Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KULIAH

ANALISIS BALOK BAJA KOMPOSIT GEDUNG C


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Struktur Baja Komposit Gedung
Semester V Tahun Akademik 2019-2020

Disusun oleh :
Alghany Kennedy NIM 171111002
Gesti Sahila NIM 171111017
Irna Sagita Sumengkar NIM 171111020
Narfau Darojatun NIM 171111023
Salwa Nurul ‘Ain NIM 171111028
Kelas :
IIIA - Teknik Konstruksi Gedung

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bandung merupakan kota dengan tingkat pembangunannya yang pesat


terbukti saat ini telah banyak gedung-gedung sedang dibangun dimana sangat
berpengaruh pada pergerakan roda perekonomian yang semakin lama semakin
berkembang seiring perkembangannya bangunan saat ini lebih cenderung
mengkombinasikan strukturnya menggunakan struktur komposit baja-beton.
Struktur komposit merupakan perpaduan antara baja profil dan beton. Perbedaan
antara balok komposit dengan balok beton bertulang yaitu pada momen positif nya,
pada beton bertulang gaya-gaya tarik yang terjadi pada elemen struktur dipikul oleh
besi tulangan, sedangkan pada struktur komposit gaya-gaya tarik yang terjadi dipikul
oleh profil baja. Jika ditinjau dari efisiensi waktu dan segi kualitas, pekerjaan
bangunan dengan struktur komposit baja-beton lebih menguntungkan. Dengan
menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur dapat
diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut: dapat mereduksi berat profil baja
yang dipakai, tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi, meningkatkan
kekakuan lantai, dapat menambah panjang bentang layan (Setiawan, 2008).
Seiring dengan berkembangnya pembangunan di kota Bandung berdampak
pula pada kebutuhan suatu sarana pendukung salah satunya adalah kebutuhan akan
sarana pendidikan. Gedung C Politeknik Negeri Bandung merupakan gedung
pendidikan yang terdiri dari 5 lantai dan yang semula pada strukturnya menggunakan
struktur beton bertulang akan direncanakan kembali menggunakan struktur
komposit baja-beton, dimana balok dan kolom menggunakan profil WF.
Peraturan yang digunakan pada perencanaan ini yaitu menggunakan
peraturan SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan
Gedung, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja, dan Pedoman Perancanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
tahun 1987.
Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar dibandingkan
dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan
dengan demikian dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama
dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih panjang. Apabila untuk
mendapatkan aksi komposit bagian atas gelagar dibungkus dengan lempeng beton,
maka akan didapat pengurangan pada tebal seluruh lantai, dan untuk bangunan-
bangunan pencakar langit, keadaan ini memberikan penghematan yang cukup besar
dalam volume, pekerjaan pemasangan kabel-kabel, pekerjaan saluran pendingin
ruangan, dinding-dinding, pekerjaan saluran air, dan lain-lainnya. (Amon, Knobloch
& Mazumder,1999)

Tujuan akhir dari Tugas Besar ini adalah menghasilkan perencanaan struktur
gedung baja komposit yang rasional yang memenuhi persyaratan keamanan struktur
berdasarkan peraturan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul dalam redesain ini yaitu, Bagaimana
merencanakan kembali struktur yang meliputi kolom baja komposit dan balok baja
yang sesuai SNI?
C. Tujuan
Tujuan yang ditinjau dalam redesain ini yaitu, Merencanakan kembali
struktur yang meliputi kolom baja komposit dan balok baja yang sesui SNI.
D. Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari redesain ini, yaitu :

1. Hasil redesain ini dapat dijadikan acuan untuk perencanaan gedung


menggunakan struktur baja.
2. Dari redesain ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
perancangan sehingga kegagalan struktur dapat diminimalkan.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam redesain ini, yaitu :

1. Desain dan evaluasi struktur mengacu pada SNI-03-1729-2002 untuk


komponen struktur baja dan baja komposit, dan SNI 03-2847-2002 untuk
komponen struktur beton.
2. Pembebanan dihitung berdasarkan PPPURG 1987 dan beban gempa dihitung
berdasarkan SNI-03-1726-2002.
3. Redesain hanya meliputi balok anak, balok induk, balok lift, dan kolom
utama,
4. Analisa struktur menggunakan manual

