Anda di halaman 1dari 84

9/29/2016

Rekayasa pondasi 2
pONDASI DALAM (tiang)

M. SHOUMAN, Dipl. Ing. HTL, MT

PRINSIP UMUM
PERENCANAAN PONDASI

DEFINISI UMUM:

Pondasi adalah suatu konstruksi bagian dasar bangunan yang


berfungsi sebagai penerus beban dari struktur atas ke lapisan
tanah di bawahnya yang diharapkan bisa menghindari
terjadinya:
• Keruntuhan geser
• Penurunan yang berlebihan

1
9/29/2016

PEMBAGIAN JENIS PONDASI:


1. Pondasi Dangkal  Lapisan tanah keras dangkal
Beban bangunan relatif ringan
• pondasi tapak (segi empat, lingkaran)
• pondasi menerus
• pondasi rakit (mat foundation)

2. Pondasi Dalam  Lapisan tanah keras dalam


Beban bangunan relatif berat
• pondasi tiang pancang
• pondasi sumuran (dengan dan tanpa casing)
• pondasi coisson

CONTOH FISIK PONDASI DANGKAL

2
9/29/2016

CONTOH FISIK PONDASI DANGKAL

CONTOH PERENCANAAN PONDASI DANGKAL

3
9/29/2016

CONTOH PERENCANAAN PONDASI DANGKAL

CONTOH PERENCANAAN RUMAH DENGAN PONDASI DANGKAL

4
9/29/2016

CONTOH PERENCANAAN RUMAH DENGAN PONDASI DANGKAL

CONTOH PERENCANAAN RUMAH DENGAN PONDASI DANGKAL

5
9/29/2016

GAMBAR DETAIL PONDASI DANGKAL

GAMBAR DETAIL PONDASI DANGKAL

6
9/29/2016

CONTOH PONDASI DALAM (PANCANG)

CONTOH PONDASI DALAM (PANCANG)

7
9/29/2016

CONTOH PONDASI DALAM (PANCANG)

CONTOH PONDASI DALAM (SUMURAN)

Perangkaian Tulangan

8
9/29/2016

CONTOH PONDASI DALAM (SUMURAN)

Pemasukan Rangkaian Tulangan Tulangan Terpasang

CONTOH PONDASI DALAM (SUMURAN)

Pengecoran Beton

9
9/29/2016

KRITERIA PERENCANAAN PONDASI:

1. Daya dukung sistem pondasi harus lebih besar daripada


beban yang bekerja pada pondasi

2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak melebihi


dari penurunan yang diijinkan

CONTOH KEGAGALAN
DESAIN PONDASI

10
9/29/2016

CONTOH KEGAGALAN PONDASI

CONTOH KEGAGALAN PONDASI

11
9/29/2016

CONTOH KEGAGALAN PONDASI

Semula bangunan sudah cukup stabil

CONTOH KEGAGALAN PONDASI

Awal bencana dimulai dari penggalian di sebelah depan sekaligus


pengurugan di belakang  instabilitas lereng

12
9/29/2016

CONTOH KEGAGALAN PONDASI

Diperparah oleh erosi tanah permukaan akibat hujan

HAL-HAL YANG BERPENGARUH TERHADAP


DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN SISTEM PONDASI:

1. Kondisi pelapisan tanah dasar dimana pondasi bertumpu

2. Pondasi: bentuk, dimensi, dan elevasi

13
9/29/2016

PARAMETER TANAH DASAR PENDUKUNG PONDASI:

1. Index properties:

• Berat volume: , sat, d, ’ • Kadar air: w


Ww
Ws

Vv n V
• Angka pori: e • Derajat kejenuhan: S  V
w
e
Vs 1 n v

Vv e
• Porositas: n n
V 1 e • Atterberg Limit: LL, PL, dan PI

2. Engineering Properties:
• Sudut geser dalam: 
• Cohesi: c
• Koefisien konsolidasi: Cc

INVESTIGASI TANAH UNTUK


PERENCANAAN PONDASI:

1. Boring (tangan atau mesin)


2. SPT (Standard Penetration Test)
3. Sampling: disturbed (DS) atau undisturbed (UDS)
4. Vane Shear
5. CPT (sondir)
6. Test pit
7. Plate bearing test
8. Uji laboratorium: index dan engineering properties

14
9/29/2016

CONTOH STRATIGRAFI TANAH:

pONDASI DALAM (tiang)

15
9/29/2016

KLASIFIKASI PONDASI TIANG:

BERDASARKAN PERPINDAHAN TANAH


British Standard Code of Practical for Foundation (CP. 2004)

a. Large Displacement Piles

• Tiang masif atau tiang berlubang dengan ujung tertutup

• Pelaksanaan dengan cara dipancang atau ditekan sampai


elevasi yang dituju, sehingga terjadi perpindahan tanah
yang cukup besar dari tempatnya semula.

Large Displacement Piles

16
9/29/2016

KLASIFIKASI PONDASI TIANG:


b. Small Displacement Piles

• Berpenampang lebih kecil dibanding large displacement


pile: profil baja H atau I, tiang pipa atau box, dengan
ujung terbuka yang memungkinkan tanah masuk melalui
penampang yang berlubang.
• Tiang dipancang atau ditekan ke dalam tanah sampai
pada elevasi yang diinginkan.
• Tiang pancang berulir juga termasuk dalam kategori ini.

Small Displacement Piles

17
9/29/2016

KLASIFIKASI PONDASI TIANG:

c. Non Displacement Piles

• Ditanamkan ke dalam tanah dengan cara pemindahan


tanah terlebih dahulu (dibor, digali secara manual atau
dengan mesin).
• Setelah lubang selesai dibuat baru dilaksanakan pengisian
lubang dengan tiang (dicor).
• Dengan demikian mobilisasi friksi tidak sebesar friksi pada
displacement piles

Non-Displacement Piles

18
9/29/2016

JENIS MATERIAL DAN PENGGUNAAN

MATERIAL
a. Tiang kayu
b. Tiang baja
c. Tiang beton
d. Tiang composite

PEMILIHAN MATERIAL TIANG DIDASARKAN:


a. Lokasi dan tipe bangunan
b. Keadaan lapisan tanah (subsurface condition)
c. Ketahanan tiang

FAKTOR LOKASI DAN TIPE BANGUNAN


1. Bangunan Kelautan (dermaga, platform, jetty, dll.)

a. Perairan Dangkal
Dapat digunakan tiang pracetak (precast solid piles) atau
tiang pratekan. Sedang untuk konstruksi sementara (tak
permanen) digunakan tiang pancang kayu.

b. Perairan Dalam
Penggunaan tiang pancang beton masif tidak begitu
menguntungkan, karena bobot tiang yang terlalu besar
sehingga susah saat dipancangkan.
Tiang yang sering dipergunakan adalah profil H atau pipa.
Tiang pipa lebih banyak dipergunakan karena tiang pipa akan
menerima gaya friksi (drag forces akibat gelombang dan arus)
yang lebih kecil.

19
9/29/2016

FAKTOR LOKASI DAN TIPE BANGUNAN


2. Bangunan Darat
• Penggunakan ketiga kategori tiang (displacement dan non displacement)
bisa dilakukan
• Biasanya tiang bor (bored & Cast in Situ Piles) merupakan alternatif yang
lebih murah. Diameter tiang bor bisa dibuat cukup besar. Untuk
mendapatkan daya dukung ujung yang lebih besar bisa dilakukan
pembesaran pada ujung bawah tiang. Tiang jenis ini sangat cocok untuk
daerah perkotaan, karena bisa mengurangi kemungkinan terangkatnya
tanah (ground heave), kebisingan dan getaran.
• Untuk beban upper structure yang cukup berat bisa digunakan driven &
cast in situ piles. Meskipun demikian tiang pancang mempunyai harga lebih
mahal daripada tiang bored & cast in situ piles.
• Tiang pancang kayu dipergunakan untuk upper structure yang relatif
ringan.
• Tiang baja dan beton yang dimasukkan dengan cara ditekan biasanya
dipergunakan untuk pekerjaan penompangan (under pinning work).

