Anda di halaman 1dari 15

TUGAS LAPORAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT GEDUNG

KOLOM KOMPOSIT

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Baja Komposit


Gedung

Semester V Tahun Ajaran 2019/2020

Dibuat Oleh:
Alghany Kennedy Adam
Gesti Sahila
Irna Sagita Sumengkar
Salwa Nurul ‘Ain

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmaat dan
karena Karunianya-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Struktur Baja Komposit
Gedung

Pengujian Material Bangunan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa


semester –V Program studi D3-Teknik Konstruksi Gedung Politeknik Negeri Bandung.
Bertujuan agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran mengenai bagaimana teori-
teori yang didapat dari bangku kuliah dapat diterapkan didunia nyata.

Dalam menyelesaikan pembuatan laporan Pengujian Material Bangunan ini,


kami selaku penyusun mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Fisca selaku dosen mata kuliah Struktur Baja Komposit Gedung
2. Bapak Kontraktor dari Proyek Honda Cibereum
3. Rekan-Rekan Kelas 3A dan 3B Teknik konstruksi Gedung
4. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu

Penyusun menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan kendala yang


dihadapi dalam pembuatan laporan ini, sehingga laporan ini belum sepenuhnya
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
laporan kami selanjutnya.

Harapan penyusun semoga laporan Struktur Baja Komposit Gedung ini dapat
memberikan manfaat dan pengetahuan bagi semua pihak.

Bandung, Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ........................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ....................................................................................................... iv
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................iv
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................................iv
1.3. Tujuan Penyusunan ...................................................................................................iv
1.4. Manfaat Penyusunan .................................................................................................iv
BAB II .......................................................................................................................... vi
PEMBAHASAN .......................................................................................................... vi
2.1 Dasar Teori................................................................................................................vi
2.2 Kelebihan Kolom Komposit .................................................................................... vii
2.3 Kerugian Kolom Komposit ........................................................................................x
2.4 Bersing Lateral ..........................................................................................................xi
2.5 Peraturan Untuk Kolom Komposit ...........................................................................xi
BAB V........................................................................................................................ xiv
PENUTUP .................................................................................................................. xiv
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. xiv
5.2 Saran ....................................................................................................................... xiv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kolom komposit adalah elemen vertikal dari struktur portal atau frame atau
struktur rangka yang umumnya dominan mendukung gaya aksial. Kolom komposit
yang dimaksud adalah struktur kolom yang terdiri dari gabungan antara bahan baja
struktur dan beton (bertulang). Dalam peraturan baja Indonesia (SNI 03-1729-2002)
telah diberikan rumus untuk mengestimasi kapasitas kolom komposit yang menerima
lentur dan aksial yang bermanfaat untuk mengontrol kemampuan penampang dalam
memikul gaya luar. Namun, dengan rumus yang bersifat deskrit tersebut, secara visual
menjadi kurang praktis untuk menunjukkan kapasitas penampang kolom dalam
menerima berbagai kombinasi gaya luar berupa momen lentur dan gaya aksial.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, kami merumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) Bagaimana definisi kolom komposit?
2) Bagaimana metode pelaksanaan kolom komposit?

1.3. Tujuan Penyusunan


Dari permasalahan diatas, maka penyusunan makalah ini bertujuan sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan definisi kolom komposit.
2) Mendeskripsikan metode pelaksanaan kolom komposit.

1.4. Manfaat Penyusunan


Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1) Untuk penyusun.
a. Secara tidak langsung sebagai bahan belajar mandiri.
b. Melatih kedisiplinan dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen.

iv
2) Untuk mahasiswa.
a. Sebagai literasi tambahan dalam memahami materi tentang kolom
komposit.
b. Dapat dimanfaatkan sebagai contoh dalam pembuatan makalah.
3) Untuk kepustakaan.
a. Sebagai sediaan literasi bagi mahasiswa.
b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi siapapun pembacanya.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori


Penampang komposit adalah penampang yang terdiri dari profil baja dan beton
digabung bersama untuk memikul beban tekan dan lentur. Batang yang memikul lentur
umumnya disebut dengan balok komposit sedangkan batang yang memikul beban
tekan, tekan dan lentur umumnya disebut dengan kolom komposit. Kolom komposit
dibuat dari baja profil yang terbungkus beton seluruhnya, atau dengan mengisi pipa
baja dengan beton. Kolom komposit akan dapat menahan beban yang lebih besar
dibandingkan dengan kolom beton bertulang biasa dengan ukuran yang sama.