5. Gambar hasil redesain hanya meliputi detail, gambar potongan balok dan
kolom.
F. Peta Lokasi

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian


(Sumber : Google Map)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Umum
Pada abad ke-19 muncul material baru yang dinamakan dengan baja yang
merupakan logam paduan antara besi dan karbon. Material baja mengandung kadar
karbon yang lebih sedikit daripada besi tuang, dan mulai digunakan dalam
konstruksi-konstruksi berat. Pembuatan baja dalam volume besar dilakukan
pertama kali oleh Sir Henry Bessemer dari Inggris. Sir Henry menerima hak paten
dari pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas temuannya tersebut.(Setiawan, 2008)
Balok baja yang dicor dalam beton banyak digunakan sejak awal abad 19
sampai ditemukannya bahan berbobot ringan untuk perlindungan terhadap api pada
25 tahun terakhir. Beberapa balok seperti ini direncanakan secara komposit, sedang
lainnya tidak. Pada awal dekade 1930, konstruksi jembatan mulai menggunakan
penampang komposit. Sebelum awal dekade 1960, konstruksi komposit untuk
gedung tidak ekonomis. Namun praktek dewasa ini memanfaatkan aksi komposit
pada hampir semua keadaan dimana baja dan beton saling melekat, baik pada
jembatan maupun pada gedung. (Salmon & Johnson, 1995)
Karena struktur komposit melibatkan dua macam material yang berbeda,
maka perhitungan kapasitasnya tidak sesederhana bila struktur bukan komposit.
Karakteristik dan dimensi kedua bahan akan menentukan bagaimana pemilihan
jenis profil dan plat beton yang akan dikomposisikan dan kinerja struktur tersebut
(Suprobo, 2000)
Sistem struktur komposit sendiri terbentuk akibat interaksi antara
komponen struktur baja dan beton yang karakteristik dasar masing-masing bahan
dimanfaatkan secara optimal. Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur baja
adalah kekuatan tinggi, modulus elastilitas tinggi, serta daktilitas tinggi. Sedangkan
karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton adalah ketahanan yang baik
terhadap api, mudah dibentuk,dan murah.(Dong Keon Kim,2005)

B. Struktur Komposit

Struktur komposit (Composite) merupakan struktur yang terdiri dari dua


material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan
sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik. batang komposit terdiri dari
profil baja dan beton yang digabung bersama untuk memikul beban tekan dan atau
lentur. Secara umum struktur kompoasit berupa :

a. Kolom baja terbungkus beton / balok baja terbungkus beton (Gambar a/d)
b. Kolom baja berisi beton/tiang pancang (Gambar b/c)
c. Balok baja yang menahan slab beton (Gambar e)

Gambar 2.1 Macam-macam struktur komposit

C. Aksi Komposit

Aksi komposit timbul bila dua batang struktural pemikul beban seperti
konstruksi lantai beton dan balok baja penyanggah disambung secara integral dan
melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung
pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linear tunggal dari atas pelat
beton sampai muka bawah penampang baja. (Salmon & Johnson, 1995)
Gambar 2.2 Perbandingan antara balok yang mengalami defleksi dengan
dan tanpa aksi komposit.(Sumber Salmon & Johnson 1995)
Untuk memahami konsep kelakuan komposit, pertama tinjaulah balok yang
tidak komposit dalam gambar 2.2.a. pada keadaan ini, jika gesekan antara pelat dan
balok diabaikan, balok dan pelat masing-masing memikul suatu bagian beban
secara terpisah, yang diperjelas dalam gambar 2.3.a. Bila pelat mengalami
deformasi akibat beban vertikal, permukaan bawahnya akan tertarik dan
memanjang; sedang permukaan atas balok tertekan dan memendek. Jadi,
diskontinuitas akan terjadi pada bidang kontak. Karena gesekan diabaikan, maka
hanya gaya dalam vertikal yang bekerja antara pelat dan balok. (Salmon & Johnson,
1995)
Bila suatu sistem bekerja secara komposit (gambar 2.3.b dan 2.3.c), pelat
dan balok tidak akan tergelincir relatif satu dengan yang lainnya. Gaya horisontal
(geser) timbul dan bekerja pada permukaan bawah pelat sehingga pelat tertekan dan
memendek, dan pada saat yang sama gaya horisontal bekerja di atas permukaan
balok sehingga balok memanjang. (Salmon & Johnson, 1995)
Dengan memperhatikan distribusi regangan yang terjadi bila tidak ada
interaksi antara pelat beton dan balok baja (gambar 2.3.a), terlihat bahwa momen
perlawanan total sama dengan :
ƩM = Mplat + Mbalok