FAKTOR KEADAAN LAPISAN


1. Bored pile biasanya digunakan untuk tanah liat yang keras sampai
sangat keras. Bored pile tidak digunakan pada tanah liat lunak atau
pada tanah berbutir lepas (pasir). Tiang dengan dasar yang
membesar hanya bisa diletakkan pada tanah liat keras atau pada
lapis batuan lunak.
2. Tiang pancang tidak bisa digunakan pada tanah berbatu atau pada
lapisan dimana terdapat lensa tanah keras
3. Cast in situ piles tidak bisa digunakan untuk penetrasi yang dalam,
karena keterbatasan dari penyambungan dan penarikan
(pengangkatan) casing.
4. Pemancangan tiang pada tanah berbutir kasar atau yang banyak
mengandung bongkahan batu akan lebih cocok dengan
menggunakan tiang dengan dinding tipis atau profil H dibandingkan
dengan penggunaan tiang pancang beton massif.

20
9/29/2016

FAKTOR KETAHANAN TIANG


1. Tiang Kayu
Perlu diperhatikan masalah pembusukan, terutama untuk tiang yang
terletak di atas muka air tanah

2. Tiang Pancang Beton


Tidak terserang korosi dan dapat tahan terhadap konsentrasi sulfat
tinggi yang terdapat dalam tanah

3. Cast in situ concrete piles


Apabila kurang padat dapat diserang zat-zat agresif yang dapat
merusak beton. Meskipun demikian untuk mengurangi ekses di atas
bisa dibuat selimut (lining) sebagai perlindungan terhadap korosi

4. Tiang Baja
Akan dapat memberikan pelayanan yang lama pada tanah biasa, tetapi
akan sangat mudah terkorosi apabila berhubungan dengan air laut.
Untuk itu diperlukan perlindungan dengan system Cathodic Protection
atau Anoda System-Impressed Current.

DAYA DUKUNG PONDASI DALAM:


• Daya Dukung Axial (vertikal)

• Daya Dukung Lateral (horisontal)

• Daya Dukung Group Tiang

Q
Q M
H H

21
9/29/2016

YANG MEMPENGARUHI DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM:
• Kondisi Tanah (kekuatan/strength)
kekakuan/stiffness lebih berpengaruh terhadap deformasi

• Dimensi Pondasi

• Metoda Penanaman Pondasi

• Kedalaman Penanaman Pondasi

REVIEW KEKUATAN GESER TANAH:

Kontribusi pasir

c kontribusi lempung

Dalam perhitungan daya dukung pondasi biasanya kekuatan


geser tanah disederhanakan sebagai:

• Tanah pasir saja (-soil)   =  . tan

• Tanah lempung saja (c-soil)  =c

22
9/29/2016

REVIEW KEKUATAN GESER TANAH:

PENYEDERHANAAN KEKUATAN GESER TANAH


PADA PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI

=c

PASIR LEMPUNG

DAYA DUKUNG AXIAL (vertikal)


Q
Daya dukung tiang dibedakan atas:

• Daya dukung ujung (Qe)

Qs • Daya dukung friksi (Qs)

Qult = Qe + Qs
Qe

23
9/29/2016

JENIS TIANG MENURUT DAYA DUKUNG:


Q
1. Point Bearing Piles:

• Tiang ditanam masuk sampai


lapisan tanah keras, sehingga
daya dukung tanah untuk
Tanah pondasi ini lebih ditekankan
lunak untuk tahanan ujungnya.
• Tiang pancang type ini disebut
end bearing piles atau point
bearing piles.
Tanah • Yang perlu diperhatikan pada
keras
tiang type ini adalah, bahwa
ujung tiang harus terletak pada
lapisan tanah keras.

2. Friction Piles:

• Apabila tiang tidak mencapai


lapisan tanah keras, maka
Tanah untuk menahan beban yang
lunak
diterima tiang, mobilisasi
tahanan sebagian besar
ditimbulkan oleh gesekan
tiang dengan tanah (skin
Tanah friction).
keras • Tiang pancang seperti ini
disebut friction piles.

24
9/29/2016

BEBAN IJIN (Kriteria 1 Perencanaan Pondasi)

Qult Qall : Daya dukung ijin


Qall = Qult : Daya dukung maximum
SF
SF : Faktor keamanan

SF = 2,5 – 4,0

MEKANISME PEMANCANGAN

Drop Hammer

25
9/29/2016

MEKANISME PEMANCANGAN

Diesel Hammer Hydraulic Hammer

MEKANISME PEMANCANGAN

DROP HAMMER

DIESEL HAMMER

26
9/29/2016

DAYA DUKUNG UJUNG Q


Tanah Kohesif (c-soils)

Meyerhof: Qe = Ap . c . Nc’

Terzaghi: Qe = Ap . qult

qult = 1,3 c Nc + q Nq

Tomlinson: Qe = Ap . c . Nc’
Qe

Ap : Luas penampang tiang


c : Kohesi tanah bagian ujung (sebaiknya dari test UU)
Nc’ : Faktor daya dukung (untuk tanah berbutir halus = 9)
Nq : Faktor daya dukung, bila  = 0 maka Nq = 1

DAYA DUKUNG UJUNG


Faktor Daya Dukung
1000
800
600
Bearing capacity factors, Nq & Nc

400

200

100
80
60
40
Nc
20
Nq
10
8
6
4

1
0 10 20 30 40
Soil friction angle, φ (deg)

27
9/29/2016

DAYA DUKUNG UJUNG


Tanah Granular ( -soils)
Meyerhof:

qp
Daya dukung membesar
(Lb/D)cr dengan bertambahnya
kedalaman pemancangan,
dan mencapai max. pada
Lb/D=L/D (Lb/D)=(Lb/D)cr

Pada tanah homogen: Lb = L


L
L=Lb
Pada tanah tak homogen: umumnya Lb < L
Lb

DAYA DUKUNG UJUNG


Faktor Daya Dukung & Kedalaman Kritis
1000
800
600
Bearing capacity factors, Nq & Nc

400

200

100
80
60
40
Nc
20 20
Critical depth, (Lb/D)cr

Nq
10 10
8 8
6 6
4 Clay 4
Sand
2 2

1 1
0 10 20 30 40
Soil friction angle, φ (deg)

28
9/29/2016

DAYA DUKUNG UJUNG


Tanah Granular ( -soils)
Meyerhof:

Qe = Ap . qp = Ap ( c. Nc + q . Nq)

Karena c = 0  Qe = Ap . qp = Ap . q . Nq  Ap . ql

ql = 50 . Nq. tan

Qe max. = Ap . ql = Ap . 50 . Nq . tan

DAYA DUKUNG UJUNG


Tanah Granular ( -soils)

Terzaghi: Qe = Ap (q Nq aq +  B N a)

 : berat volume tanah di ujung tiang


aq & a : Faktor penampang
aq = 1 untuk penampang persegi dan bulat
a = 0,4 untuk penampang persegi
a = 0,3 untuk penampang bulat

Tomlinson:
Qe = Ap q Nq

29
9/29/2016

DAYA DUKUNG FRIKSI

Pada tanah homogen: Pada tanah berlapis:

QS = AS . f = p . L . f QS = (p . L . f)
As : Luas selimut tiang
P : Keliling penampang
L : Panjang tiang QS = p . (L . f ) D: konstan
f : tahanan friksi

