Anda di halaman 1dari 15

STATE-OF-PRACTICE IN STEEL STRUCTURE FOR BUILDINGS IN INDONESIA

PERANCANGAN, KONSTRUKSI DAN KENDALI MUTU


Davy Sukamta 1, Joe Alexander 2, Ken Pradipta 3

Abstrak:
Gedung bertingkat dengan konstruksi baja belum banyak dibangun di Indonesia. Berbagai kendala
menyebabkan penggunaan konstruksi baja di Indonesia masih kurang, antara lain pemahaman
tentang perancangan konstruksi baja itu sendiri mulai dari konsep pemilihan bahan, rancangan tahan
gempa, alur gaya (load-path) sampai kepada sambungan; kemudian ketersediaan dan kapasitas
fabrikator baja yang profesional di Indonesia; pengetahuan konsultan pengawas tentang kendali mutu
konstruksi baja termasuk uji las; sampai kepada kendala biaya yang seringkali menjadi halangan
utama dalam pemilihan konstruksi baja sebagai bahan utama struktur pada gedung bertingkat.
Makalah ini mengupas berbagai masalah yang disebutkan di atas, disertai pemaparan beberapa
contoh kasus dimana konstruksi baja atau konstruksi komposit dapat menjadi alternatif yang baik
dalam pembangunan gedung bertingkat karena beberapa sifat dasarnya mampu memberikan
jawaban terhadap tantangan yang dihadapi. Dalam hal ini seorang perancang struktur yang baik
harus mampu mengidentifikasi masalah rancangan yang dihadapi, untuk kemudian memanfaatkan
keunggulan sifat material yang digunakan termasuk baja dan bentuk geometri struktur yang sesuai
sebagai solusi, lalu menterjemahkan konsep ini menjadi sebuah rancangan yang baik.

Kata Kunci: Struktur Baja, Perancangan, Struktur Tahan Gempa, Konstruksi, Kendali Mutu,

1) Pimpinan, Davy Sukamta & Partners – Structural Engineers


2) Associate Partner, Davy Sukamta & Partners – Structural Engineers
3) Staf, Davy Sukamta & Partners – Structural Engineers

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
STATE-OF-PRACTICE IN STEEL STRUCTURE FOR BUILDINGS IN INDONESIA:
PERANCANGAN, KONSTRUKSI DAN KENDALI MUTU
Davy Sukamta, Joe Alexander, Ken Pradipta
Davy Sukamta & Partners

LATAR BELAKANG

Struktur baja untuk gedung bertingkat relatif belum popular diterapkan di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh berbagai kendala yang saling berkait. Pertama, kompetensi untuk
merancang struktur baja bentang besar dan struktur baja gedung bertingkat tahan gempa
secara umum masih berada pada taraf dasar, tidak semaju seperti perancangan struktur
beton. Kedua, kemampuan kontraktor lokal dalam melaksanakan konstruksi baja dengan
baik masih tertinggal cukup jauh dari kontraktor negara maju, terutama dalam hal membaca
dan mengeksekusi pekerjaan pengelasan. Produk keluaran fabrikator spesialis konstruksi
baja di Indonesia juga belum tinggi, baik dalam hal tonase maupun kualitas pekerjaan.
Ketiga, kemampuan pengawas pekerjaan konstruksi di dalam negeri dalam hal konstruksi
baja dapat dikatakan masih sangat lemah. Keempat, riset perguruan tinggi dalam hal
konstruksi baja masih sedikit. Kelima, ketersediaan material profil baja di dalam negeri juga
terbatas.

Hal-hal di atas menyebabkan pertumbuhan industri baja di Indonesia belum mencapai


momentum yang diinginkan.

