Disusun oleh :
Alghany Kennedy NIM 171111002
Gesti Sahila NIM 171111017
Irna Sagita Sumengkar NIM 171111020
Narfau Darojatun NIM 171111023
Salwa Nurul ‘Ain NIM 171111028
Kelas :
IIIA - Teknik Konstruksi Gedung
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan akhir dari Tugas Besar ini adalah menghasilkan perencanaan struktur
gedung baja komposit yang rasional yang memenuhi persyaratan keamanan struktur
berdasarkan peraturan yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul dalam redesain ini yaitu, Bagaimana
merencanakan kembali struktur yang meliputi kolom baja komposit dan balok baja
yang sesuai SNI?
C. Tujuan
Tujuan yang ditinjau dalam redesain ini yaitu, Merencanakan kembali
struktur yang meliputi kolom baja komposit dan balok baja yang sesui SNI.
D. Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari redesain ini, yaitu :
5. Gambar hasil redesain hanya meliputi detail, gambar potongan balok dan
kolom.
F. Peta Lokasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Umum
Pada abad ke-19 muncul material baru yang dinamakan dengan baja yang
merupakan logam paduan antara besi dan karbon. Material baja mengandung kadar
karbon yang lebih sedikit daripada besi tuang, dan mulai digunakan dalam
konstruksi-konstruksi berat. Pembuatan baja dalam volume besar dilakukan
pertama kali oleh Sir Henry Bessemer dari Inggris. Sir Henry menerima hak paten
dari pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas temuannya tersebut.(Setiawan, 2008)
Balok baja yang dicor dalam beton banyak digunakan sejak awal abad 19
sampai ditemukannya bahan berbobot ringan untuk perlindungan terhadap api pada
25 tahun terakhir. Beberapa balok seperti ini direncanakan secara komposit, sedang
lainnya tidak. Pada awal dekade 1930, konstruksi jembatan mulai menggunakan
penampang komposit. Sebelum awal dekade 1960, konstruksi komposit untuk
gedung tidak ekonomis. Namun praktek dewasa ini memanfaatkan aksi komposit
pada hampir semua keadaan dimana baja dan beton saling melekat, baik pada
jembatan maupun pada gedung. (Salmon & Johnson, 1995)
Karena struktur komposit melibatkan dua macam material yang berbeda,
maka perhitungan kapasitasnya tidak sesederhana bila struktur bukan komposit.
Karakteristik dan dimensi kedua bahan akan menentukan bagaimana pemilihan
jenis profil dan plat beton yang akan dikomposisikan dan kinerja struktur tersebut
(Suprobo, 2000)
Sistem struktur komposit sendiri terbentuk akibat interaksi antara
komponen struktur baja dan beton yang karakteristik dasar masing-masing bahan
dimanfaatkan secara optimal. Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur baja
adalah kekuatan tinggi, modulus elastilitas tinggi, serta daktilitas tinggi. Sedangkan
karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton adalah ketahanan yang baik
terhadap api, mudah dibentuk,dan murah.(Dong Keon Kim,2005)
B. Struktur Komposit
a. Kolom baja terbungkus beton / balok baja terbungkus beton (Gambar a/d)
b. Kolom baja berisi beton/tiang pancang (Gambar b/c)
c. Balok baja yang menahan slab beton (Gambar e)
C. Aksi Komposit
Aksi komposit timbul bila dua batang struktural pemikul beban seperti
konstruksi lantai beton dan balok baja penyanggah disambung secara integral dan
melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung
pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linear tunggal dari atas pelat
beton sampai muka bawah penampang baja. (Salmon & Johnson, 1995)
Gambar 2.2 Perbandingan antara balok yang mengalami defleksi dengan
dan tanpa aksi komposit.(Sumber Salmon & Johnson 1995)
Untuk memahami konsep kelakuan komposit, pertama tinjaulah balok yang
tidak komposit dalam gambar 2.2.a. pada keadaan ini, jika gesekan antara pelat dan
balok diabaikan, balok dan pelat masing-masing memikul suatu bagian beban
secara terpisah, yang diperjelas dalam gambar 2.3.a. Bila pelat mengalami
deformasi akibat beban vertikal, permukaan bawahnya akan tertarik dan
memanjang; sedang permukaan atas balok tertekan dan memendek. Jadi,
diskontinuitas akan terjadi pada bidang kontak. Karena gesekan diabaikan, maka
hanya gaya dalam vertikal yang bekerja antara pelat dan balok. (Salmon & Johnson,
1995)
Bila suatu sistem bekerja secara komposit (gambar 2.3.b dan 2.3.c), pelat
dan balok tidak akan tergelincir relatif satu dengan yang lainnya. Gaya horisontal
(geser) timbul dan bekerja pada permukaan bawah pelat sehingga pelat tertekan dan