L1
Qs1
L
Qs L2
Qs2
L3
Qs3

DAYA DUKUNG FRIKSI


Tanah Granular (pasir)

f = K . v’ . tan

f
v’.K K : Koef. Tek. Tanah lateral
v’ : Tekanan tanah vertikal efektiff
δ : sudut gesek antara tiang-pasir

Bored or jetter piles : K = K0 = 1 - sin


Small displ. Piles : K = K0 (lower limit)
K = 1,4 . K0 (upper limit)
Large dipl. Piles : K = K0 (lower limit)
K = 1,8 . K0 (upper limit)

30
9/29/2016

DAYA DUKUNG FRIKSI


Tanah Kohesif (lempung)

1. -Method: f =  (v’ + 2. Cu)

v’ : Tekanan vertikal efektif


Cu : undrained shear strength
 = f(L), dibaca dari nomogram

2. -Method ( = 0): f =  . Cu

 :faktor adhesi empiris, nomogram


untuk tanah NC dengan Cu<50 kN/m2,  = 1

3. -Method: f =  . v’

 = K . tanR
R : drained friction angle of remolded clay
K = 1 - sinR tanah NC
K = (1 - sinR . OCR) tanah OC

DAYA DUKUNG FRIKSI


Tanah Kohesif (lempung)

Variasi  dan 

31
9/29/2016

DAYA DUKUNG FRIKSI


Tanah Kohesif (lempung)

4. Dari test tarik tiang (pull out test):

Qs = p . L . (z + q) . K . tan tanah kepasiran

z : kedalaman titik pusat tekanan vertikal tanah


q
q = beban yang bekerja di permukaan
K = koefisien tekanan tanah lateral, umumnya diambil K = 1,75
p = keliling penampang tiang
z
sin( + )
Qs =  A s K q L
L cos . cos
tanah kepasiran yang keras
Qs  : sudut gesek tiang-tanah, umum-nya diambil  = 0,67 
K : koef. Tekanan tanah lateral
K = (1,5 sampai 2,2) K0
 : sudut runcing tiang

CONTOH KASUS

32
9/29/2016

DAYA DUKUNG pondasi SUMURAN


(bored pile)

Q
Prinsip: sama dengan pondasi tiang pancang

Qu = Qe + Qs

Qs

Qe

DAYA DUKUNG pondasi SUMURAN


Q

Daya Dukung Ujung

Qe = Ae ( c . Nc + q’ . Nq + 0,3 .  . D . N )
Karena umumnya D << L maka D bisa diabaikan, sehingga:
Qe = Ae ( c . Nc + q’ . Nq)

L/D 0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 4.0

Nc 6.2 7.1 7.7 8.1 8.4 8.6 8.8 9.0 Qe

33
9/29/2016

DAYA DUKUNG pondasi SUMURAN


Daya Dukung Friksi Q
L
Q s   p . f . dL
0

Tomlinson:

Tiang Pancang: Qs
Q s   . c . A s  k . q . tan . A s
L L
Q s    . c . p . dL   k . q . tan . p . dL
0 0

Sumuran:
C direduksi menjadi 0,30 c (Tomlinson)
C direduksi menjadi 0,45 c (Skempton untuk long pile)
C direduksi menjadi 0,30 c (Skempton untuk short pile)
K direduksi menjadi 0,70 k

Qs  (0,3 sd. 0,45) .  . c . A s  0.70 . k . q . tan . A s

PEMBUATAN pondasi SUMURAN

Tanpa Casing

34
9/29/2016

PEMBUATAN PONDASI SUMURAN

Dengan Casing

PEMBUATAN PONDASI SUMURAN

Dengan Slurry Dengan Belling Bucket

35
9/29/2016

PEMBUATAN PONDASI SUMURAN

Perangkaian Tulangan

PEMBUATAN PONDASI SUMURAN

Pemasukan Rangkaian Tulangan


Tulangan Terpasang

36
9/29/2016

PEMBUATAN PONDASI SUMURAN

Pengecoran Beton

PEMBUATAN PONDASI SUMURAN

Auger Drill Bucket Cleaning bucket

Underreamer

Tapered rock auger Round shank Core Barrel Roller bit core barrel

37
9/29/2016

PEMBUATAN PONDASI SUMURAN

BORING PILE 01

BORING PILE 02

GAYA GESER NEGATIF


(Negative Skin Friction)
Q Q
Kondisi terjadinya
negative skin friction
Dn D1 fn1 timbunan
fn timbunan

D2 fn2 tanah
tanah asli
fS asli lunak
padat

fe tanah
asli
padat

fe fe

Fn = (ca + 0 . tan ) As
= ( ca + k0 .  . Dn . tan ) Dn . p

38
9/29/2016

GAYA GESER NEGATIF


(Negative Skin Friction)

Tanah kohesif: Fn = ca . Dn . p ( = 0)

Tanah granular: Fn = k0 .  . Dn2 . tan . p (c = 0)

Timbunan di atas tanah lunak:


Fn = ( ca1 + 01 . tan1 ) D1 . p + ( ca2 + 02 . tan2 ) D2 . P

Qe  Qs
Faktor Keamanan: SF 
Q  Fn

GAYA GESER NEGATIF


(Negative Skin Friction)

Usaha Pengurangan Friksi (negatif)

39
9/29/2016

DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN DATA LAPANGAN


(Berdasarkan Hasil Sondir menurut Tomlinson (1975))

Daya Dukung Ujung Tiang Pancang:

Qe = 10 . Ckd . Ae [ton]

Ckd = qc rata-rata dari 1d di bawah dan 3d d


di atas elevesi ujung tiang
(Gambar)
3d

Satuan: d
Qe [ton], qc [kg/cm2], dan Ae [m2]

Rentang harga qc untuk daya


dukung ujung (Tomlinson)

DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN DATA LAPANGAN


(Berdasarkan Hasil Sondir menurut Tomlinson (1975))

Daya Dukung Friksi Tiang Pancang:

Qs = 0,05 . qc . As tanah homogen

p n
Qs   qci . li
20 i=1
tanah berlapis

Satuan:
Qs [ton], qc [kg/cm2], dan Ae [m2]

40
9/29/2016

DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN DATA LAPANGAN


(Berdasarkan Hasil Sondir menurut Tomlinson (1975))

qc1 qc2 qc3


qc

l1

l2

l3

Pengambilan harga qc untuk daya dukung friksi

41
9/29/2016

DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN DATA LAPANGAN


(Berdasarkan Uji SPT menurut Meyerhof (1956))

Ns A s
Qu  QaFs  40Ne A e 
5

Dimana :
Qu dan Qa dalam [ton]
Ne = Nilai SPT rata-rata dihitung dari ujung tiang sampai 2 kali
diameter di bawahnya
Ns = Nilai SPT rata-rata sepanjang selimut tiang
Ae = Luas penampang tiang [m2]
As = Luas selimut [m2]
Fs = 4

DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN DATA LAPANGAN


(Berdasarkan Uji SPT menurut API, American Petroleum Institute)

Cu = 6.67 NSPT (lempung)

DAYA DUKUNG TEKAN


Qs = α x Cu x keliling x ketebalan (lempung)
= 2 x NSPT x keliling x ketebalan (pasir)
Qe = 9 x Cu x luas penampang (lempung)
= 40 x NSPTav x kedalaman / diameter
≤ 400 x NSPTav x luas penampang (pasir)
Qu = Qs + Qe

DAYA DUKUNG TARIK (pull out)


Qs = 0.7 X Qs (tekan)
Wp = penampang x kedalaman x pile

Qpu = Qs + Wp

42
9/29/2016

DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN DATA LAPANGAN


(Berdasarkan Uji SPT menurut API, American Petroleum Institute)

