Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, banyak struktur bangunan tingkat tinggi yang

dibangun untuk berbagai kebutuhan manusia. Semakin tinggi suatu gedung,

maka akan semakin besar pula momen dan gaya-gaya pada setiap elemen

struktur. Bangunan bertingkat tinggi merupakan struktur gedung yang rentan

terhadap gaya lateral sehingga harus dirancang untuk dapat menahan beban

lateral, seperti angin dan gempa. Agar dapat menahan beban lateral, perlu

ditambahkan elemen yang dapat menahan beban lateral seperti dinding geser

(shear wall) yang dapat meningkatkan kekakuan bangunan atau bresing

(bracing) yang dapat mengubah gaya lateral menjadi aksial yang bekerja pada

batang-batangnya. Meskipun shear wall dan bracing sama-sama merupakan

elemen penahan gempa, perilaku kinerja kedua sistem struktur belum tentu

sama. Bangunan gedung yang akan dibahas ini adalah salah satu gedung hotel

tertinggi di dunia, yaitu Hotel Burj Al Arab yang terletak di Dubai. Struktur

bangunan tinggi ini memiliki panjang 321 meter dan lebar 16 meter. Jumlah

lantai bangunan gedung adalah 60 lantai.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami mengidentifikasi masalah yang kami

bahas sebagai berikut :

1. Proses fabrikasi baja bracing

2. Proses transportasi dari pabrik ke lokasi proyek konstruksi

3. Pihak-pihak yang terlibat dalam fabrikasi dan transportasi baja bracing

1.3 Tujuan Penelitian

Atas dasar permasalahan di atas, tujuan yang diharapkan dari pembuatan

makalah ini adalah :

1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan proses fabrikasi baja untuk

bracing

2. Mahasiswa mengetahui proses transportasi dari pabrik ke lokasi proyek

konstruksi

3. Mahasiswa mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam fabrikasi dan

transportasi baja bracing


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bracing

Bracing merupakan elemen struktur penahan gaya lateral. Elemen ini berupa

batang yang dipasang pada portal struktur. Karakteristik dari elemen ini adalah

dominasi aksial yang terjadi ketika gaya lateral terjadi. Di mana pada saat

gempa terjadi, gaya lateral yang diterima oleh struktur akan diteruskan pada

elemen bracing ini sebagai gaya-gaya aksial. Secara umum bentuk bracing yang

digunakan untuk struktrur portal terdiri dari dua, yaitu concentrically braced

frame dan eccentrically braced frame. (1) Sistem rangka bracing konsentrik

kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku yang berfungsi

sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Penyerapan energi pada

sistem ini dilakukan melalui pelelehan yang dirancang terjadi pada pelat buhul.

Sistem ini daktilitasnya kurang begitu baik sehingga kegagalannya ditentukan

oleh tekuk bracing. (2) Sistem rangka bracing eksentrik pada sistem rangka

bresing eksentrik, disingkat EBF, ada suatu bagian dari balok yang disebut link

dan direncanakan secara khusus. EBF diharapkan dapat mengalami deformasi

inelastis yang cukup besar pada link saat memikul gaya-gaya akibat beban

gempa rencana karena element link tersebut beungsi sebagai pendisipasi energi

ketika struktur menerima beban gempa. Pendisipasian energi ini diwujudkan


dalam bentuk plastifikasi pada elemen link tersebut. Hal tersebut yang

menyebabkan sistem SRBE mempunyai nilai daktilitas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan SRBK yang lebih mengutamakan pada kekuatan

strukturnya. Tipe-tipe rangka bracing pada umumnya digambarkan seperti pada

Gambar 1. Tipe-tipe rangka bracing

2.2 Fungsi bracing

Salah satu syarat agar sebuah bangunan memenuhi syarat dan layak dipakai

adalah kestabilan struktur yang bagus. Kestabilan memiliki arti bangunan tidak

akan runtuh (collapse) jika mendapat pengaruh gaya-gaya dari luar. Lihat

gambar di bawah ini sebagai contoh memahami kestabilan sebuah struktur.

Gambar 2. Kestabilan struktur jika diberi gaya luar


Struktur yang sangat sederhana akan mengalami perpindahan (deformasi) yang

cukup besar jika diberi beban luar. Struktur ini akan jatuh (collapse) dan

dikatakan tidak stabil terhadap perubahan gaya dari luar. Kondisi ini berbeda

jika kita melihat gambar yang berada di sebelah kanan, struktur yang diberi

pengaku (bracing) dikatakan stabil ketika menerima beban-beban dari luar.