Gambar 2.1 Contoh Kolom Komposit

Penampang WF ditanam dalam beton. Penampang biasanya berbentuk bujur


sangkar atau persegi panjang dengan tulangan longitudinal disetiap sudutnya dan
diikat dengan tulangan sengkang dengan jarak yang cukup rapat. Tulangan
sengkang ini meningkatkan kekuatan kolom secara efektif karena dapat mencegah
perpindahan tulangan memanjang selama konstruksi dan menahan buckling tulangan
memanjang ke arah luar akibat beban yang menyebabkan retak dan terkelupasnya
selimut beton. Perlu dicatat bahwa tulangan sengkang terbuka dan berbentuk U karena

vi
jika tidak demikian tidak akan dapat dipasang. Hal ini disebabkan profil baja selalu
dipasang lebih dahulu.

Gambar 2.2 Contoh Kolom Komposit

memperlihatkan kolom komposit berupa pipa baja yang diisi beton.

Metode Pelaksanaan Struktur Komposit

Ada dua metode yang biasanya digunakan dalam pelaksanaan dilapangan yaitu dengan
pendukung (perancah) dan atau tanpa pendukung.

 Jika tanpa pendukung, balok baja akan mendukung beban mati primer selama
beton belum mengeras. Beban mati sekunder serta beban-beban lain akan
didukung oleh balok komposit yang akan berfungsi jika beton telah mengeras
dan menyatu dengan baja.
 Dengan pendukung, selama beton belum mengeras beban mati primer akan
dipikul oleh pendukung. Setelah beton mengeras dan penunjang dilepas maka
seluruh beban akan didukung oleh balok komposit.

2.2 Kelebihan Kolom Komposit

Pada beberapa dekade sebelumnya, baja profil telah dikombinasikan dengan beton
polos atau beton bertulang. Pada awalnya, beton pembungkus digunakan hanya sebagai
pelindung kebakaran dan korosi terhadap baja profil tanpa meninjau pengaruh
peningkatan kekuatan. Sejak 20 sampai 30 tahun terakhir, perkembangan dan

vii
meningkatnya popularitas konstruksi portal komposit telah mendorong perencana
untuk meninjau kekuatan beton dalam perhitungan. Kolom komposit dapat digunakan
baik pada gedung bertingkat rendah maupun tinggi. Untuk gedung bertingkat rendah
seperti gudang, tempat parking, dll kolom baja seringkali dibungkus beton dengan
tujuan untuk penampilan atau pelindung kebakaran, korosi dan benturan kendaraan di
gedung parkir. Jika memang direncanakan bahwa profil baja akan dibungkus oleh
beton, maka kekuatan beton dapat dimanfaatkan sehingga dapat digunakan profil baja
yang lebih kecil. Untuk gedung bertingkat tinggi, ukuran kolom komposit seringkali
jauh lebih kecil dibandingkan jika menggunakan beton bertulang untuk memikul beban
yang sama.

Perencanaan dengan menggunakan kolom komposit akan menghemat ruang dalam


setiap lantai. Kolom komposit yang sangat berdekatan yang dihubungkan dengan balok
dapat digunakan disekeliling luar gedung bertingkat tinggi untuk menahan beban
lateral. Hal ini menuju suatu konsep yang dinamakan konsep tubular dan akan
dijelaskan pada bab lain. Kolom komposit dengan ukuran besar biasanya ditempatkan
pada sudut bangunan untuk menahan gaya lateral. Profil baja juga dapat ditanam dalam
beton bertulang pada dinding geser yang biasanya ditempatkan pada inti (‘core’) dari
bangunan bertingkat tinggi. Hal ini akan meningkatkan tingkat ketelitian dalam
pelaksanaan konstruksi core. Dalam konstruksi komposit, profil baja akan memikul
beban awal termasuk berat sendiri struktur, beban gravitasi dan beban lateral selama
konstruksi, selanjutnya beton dicor disekeliling profil atau dibagian dalamnya. Beton
dan baja akan bersatu sehingga keduanya dapat dimanfaatkan penuh sebagai
penampang komposit. Misalnya, beton bertulang memungkinkan portal bangunan
untuk dengan mudah membatasi goyangan atau defleksi lateral. Pada saat yang sama,
kekuatan dan relatif ringannya penampang memungkinkan desain pondasi yang lebih
kecil dan ringan. Struktur komposit bertingkat tinggi dibangun dengan proses
pelaksanaan yang lebih efisien. Pada saat pembangunan dalam arah vertikal

