat didefinisikan sebagai beton dimana


tegangan tariknya pada kondisi pembebanan tertentu dihilangkan atau
dikurangi sampai batas aman
dengan pemberian gaya tekan permanen, dan baja prategang yang di
gunakan untuk keperluan ini ditarik sebelumbeton mengeras (pratarik) atau
setelah beton mengeras (pascatarik).

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pratekan

Beton prategang mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan


dengan beton konvensional, antara lain :
1. Beton prategang memiliki risiko mengalami retak terbuka di daerah
tarik yang sangat minim. Hal ini membuat konstruksinya jauh lebih
tahan terhadap korosi.
2. Karakteristik beton prategang yaitu kedap air. Jenis beton ini sangat
bagus digunakan untuk pelaksanaan proyek pembangunan yang
lokasinya dekat dengan perairan.
3. Lendutan akhir setelah beban rencana bekerja pada beton prategang
lebih kecil daripada beton bertulang. Penyebabnya yaitu
terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum beban
rencana bekerja.
4. Beton prategang mempunyai efisiensi yang tinggi. Dimensi
penampang strukturnya akan lebih kecil dan langsing karena seluruh
luas penampangnya dipergunakan secara efektif.
5. Jumlah kebutuhan baja untuk pembuatan beton prategang lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah besi penulangan yang
digunakan untuk membangun konstruksi beton konvensional.
6. Bangunan yang dibuat menggunakan beton prategang mempunyai
ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap puntir yang
meningkat.
7. Volume beton yang digunakan dalam pembuatan beton prategang
jauh lebih sedikit. Manfaatnya adalah kita bisa menghemat anggaran
biaya.
8. Jumlah besi dan baja yang dipakai untuk produksi beton prategang
pun lebih sedikit. Hal ini berbanding lurus dengan anggaran yang
diperlukan untuk membelinya.
9. Beton prategang akan semakin lebih menguntungkan apabila dibuat
dalam jumlah yang besar sekaligus.
10. Beton prategang hampir tidak membutuhkan biaya khusus untuk
pemeliharaan. Beton ini juga mempunyai daya tahan yang lebih
baik.
11. Kita bisa menggunakan balok yang ukuran bentangannya lebih
panjang memakai konsep beton prategang. Balok ini sangat
dibutuhkan untuk membuat bangunan bentang lebar.
12. Waktu pelaksanaan pembangunan konstruksi pun bisa dipercepat
dengan pemakaian beton prategang sebagai material utamanya.
13. Beton prategang mampu mengakomodir kemungkinan susut dan
rangkak dengan sangat baik.
14. Gaya pratekan yang dimiliki oleh beton prategang dapat mengurangi
kecenderungan terjadinya retak-retak miring.
15. Beton prategang dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya
lendutan karena bahan materialnya memiliki kualitas yang tinggi.
Penampangnya bisa berfungsi secara penuh.
16. Pemakaian tendon yang melengkung pada beton prategang dapat
bertindak sebagai kekuatan yang membantu untuk memikul geser
yang lebih konsisten daripada beton konvensional.
Beton prategang juga mempunyai beberapa kekurangan yang meliputi :
1. Harga satuan material untuk membuat beton prategang lebih mahal
daripada beton konvensional. Penyebabnya tidak lain karena mutu
material tersebut jauh lebih baik.
2. Dibutuhkan proses pengerjaan yang lebih rumit untuk membuat
beton prategang. Begitu pula dengan proses perhitungannya pun
membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi.
3. Beton prategang memerlukan pengangkeran ujung serta plat landas
sebagai salah satu elemen yang menyusun konstruksinya.
4. Pengontrolan di setiap tahap pelaksanaan pembangunan
menggunakan prategang membutuhkan pengawasan yang sangat
ketak baik dari segi material, peralatan, maupun tenaga kerjanya.
5. Proses pembuatan beton prategang membutuhkan alat-alat yang
lebih canggih. Kita tidak bisa hanya memakai peralatan seadanya
seperti dalam pembuatan beton bertulang.
6. Karena pembuatan beton prategang harus dilakukan oleh pekerja
yang mempunyai keahlian yang memadai, maka anggaran untuk
upah pekerja juga menjadi lebih tinggi.

2.3 Study Kasus Beton Pratekan


Study kasus yang kelompok kami ambil adalah pemasangan pelat
lantai Plaza Indochina di Hanoi, Vietnam dengan sistem pemberian gaya
prategang. Untuk mengetahui metode prategang yang digunakan adalah pra
tension atau post tension bisa dianalisa melalui langkah-langkah pengerjaan
pemasangan pelat tersebut. Berikut langkah-langkah pengerjaan pelat di
Plaza Indochina Hanoi, Vietnam;
1. Langkah pertama

Pada gambar diatas dapat dianalisa bahwa;

pertama bekisting beton dipasang di tempat yang sesuai dengan


rencana letak komponen struktur dengan sekaligus dipasangi pipa
selongsong lentur yang dibuat dari plastikatau metal. yang akan
menyelubungi tendon. Selanjutnya, tendon baja dengan kekuatan
1860 N/mm2 dimasukkan ke dalam pipa selongsong yang sudah
disiapkan. Dari langkah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
baja tidak diregangkan sebelum pelat lantai dicor yang berarti
metode yang digunakan adalah Post Tension

Kedua pipa selongsong tendon diletakkan didalam bekisting dengan


posisinya diatur dan ditahan untuk membentuk pola tertentu sesuai
dengan momen perlawanan yang direncanakan. Jika dilihat pada
gambar bentuk baja atau selongsongnya tidak lurus atau dengan kata
lain agak kebawah dan itu adalah ciri dari metode prategang dengan
cara Post Tension