memendek, dan pada saat yang sama gaya horisontal bekerja di atas permukaan
balok sehingga balok memanjang. (Salmon & Johnson, 1995)
Dengan memperhatikan distribusi regangan yang terjadi bila tidak ada
interaksi antara pelat beton dan balok baja (gambar 2.3.a), terlihat bahwa momen
perlawanan total sama dengan :
ƩM = Mplat + Mbalok
Perhatikan bahwa untuk kasus ini ada dua garis netral; satu di titik berat pelat dan
lainnya di titik berat balok. Pergelinciran horisontal akibat tarikan pada dasar pelat
dan tekanan pada puncak balok juga terjadi. Selanjutnya, tinjaulah keadaan yang
hanya memiliki interaksi parsial, gambar 2.3.b. Garis netral plat lebih dekat ke
balok dan garis netral balok lebih dekat ke pelat. Akibat interaksi parsial,
pergelinciran horisontal sekarang berkurang. Interaksi parsial juga menimbulkan
gaya tekan dan tarik parsial C’ dan T’, yakni masing-masing kapasitas maksimum
pelat beton dan balok baja. Momen penahan pada penampang sekarang meningkat
sebesar T’e’ atau C’e’. (Salmon & Johnson, 1995)
Bila interaksi penuh antara pelat dan balok bisa dikembangkan,
pergelinciran tidak terjadi dan diagram regangannya diperlihatkan pada gambar
2.3.c. Pada keadaan ini timbul garis netral gabungan yang terletak di bawah garis
netral pelat dan di atas garis netral balok. Juga, gaya tekan dan tarik (C” dan T”)
lebih besar dari C’ dan T’ yang timbul pada interaksi parsial. Jadi, momen penahan
dari penampang komposit penuh adalah
SM = T "e" atau C"e"
D. Balok Komposit
a. Kuat lentur positif rencana φbMn, ditentukan sebagai berikut (LRFD Pasal
12.4.2.1) :
h 1680
- untuk ≤
tw √fy
dengan φb = 0,85 dan Mn dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis
pada penampang komposit.
h 1680
- untuk >
tw √f
dengan φ b = 0,90 dan Mn ditentukan berdasarkan superposisi tegangan-
tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara
(perancah).
Bila kekuatan nominal dinyatakan dalam bentuk gaya baja akan diperoleh :
𝑑 𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 ( + ts - )
2 2
𝑃𝑦𝑐−𝑇
Gaya pada badan ; 𝑃𝑤 = − 𝑝𝑓
2
𝑃𝑤
𝑎𝑤 = 𝑡𝑤.𝑓𝑦
𝑑
d3 =
2
Es
N=
Ec
b
Btr = eff
n
Atr = btr . ts
b. Menentukan letak garis netral penampang transformasi
(dimomen ke ambang atas)
4. Penghubung Geser
E. Sambungan
Kuat rencana setiap komponen tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang
dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan (SNI 03- 1729-
2002 Ps. 13.1.3) :
a. Gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya-
gaya yang bekerja pada sambungan.
b. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan
deformasi sambungan.
c. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya-
gaya yang bekerja padanya.
3. Sambungan Baut
Jumlah baut, n =
Kontrol jarak
baut :
Ru ≤ϕRnw
DATA PERENCANAAN
Mutu Baja = BJ 41
Tegangan Leleh Baja (fy) = 250 Mpa
Tegangan Putus minimum(fu)= 410 MPa
𝑓𝑦 250
Tegangan dasar (fs) = fs = 1,5 = =193,3 MPa
1,5
Mutu Beton
Kuat Tekan Beton (f’c) = 30 Mpa
Modulus Elastis Beton (Ec) = 4700 √𝑓𝑐 = 25742,96 MPa
Spesific Gravity
Berat Jenis Baja (Ws) = 78,5 kN/m3
Berat Jenis Beton Bertulang (Wc) = 24 kN/m3
BAB IV
4.1.Analisis Pembebanan
4.1.1. Beban Mati
Pembebanan setelah komposit
- Beban Mati :
Berat sendiri pelat beton = 0,12 x 24 x 2,7 = 7,776 kN/m2
Berat spesi (2 cm) = 2 x 0,21 kg/m3 x 2,7 = 0,567 kn/m2
Berat keramik = 0,24 kg/m2 x 2,7 = 0,648 kg/m2
Berat rangka+plafond = (0,11+0,07) kg/m3 x2,7 m = 0,297 kg/m
9,288 kN/m
- Beban Hidup
ql = 2,5 kN/m2 X 2,7 = 6,75 kN/m
- Kombinasi Beban
qu = (1,2 qd) + (1,6 ql ) = (1,2 x 9,288) + (1,6 x 6,75) = 21,946 kN/m
qdl = 1,2 qd = 1,2 (9,288) = 13,003 kN/m
fs < fy
109,641 < 250 ……….Ok
h = d – 2(tf+r)
h = 250 – 2(11+7) = 228 mm
ℎ 1680
<
𝑡𝑤 √𝑓𝑦
214 1680
< → 30,67 ≤ 106,253 …………. Ok → penampang kompak
7 √250
Lb = 8 m = 8000 mm
𝐸
Lp = 1,76 . Iy . √
𝑓𝑦
200000
= 1,76 . 9840000 . √
250
= 2080,817 mm
Lp < Lb
2080,817 < 8000…………. → Bentang Menengah
4.1.4. Analisis Penampang Komposit pada Kondisi Elastis
Sifat – sifat Elastis Penampang Tranformasi
Ec = 4700 √30 = 25742,96 MPa
𝐸𝑠 200000
n= = = 7,8 ≈ 8
𝐸𝑐 25742,96
Menentukan Beff :
Beff
d
g.n.c. Yc = 0,5 . d
Yh
= 60 mm
g.n.s. Ys = d + 0,5.H
= 120 + 0,5.250
= 245 mm
ACeq . Yc + AS . Ys = AKomposit . Yh
ACeq .Yc + AS .Ys
Yh =
AKomposit
21600 x 60 + 5624 x 245
=
27224
= 98,218 mm
Menghitung Momen Inersia Komposit
Yc’ = Yh – Yc
= 98,218– 60
Yc
g.n.c.