Perhatikan bahwa untuk kasus ini ada dua garis netral; satu di titik berat pelat dan
lainnya di titik berat balok. Pergelinciran horisontal akibat tarikan pada dasar pelat
dan tekanan pada puncak balok juga terjadi. Selanjutnya, tinjaulah keadaan yang
hanya memiliki interaksi parsial, gambar 2.3.b. Garis netral plat lebih dekat ke
balok dan garis netral balok lebih dekat ke pelat. Akibat interaksi parsial,
pergelinciran horisontal sekarang berkurang. Interaksi parsial juga menimbulkan
gaya tekan dan tarik parsial C’ dan T’, yakni masing-masing kapasitas maksimum
pelat beton dan balok baja. Momen penahan pada penampang sekarang meningkat
sebesar T’e’ atau C’e’. (Salmon & Johnson, 1995)
Bila interaksi penuh antara pelat dan balok bisa dikembangkan,
pergelinciran tidak terjadi dan diagram regangannya diperlihatkan pada gambar
2.3.c. Pada keadaan ini timbul garis netral gabungan yang terletak di bawah garis
netral pelat dan di atas garis netral balok. Juga, gaya tekan dan tarik (C” dan T”)
lebih besar dari C’ dan T’ yang timbul pada interaksi parsial. Jadi, momen penahan
dari penampang komposit penuh adalah
SM = T "e" atau C"e"

Gambar 2.3 Variasi tegangan pada balok-balok komposit.


(Salmon & Johnson, 1995)

D. Balok Komposit

Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling


banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul
beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan
menyebabkan balok melentur (Spiegel & Limbrunner,1998)
Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok yang
kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih bahan
(Bowles,1980). Beberapa jenis balok komposit antara lain :
1. Balok komposit penuh
Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus disediakan dalam
jumlah yang memadai sehingga balok mampu mencapai kuat lentur
maksimumnya. Pada penentuan distribusi tegangan elastis, slip antara baja
dan beton dianggap tidak terjadi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.6).
2. Balok komposit parsial
Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam memikul lentur dibatasi
oleh kekuatan penghubung geser. Perhitungan elastis untuk balok seperti
ini, seperti pada penentuan defleksi atau tegangan akibat beban layan, harus
mempertimbangkan pengaruh adanya slip antara baja dan beton (SNI 03-
1729-2002 Ps. 12.2.7).
3. Balok baja yang diberi selubung beton
Walaupun tidak diberi angker, balok baja yang diberi selubung beton di
semua permukaannya dianggap bekerja secara komposit dengan beton,
selama hal-hal berikut terpenuhi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.8)

a. Tebal minimum selubung beton yang menyelimuti baja tidak kuang


daripada 50 mm, kecuali yang disebutkan pada butir ke-2 di bawah.
b. Posisi tepi atas balok baja tidak boleh kurang daripada 40 mm di bawah
sisi atas pelat beton dan 50 mm di atas sisi bawah plat.
c. Selubung beton harus diberi kawat jaring atau baja tulangan dengan
jumlah yang memadai untuk menghindari terlepasnya bagian selubung
tersebut pada saat balok memikul beban.
Di era modern saat ini banyak gedung-gedung dengan struktur komposit
baja- beton untuk elemen baloknya menggunakan balok komposit penuh. Balok
komposit penuh ini sendiri mempunyai beberapa tipe, diantaranya balok
komposit dengan pelat beton yang dicor tempat (solid in situ) balok komposit
yang menggunakan precast reinforced concrete planks yang bagian atasnya
kemudian dicor tempat, balok komposit yang penghubung gesernya diberi
perkuatan, serta balok komposit yang diberi bondek (gambar 2.4)
Gambar 2.4 Tipe balok komposit yang diberi bondek

Kekuatan Balok Komposit dengan Penghubung Geser

a. Kuat lentur positif rencana φbMn, ditentukan sebagai berikut (LRFD Pasal
12.4.2.1) :

h 1680
- untuk ≤
tw √fy
dengan φb = 0,85 dan Mn dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis
pada penampang komposit.
h 1680
- untuk >
tw √f
dengan φ b = 0,90 dan Mn ditentukan berdasarkan superposisi tegangan-
tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara
(perancah).

b. Kuat Lentur negatif rencana b φ .Mn harus dihitung untuk penampang


baja saja, dengan mengikuti ketentuanketentuan pada butir 8 (LRFD Pasal
12.4.2.2).