Setidaknya ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk membuat struktur yang stabil:

1. Pemasangan pengaku (diagonal bracing) pada struktur

2. Pembuatan bidang rangka yang kaku (diaphragm)

3. Pemasangan sambungan yang kaku (rigid)

Ketiga cara di atas diilustrasikan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3. Perbedaan memakai bracing dan tanpa bracing

Pemasangan pengaku, selain untuk membuat struktur stabil, biasanya dilakukan

untuk membantu mencegah struktur mengalami deformasi yang besar pada arah

horizontal. Pengaku biasanya banyak dipasang pada strukur yang terbuat dari

kayu atau baja. Pada struktur bangunan tinggi (lebih dari 300 meter),

pemasangan pengaku biasanya lebih sering dilakukan dibandingkan dengan

struktur bangunan yang rendah dengan alasan struktur yang rendah masih

sangat rigid (deformasinya kecil) dan tidak membutuhkan bantuan bracing.


2.3 Jumlah minimum pengaku atau bidang yang diperlukan untuk kestabilan

struktur

Untuk membuat sistem struktur yang stabil, paling tidak diperlukan sejumlah

elemen-elemen minimum yang dipasang pada struktur. Pada gambar di atas,

bidang pengaku dan pengaku diagonal hanya dipasang di sebuah bidang di

sebuah sisi struktur. Struktur pada kondisi ini sudah stabil, namun jika ada gaya

horizontal pada arah tegak lurus bracing, struktur akan mengalami torsi yang

cukup besar akibat pemasangan struktur yang tidak simetris. Untuk itulah

diperlukan pemasangan elemen-elemen yang simetris pada struktur.

2.4 Fabrikasi

Fabrikasi adalah suatu rangkaian pekerjaan dari beberapa komponen material

baik berupa plat, pipa ataupun baja profil dirangkai dan dibentuk setahap demi

setahap berdasarkan item-item tertentu sampai menjadi suatu bentuk yang dapat

dipasang menjadi sebuah rangkaian alat produksi maupun konstruksi.

Pekerjaan fabrikasi secara umum ada 2 macam yaitu:

2.4.1. Workshop Fabrications

Workshop Fabrications adalah proses fabrikasi dan konstruksi yang dilakukan

di dalam suatu bangunan atau gedung yang di dalamnya sudah dipersiapkan

segala macam alat dan mesin-mesin untuk melakukan proses produksi dan

pekerjaan-pekerjaan fabrikasi lainnya,misalnya : mesin las,mesin potong

plat,mesin bending,overhead crane dan lain-lain.

2.4.2. Site Fabrications

Site Fabrications adalah proses fabrikasi dan konstruksi yang dikerjakan di luar

suatu bangunan atau workshop lebih tepatnya pekerjaan dilakukan di area


lapangan terbuka, di lokasi dimana bangunan akan didirikan.Disitulah segala

macam proses produksi fabrikasi dilakukan, dari penimbunan stok material,

memotong dan mengebor material, proses assembling, proses pengelasan,

proses finishing, proses sandblast dan painting serta proses pemasangan

konstruksi.

Proses fabrikasi meliputi beberapa tahap yaitu:

1. Proses marking , yaitu proses pengukuran dan pembentukan sketsa langsung

di material dari semua item berdasarkan shop drawing.

2. Proses cutting , yaitu proses pemotongan material menggunakan cutting

torch atau mesin potong yang ada.

3. Proses drilling, yaitu proses pengeboran dan pembuatan lubang baut sesuai

ukuran.

4. Proses assembling, yaitu proses penyetelan dan perakitan material menjadi

bentuk jadi.

5. Proses welding, yaitu proses pengelasan semua item berdasarkan prosedur

6. Proses finishing, yaitu proses pembersihan dan penggrindaan semua

permukaan material dari bekas tagweld dan lain-lain.

7. Proses blasting, yaitn proses penyemprotan pasir menggunakan tekanan

udara ke semua bagian permukaan material untuk menghilangkan

kotoran,krak dan lapisan logam tertentu.

8. Proses painting, yaitu proses pengecatan material sesuai prosedur yang

ditentukan.
2.5 Mobilisasi

Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan, mendatangkan peralatan personil dan

perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan dan

mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.

Dalam Pelaksanaan Proyek ini Mobilisasi dan Demobilisasi peralatan yang

dilakukan terdiri dari:

 Excavator

 Generator set

 Dump truck 3-4 m3

 Trailer

Personil terdiri dari:

 Kepala Proyek

 Site Manager

 Quality Control

 Koordinator HSE

 Logistik

 Surveyor

 Operator alat berat


2.6 Tenaga Kerja dalam Proyek

Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai

berikut :

1. Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerja proyek

yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini berperan penting terhadap

sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya untuk

menghasilkan presentasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,

misalnya : dapat mebaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan

ringan, daapat mebedakan kualitas bahan bangunan yang akan di guanakan,

pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerja tenaga bawahannya.

3. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan

cara kerja yang sedrhana.

4. Tenaga kerja kasar, memerlukan kondisi yang sehat dan kuat untuk

pengangkutan alat-alat, bahan dan lain-lain.

5. Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi proyek,

prosedur penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika ada

kendaraan proyek yang keluar masuk lokasi proyek.

6. Project manager, memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengkoordinasi

jalannya suatu proyek yang di jjalankannya.