PERANCANGAN STRUKTUR BAJA: SENI DAN SAINS

Perancangan struktur gedung tinggi di Indonesia dewasa ini mengarah kepada degenerasi.
Banyak perancang merasa bahwa dengan menguasai operasi perangkat lunak bantu yang
canggih, maka dia dapat merancang gedung tinggi tahan gempa. Sedikit sekali kreativitas
yang terlahir dalam proses perancangan. Banyak perancang yang masih bergumul dengan
penguasaan peraturan yang diperbaharui secara berkala, ataupun melanggarnya.
Untuk struktur baja tahan gempa, ada dua aspek yang masih menjadi pergumulan
konsultan secara umum. Pertama, menyangkut load path, alur gaya. Kedua menyangkut
detailing, yang mana harus memenuhi kualifikasi tahan gempa namun juga memperhatikan
segi kemudahan pemasangan di lapangan. Khusus tentang alur gaya, hal ini juga berlaku
untuk struktur baja secara umum; bahkan akan menjadi lebih krusial untuk struktur baja
yang tidak mempunyai pelat lantai beton sebagai diafragma.
Dalam perancangan struktur baja setiap elemen utama harus direka dan dimodelkan agar
dapat mencerminkan kekakuan dan kekuatannya. Perubahan karakteristik elemen dapat
mempengaruhi perilaku sistem struktur, hal mana mengharuskan dilakukannya iterasi
analisis. Dalam hal ini perancang struktur memerlukan pengalaman untuk dapat
mengkonsepkan struktur yang baik, sehingga proses perancangan dapat berjalan dengan
lebih lancar dengan waktu yang tidak berlebih. Bagaimana karakteristik perilaku
penggabungan beberapa elemen dalam satu kelompok harus dapat dilihat, sehingga
perancang dapat mengerti perilaku keseluruhan sistem dengan mengenali perilaku
karakteristik gabungan berbagai kelompok elemen ini. Dengan demikian perancangan
struktur dapat mencapai kinerja struktur yang diinginkan.

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Perancangan struktur baja merupakan gabungan sains dan seni untuk menghasilkan
rancangan yang ekonomis, elegan, mudah dilaksanakan, dan yang dapat menahan
berbagai kombinasi gaya yang bekerja serta memenuhi aspek serviceability.

ALUR GAYA / LOAD PATH

Setiap gaya yang bekerja pada struktur akan berjalan melalui alur tertentu sehingga
tertransfer ke sistem fundasi dan akhirnya ke tanah. Alur gaya adalah alur yang harus dilalui
gaya untuk masuk ke sistem struktur. Jalan alur ini harus dapat diikuti, dan setiap elemen
yang dilewati termasuk sambungannya harus dirancang agar dapat dilalui gaya tersebut.
Perancang struktur harus mampu melihat dan mengkonsepkan alur gaya, terutama untuk
gaya lateral dimana sistem struktur tidak mempunyai diafragma kaku. Bagaimana gaya ini
terakumulasi, melewati sambungan dan kemudian ditransfer kepada elemen utama. Hal ini
juga perlu diperhatikan dalam hal konstruksi komposit. Dalam hal ini bagaimana interaksi
antara elemen baja dan beton perlu diperhatikan.

DETIL SAMBUNGAN

Perhitungan dan penggambaran detil sambungan struktur baja juga menjadi suatu ranah
tersendiri, dimana pekerjaan yang menyangkut hal ini dapat menghabiskan waktu yang
signifikan. Tidak seperti konstruksi beton dimana perancang struktur dapat mengandalkan
detil standar sebagai pedoman kerja kontraktor, dalam hal struktur baja seringkali
perancang struktur harus mengembangkan gambar rinci. Bukan menjadi rahasia bahwa
kontraktor papan atas Indonesia sekalipun pada umumnya belum mampu menghadirkan
rancangan sambungan struktur baja yang baik dan memenuhi persyaratan.
Untuk sambungan yang kompleks dalam ruang 3-dimensi, dibutuhkan alat bantu perangkat
lunak yang dapat menghitung tegangan elemen-elemen yang tersambung, sampai kepada
alat sambungan baut atau las. Dalam hal ini stabilitas tekuk elemen juga perlu diperhatikan.
Untuk penggambaran sambungan yang kompleks, maka perancang struktur perlu
menggunakan alat bantu berbasis BIM digabungkan dengan program elemen hingga.

STRUKTUR TAHAN GEMPA

Dalam praktik perancangan di Indonesia dewasa ini, masih banyak dijumpai perencana
yang memperlakukan gaya gempa sebagai jenis gaya yang tidak berbeda jauh dengan
gaya statik lainnya. Perencana perlu menyadari bahwa pengunaan faktor reduksi seismik R
dalam perancangan tahan gempa merupakan suatu penurunan nilai yang signifikan dari
nilai gempa elastik. Dengan demikian perencana tidak cukup hanya melihat besaran gaya
semata dalam melakukan perancangan, tetapi juga harus memperhatikan syarat daktilitas,
syarat sambungan dan kestabilan elemen baja yang mendisipasikan energi.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir kemajuan dalam pengertian tentang fenomena
kegempaan yang berbeda dari gaya statik lainnya telah tercapai, hal mana juga
menyangkut perilaku sistem struktur baja yang terkena guncangan gempa besar, termasuk
perilaku sambungannya. Berbagai dokumen panduan untuk merancang struktur baja tahan

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
gempa termasuk sambungannya telah ditebitkan oleh American Institute of Steel
Construction.

