TINJAUAN PUSTAKA
2.1
TINJAUAN UMUM
Pada tahap perencanaan struktur gedung rumah sakit, perlu
dilakukan
studi
pustaka
untuk
mengetahui
dasar-dasar
teori
dari
setiap
elemen
bangunan
disesuaikan
dengan
kriteria
dan
2.2.1
2.2.2
analisisnya
dilakukan
berdasarkan
analisis
statik
ekuivalen.
Struktur yang tidak memenuhi ketentuan diatas ditetapkan
sebagai gedung tidak beraturan. Untuk gedung tidak beraturan,
pengaruh
beban
rencana
dapat
ditinjau
sebagai
pengaruh
V=
C .I
Wt
R
respons
dinamik
dapat
dilakukan
dengan
Pembebanan
Hal yang mendasar pada tahap pembebanan adalah
pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.
1. Beban Statis
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus
menerus pada suatu struktur. Beban ini bersifat tetap (steady
states). Deformasi yang terjadi pada struktur akibat beban statis
akan mencapai puncaknya jika beban mencapai nilai maksimum
(Himawan Indarto, 2009).
Beban statis umumnya dapat dibedakan menjadi beban
mati dan beban hidup.
a. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu
bangunan yang bersifat tetap. Beban mati pada struktur
bangunan ditentukan oleh berat jenis bahan bangunan.
Menurut
Pedoman
Perencanaan
Pembebanan
Baja
7850 kg/m3
Beton bertulang
2400 kg/m3
Tabel 2.2
21 kg/m2
250 kg/m2
Langit langit
- eternit, tebal maksimum 4 mm
11 kg/m2
7 kg/m2
24 kg/m2
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
pemakaian dan penghunian suatu bangunan, termasuk
bebanbeban pada lantai yang berasal dari barangbarang
yang dapat berpindah dan atau beban akibat air hujan pada
atap.
10
Tabel 2.3
250 kg/m2
400 kg/m2
400 kg/m2
400 kg/m2
300 kg/m2
Pelat atap
100 kg/m2
Beban hidup pada atap/bagian atap yang tidak dapat dicapai dan
dibebani oleh orang, harus diambil yang paling menentukan di
antara dua macam beban berikut:
a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban
hujan sebesar (40-0,8) kg/m2, dengan = sudut kemiringan
atap ().
Beban tersebut tidak perlu diambil 20 kg/m2 dan tidak perlu
ditinjau bila 50.
11
Gambar 2.1
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek Dan Praktisi Bangunan
12
Tabel 2.4
Jenis Gedung
Pemakaian air
Jangka waktu
rata-rata
pemakaian
sehari (liter)
air rata-rata
Keterangan
sehari (jam)
Rumah sakit
>1000
mewah
8 - 10
: 8 liter
2. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah beban yang bekerja secara tiba-tiba
pada struktur. Beban ini bersifat tidak tetap (unsteady state)
serta mempunyai karakteristik besaran dan arah yang berubah
dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban dinamis
terjadi secara cepat (Himawan Indarto, 2009).
Beban dinamis ini terdiri dari beban gempa dan beban
angin.
a. Beban Gempa
Beban gempa adalah fenomena yang diakibatkan
oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate
tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone).
Pada saat terjadi benturan antara lempeng-lempeng aktif
tektonik bumi, akan terjadi pelepasan energi gempa yang
berupa gelombang energi yang merambat ke dalam atau di
permukaan bumi (Himawan Indarto, 2009).
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur
bangunan tergantung dari beberapa faktor, yaitu: massa dan
kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman
dari struktur, kondisi tanah dan wilayah kegempaan dimana
struktur itu didirikan.