7. Construction manager, merupakan seseorang yang memimpin dan

mengarahkan mengatur jalannya suatu proyek di lapangan

8. Site manager, orang yang mengkoordinasi supervasior di lapanagan serta

memberikan suatu jalan keluar / solisi jika terjadi masalah.

9. Supervasior, ahli dalam menyusun rencana kerja dan mengkoordinasikan

mandor di lapangan.

10. Chief surveyor, seseorang yang memimpin dalam bidang pengukuran.

11. Engineering manager, ahli dalam bidang teknik dan bidang pembuatan

desain.

12. Site engineering, ahli dalam teknologi pelaksanaan pekerjaan.

13. Scheduler dan monitoring, ahli dalam pengendalian proyek ( pengendalian

waktu ) pembuatan time scheduler.

14. BBS, ahli dalam pembuatan penjadelaan pekerjaan besi tulangan.

15. Chief temporary technision, ahli dalam bidang alat berat (perbaikan dan

pemeliharaan alat berat)

16. Operator alat berat, ahli dalam pengoperasian alat berat dan mengemudikan

alat berat.

17. Tukang besi, orang yang memiliki keahlian pemasangan macam tulangan.

18. Tukang las, ahli dalam pengelasan (pekerjaan bekisting dari besi).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Fabrikasi Material Baja

Baja merupakan salah satu material yang digunakan dalam konstruksi Hotel

Burj Al Arab di Dubai, Uni Emirat Arab. Total material baja yang digunakan

disini adalah sebesar 9.000 ton. 90% dari struktur baja yang dibangun berada

di bagian luar gedung. Kerangka luar baja dibuat diatas kedua sisi bangunan.

Pekerjaan baja total secara bertahap ke kaki belakang Eksoskeleton, bagian

horizontal, diagonal, kerangka belakang, Helipad, Sky restaurant, Atrium dan

bagian yang menyerupai tiang kapal. Proses desain profil baja yang akan

digunakan di lapangan dilakukan oleh structural engineer dan engineering

manager.

Gambar 4. Pekerjaan baja pada struktur Hotel Burj Al Arab

Selain itu, baja juga digunakan sebagai truss diagonal di setiap sisi bangunan

sepanjang 85 meter dan berat 165 ton. Truss pada bangunan ini dihubungan ke
kerangka luar menggunakan sebuah cincin dan pin baja tuang berdiameter 30

sentimeter.

Lokasi fabrikasi baja untuk proyek ini terletak kurang lebih 15 kilometer dari

lokasi konstruksi. Kemudian baja tersebut dibawa ke lokasi proyek.

3.2 Distribusi Material ke Lokasi

Proses distribusi atau mobilisasi material baja dari lokasi fabrikasi ke lokasi

proyek menggunakan truk besar 18 roda yang diimpor special dari Afrika

Selatan, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam prosesnya, hanya

sekitar 6 km/jam. Truss tertinggi memerlukan satu hari untuk sampai di lokasi

proyek. Pada tahap ini pengantar material akan mengikuti beberapa prosedur

yang berkaitan dengan penerimaan material dilokasi proyek. Pengantar material

akan menerima catatan penerimaan kemudian menyerahkan kembali ke petugas

penerimaan. Pengantar material harus melapor ke petugas penerimaan untuk

pemeriksaan kuantitas di lokasi. Untuk proses penyimpanan struktur baja,

menggunakan tiga buah monster crane dari singapura yang siap di lokasi.

Gambar 5. Proses mobilisasi material baja ke lokasi proyek


Gambar 6. Proses pengangkatan material baja di lokasi proyek

3.3 Proses Pemasangan Material Baja

Gambar 6. Pemasangan baja bracing

Material yang sudah sampai di lapangan kemudian diangkat menggunakan alat

berat khusus monster crane, mobile crane, dragline, crawler crane, tower

crane, climbing crane yang sudah dihitung oleh lifting engineer dan

dioperasikan oleh operator alat berat . Pemasangan kemudian dilakukan sesuai

prosedur yang sesuai standar oleh para pekerja dengan pengawasan tenaga ahli
dan mandor. Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerja

proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini berperan penting

terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya

untuk menghasilkan presentasi yang baik dalam melaksanakan

pekerjaan.Mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf

tertentu, misalnya : dapat mebaca gambar konstruksi, dapat membuat

perhitungan ringan, daapat mebedakan kualitas bahan bangunan yang akan di

guanakan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerja tenaga bawahannya.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/krehman143/burj-al-arab-constuction

https://www.slideshare.net/ameyshetti/burj-alarab

https://sanggapramana.wordpress.com/2010/09/14/struktur-pelindung-dari-

gempa-steel-braced-frame/

https://www.youtube.com/watch?v=XWyQwT2xmEw

http://mithahadi08.blogspot.com/2016/01/alat-berat-konstruksi-teknik-sipil.html

Anda mungkin juga menyukai