2. Lebar efektif pelat lantai


- Untuk gelagar interior :
L
bE ≤
4
bE ≤ bo (untuk jarak balok yang sama)
- Untuk gelagar eksterior :
𝐿
bE ≤
8
bE ≤ bo + (jarak dari pusat balok ke pinggir slab)

dimana : L = bentang balok

bo = bentang antar balok

3. Menghitung momen nominal


Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan plastis :

Gambar 2.5 Distribusi tegangan plastis


(Sumber : Charles G. Salmon, 1995)
 Menghitung momen nominal ( Mn ) positif
a. Menentukan gaya tekan ( C ) pada beton :
C = 0,85.f’c.tp.beff
Menentukan gaya tarik ( T) pada baja :
T = As.fy
Dipilih nilai yang terkecil dari kedua nilai di atas

b. Menentukan tinggi blok tekan effektif :


𝑨𝒔 .𝒇𝒚
a=
𝟎,𝟖𝟓 .𝒇′ 𝒄.𝒃 𝒆𝒇𝒇

c. Kekuatan momen nomimal :


Mn = C.d1 atau T.d1

Bila kekuatan nominal dinyatakan dalam bentuk gaya baja akan diperoleh :
𝑑 𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 ( + ts - )
2 2

 Menghitung momen nominal ( Mn) negatif.

a. Menentukan lokasi gaya tarik pada balok baja


T = n.Ar.fyr
Pyc = As.fy
Gaya pada sayap ; Pf = bf .tf . fy

𝑃𝑦𝑐−𝑇
Gaya pada badan ; 𝑃𝑤 = − 𝑝𝑓
2

𝑃𝑤
𝑎𝑤 = 𝑡𝑤.𝑓𝑦

b. Menghitung jarak ke centroid


d1 = hr + tb – c
(𝑃𝑓.0,5.𝑡𝑓)+(𝑃𝑤(𝑡𝑓+0,5.𝑎𝑤𝑒𝑏))
d2 =
𝑃𝑓+𝑃𝑤

𝑑
d3 =
2

c. Menghitung momen ultimate :


Mn = T(d1 + d2) + Pyc(d3 - d2)

Gambar 2.6 Metode transformasi luasan


Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan elastis :

a. Menghitung nilai transformasi beton ke baja

Ec = 4700 . fc' Mpa ........... untuk beton normal.


Es = 200000 Mpa

Es
N=
Ec

b
Btr = eff

n
Atr = btr . ts
b. Menentukan letak garis netral penampang transformasi
(dimomen ke ambang atas)

c. Menghitung momen inersia penampang transformasi

d. Menghitung modulus penampang transformasi


yc = GNE
yt = d + ts + hr – GNE

e. Menghitung momen ultimate


Kapasitas momen positif penampang balok komposit penuh digunakan
dari nilai yang terkecil dari :
Mn1 = 0,85 . fc’ . n . Str.c
Mn2 = fy . Str.t
Jadi : Mu ≤ ∅ . Mn

4. Penghubung Geser

Kekuatan penghubung geser jenis paku (LRFD Pasal 12.6.3)

Dimana : rs untuk balok tegak lurus balok

rs untuk balok sejajar balok :


Nr = jumlah stud setiap gelombang
Hs = tinggi stud
Hr = tinggi bondek
Wr = lebar effektif bondek
Asc = Luas penampang shear connector
fu = Tegangan putus penghubung paku/stud

Qn = Kuat nominal geser untuk penghubung geser

Jumlah penghubung geser (shear connector) yang yang dibutuhkan yaitu :