13
tergantung
pada
lokasi
dimana
struktur
Gambar 2.2
Harga
dari
faktor
respon
gempa
(C)
dapat
dan kondisi
jenis
14
Gambar 2.3
Spektrum Respon
akibat
gempa
akan
diperpanjang
dengan
I1
adalah
Faktor
Keutamaan
untuk
15
I1
I2
I (=I1*I2)
1,0
1,0
1,0
1,0
1,6
1,6
1,4
1,0
1,4
1,6
1,0
1,6
1,5
1,0
1,5
untuk
struktur
bangunan
gedung
yang
16
gedung
penumpu
tarik
gravitasi
a. Baja
Rm
f1
2,7
4,5
2,8
1,8
2,8
2,2
2,8
4,4
2,2
1,8
2,8
2,2
4,3
7,0
2,8
3,3
5,5
2,8
3,6
5,6
2,2
3,6
5,6
2,2
4,1
6,4
2,2
4,0
6,5
2,8
3,6
6,0
2,8
3,3
5,5
2,8
3. Sistem rangka
pemikul momen
khusus (SRPMK)
17
a. Baja
5,2
8,5
2,8
b. Beton bertulang
5,2
8,5
2,8
3,3
5,5
2,8
(SRPMB)
a.Baja
2,7
4,5
2,8
b.Beton bertulang
2,1
3,5
2,8
4,0
6,5
2,8
5,2
8,5
2,8
4,0
6,5
2,8
mekanisme lentur)
1.Dinding geser
dari :
gravitasi
SRPMB saja
2.RBE baja
5,2
8,5
2,8
2,6
4,2
2,8
momen harus
direncanakan secara
4,0
6,5
2,8
terpisah mampu
2,6
4,2
2,8
memikul sekurang-
4,0
6,5
2,8
direncanakan untuk
2,6
4,2
2,8
memikul secara
bersama-sama seluruh
khusus
memperhatikan
4,6
7,5
2,8
interaksi/sistem ganda)
2,6
4,2
2,8
1,4
2,2
5. Sistem struktur
gedung kolom kantilever
2,6
18
rangka
(Subsistem struktur
keseluruhan)
3,4
5,5
2,8
5,2
8,5
2,8
5,2
8,5
2,8
3,3
5,5
2,8
4,0
6,5
2,8
3,3
5,5
2,8
19
Koefisien pembatas ()
0,20
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15
Jenis Tanah
Pengaruh gempa rencana di muka tanah harus
ditentukan dari hasil analisis perambatan gelombang
gempa dari kedalaman batuan dasar ke muka tanah
dengan menggunakan gerakan gempa masukan dengan
percepatan puncak untuk batuan dasar.
Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar
dibawah permukaan tanah dari kedalaman batuan dasar
ini gelombang gempa merambat ke permukaan tanah
sambil
mengalami
pembesaran
atau
amplifikasi
Jenis
Vs (m/dt)
Su (Kpa)
tanah
Keras
Vs 350
N 50
Su 100
Sedang
15 N < 50
50 Su < 100
Lunak
Vs < 175
N < 15
Su < 50
Khusus
N =
t
i =1
t
i =1
/ Ni
dimana:
ti
pembebanan
yang
dari
mungkin
beberapa
terjadi
selama
kasus
umur
21
rencana.
Kombinasi
pembebanan
tetap
tetap
diperhitungkan
dalam
analisa
struktur.
Kombinasi
pembebanan
ini
disebabkan
oleh
struktur
harus
mampu
menahan
kombinasi
22
2.3.2
menahan
beban
lateral.
Ketika
struktur
dan
diletakkan
di
inti
bangunan.
Sistem
perhitungan
menggunakan
peraturan
untuk
ACI
dinding
318-99
yang
geser
telah
konstruksi
yang
hidup
secara
bersamaan
sesuai
kombinasi
23
buku
Tata
Cara
Perhitungan
diameter
tulangan
utama
yang
0,588
24
b =
max = 0,75 b
g. Menca
ari luas tulan
ngan yang d
dibutuhkan pelat
p
As = x b x d
2.3.2.3
Perencanaan
n Kolom
Kolom adalah suattu elemen tekan
t
dan merupakan
m
sttruktur utam
ma dari ba
angunan yyang berfun
ngsi untuk
m
memikul
beba
an vertikal yang
y
diterim
manya. Pada
a umumnya
ko
olom tidak mengalami
m
le
entur secara
a langsung.