Yh
Yc'
g.n.k. = 38,218 mm
Ys
Ys’ = Ys – Yh
Ys'
1 𝐵𝑒𝑓
I komposit =( x x d3 + Aceq x Yc’2) + (Is + As x Ys’2)
12 𝑛
1 1440
=( x x120 3+ 5624 x 38,218) + ( 61200000 + 5624 x
12 8
146,7822)
= 5746881 + 182369244
= 239838125,18 mm4
= 83694 Mpa
Mu tumpuan x Yc
fc =
n x Ikomposit
93635000 Nmm x 60 mm
=
8 x 239838125,18 mm4
= 2,928 Mpa
4.1.5. Analisis Penampang Komposit Pada Kondisi Plastis
a. Zona Momen Positif
Kontrol kuat geser
Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat
badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
ℎ 214
= = 30,57
𝑡𝑤 7
𝑘𝑛 𝑥 𝐸
1,1 √ 𝑓𝑦
ℎ 𝑘𝑛 𝑥 𝐸
< 1,1 √ ⇒ plastis
𝑡𝑤 𝑓𝑦
Vn = 0,6 x fy x Aw ⇒ Aw = d x tw
= 0,6 x 250 x (250 x 7)
= 262500 Nmm
Syarat : ∅ Vn ≥ Vu
0,9 x 262500 ≥ 52013
236250 ≥ 52013....... OK
Penampang kompak !
Karena profil penampang kompak, maka kekuatan lentur positif dapa
dihitung menggunakan distribusi tegangan plastis.
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 5624 𝑥 250
α = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏𝑒𝑓𝑓 = 0.85 𝑥 30 𝑥 1440 = 38,28 mm
= 107,99 mm
– 22268,04)2
= 2,755 x 1012 mm4
- Kontrol Lendutan
𝐿
Lendutan ijin → fijin= 240 (Sumber : SNI 03 -1729 – 2002 Tabel 6.4 – 1)
8000
= = 33,3 mm
240
5 (𝑞𝐷+𝑞𝑙) 𝑥 𝐿4 5 (6755+9288) 𝑥 80004
f0 = ( ) =( ) = 1,55 mm
384 𝐸 . 𝐼𝑡𝑟 384 2000000 . 2,755 x 1012
syarat : f0 ≤ fijin
1,55 ≤ 33,3 (ok)
b. Zona Momen Negatif
Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton :
Di asumsikan jumlah tulangan 8 dengan menggunakan Diameter = 16 mm
T = n x Ar x fyt
= 8 x (0,25 x π x 162) x 240
= 386038,905 N
Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja :
Pyc = As x fy
= 5624 x 250
= 1406000 N
Karena Pyc > T, maka garis netral terletak pada profil baja, berlaku
persamaan:
(Pyc – T)/2 = ( 1406000 – 386038,905)/2 = 509980,547 N
Gaya pada sayap: Tf = bf x tf x fy = 175 x 11 x 250 = 481250 N
Gaya pada badan: Tw = [(Pyc – T)/2] – Tf = 509980,547 – 481250 =
28730,547 N
Jarak garis netral dari tepi bawah sayap:
𝑇𝑤 28730,547
𝑎𝑤 = 𝑓𝑦 𝑡𝑤 = = 16,417 mm
250 𝑥 7
Jumlah shear connector stud yang dibutuhkan di sepanjang bentang balok = 2N= 2(11)
= 22 buah.
Jarak seragam (S) dengan stud pada masing-masing lokasi :
𝐿 800
𝑆= = = 72,72 cm
𝑁 11