5. Kontrol lendutan (Deflection)


Batasan lendutan atau deflection pada biaya telah diatur didalam SNI 03-
1729-2002. Lendutan diperhitungkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
Lendutan yang besar dapat menyebabkan rusaknya barang-barang atau peralatan
yang didukung oleh balok tersebut. Penampilan dari suatu struktur akan berkurang
nilai estetikanya apabila lendutannya terlalu besar. Lendutan yang terlalu besar
akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penghuni bangunan. Perhitungan
lendutan pada balok berdasarkan beban kerja yang dipakai di dalam perhitungan
struktur, bukan berdasarkan beban berfaktor. Besar lendutan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

untuk beban terbagi merata

untuk beban terpusat di tengah bentang

E. Sambungan

Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul,


pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).
1. Klasifikasi sambungan :
a. Sambungan kaku / Rigid connection adalah sambungan yang dianggap memiliki
kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut di antara
komponenkomponen struktur yang akan disambung.
b. Sambungan semi kaku / Semi rigid connection adalah sambungan yang tidak
memiliki kekakuan yang cukup mempertahankan sudut-sudut diantara
komponenkomponen struktur yang disambung, namun harus dianggap memiliki
kapasitas yang cukup untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap
perubahan sudutsudut tersebut.
c. Sambungan sendi / Simple connection adalah sambungan yang pada kedua ujung
komponen struktur dianggap bebas momen. Sambungan sendi harus dapat
berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada sanbungan.
Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen
struktur yang disambung.
2. Perencanaan Sambungan

Kuat rencana setiap komponen tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang
dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan (SNI 03- 1729-
2002 Ps. 13.1.3) :
a. Gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya-
gaya yang bekerja pada sambungan.
b. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan
deformasi sambungan.
c. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya-
gaya yang bekerja padanya.

3. Sambungan Baut

Kuat geser φRnv = φ.fv.Ab.m


Kuat tumpu φRnt = φ.(1.8)fy.db.tp
Diambil yang terkecil

Jumlah baut, n =

Kontrol jarak
baut :

Jarak tepi minimum : 1.5db (LRFD 13.4.2)

Jarak tepi maksimum : (4tp + 100 mm) atau 200 mm (LRFD


13.4.3)
Jarak minimum antar baut : 3db (LRFD 13.4.1)

Jarak maksimum antar baut : 15tp atau 200 mm (LRFD 13.4.3)


Kontrol Kekuatan Pelat φPn = 0.75× 0.6× fu × Anv
Vu < φPn
4. Sambungan Las

Ru ≤ϕRnw

dengan, φ f .Rnw = 0.75× t e × (0.6 × fuw) (las) φ f


.Rnw = 0.75× t e × (0.6 × fu) (bahan dasar)
keterangan : fuw : tegangan tarik putus logam las fu
: tegangan tarik putus bahan dasar te
: tebal efektif las (mm)

Tabel 2.1 Ukuran Minimum Las Sudut

(Sumber : SNI 03-1729-2002)


BAB III

DATA PERENCANAAN

Panjang bentang Balok = 4000 mm


Tebal plat lantai (tp) = 12 mm
Tebal Beton (tb) = 120 mm

Mutu Baja = BJ 41
Tegangan Leleh Baja (fy) = 250 Mpa
Tegangan Putus minimum(fu)= 410 MPa
𝑓𝑦 250
Tegangan dasar (fs) = fs = 1,5 = =193,3 MPa
1,5

Modulus elastis Baja (Es) = 200.000 MPa

Mutu Beton
Kuat Tekan Beton (f’c) = 30 Mpa
Modulus Elastis Beton (Ec) = 4700 √𝑓𝑐 = 25742,96 MPa

Spesific Gravity
Berat Jenis Baja (Ws) = 78,5 kN/m3
Berat Jenis Beton Bertulang (Wc) = 24 kN/m3
BAB IV

ANALISIS PEMBEBANAN DAN PENAMPANG BALOK KOMPOSIT

4.1.Analisis Pembebanan
4.1.1. Beban Mati
Pembebanan setelah komposit
- Beban Mati :
Berat sendiri pelat beton = 0,12 x 24 x 2,7 = 7,776 kN/m2
Berat spesi (2 cm) = 2 x 0,21 kg/m3 x 2,7 = 0,567 kn/m2
Berat keramik = 0,24 kg/m2 x 2,7 = 0,648 kg/m2
Berat rangka+plafond = (0,11+0,07) kg/m3 x2,7 m = 0,297 kg/m
9,288 kN/m
- Beban Hidup
ql = 2,5 kN/m2 X 2,7 = 6,75 kN/m

- Kombinasi Beban
qu = (1,2 qd) + (1,6 ql ) = (1,2 x 9,288) + (1,6 x 6,75) = 21,946 kN/m
qdl = 1,2 qd = 1,2 (9,288) = 13,003 kN/m

- Diperoleh gaya – gaya dalam mengunakan distribusi momen sebagai berikut :