viii
berlangsung, banyak pekerja lain yang dapat dilakukan secara bersamaan, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 2.3 dan dijelaskan dibawah ini.

Gambar 2.3 Urutan Konstruksi Portal Komposit

1. Satu grup pekerja memasang balok baja dan kolom untuk satu atau dua lantai
diatas portal yang telah terbentuk.
2. Grup pekerja lain dapat melakukan penyusunan pelat lantai baja pada dua atau tiga
lantai dibawahnya.
3. Grup pekerja lain melakukan pengecoran pelat pada lantai dibawahnya yang telah
siap.
4. Kolom komposit dapat dilakukan secara berkesinambungan, yaitu dimulai dengan
pemasangan tulangan kolom pada suatu lantai, pada lantai lain dapat dilakukan
pemasangan bekisting kolom, dan pada lantai lain lagi dapat dilakukan pengecoran
kolom

ix
2.3 Kerugian Kolom Komposit
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, penampang komposit memberikan beberapa
kelebihan, tetapi sekaligus juga mempunyai kelemahan. Salah satunya, dalam
penggunaan kolom komposit pada gedung bertingkat tinggi adalah kesulitan
mengontrol kecepatan dan jumlah perpendekan dinding geser (‘shear wall’)
dibandingkan dengan kolom baja polos yang bersebelahan. Perhitungan perpendekan
yang tepat sangat sulit karena aktivitas tahapan konstruksi dan berlangsung pada
sejumlah lantai dari bangunan. Jika kolom komposit digunakan pada sekeliling luar
bangunan tingkat tinggi dan baja digunakan dalam core bangunan (atau jika ada
dinding geser), maka rangkak dalam penampang komposit akan menimbulkan
masalah. Akibat dari hal ini adalah lantai beton tidak mempunyai ketinggian yang
sama. Beberapa kontraktor membuat pengukuran yang cukup teliti pada sambungan
kolom dan berusaha membuat penyesuaian dengan memberikan shim (pasak) untuk
membuat elevasi yang sama antara hasil pengukuran dan perhitungan. Masalah lain
dengan kolom komposit adalah kurangnya pengetahuan tentang ikatan antara beton dan
profil baja. Hal ini penting untuk transfer momen melalui pertemuan balok-kolom.
Dikuatirkan jika terjadi regangan bolak balik pada pertemuan tersebut (akibat gempa)
dapat menyebabkan kehancuran sambungan.
Dalam penggunaan kolom komposit pada gedung bertingkat tinggi adalah kesulitan
mengontrol kecepatan dan jumlah perpendekan dinding geser (‘shear wall’).
Perhitungan perpendekan yang tepat sangat sulit karena aktivitas tahapan konstruksi
dan berlangsung pada sejumlah lantai dari bangunan. Masalah lain dengan kolom
komposit adalah kurangnya pengetahuan tentang ikatan antara beton dan profil baja.
Hal ini penting untuk transfer momen melalui pertemuan balok-kolom. Dikuatirkan
jika terjadi regangan bolak balik pada (akibat gempa) dapat menyebabkan kehancuran
sambungan.