ADHESION FACTOR, α

1.00
Adhesion factor

0.50

0.00
0 25 50 70 75

Undrained Shear Strength (Cu) in kN/m2

REVIEW UJI SPT

15cm

15cm 45cm

15cm

43
9/29/2016

44
9/29/2016

45
9/29/2016

Project : Desain Pailing dan Pondasi Dermaga Konveyor Muara Barong


di Propinsi Kalimatan Timur
Ref. : BH 01 Calc. Method :
Cu = 6.67* NSPT
Pile Properties
Type : Bored Pile Compression
Diameter : 0.3 m skin friction (Qs) = α*cu*perimeter*l (c - soil)
Thick : - m = 2*NSPT*perimeter*l (Φ - soil)
Perimeter : 0.94 m End Bearing (Qp) = 9*cu*area (c - soil)
2
Area Out : 0.07 m = 40*NSPTav*l/D (Φ - soil)
Area Pile : - m2 = < 400*NSPTav*area
Unit Weight: - kN Ultimate (Qu) = Qs + Qp

Pull Out
Skin Friction (Qs) = 0.7*Qs (compression)
Pile Weight (Wp) = Area Pile*Unit weight of Pile*l
Ultimate (Qpu) = Qs + Wp

Soil Properties Compression Capacity (kN) Pull Capacity (kN)


Depth (m) Friction Friction
Layer NSPT cu (kN/m2) α End Qu Wp Qpu
local cumm local cumm
0.0 Clay 0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
-1.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 10.4 12.7 23.1 7.3 7.3 0.0 7.3
-2.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 20.7 12.7 33.5 7.3 14.5 0.0 14.5
-3.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 31.1 12.7 43.8 7.3 21.8 0.0 21.8
-4.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 41.5 12.7 54.2 7.3 29.0 0.0 29.0
-5.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 51.9 12.7 64.6 7.3 36.3 0.0 36.3
-6.0 Clay 10 66.7 0.55 34.6 86.4 42.4 128.9 24.2 60.5 0.0 60.5
-7.0 Sand 10 - - 9.4 95.9 282.7 378.6 6.6 67.1 0.0 67.1
-8.0 Sand 20 - - 18.8 114.7 565.5 680.2 13.2 80.3 0.0 80.3
-9.0 Sand 20 - - 18.8 133.6 565.5 699.0 13.2 93.5 0.0 93.5
-10.0 Sand 20 - - 18.8 152.4 565.5 717.9 13.2 106.7 0.0 106.7
-11.0 Sand 20 - - 18.8 171.3 565.5 736.7 13.2 119.9 0.0 119.9
-12.0 Sand 20 - - 18.8 190.1 565.5 755.6 13.2 133.1 0.0 133.1
-13.0 Sand 20 - - 18.8 209.0 565.5 774.4 13.2 146.3 0.0 146.3
-14.0 Sand 20 - - 18.8 227.8 565.5 793.3 13.2 159.5 0.0 159.5
-15.0 Sand 20 - - 18.8 246.7 565.5 812.1 13.2 172.7 0.0 172.7
-16.0 Sand 35 - - 33.0 279.6 989.6 1269.2 23.1 195.8 0.0 195.8
-17.0 Sand 35 - - 33.0 312.6 989.6 1302.2 23.1 218.8 0.0 218.8
-18.0 Sand 60 - - 56.5 369.2 1696.5 2065.6 39.6 258.4 0.0 258.4
-19.0 Sand 60 - - 56.5 425.7 1696.5 2122.2 39.6 298.0 0.0 298.0
-20.0 Sand 60 - - 56.5 482.3 1696.5 2178.7 39.6 337.6 0.0 337.6
-21.0 Sand 60 - - 56.5 538.8 1696.5 2235.3 39.6 377.2 0.0 377.2
-22.0 Sand 60 - - 56.5 595.4 1696.5 2291.8 39.6 416.8 0.0 416.8
-23.0 Sand 60 - - 56.5 651.9 1696.5 2348.4 39.6 456.3 0.0 456.3
-24.0 Sand 60 - - 56.5 708.5 1696.5 2404.9 39.6 495.9 0.0 495.9
-25.0 Sand 60 - - 56.5 765.0 1696.5 2461.5 39.6 535.5 0.0 535.5
-26.0 Sand 60 - - 56.5 821.6 1696.5 2518.0 39.6 575.1 0.0 575.1
-27.0 Sand 60 - - 56.5 878.1 1696.5 2574.6 39.6 614.7 0.0 614.7
-28.0 Sand 60 - - 56.5 934.7 1696.5 2631.1 39.6 654.3 0.0 654.3
-29.0 Sand 60 - - 56.5 991.2 1696.5 2687.7 39.6 693.9 0.0 693.9
-30.0 Sand 60 - - 56.5 1047.8 1696.5 2744.2 39.6 733.4 0.0 733.4

Project : Desain Pailing dan Pondasi Dermaga Konveyor Muara Barong


di Propinsi Kalimatan Timur
Ref. : BH 01 Calc. Method :
Cu = 6.67* NSPT
Pile Properties
Type : Bored Pile Compression
Diameter : 0.3 m skin friction (Qs) = α*cu*perimeter*l (c - soil)
Thick : - m = 2*NSPT*perimeter*l (Φ - soil)
Perimeter : 0.94 m End Bearing (Qp) = 9*cu*area (c - soil)
2
Area Out : 0.07 m = 40*NSPTav*l/D (Φ - soil)
2
Area Pile : - m = < 400*NSPTav*area
Unit Weight: - kN Ultimate (Qu) = Qs + Qp

Pull Out
Skin Friction (Qs) = 0.7*Qs (compression)
Pile Weight (Wp) = Area Pile*Unit weight of Pile*l
Ultimate (Qpu) = Qs + Wp

46
9/29/2016

Soil Properties Compression Capacity (kN) Pull Capacity (kN)


Depth (m) Friction Friction
Layer NSPT cu (kN/m2) α End Qu Wp Qpu
local cumm local cumm
0.0 Clay 0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
-1.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 10.4 12.7 23.1 7.3 7.3 0.0 7.3
-2.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 20.7 12.7 33.5 7.3 14.5 0.0 14.5
-3.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 31.1 12.7 43.8 7.3 21.8 0.0 21.8
-4.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 41.5 12.7 54.2 7.3 29.0 0.0 29.0
-5.0 Clay 3 20.0 0.55 10.4 51.9 12.7 64.6 7.3 36.3 0.0 36.3
-6.0 Clay 10 66.7 0.55 34.6 86.4 42.4 128.9 24.2 60.5 0.0 60.5
-7.0 Sand 10 - - 9.4 95.9 282.7 378.6 6.6 67.1 0.0 67.1
-8.0 Sand 20 - - 18.8 114.7 565.5 680.2 13.2 80.3 0.0 80.3
-9.0 Sand 20 - - 18.8 133.6 565.5 699.0 13.2 93.5 0.0 93.5
-10.0 Sand 20 - - 18.8 152.4 565.5 717.9 13.2 106.7 0.0 106.7
-11.0 Sand 20 - - 18.8 171.3 565.5 736.7 13.2 119.9 0.0 119.9
-12.0 Sand 20 - - 18.8 190.1 565.5 755.6 13.2 133.1 0.0 133.1
-13.0 Sand 20 - - 18.8 209.0 565.5 774.4 13.2 146.3 0.0 146.3
-14.0 Sand 20 - - 18.8 227.8 565.5 793.3 13.2 159.5 0.0 159.5
-15.0 Sand 20 - - 18.8 246.7 565.5 812.1 13.2 172.7 0.0 172.7
-16.0 Sand 35 - - 33.0 279.6 989.6 1269.2 23.1 195.8 0.0 195.8
-17.0 Sand 35 - - 33.0 312.6 989.6 1302.2 23.1 218.8 0.0 218.8
-18.0 Sand 60 - - 56.5 369.2 1696.5 2065.6 39.6 258.4 0.0 258.4
-19.0 Sand 60 - - 56.5 425.7 1696.5 2122.2 39.6 298.0 0.0 298.0
-20.0 Sand 60 - - 56.5 482.3 1696.5 2178.7 39.6 337.6 0.0 337.6
-21.0 Sand 60 - - 56.5 538.8 1696.5 2235.3 39.6 377.2 0.0 377.2
-22.0 Sand 60 - - 56.5 595.4 1696.5 2291.8 39.6 416.8 0.0 416.8
-23.0 Sand 60 - - 56.5 651.9 1696.5 2348.4 39.6 456.3 0.0 456.3
-24.0 Sand 60 - - 56.5 708.5 1696.5 2404.9 39.6 495.9 0.0 495.9
-25.0 Sand 60 - - 56.5 765.0 1696.5 2461.5 39.6 535.5 0.0 535.5
-26.0 Sand 60 - - 56.5 821.6 1696.5 2518.0 39.6 575.1 0.0 575.1
-27.0 Sand 60 - - 56.5 878.1 1696.5 2574.6 39.6 614.7 0.0 614.7
-28.0 Sand 60 - - 56.5 934.7 1696.5 2631.1 39.6 654.3 0.0 654.3
-29.0 Sand 60 - - 56.5 991.2 1696.5 2687.7 39.6 693.9 0.0 693.9
-30.0 Sand 60 - - 56.5 1047.8 1696.5 2744.2 39.6 733.4 0.0 733.4