Gamba
ar 2.4
Jen
nis Kolom B
Beton Bertullang
Elemen kolom me
enerima beb
ban lentur dan
d
beban
akksial, menu
urut SNI 03--2847-2002 pasal 11.3
3.2.2 untuk
pe
erencanaan kolom yan
ng menerim
ma beban lentur dan
be
eban aksial ditetapkan
n koefisien reduksi ba
ahan 0,65
se
edangkan pembagian tu
ulangan pad
da kolom (p
penampang
se
egiempat) da
apat dilakuk
kan dengan :
Tulangan dipasang simetris
s
pada dua sisi kolom
k
(two
faces)
Tulangan dipasang pa
ada empat ssisi kolom (fo
our faces)
Pada pe
erencanaan gedung rum
mah sakit ini digunakan
pe
erencanaan kolom deng
gan menggu
unakan tulangan pada
em
mpat sisi kolom (four fac
ces).
25
gaya
normal
maupun
torsi
pada
kolom
utama
(longitudinal
reinforcing)
As min =
bd
bd
dimana:
As = luas tulangan utama
fc = tegangan nominal dari beton
fy = tegangan leleh dari baja
b
= lebar penampang
Po
= 0,65 Po
cb
ab
= 1 cb
Cc
= 0,85 x fc x ab x b
= Cc + Csi + Tsi
Mnb
= 0,65 . Mnb
Kondisi tekan
c > cb
Beban Aksial Tarik Maksimum
Pn
=0
P n-t
= Ast . fy
27
2.. Tulangan
n Geser Kolom
Tulangan
geser
(
(shear
rein
nforcing)
m
merupakan
28
, damana = 0,6
, .
Vs = . fc. b. d
dimana:
Vn = kuat geser nominal (N)
= faktor reduksi
fc
Vu Vc
minimum
untuk
komponen
struktur
non
. .
29
Av =
.
tulangan
pada
kolom
harus
Perencanaan Balok
Secara umum desain tinggi balok direncanakan (L/10
L/15) dan lebar balok direncanakan (1/2 h 2/3 h).
Perhitungan gaya-gaya dalam yang terjadi pada balok
30
= 1 . c
dimana:
c
31
min
max
= 0,75 b
Gambar 2.6
Cc
= 0,85 x fc x a x B
= 0,85 x fc x 1 x c x B
Cs
= fs x As
= s x Es x n x As
=
Ts
x (c - d) x 2.105 x x As
= As x fy
Ts Cc Cs = 0
400 As 7225c - 300As
=0
32
=0
100As 7225c +
Cs
Cc
pers (1)
pers (2)
Dari pers (1) dan (2) akan diperoleh nilai c dan As.
s =
y =
jika,
s > y
s < y
= Cs
Mn
= 0,8 . Mn
Cc
=.
Vc
= 0,6 . Vc
.b.d
Jika,
Vu < Vc, tidak perlu tulangan geser
Vu Vc, perlu tulangan geser
Cek penampang;
Vs < Vs max
33
= .2 3 . fc . b . d
Vs max
Av min =
Av min =
Pengaruh Torsi
Perencanaan penampang geser harus didasarkan
pada :
Tu Tc + Ts
Besar torsi yang disumbangkan penampang sebesar :
Tc = .
dimana :
Acp = b . h
Pcp = 2 (b + h)
Jika,
Tu < Tc, tidak perlu tulangan puntir
Tu Tc, perlu tulangan puntir
2.3.3
34
Jenis
pondasi
yang
dipilih
harus
mempertimbangkan
35
geser,
dan
penurunan
yang
berlebihan.
Untuk
Qsp =
dimana:
Ab
TF
Fh
= faktor keamanan = 3
Fs
= faktor keamanan = 5
Perhitungan pondasi tiang pancang dari data N-
Ab
As
Atiang
37
kelompok
tiang
pancang
yang
bidang
yang
melalui
ujung
bawah
tiang.
penurunan
pada
pondasi
tiang
Si
Sc
x lp
dimana :
qn = besarnya tekanan netto pondasi
38
= angka poiso
on, tergantu
ung dari jenis
s tanah
lp
= faktor peng
garuh, tergan
ntung dari be
entuk dan
kekakuan pondasi
p
pad
da kedalam
man yang
ditinjau
p = penambaha
an
tegangan
sete
elah
ada
bangunan
H
= tinggi lapisa
an yang men
ngalami konsolidasi
Gamb
bar 2.7
Pen
nurunan pa
ada Tiang Pa
ancang
Keteranga
an :
Lp
= ke
edalaman tia
ang pancang
g
= leb
bar pile cap
39
d. Kontrol G
Gaya Horizo
ontal
Kontrol gaya ho
orizontal dila
akukan untu
uk mencari
ang. Dalam
gaya horizzontal yang dapat didukkung oleh tia
perhitungan digunaka
an metode dari Brooms.