x
2.4 Bersing Lateral

Tahanan terhadap beban lateral untuk struktur baja yang umum atau bangunan
tingkat tinggi beton bertulang disediakan dengan adanya lantai. Misalnya, bresing
diagonal atau joint penahan momen dapat diberikan pada setiap lantai. Hal serupa,
kebutuhan kekuatan lateral dari portal beton bertulang dapat diberikan oleh tahanan
momen dengan konstruksi monolit dari elemen-elemennya dan/atau dinding geser.
Untuk konstruksi komposit, kekuatan lateral yang diinginkan dari gedung tidak akan
didapat sampai beton telah terpasang dan mengeras di sekeliling atau bagian dalam dari
elemen baja yang terpasang. Situasi ini dapat dicapai 10 sampai 18 lantai sebelum
erection baja (Gambar 2.3). Sebagaimana telah disebutkan, pabrikator baja
melaksanakan erection portal baja dan menyediakan ikatan angin yang diperlukan
setelah lantai dipasang. Portal baja digunakan untuk gedung komposit tingkat tinggi,
tetapi, biasanya tidak mempunyai ikatan angin dan portal tidak akan mempunyai
kekuatan lateral yang diinginkan. Kekuatan lateral ini akan didapat hanya setelah beton
dicor dan dirawat. Jadi perencana harus memahami bahwa untuk gedung tingkat tinggi
harus dinyatakan dengan jelas kondisi gaya lateral dan apa yang akan dilakukan
terhadap gaya tersebut selama proses konstruksi.

2.5 Peraturan Untuk Kolom Komposit

Secara teoritis kolom komposit dapat dibuat dari penampang persegi, bujur
sangkar, lingkaran, atau bentuk lainnya. Tetapi secara praktis biasanya berbentuk bujur
sangkar atau persegi dengan satu tulangan di sudut kolom. Dengan susunan seperti ini
akan memungkinkan penggunaan sambungan sederhana dari balok eksterior dan balok
lantai ke profil baja dalam kolom tanpa terlalu terganggu oleh tulangan vertikal.
Peraturan LRFD tidak memberikan peraturan detail seperti jarak tulangan, sambungan,
dll. Oleh karena itu dapat diterima bahwa peraturan ACI 318 harus diikuti untuk situasi
yang tidak disebutkan dengan jelas oleh peraturan AISC-LRFD. Bagian I2.1 dari

xi
Peraturan LRFD memberikan persyaratan mengenai luas penampang baja, kekuatan
beton, luas sengkang, jarang tulangan, dll. Informasi tersebut diberikan dan dibahas
dibawah ini.

1. Luas penampang profil baja baik tunggal maupun tersusun tidak boleh lebih kecil
dari 4% dari luas kolom total. Jika luas baja kurang dari 4%, kolom dianggap
sebagai beton bertulang dan perancangannya mengikuti peraturan beton yang
berlaku.
2. Jika baja dibungkus oleh beton, beton pembungkus harus diberi tulangan
longitudinal (dipasang menerus pada elevasi portal) dan sengkang dengan jarak
tidak lebih dari 2/3 dimensi terkecil kolom komposit. Luas sengkang tidak boleh
kurang dari 0,007 in2 untuk setiap inci jarak sengkang. Selimut beton minimal 1,5
in dari tulangan terluar (sengkang atau tulangan longitudinal). Selimut beton
diperlukan sebagai pelindung terhadap kebakaran dan korosi. Jumlah tulangan
longitudinal dan sengkang yang diperlukan dalam selimut dianggap cukup untuk
mencegah terkelupasnya permukaan beton selama terjadi kebakaran.
3. Jika digunakan beton normal, kekuatan tekan beton tidak boleh kurang dari 3 ksi
(21 MPa) dan tidak melebihi 8 ksi. Untuk beton ringan tidak boleh kurang dari 4
ksi dan tidak lebih dari 8 ksi. Batas atas 8 ksi diberikan karena tidak cukup data
penelitan kolom komposit dengan kuat tekan lebih dari 8 ksi. Sedangkan batas
bawah kekuatan tekan beton diberikan untuk memastikan kualitas dan telah
tersedianya beton dengan mutu demikian dan juga untuk kontrol kualitas. Hal ini
tidak dapat dijamin jika digunaan mutu beton yang lebih rendah.
4. Tegangan leleh profil baja dan tulangan tidak boleh lebih besar dari 60 ksi (415
MPa). Jika digunakan baja dengan tegangan leleh lebih besar dari 60 ksi, hanya 60
ksi yang boleh digunakan dalam perhitungan. Tujuan utama untuk membatasi nilai
Fy diberikan dalam paragraf ini. Tujuan utama dalam desain komposit adalah
mencegah tekuk lokal tulangan longitudinal dan baja profil. Untuk mencapai
tujuan ini selimut beton tidak boleh terkelupas. Diasumsikan bahwa beton akan