2. Langkah kedua

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa proses pengecoran


sudah selesai. Tunggu pengerasan beton secukupnya sampai setelah
28 hari, beton akan mencapai kekuatan yang ideal yang disebut
dengan kuat tekan karakteristik. Kuat tekan karakteristik adalah
tegangan yang telah melampaui 95% dari pengukuran kuat tekan
uniaksial yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu dengan
kubus ukuran 15x15 cm, atau silnder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm. Beton yang digunakan dalam pembuatan beton
prategang adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi
dengan nilai f’c minimal 30 Mpa. Dari langkah kedua dapat
dianalisa bahwa pengecoran dilakukan sebelum peregangan tendon
baja yang berarti termasuk metode Post Tension
3. Langkah ketiga
Tendon ditarik dengan menggunakan jacking di satu u!ung
dan angkur mati atauplat penahan pada ujung lainnya. Fungsi angkur
digabungkan dengan cara-cara yang mencengkram tendon agar
tidak terjadi slip (penggelinciran) dalam rangka upaya agar beban
atau tegangan tarikan tetap bertahan pada tendon. Pada saat
penarikan tendon, sudah terjadi kehilangan gaya prategang berupa
:perpendekan elastis, kehilangan tegangan akibat gesekan dan
sebagian momen beban mati sudah bekerja sebagai dampak dari
posisi lengkung tendon. Setelah proses Jacking selesai, selanjutnya
dilakukan pemotongan tendon sisa. Dari gambar diatas dapat dilihat
bahwa proses Jacking dilakukan setelah beton mengeras yang
berarti termasuk metode Post Tension.

4. Langkah 4

Apabila digunakan tendon bonded , terutama pada


lingkungan korosif, ruang kosongdi dalam pipa selongsong yang
mengelilingi tendon, harus diisi penuh pasta semendengan cara
disuntikkan ( grouting ) setelah tendon ditarik atau sebelum beban
hidup bekerja. Apabila demikian halnya, maka tegangan akibat
beban hidup dihitungberdasarkan penampang transformasi seperti
yang dilakukan pada cara pra tension. Proses Grouting hanya ada di
metode Post Tension.
2.4 Perbedaan Pelat Prategang dan Konvensional

No Pelat Konvensional Pelat Prategang

1 Beton dan tulangan baja normal Beton dan baja mutu tinggi

2 Penampang tidak efektif Penampang efektif bekerja

3 Mengalami retak Tanpa retak

4 Gaya geser yang besar > sengkang Sengkang tidak menentukan > dapat dipikul
oleh kelengkungan kabel

5 Penampang gemuk / lebar > berat Penampang ramping > ringan

6 Struktur lebih berat Berat menjadi lebih ekonomis

7 Penggunaan beton mutu tinggi > Beton mutu tinggi & baja mutu tinggi
menghasilkan tulangan yang banyak menghasilkan struktur yang ekonomis akibat
berat yg berkurang

8 Tulangan tidak memberikan kontribusi Gaya prategang memberikan kontribusi


terhadap lendutan terhadap perlawanan lendutan akibat beban
mati dan hidup

9 Korosi terjadi akibat retak beton Tanpa retak >> tidak terjadi korosi

10 Beban repetisi tidak mempengaruhi Beban repetisi mempengaruhi tulangan


tulangan pada umur struktur prategang dan umur struktur
11 Proses produksi >> konvensional, lebih Proses produksi >> metoda khusus / rumit,
murah, penggunaan alat serta pekerja lebih lebih mahal, penggunaan alat dan skill pekerja
sedikit dan supervisi yang konvensional khusus dan supervisi yang ketat, tingkat
ketelitian yang tinggi

12 Keruntuhan struktur tanpa peringatan Keruntuhan struktur sebelum batas runtuh


dapat terdeteksi

2.5 Perbedaan Metode Pra Tension dan Post Tension

No. Pra Tension Post tension

1 Tendon prategang ditarik sebelum Tendon prategang ditarik setelah beton


beton pengecoran beton mengeras

2 Transfer prategang terjadi melalui Transfer prategang terjadi melalui


kontak antara tendon yang kontak antara angkur dan beton
diputusdan beton disekelilingnya penumpunya jadi memerlukan angkur
setelah beton mengeras jadi tidak
memerlukan angkur

3 Layout tendon terbatas berbentuk Layout tendon dapat dibuat fleksibel


linear (menyesuaikan dengan bentukbidang
momen), umumnya berbentuk parabola

4 Jenis tendon yang umum digunakan Memerlukan selongsong (ducting )


adalah strand atau kawat tunggal tendon
dan umumnya dilakukan pada
produksi beton pracetak prategang
BAB III

KESIMPULAN

1. Dari langkah-langkah analisa pemasangan pelat plaza Indochina Hanoi,


Vietnam dapat disimpulkan bahwa metode prategang yang digunakan
adalah metode Post Tension.

2. Metode prategang dapat digunakan pada kondisi tertentu seperti pembuatan


struktur yang memiliki bentang panjang.

3. Perbedaan paling mencolok antara metode Pra Tension dan Post Tension
adalah proses Jacking atau peregangan dimana pada Pra Tension dilakukan
sebelum pengecoran sementara pada Post Tension dilakukan setelah
pengecoran.
DAFTAR PUSTAKA

Ned, Lin. 1996. Desain Struktur Beton Prategang : Erlangga

https://www.academia.edu/6376470/Beton_prategang

http://arafuru.com/m/material/16-kelebihan-dan-6-kekurangan-beton-prategang.html

Anda mungkin juga menyukai