Gambar 2.8
8
Grafik Brooms un
ntuk Tiang Pancang
P
engan Tanah Kohesif
de
Cara me
enghitung gaya
g
horizontal semen
ntara yang
diijinkan pada tiang
t
pancan
ng adalah se
ebagai berikut:
=x
x diilihat pada g
grafik dan dip
plot sehingga diperoleh harga
y=
darri persamaan
n diatas dapat dicari Hu..
Untuk
m
menghitung
momen
maksimum,,
Brooms
menggunakan persamaan:
Hu =
den
ngan f =
Cu = kohesi
d
er tiang panccang
= diamete
40
dengan
menggunakan
model
tumpuan
pegas elastis.
Besarnya reaksi yang dapat didukung oleh tanah
yang dimodelkan sebagai tumpuan pegas elastis,
tergantung dari besarnya gaya pegas dari tumpuan
yang bersangkutan. Untuk tanah yang dimodelkan
sebagai
tumpuan
elastis,
kemampuan
untuk
qa
dalam
satuan
kPa.
Perkiraan
(ksh)
pada
umumnya
lebih
besar
41
Clay :
Qu < 4 kPa
2.3.3.2
menggunakan
memudahkan
untuk
pondasi
rakit,
pelaksanaan
karena
penggalian
lebih
dan
penulangan beton.
42
dimana :
P
x, y
Ix,Iy
kritis
yang
berupa
piramida
atau
kerucut
bo =
44
seismic) = 0,55
Vc =
Vc =
Vc =
bo
dimana:
c = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek dari
kolom
fc = kuat nominal beton
2.3.3.4
1=
ijin
2=
ijin
dimana :
45
= beban merata
= beban terpusat
= modulus elastisitas
= momen inersia
Lendutan Yang
Diperhitungkan
Batas Lendutan
Lendutan seketika
komponen nonstruktural
1
180
Lendutan seketika
komponen nonstruktural
1
360
disatukan dengan
setelah pemasangan
komponen nonstruktural
komponen
nonstruktural (jumlah
disatukan dengan
komponen nonstruktural
seketika, akibat
penambahan beban
L
480
L
240
46
hidup)
besar.
i. Batasan ini tidak dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan
penggenangan air. Kemungkinan penggenangan air harus diperiksa
dengan melakukan perhitungan lendutan, termasuk lendutan
tambahan akibat adanya penggenangan air tersebut, dan
mempertimbangkan pengaruh jangka panjang dari beban yang
selalu bekerja, lawan lendut, toleransi konstruksi dan keandalan
sistem drainase.
ii. Batas lendutan boleh dilampaui bila langkah pencegahan kerusakan
terhadap komponen yang ditumpu atau yang disatukan telah
dilakukan.
iii. Lendutan jangka panjang harus dihitung berdasarkan ketentuan
11.5(2(5)) atau 11.5(4(2)), tetapi boleh dikurangi dengan nilai
lendutan yang terjadi sebelum penambahan komponen nonstruktural. Besarnya nilai lendutan ini harus ditentukan berdasarkan
data teknis yang dapat diterima berkenaan dengan karakteristik
hubungan waktu dan lendutan dari komponen struktur yang serupa
dengan komponen struktur yang ditinjau.
iv. Tetapi tidak boleh lebih besar dari toleransi yang disediakan untuk
komponen non-struktur. Batasan ini boleh dilampaui bila ada lawan
lendut yang disediakan sedemikian hingga lendutan total dikurangi
lawan lendut tidak melebihi batas lendutan yang ada.
Sumber : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
(SNI Beton 2002)
2.3.4
47
48
Gambar 2.9
49
Gambar 2.10
50
51