 Momen dan Gaya Lintang akibat beban mati
- Mdltumpuan = 55,48 kNm (dikerjakan menggunakan excel)
- Mdllapangan = 48,545 kNm (dikerjakan menggunakan excel)
- Ddl = 52,013 kN (dikerjakan menggunakan excel)
 Momen dan Gaya Lintang Ultimate
- Mutumpuan = 93,635 kNm (dikerjakan menggunakan excel)
- Mulapangan = 81,930 kNm (dikerjakan menggunakan excel)
- Du = 87,782 kN (dikerjakan menggunakan excel)
4.1.2. Pradimensi
𝑀𝐷𝐿 54480000
Zx = = = 220159,98 mm3
𝜑 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 1,12 0,8 𝑥 250 𝑥 1,12

ØZx = 1,5 (220159,98) = 330239,967 mm3 = 330,239 cm3


Jadi profil yang dipakai adalah IWF 250.175.7.11 (Zx = 502 cm3)
Data profil:
Zx = 502 cm3 Ix = 6120 cm4
b
Zy = 113 cm3 Iy = 984 cm4
ix = 12,6 cm h = 25 cm
tw
iy = 4,18 cm b = 17,5 cm h

A = 56,24 cm2 tf = 1,1 cm


W = 44,1 Kg/m tw = 0,7 cm
tf
H = h – 2(tf+tw)
= 250 – 2(11+7)
= 214 mm

4.1.3. Kontrol Pradimensi


𝑀𝐷𝐿 54480000
fs = = = 109,641 MPa
𝑍𝑥 𝑥 1,12 𝑥 𝜑 502000 𝑥 1,12 𝑥 0,8

fs < fy
109,641 < 250 ……….Ok
h = d – 2(tf+r)
h = 250 – 2(11+7) = 228 mm
ℎ 1680
<
𝑡𝑤 √𝑓𝑦
214 1680
< → 30,67 ≤ 106,253 …………. Ok → penampang kompak
7 √250
Lb = 8 m = 8000 mm
𝐸
Lp = 1,76 . Iy . √
𝑓𝑦

200000
= 1,76 . 9840000 . √
250

= 2080,817 mm
Lp < Lb
2080,817 < 8000…………. → Bentang Menengah
4.1.4. Analisis Penampang Komposit pada Kondisi Elastis
 Sifat – sifat Elastis Penampang Tranformasi
Ec = 4700 √30 = 25742,96 MPa
𝐸𝑠 200000
n= = = 7,8 ≈ 8
𝐸𝑐 25742,96

 Menentukan Beff :
Beff
d

- Tebal Plat Lantai (d) = 12 cm → 12*12 = 144 cm


- Bentang Balok (L) = 800 cm →1/4 * 800 = 200 cm
- Jarak Antar Balok (b) = 270 cm → = 270 cm
→ diambil nilai terkecil = 144 cm = 1,44 m
Menentukan garis netral pada kondisi elastis
𝐵𝑒𝑓𝑓
ACeq = xd AS = 56,24 cm2
𝑛
144
= x 12 = 216 cm2
8
AKomposit = ACeq + AS
= 216 + 56,24 = 272,24 cm2
Yc

g.n.c. Yc = 0,5 . d
Yh

g.n.k. = 0,5 . 120


Ys

= 60 mm

g.n.s. Ys = d + 0,5.H
= 120 + 0,5.250
= 245 mm
ACeq . Yc + AS . Ys = AKomposit . Yh
ACeq .Yc + AS .Ys
Yh =
AKomposit
21600 x 60 + 5624 x 245
=
27224
= 98,218 mm
Menghitung Momen Inersia Komposit
Yc’ = Yh – Yc
= 98,218– 60

Yc
g.n.c.

Yh
Yc'

g.n.k. = 38,218 mm

Ys
Ys’ = Ys – Yh
Ys'

g.n.s. = 245 – 98,218


= 146,782 mm

1 𝐵𝑒𝑓
I komposit =( x x d3 + Aceq x Yc’2) + (Is + As x Ys’2)
12 𝑛
1 1440
=( x x120 3+ 5624 x 38,218) + ( 61200000 + 5624 x
12 8
146,7822)
= 5746881 + 182369244
= 239838125,18 mm4