xii
terkelupas jika regangan mencapai 0,0018. Jika regangan ini dikalikan dengan Es,
didapat (0,0018)(29,000) = 55 ksi. Jadi 55 ksi adalah tegangan leleh maksimum
yang masih dapat digunakan. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
karena pengaruh confinement beton, nilai 55 ksi adalah konservatif, dan nilainya
dinaikkan menjaddi 60 ksi dalam peraturan yang terkini. Nilai ini berkesesuaian
dengan tegangan leleh tulangan baja yang biasa digunakan sekarang. Tampaknya
dalam waktu yang tidak lama nilai ini akan meningkat, khususnya untuk struktur
komposit dengan profil tabung/tubular, dimana sangat konservatif.
𝑏
5. Tebal minimum dari tube baja berisi beton adalah √𝑓𝑦/3𝐸 untuk setiap sisi
dengan lebar b dari penampang segiempat. Tebal minimum dari penampang
lingkaran dengan diameter luar D adalah 𝐷√𝑓𝑦/8𝐸 . Nilai ini sama dengan yang
diberikan dalam peraturan ACI 1999. Untuk penampang tube atau pipa diharuskan
mempunyai tebal yang cukup sehingga tidak terjadi buckling sebelum leleh.
6. Jika kolom komposit terdiri lebih dari satu bentuk profil baja, seluruhnya harus
dihubungkan dengan pengikat, pelat buhul, dll sehingga tidak terjadi buckling
pada masing-masing profil sebelum beton mengeras. Setelah beton mengeras,
dianggap semua bagian bekerja sebagai satu kesatuan.
7. Jika beton penyokong lebih lebar pada satu atau lebih sisi dibandingkan dengan
luas yang terbebani dan jika tidak ditahan terhadap pemuaian lateral pada sisi yang
tersisa, kuat tekan rencana dari kolom komposit yang ditahan oleh beton adalah
ϕcPnc dihitung sebesar 1,7ϕcf’cAB dengan ϕc = 0,65 dengan tumpuan pada beton dan
AB adalah luas beton yang dibebani.

xiii
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kolom komposit dibuat dari baja profil yang terbungkus beton seluruhnya, atau
dengan mengisi pipa baja dengan beton. Kolom komposit akan dapat menahan beban
yang lebih besar dibandingkan dengan kolom beton bertulang biasa dengan
ukurannya yang sama, maka dari itu ukuran komposit seringkali jauh lebih kecil
dibandingkan jika menggunaka kolom beton bertulang di mana perencanaan dengan
menggunakan kolom komposit akan mengehemat ruang dalam setiap lantainya.
Pada proyek yang kami tinjau penampang WF yang ditanam pada beton
berbentuk bujur sangkar atau persegi dengan tulangan longitudinal disetiap sudutnya
dan diikat dengan tulangan sengkang dengan jarak yang cukup rapat. Tulangan
sengkang ini meningkatkan kekuatan kolom secara efektif karena dapat mencegah
perpindahan tulangan memanjang ke arah luar akibat beban yang menyebabkan retak
dan terkelupasnya selimut beton.

5.2 Saran
Dalam penggunaan kolom komposit pada gedung bertingkat tinggi adalah
kesulitan mengontrol kecepatan dan jumlah perpendekan dinding geser/shear wall.
Perhitungan perpendekan yang tepat sangat sulit karena aktivitas tahapan konstruksi
dan berlangsung pada sejumlah lantai dari bangunan. Masalah lain dengan kolom
komposit adalah kurangnya pengetahuan tentang ikatan antara beton dan profil baja.
Hal ini penting untuk transfer momen melalui pertemuan balok-kolom. Dikuatirkan
jika terjadi regangan bolak balik pada (akibat gempa) dapat menyebabkan kehancuran
sambungan. pertemuan tersebut. Maka berdasarkan permasalahan yang ada,
pembuatan laporan ini bertujuan untuk memberi wawasan baru untuk pembaca agar

xiv
melakukan evaluasi secara berkala supaya tidak terjadi kesalahan pada pemasangan
kolom komposit

xv

Anda mungkin juga menyukai