Location : BH 01
Diameter of Pile : 300 mm

N-SPT Ult Compression (kN) Ult Pull Out (kN)


0 20 40 60 80 100 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 0 200 400 600 800
0 0
0 0
3 Q ult Qpu
3 End Wp
3 Friction Friction
3
-5 3 -5 -5
10
10
20
20
-10 20 -10 -10
20
20
20
Depth (m)

Depth (m)
Depth (m)

20
-15 20 -15 -15
35
35
60
60
-20 60 -20 -20
60
60
60
60
-25 60 -25 -25
60
60
60
60
-30 60 -30 -30

47
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Penyebab Beban Lateral

• Gaya gempa
• Gaya angin pada struktur atas
• Tekanan tanah aktif (abutment jembatan)
• Tumbukan kapal (dermaga)

Kriteria Perencanaan

• Beban lateral ditentukan berdasarkan defleksi maximum


yang diijinkan.
• Beban lateral yang diijinkan sama dengan daya dukung
lateral dibagi dengan angka keamanan.

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Hubungan Beban Lateral Dengan Deformasi Tanah

1. Pada mulanya untuk pembebanan yang rendah tanah akan terdeformasi


elastis dan terjadi pergerakan tiang, dimana pergerakan tersebut cukup
mampu untuk mentransfer sebagian tekanan dari tiang ke lapisan tanah
yang lebih dalam.

2. Pada pembebanan selanjutnya beban menjadi lebih besar, lapisan tanah


akan runtuh plastis dan mentransfer seluruh bebannya ke lapis tanah
yang lebih dalam lagi.

3. Hal ini akan berlanjut dan menciptakan mekanisme keruntuhan yang


berhubungan dengan kekakuan tiang.

48
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Pada aspek pembebanan lateral pondasi tiang digolongkan menjadi 2:

1. Pondasi tiang pendek/kaku 2. Pondasi tiang panjang/lentur

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Mekanisme Keruntuhan

1. Rotasi untuk tiang pendek/kaku 2. Translasi untuk tiang pendek/kaku

49
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

3. Patahan pada daerah dimana terdapat momen lentur maximum


untuk tiang panjang/lentur

PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG
Pada Tanah OC (terlalu konsolidasi)

Modulus of subgrade reaction tanah diasumsikan konstan pada seluruh kedalaman.


Faktor kekakuan:

EI
R  4 (dalam satuan panjang)
KD

K=ks/1,50 ks: modulus of subgrade reaction


didapat dari uji beban lapangan de-
ngan plat bujur sangkar 30 x 30 cm.

beban plat [kN/m 2 ]


ks 
lendutan horisontal [m]

50
9/29/2016

PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG
Pada Tanah OC (terlalu konsolidasi)

Hubungan ks dengan Cu pada tanah OC

Consistency stiff very stiff hard

Cu kN/m2 100 – 200 200 – 400 >400


ks MN/m3 18 – 36 36 – 72 >72
recommended ks 27 54 > 108

PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG
Pada Tanah NC dan Pasir
• ks meningkat secara linear terhadap kedalaman
• Faktor kekakuan:

EI
T  5 (dalam satuan panjang)
h
h .x
h : modulus variasi  K
D

• Harga h pada tanah nonkohesif dalam [MN/m3]


Relative density loose med. Dense dense

tanah kering/lembab 2,5 7,5 20


tanah jenuh 1,4 5 12

• Pada tanah NC soft: h = 350 – 700 kN/m3


• Pada tanah organik: h = 150 kN/m3

51
9/29/2016

PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG

Kriteria Panjang-Pendek Tiang

Jenis Tiang Faktor Kekakuan

tanah NC tanah OC
pendek (kaku) L  2T L  2R
panjang (elastis) L  4T L  3,5R

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Metoda Brinch Hansen

Metoda Brinch Hansen untuk daya dukung lateral tiang pendek

a. soil reaction b. diagram gaya lintang c. momen

52
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
1. Bagi diagram tekanan tanah pasif menjadi
n elemen yang sama besar. Tebal masing-
masing elemen menjadi L/n

2. Tahanan pasif masing-masing elemen


pada tiap kedalaman z:
pz = p0z . Kqz + c . Kcz

P0z : tegangan efektif vertikal pada


kedalaman z
C : kohesi
Kqz dan Kcz : koefisien tekanan tanah
pasif (nomogram)

3. Gaya pasif masing-masing elemen:

Pz = pz . L/n . B
B : lebar atau diameter tiang

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Koefisien Kq dan Kc menurut Brinch Hansen

53
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
4. Mencari posisi titik rotasi X dengan cara
menghitung momen pada ujung atas tiang:

zx zL
L L
 M   p ( n B)(e  z )   p ( n B)(e  z )
z 0
z
zx
z

Titik rotasi X dicari dengan cara coba-


coba sehingga M=0

Apabila ujung atas tiang menerima


momen maka momen tersebut harus
diganti dengan gaya horisontal H dengan
jarak e dari permukaan tanah.

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Apabila ujung atas tiang terjepit:

• Seolah terdapat eksentrisitas


ekivalen e1 dari titik jepit virtuel
sejauh zf dari muka tanah

• Praktis:
zf = 1.50 m (granular)
zf = 3 m (lempung lunak/lanau)

• Sehingga e1 = 0.5 (e + zf)

54
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

5. Tahanan lateral ultimate (Hu) dihitung


berdasarkan keseimbangan momen
yang terjadi pada titik rotasi X:
zx z L
L L
Hu (e  x)   pz ( B)(x  z)  pz ( B)(z  x)
z 0 n zx n

zx z L
L L
 p ( n B)(x  z)  p ( n B)(z  x)
z z
Hu  z 0 zx
(e  x)

6. Menghitung gaya lintang yang


bekerja pada sepanjang tiang

7. Momen maximum terjadi pada


posisi gaya lintang sama
dengan nol

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Pada Tanah Berlapis:

Reaksi pada tanah berlapis akibat beban lateral

55
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Metoda Broms

Bisa untuk menghitung daya dukung:


• tiang kaku (pendek)
• tiang lentur (panjang)

Hanya dipakai untuk:


• tanah halus ( = 0) saja
• tanah granular (c = 0) saja.