 Menentukan tegangan yang terjadi akibat kondisi elastis


Mu lapangan x Ys
fs =
Ikomposit
81930000 Nmm x 245 mm
=
239838125,18 mm4

= 83694 Mpa
Mu tumpuan x Yc
fc =
n x Ikomposit
93635000 Nmm x 60 mm
=
8 x 239838125,18 mm4

= 2,928 Mpa
4.1.5. Analisis Penampang Komposit Pada Kondisi Plastis
a. Zona Momen Positif
 Kontrol kuat geser
Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat
badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
ℎ 214
= = 30,57
𝑡𝑤 7

𝑘𝑛 𝑥 𝐸
1,1 √ 𝑓𝑦

Dimana kn = 5 untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan, sehingga:


5𝑥 200000
1,1 √ = 69,57
2500

ℎ 𝑘𝑛 𝑥 𝐸
< 1,1 √ ⇒ plastis
𝑡𝑤 𝑓𝑦

Vn = 0,6 x fy x Aw ⇒ Aw = d x tw
= 0,6 x 250 x (250 x 7)
= 262500 Nmm
Syarat : ∅ Vn ≥ Vu
0,9 x 262500 ≥ 52013
236250 ≥ 52013....... OK

 Lebar efektif (balok interior)


Beff ≤ 12d = 144 cm
beff ≤ L/4 = 200 cm
beff ≤ Bo = 800 cm
dipakai beff = 144 cm
 Kontrol kuat momen lentur
- Tekuk Lokal (local buckling)
Badan:
ℎ 214
= = 30,57
𝑡𝑤 7
1680
λp = = 106,25
√250

≤ λp
𝑡𝑤

Penampang kompak !
Karena profil penampang kompak, maka kekuatan lentur positif dapa
dihitung menggunakan distribusi tegangan plastis.

- Menentukan Gaya Tekan yang Terjadi pada Pelat


C = 0.85 x fc’x tplat x beff
= 0.85 x 30 x 120 x1440 = 4406400 N
Py = As x fy = 5624 x 250 = 1406000 N (menentukan)
Py < C, maka garis netral plastis terletak di beton

- Menentukan Jarak dari Centroid Gaya yang bekerja

𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 5624 𝑥 250
α = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏𝑒𝑓𝑓 = 0.85 𝑥 30 𝑥 1440 = 38,28 mm

d1 = hr + tb – a/2 = 53 + 120 – (38,28/2) = 153,86 mm


d2 = 0 (Profil baja tidak mengalami tekan)
d3 = d/2 = 250/2 = 125 mm
e = d1 + d2 + d3 = 153,86 + 0 + 125 = 278,86 mm

- Menghitung kekuatan nominal penampang komposit


Mn = Py x e
= 1406000 x 278,86 = 392077160 MPa
∅ 𝑀𝑛 = 0,9 x 392077160 = 352869444
Syarat : ∅ 𝑀𝑛 > Mu
352869444 > 93635000
Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat
beban berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi

- Menghitung luasan Transformasi Beton ke Baja


Ec = 4700 x √𝑓′𝑐 = 4700 x √30 = 25742,96 MPa
Es = 200000 Mpa
Beff = 1440 mm
𝐸𝑠 200000
n = 𝐸𝑐 =25742,96 = 7,76
𝑏𝑒𝑓𝑓 1440
btr = = = 185,567 mm
𝑛 7,76

Atr = btr x tb = 185,567 x 120 = 22268,04 mm


- Menentukan Letak Garis Netral
𝐴𝑡𝑟 𝑥 𝑡𝑏 𝑑
+(𝐴𝑠 𝑥 (𝑡𝑏+ℎ𝑟+ ))
2 2
Yna = (𝐴𝑡𝑟+ 𝐴𝑠)
22268,04 𝑥 120 250
+(5624 𝑥 (120+53+ ))
2 2
= (22268,04+ 5624)

= 107,99 mm

- Menentukan Nilai Momen Inersia Penampang Transformasi


𝑏𝑡𝑟 (𝑡𝑏)3 𝑡𝑏 2 𝑑
Itr = + Atr (Yna - ) + Ix + As (( 2 + tp) – Yna)2
12 2
185,567 (120)3 120 2 250
= + 22268,04 (107,99 - ) +6120000 + 5624 (( + 10)
12 2 2

– 22268,04)2
= 2,755 x 1012 mm4
- Kontrol Lendutan
𝐿
Lendutan ijin → fijin= 240 (Sumber : SNI 03 -1729 – 2002 Tabel 6.4 – 1)
8000
= = 33,3 mm
240
5 (𝑞𝐷+𝑞𝑙) 𝑥 𝐿4 5 (6755+9288) 𝑥 80004
f0 = ( ) =( ) = 1,55 mm
384 𝐸 . 𝐼𝑡𝑟 384 2000000 . 2,755 x 1012

syarat : f0 ≤ fijin
1,55 ≤ 33,3 (ok)
b. Zona Momen Negatif
Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton :
Di asumsikan jumlah tulangan 8 dengan menggunakan Diameter = 16 mm
T = n x Ar x fyt
= 8 x (0,25 x π x 162) x 240
= 386038,905 N
Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja :
Pyc = As x fy
= 5624 x 250
= 1406000 N
Karena Pyc > T, maka garis netral terletak pada profil baja, berlaku
persamaan:
(Pyc – T)/2 = ( 1406000 – 386038,905)/2 = 509980,547 N
Gaya pada sayap: Tf = bf x tf x fy = 175 x 11 x 250 = 481250 N
Gaya pada badan: Tw = [(Pyc – T)/2] – Tf = 509980,547 – 481250 =
28730,547 N
Jarak garis netral dari tepi bawah sayap:
𝑇𝑤 28730,547
𝑎𝑤 = 𝑓𝑦 𝑡𝑤 = = 16,417 mm
250 𝑥 7

Menentukan jarak – jarak dari centroid gaya gaya yang bekerja


(𝑇𝑓 𝑥 0,5 𝑥 𝑡𝑓)+(𝑇𝑤(𝑡𝑓+0,5 𝑥 𝑎𝑤))
d2 = 𝑇𝑓+𝑇𝑤
(481250 𝑥 0,5 𝑥 11)+(28730,547(7+0,5 𝑥 16,417))
= = 6,046 mm
481250 + 28730,547

d3 = d/2 = 250/2 = 125 mm


d1 = tb – c = 120 – 25 = 95 mm
Hitungan momen negatif
Mn = T.(d1+d2) +Pyc.(d3-d2)
= 386038,905 (95 + 125) + 1406000 (125 - 6,046)
= 252177883,1
Syarat: ØMn ≥ Mu
0,85 x 252177883,1 ≥ 93635000
214351200,6≥ 93635000

4.1.6. Perencanaan Penghubung Geser


Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan:
Ds = 19 mm
Asc = 283,53 mm2
fu = 410 Mpa = 41 kg/mm2
Ec = 0,041 wc1,5√𝑓𝑐 ′ = 0,041 × 24001,5 × √30 = 26403,5 𝑀𝑃𝑎

Qn = 0,5 Asc √𝑓𝑐′𝐸𝑐 = 0,5× 283,53 √30 (26403,5


= 126171,23 N = 12617,12 kg/stud
Syarat :
Qn ≤ Asc fu
12617,12 ≤ 283,52 (41)
12617,12 kg/stud >11335,4 kg/stud
Pakai Qn = 11335.4 kg
Cek Koefisien Reduksi (rs)
Pada balok induk memanjang, pelat bondeks dipasang tegak lurus terhadap balok
sehingga perlu dilakukan cek koefisien reduksi (rs).
hr = 53 mm
Hs = (hr+40) mm = 93 mm
Wr = 200 mm
Nr = 2 (dipasang 2 stud pada setiap gelombang)
0,85 200 93
𝑟𝑠 = ( ) ( − 1) ≤ 1
√2 53 53
𝑟𝑠 = 1,65 ≥ 1 … … . 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑟𝑠 = 1
Jumlah stud untuk setengah bentang diaman shear connector dipasang 2 buah dalam
satu baris :
𝑃𝑦 242000
𝑁= = = 10,67 ≈ 11 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
2𝑄𝑛𝑟𝑠 (2)(11335,4)(1)

Jumlah shear connector stud yang dibutuhkan di sepanjang bentang balok = 2N= 2(11)
= 22 buah.
Jarak seragam (S) dengan stud pada masing-masing lokasi :
𝐿 800
𝑆= = = 72,72 cm
𝑁 11

Jarak maksimum = 8 tplat = 8 (10) = 80 cm.


Jarak minimum = 6d = 6(1,9) = 11,4 cm
Jadi shear connector dipasang sejarak 50 cm sebanyak 11 buah untuk maasing-masing
bentang.

Anda mungkin juga menyukai