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tiang Pendek (short pile)
Pada Tanah Halus ( = 0) dengan Kondisi Short Term Loading
Asumsi dasar: tegangan tanah yang terjadi akibat beban lateral sampai dengan
kedalaman 1,50 B dari permukaan tanah adalah sama dengan
nol. Hal ini disebabkan oleh adanya efek penyusutan tanah.

Reaksi tanah dan momen pada tanah kohesif (Broms)

56
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:

Free Head:
1. Mmax dan Hu bisa didapat dari persamaan di bawah:
Kedalaman dimana gaya lintang sama dengan nol:

Hu
H u  9.cu .B. f  f 
9.cu .B
(1)
Mmax terjadi dimana gaya lintang sama dengan
nol:
f
M max  H u (e  1,50 B  f )  9.cu .B. f .
2
f
M max  H u (e  1,50 B  f )  H u .
2
M max  Hu ( e  1,50B  0,50 f ) (2)

Panjang sisa tiang sejarak g (Gambar) menahan Mmax dan berdasarkan


persamaan keseimbangan pada tiang kaku (pendek) didapat:
M max  2 ,25.cu .B .g 2 (3)

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

2. Dengan memasukkan persamaan (1) ke (2) didapat:

Hu
M max  H u (e  1,50 B  0,50 ) (A)
9.cu .B

3. Dari hubungan g  L  f  1,50 B jika dimasukkan ke dalam persamaan (3), didapat:

M max  2 ,25.cu .B .( L  f  1,50 B ) 2 (B)

4. Dari dua persamaan (A) dan (B) dengan dua variabel yaitu Mmax dan Hu bisa
dihitung Mmax dan Hu (matrix 2x2)

57
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Fixed Head:

H  0
H u  9.c u .B .( L  1,50 B )

Maka :

1 
M max  9 .c u .B .( L  1 ,50 B ) ( L  1 ,50 B )  1 ,50 B 
2 
1
M max  . 9 .c u .B .( L  2 ,25 .B )
2 2

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Daya dukung lateral


tiang pendek vs. kedalaman
Pada Lempung
(Broms)

58
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tiang Pendek (short pile)
Pada Tanah Granular (c=0)
Asumsi dasar pada kasus ini adalah resultan tekanan pasif pada ujung tiang
untuk tanah berbutir kasar dapat digantikan oleh gaya horisontal P

Reaksi dan momen pada tiang pendek pada tanah kohesif

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
Free Head:
1. Diagram reaksi tanah pada tiang untuk tiap kedalaman z dihitung dengan cara:

pz = 3.B.p0z.Kp (1)

B : lebar tiang
p0z : Tekanan tanah efektif pada kedalaman z
Kp : koefisien tekanan tanah pasif (Rankin)
Kp = tan2 (450 + /2)

2. Dengan menggunakan harga pz seperti pada persamaan (1), hitung: gaya


pasif pada masing-masing elemen.

59
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
3. Posisi titik rotasi dianggap pada ujung bawah tiang dengan kedalaman L dari
muka tanah.
4. Hu ditentukan dengan mencari keseimbangan momen pada titik rotasi.
5. Menghitung gaya lintang yang bekerja pada sepanjang tiang
6. Momen maximum terjadi pada posisi gaya lintang sama dengan nol
Langkah 3 sampai dengan 6 bisa diterangkan dengan freebody berikut :
Hu

L
R

L/3
P

3BLKp

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
L
R  ( 3BLK p )  1,5BL2 K p
2 (2) Hu

H  0  H u  R  P  0  H u  R  P e

M pada titk rotasi sama dengan nol: x

L RL
R.  H u ( e  L )  0  H u  (3)
3 3( e  L ) L
R

L/3
Dari persamaan (2):
P
RL RL
R-P   P  R- (4) 3BLKp
3( e  L ) 3( e  L )

60
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Apabila persamaan (2) dimasukkan ke (3) didapat:

1 ,5 B  L2 K p L 0 ,5 B  L3 K p (5)
Hu   Hu
3( e  L ) eL
e

Mencari jarak x, dimana gaya lintang sama dengan nol

x
H u  ( 3 B  xK p ).  0 x
2 x
Hu Hu
x 2
  x 
1, 5 B  K p 1, 5 B  K p
L 3BxKp
R
Momen maximum: L/3
P
x x
M max  H u ( e  x )  ( 3 B  xK p ). .
2 3 3BLKp

 H u ( e  x )  0 ,5 ( B  K p x 3 )

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Fixed Head:

1. Hu dicari dari keseimbangan gaya horisontal :


L
H u  3 B  LK p .  1 ,5 B  L 2 K p
2

2. Mmax dihitung dari:

L 2
M max  3 BLK p . . L  BL3 K p
2 3

61
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Daya dukung lateral


tiang pendek vs. kedalaman
Pada Granular
(Broms)

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tiang Panjang (long pile)

Pada Tanah Kohesif (=0)

Berdasarkan anggapan, bahwa gaya pasif yang dimobilisasi sepanjang tiang pada
long pile adalah tak terhingga, maka beban lateral batas (Hu) yang dapat ditahan
oleh tiang dinyatakan dalam momen tahanan maximum dari penampang tiang.

Cara sederhana untuk menghitung Hu yang hanya berlaku pada kondisi-kondisi:


• Pembebanan ringan
• Lebar tiang kecil sampai medium
• Asumsi mekanisme pembebanan seperti pada Gambar di bawah ini:

62
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL

Beban lateral maximum:


Mu
1. Free head pile Hu 
(e zf )

2M u
2. Fixed head pile Hu 
(e zf )

penyederhanaan:
Pemodelan kantilever untuk tiang zf = 1,50 m untuk pasir & lempung keras
dengan beban lateral
zf = 3,00 m untuk lempung lunak & lanau

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Broms juga menggembangkan cara untuk menghitung Hu dan Mmax dengan asumsi
diagram tegangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:

Reaksi dan momen pada tiang panjang pada tanah kohesif

63
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:

Free Head:
1. Gambar diagram tegangan tanah dan momen lentur seperti Gambar dibawah ini:
Hu

1,5B

P f/2
f

9.cu.B

2. Pada posisi dimana terjadi patahan dihitung M ke atas

Hu
P = 9 cu B f = Hu  f 
9cu B

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
3. Mmax = Hu (e + 1,50B + f) – P . f/2 = Hu (e + 1,50B + f/2)

4. Dan bila Mmax dianggap sama dengan Mu penampang tiang, maka:

Mu
Hu  free head, pada lempung
( e 1,5B  f / 2 )

64
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Fixed Head:
H  0  H u  P
Mu
Mu
Hu
Hu M x  0
1,5B

P f/2 f
f 2M u  P  H u ( 1,5 B  f )  0
2

Mu
f
Mu
9.cu.B 2M u  H u  H u ( 1,5 B  f )  0
2

Gambar Free body dari posisi patahan ke atas (fixed head)


maka:

2M u
Hu 
( 1,5B  f / 2 )

fixed head, pada lempung

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Daya dukung lateral
tiang panjang vs. kedalaman
Pada Kohesif
(Broms)

65
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Pada Granular (c=0)
Mobilisasi diagram tegangan ditunjukkan pada Gambar

Reaksi dan momen untuk tiang panjang pada tanah granular


a. free head b. fixed head

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
Free Head:
Mmax dan Hu dihitung dengan cara:

H u  R  3.B. . f .K p . f  1,5.B. .K p . f 2
2
f R
Hu
f  0,82
BK p
3BγfKp

1
M max  H u (e  f )  R. . f
3

2
M max  H u (e  f)
3

Mu Mu
Hu  
2
e f e  0,54 H u free head, pada granular
3 BK p

66
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
Fixed Head:
Pada fixed head akan timbul lendutan seperti Gambar di bawah ini:
Mu
Hu
Mu
e
Hu

f R

Mu

3.B..f.Kp

Mu

Free body diagram tegangan,


Fixed head, long pile, -soil

PONDASI TIANG DENGAN


BEBAN LATERAL
Mu
f 3
 H  0  H u  R  3.B. . f .K p .  B K p f 2
Hu
2 2 e
f
2 M u  H u (e  f )  R
3 R
f

Mu
f
2M u  H u (e  f )  H u
3 3.B..f.Kp

2M u
Hu 
e  23 f
3 2M u
B K p f 
2 e  23 f
2M u
Hu
Hu 
karena f  0,82 maka Hu fixed head,
BK p e  0 ,82 pada granular
BK p

67
9/29/2016

PONDASI TIANG DENGAN


Daya dukung lateral
BEBAN LATERAL
tiang panjang vs. kedalaman
Pada Granular
(Broms)

Lentur Dan Tekuk Pada Tiang Yang


Tertanam Sebagian

Akibat kombinasi beban yang bekerja


pada tiang vertikal yang tertanam
sebagian, tiang bisa mengalami lentur
dan tekuk.
Kombinasi beban yang dimaksud
adalah:

1. Gaya aksial P
2. Gaya horisontal H
3. Momen M

Tekuk pada kepala tiang akibat beban vertikal dan lateral


a. jepit sebagian b. kedalaman jepit ekivalen

68
9/29/2016

Lentur Dan Tekuk Pada Tiang Yang


Tertanam Sebagian

Faktor yang menentukan untuk mendapatkan panjang ekivalen tiang yang


dianggap berdiri bebas dengan terjepit di dasarnya adalah modulus
elastisitas tanah E, harga faktor-faktor kekakuan R dan T.
Panjang ekivalen dihitung dengan formula:

Le  z f  e (1)

dimana: Le: panjang ekivalen


zf : Jarak dari muka tanah ke titik jepit dasar

zf = 1,4 R untuk tanah dengan harga modulus


konstan (OC)
zf = 1,8 T untuk tanah dengan modulus naik
linear (NC & pasir)

e : jarak dari posisi kerja gaya luar dengan muka tanah

Lentur Dan Tekuk Pada Tiang Yang


Tertanam Sebagian

Le  z f  e adalah satu persamaan pendekatan untuk menghitung panjang


ekivalen yang menurut Davisson dan Robinson dapat digunakan untuk keperluan
perancangan struktur bila:

Le max = L/R >4 untuk tanah dengan modulus konstan (OC)

Le max = L/T >4 untuk tanah dengan modulus naik linear (NC & pasir)

69
9/29/2016

Lentur Dan Tekuk Pada Tiang Yang


Tertanam Sebagian

Beban aksial kritis yang bisa menyebabkan tekuk dihitung dengan formula:

 2 EI
Pcr  untuk free head pile
4( e  z f )2

 2 ( EI ) 2 untuk fixed head pile


Pcr 
( e  z f )2

Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Terdapat beberapa macam cara untuk menghitung lendutan (defleksi) tiang akibat beban
lateral. Salah satu cara yang paling sederhana adalah seperti formula di bawah:

H ( e  z f )3
y untuk free head pile
e e 3 EI

H ( e  z f )3
y untuk fixed head pile
12 EI
zf zf

Model kantilever sederhana untuk


tiang dengan beban lateral

70
9/29/2016

Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

DEFLEKSI TIANG AKIBAT BEBAN LATERAL METODA BROMS


(sedikit lebih teliti)

Pada Tanah Berbutir Halus

Faktor yang diperlukan untuk mengetahui perilaku defleksi tiang


disebut  (flexibilty faktor), dan dihitung dengan formula:

Kh B
 4 EI : kekakuan penampang tiang
4 EI

Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

DEFLEKSI TIANG AKIBAT BEBAN LATERAL METODA BROMS


(sedikit lebih teliti)

Short/Rigid Pile
1 ,5 e
4H(1  )
L
e e Free head pile dengan harga L < 1,5: y 0 
k h Bl

H
Fixed head pile dengan harga L < 0,5: y0 
zf zf k h BL

dimana kh adalah modulus of subgrade reaction yang


menurut Broms diambil sebesar k1.

71
9/29/2016

Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

DEFLEKSI TIANG AKIBAT BEBAN LATERAL METODA BROMS


(sedikit lebih teliti)

2 H  ( e  1 )
Free head pile dengan harga L > 2,5: y 0 
KB
e e

H
Fixed head pile dengan harga L > 1,5: y0 
KB

zf zf

dimana K : modulus of subgrade untuk long pile

K 0 K0 E 4
k    0 ,52 12
 EI

K0 diambil = Kh = K1

Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Untuk keperluan praktis Broms menyarankan harga :


 1 .2
Dan menurut Broms harga-harga 1 dan 2 ditampilkan pada tabel di bawah.

Shearing strength 1 Material 2


kN/m2 forming pile

< 27 0,32 Baja 1,00


27 – 107 0,36 Beton 1,15
>107 0,40 Kayu 1,30

Apabila harga K0 didapat dari hasil percobaan pembebanan (horizontal


subgrade reaction) maka K0 dihitung:
K0 = 1,67 E50

Dimana E50 adalah modulus sekan dari kurva tegangan-regangan tanah pada
50% tegangan leleh

72
9/29/2016

Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Pada Tanah Glanular

Pada tanah granular perilaku tiang dilihat dari harga  yang diturunkan oleh Broms.

nh
 5 dimana harga nh bisa dilihat pada tabel di bawah
EI

Koefisien modulus tanah nh menurut Reese

Relatifve density Loose Med. Dense Dense

Tanah kering atau lembab (Terzaghi) 2,50 7,50 20


KN/m3
Tanah jenuh (Terzaghi) 1,40 5 12
MN/m3
Tanah jenuh (Reese) 5,30 16,30 34
MN/m3

Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Defleksi tiang akibat beban lateral bisa dihitung dengan cara sebagai berikut:

Short Pile (L < 2)

 1,33e 
18H  1  
y0   L  free head pile
2
L nh
2H
e e y0  fixed head pile
L2nh

zf zf Long Pile (L >4)

2,4H( 1  0,67e ) free head pile


y0  3 3
5
nh 5 ( EI )

0 ,93H fixed head pile


y0  3 3
5
nh 5 ( EI )

73
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG


Umum

Pada umumnya, untuk meneruskan beban kolom ke lapisan tanah di bawahnya,


pondasi tiang digunakan dalam bentuk kelompok (grup). Masing-masing tiang dalam
grupnya selanjutnya diikat bagian atasnya dengan kepala tiang (pile cap/poor). Kepala
tiang ini bisa terletak langsung di atas tanah, seperti penggunaan pada umumnya, tetapi
juga bisa berada di atas permukaan tanah, seperti biasa dipakai pada bangunan di laut
(offshore paltform, dll.).

b)
a)
c)

PONDASI GRUP TIANG

Daya dukung grup tiang secara keseluruhan sangat tergantung dari


jarak antar tiang (S). Secara praktis jarak antar tiang dalam grup
minimum adalah 2.5 d (diameter tiang), tetapi secara umum jarak
ini dibuat antara 3 sampai 3.5 kali diameter tiang.

• Friction pile Smin = 3 d


• End bearing pile Smin = 2.5 d

74
9/29/2016

Konfigurasi Pengaturan Grup Tiang Dalam Satu Pile Cap

s s
6 piles

s s

s s

s s s
Triple row for a wall

PONDASI GRUP TIANG


Efisiensi Grup Tiang

Apabila jarak antar tiang dalam satu grup (kepala tiang) tidak memenuhi jarak minimum
yang disyaratkan, maka daya dukung grup tiang tidak akan sama dengan daya dukung
satu tiang dikalikan dengan jumlah tiang dalam grup tersebut, melainkan ada satu
faktor pengali yang besarnya kurang dari satu dan biasa disebut dengan efisiensi grup
tiang. Dengan demikian daya dukung total grup tiang bisa dituliskan:

Qug = Qut × n × Eg

Qug : daya dukung grup tiang


Qut : daya dukung tiang tunggal
n : jumlah tiang dalam grup
Eg : efisiensi grup tiang ( 1)

75
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG


Ada beberapa formula untuk menghitung efisiensi grup tiang, tetapi persamaan di
bawah (Labarre) adalah yang paling sering dipakai.

Q : atan (d/s) dalam derajat


(n  1)m  (m  1)n
Eg  1  Q d : diameter tiang
90mn s : jarak antar as tiang
n : jumlah tiang dalam baris
m : jumlah baris

n=3
m=4

PONDASI GRUP TIANG

S > 6d 2d < S < 6d

a b c

Mobilisasi keruntuhan (bulb pressure)

76
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG

Daya Dukung Grup Tiang

Daya dukung tiang dihitung berdasarkan asumsi:

• Keruntuhan tiang tunggal (individual pile failure)


• Keruntuhan blok (block failure)

Anggapan keruntuhan di atas didasarkan atas klasifikasi tanah


dan jarak antar tiang (s) dalam satu grup.

PONDASI GRUP TIANG

Dihitung Berdasarkan Keruntuhan Tiang Tunggal

Pada c-soils, c- soils, dan  soils apabila dipenuhi syarat


minimum spacing antar tiang. Formula daya dukung pada
anggapan ini adalah:

Qug = Qut × n × Eg

• Untuk c-soils, c- soils  Eg = 0,7 (s = 3d) sampai 1 (s  8d)


• Untuk  soils  Eg = 1

77
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG


Dihitung Berdasarkan Keruntuhan Blok
Pada dua kondisi di bawah keruntuhan yang terjadi tidak lagi sebagai individual pile.
Untuk itu perhitungan daya dukung disarankan berdasarkan keruntuhan blok.
Kondisi yang dimaksud adalah:
• c-soils lunak atau pasir lepas
• Tanah liat keras dan pasir padat dengan s < 3d

Menurut Coyle dan Sulaiman formula daya dukung berdasakan keruntuhan blok adalah:
Qug = D. 2 (W+L). f + 1,3 c Nc W L
friksi ujung

D : kedalaman tiang
W
W : lebar grup tiang
L : panjang grup tiang
f = c
L
: friksi antara tanah dengan selimut tiang
 : faktor adhesi empiris (Tomlinson)
c : kohesi Definisi W dan L pada
keruntuhan blok

PONDASI GRUP TIANG


Distribusi Gaya Dalam Grup Tiang

Beban luar yang bekerja pada kepala tiang selanjutnya didistribusikan ke semua tiang
dalam grup. Perhitungan distribusi gaya ke masing-masing tiang didasarkan atas teori
elastisitas, yakni:

V My x Mx y
Qn   
n  x2  y2

Qn : gaya axial untuk sembarang tiang


V : Gaya vertikal yang bekerja pada titik pusat grup tiang
n : jumlah tiang dalam grup
Mx, My : momen pada arah x dan y
x, y : jarak masing-masing tiang terhadap sumbu grup

78
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG


y

My

Skema pembebanan dalam distribusi beban

PONDASI GRUP TIANG


Penurunan Pondasi Grup Tiang
Penurunan yang terjadi pada pondasi grup tiang dengan beban arah vertikal dibagi
menjadi 2:
1. Penurunan segera (immediately/elastic settlement, i)
2. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement, c)

Transfer beban grup tiang ke tanah


a) Pondasi grup tiang pada tanah lempung
b) Pondasi grup tiang yang dipancangkan pada lapisan
lempung lunak dan ujungnya terletak pada lapisan pasir
(granular soil)
c) Pondasi grup tiang dengan ujung terpancang pada
batuan

79
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG


Penurunan segera
Untuk menghitung penurunan segera pondasi grup tiang rata-rata umumnya dipergunakan
formula yang diturunkan oleh Janbu, Bjerrum dan Kjaernsli untuk pondasi plat dengan
kedalaman dasar pondasi D.

qn
D
 . .q .B
i  1 0 n (1)
Eu B

dimana: i : penurunan rata-rata pondasi


qn : tekanan kontak pada dasar ekivalen pondasi plat
B : lebar ekivalen pondasi
1 : faktor pengaruh, sebagai fungsi dari H/B
0 : faktor pengaruh, sebagai fungsi dari D/B
Eu : modulus deformasi kondisi undrained

PONDASI GRUP TIANG


Formula di atas diturunkan dengan asumsi harga Poisson’s ratio tanah lempung sebesar
0,5. Faktor 1 dan 0 dapat ditentukan dengan menggunakan kurva di bawah ini:

Faktor pengaruh untuk menghitung penurunan segera


pondasi dengan lebar B dan kedalaman D dari permukaan
tanah (Janbu, Bjerrum, dan Kjaernsli)

80
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG

Penentuan modulus deformasi Eu pada kurva tegangan-regangan


dari plate loading test

PONDASI GRUP TIANG

Distribusi tegangan pada tanah berlapis

81
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG


Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi dihitung berdasarkan hasil uji konsolidasi (oedometer test)
laboratorium pada tanah yang bersangkutan. Koefisien kompresibilitas volume mv
ditentukan dengan menggunakan kurva e vs. log p dari hasil uji konsolidasi, dimana:

e1  e2
mv  (2)
(1  e1 )p

atau

e1  e2
Cc 
log(p0  p)  log p0

Kurva e vs. log p


e1 : angka pori awal
e2 : angka pori setelah adanya pertambahan tegangan
p : pertambahan tegangan akibat beban pondasi
p0 : tegangan awal

PONDASI GRUP TIANG

Harga mv hasil uji konsolidasi bisa dipergunakan langsung untuk menghitung penurunan
konsolidasi apabila hubungan angka pori dengan tegangan adalah linear. Tetapi bila
hubungan tersebut nonlinear, maka mv harus dihitung dengan persamaan (2) di atas.
Dengan harga mv selanjutnya bisa dihitung besarnya penurunan oedometer pada pusat
pembebanan pondasi dengan cara:

oed  d.mv .z .H (3)

atau

H.Cc  p  p 
Sc  oed  . log 0 
(1  e1 )  p0 

82
9/29/2016

PONDASI GRUP TIANG


dimana: d : faktor kedalaman
z : pertambahan tegangan pada tengah lapisan (=p) akibat
tegangan kontak qn yang bekerja pada dasar ekivalen
H : tebal lapisan

Selanjutnya harga oed harus dikoreksi untuk menghitung penurunan konsolidasi


lapangan dengan cara mengalikannya dengan faktor geologi g, sehingga:

c   g.oed (4)

Harga g untuk masing-masing jenis lempung secara praktis menurut Skempton


dan Bjerrum bisa dilihat pada tabel di bawah

Tipe lempung Harga g

Lempung sangat sensitif (soft alluvial, estuarine,


lempung pantai) 1,0 – 1,2
Lempung NC 0,7 – 1,0
Lempung OC 0,5 – 0,7
Lempung yang sangat terlalu terkonsolodasi 0,2 – 0,5

Pertambahan tegangan di bawah sudut pondasi


empat persegi panjang

83
9/29/2016

Faktor kedalaman d untuk menghitung oed

84

Anda mungkin juga menyukai