CONTOH KASUS

LOAD TRANSFER KOMPONEN NON-STRUKTURAL PADA KONSTRUKSI BAJA ATAP


CONVENTION CENTER & THEATER JI EXPO

Dengan luasan total sebesar 37.200 m2, Gedung 7-lantai JIExpo Convention Centre and
Theatre dirancang untuk mengakomodir berbagai macam fungsi, termasuk fungsi theater 3-
tingkat berskala internasional dengan kapasitas tempat duduk sebanyak 2434 dan panjang
panggung mencapai 30m. Untuk dapat menciptakan theater dengan skala panggung dan
tata ruang yang besar dan luas tersebut, diperlukan sistem struktur dengan bentangan
mencapai 52m pada atap theater. Sistem warren truss baja dengan tinggi 5.5m dipilih untuk
dapat menopang beban dengan bentangan tersebut. Komponen-komponen nonstruktural
pada teater seperti lighting bridge, fly system, dan panel akustik yang tergantung pada atap
theater menjadi pertimbangan khusus dalam mendesign truss baja pada atap gedung.

Gambar 1 – Potongan struktur yang menunjukan ruangan theater

Dikarenakan titik berat yang eksentris dari struktur utama, komponen-komponen


nonstruktural yang tergantung pada truss baja pada atap theater memiliki pengaruh yang
signifikan baik secara gravitasi maupun lateral yang diakibatkan oleh gaya gempa. Oleh
karena itu, stabilitas komponen penggantung perlu didesign untuk dapat mentransfer gaya
gravitasi dan lateral untuk sampai pada komponen struktur utama.

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Beban inersia pada komponen-komponen nonstruktural yang diakibatkan oleh eksitasi
gempa dipertimbangkan dengan mangacu pada SNI 1726:2012 pasal 9.2.1. Secara prinsip,
rumus tersebut merupakan fungsi dari percepatan lantai pada elevasi komponen yang
ditinjau dan juga tingkat daktilitas dari sistem penopang komponen nonstruktural. Nilai
percepatan lantai dapat dihitung mempertimbangkan nilai parameter respons percepatan
terpetakan untuk perioda pendek, SDS dan elevasi komponen. Faktor-faktor yang
merepresentasikan daktilitas sistem penopang komponen nonstruktural dapat diambil dari
tabel 18 dan 19 pada SNI1726: 2012. Untuk proyek gedung JIExpo Convention Centre and
Theatre, elemen struktur baja dan sambungannya didesign dengan mengacu pada SNI
1729-2015 untuk memenuhi kriteria batas kekuatan dan layan.

Untuk menjaga kestabilan lateral dari komponen-komponen nonstruktural, elemen bracing


vertikal dirancang untuk dapat mentransfer beban inersia yang terjadi akibat eksitasi gempa
ke dalam sistem penahan lateral utama. Pengaruh titik berat yang eksentris menghasilkan
gaya reaksi secara vertikal, horisontal, dan momen guling pada rangka truss baja. Dengan
demikian, seluruh komponen truss baja perlu dirancang untuk dapat menahan reaksi gaya
tersebut.

Gambar 2 – Load path gempa arah Y dan X untuk komponen accoustical panel teater
diakomodir dengan sistem bracing baja

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Pada level atap theater yang terbuat dari metal, sistem bracing horizontal pada bidang atap
berperanan sangat penting dalam mengikat dan mendistribusikan gaya lateral ke dalam
struktur penahan lateral utama. Dengan demikian alur gaya dari seluruh komponen non
struktural dapat tersalurkan secara efektif ke dalam struktur penahan lateral utama melalui
keseluruhan sistem struktur bracing 3 dimensi.

Gambar 3 – Distribusi gaya dalam pada sistem horisontal bracing yang berfungsi
menyediakan load path untuk beban inersia dan transfer pada level atap

INDONESIA-1: TRANSFER GAYA STRUKTUR SKYBRIDGE KE KOLOM DAN CORE-


WALL

Dalam proyek Indonesia-1, terdapat dua struktur skybridge yang masing-masing terdiri dari
tiga lantai yang menghubungkan antara North Tower dengan South Tower. Dua jembatan
penghubung ini berada pada ketinggian yang berbeda. Satu jembatan terdapat pada
ketinggian +31m (lower bridge), dan jembatan lainnya terdapat pada ketinggian +117m
(upper bridge).
Untuk menghindari gaya interaksi antara kedua tower, struktur jembatan kantilever yang
membentang dari setiap tower menjadi konsep struktur dalam mendesain skybridge pada
proyek Indonesia 1. Jarak separasi yang cukup antara struktur jembatan juga disediakan
untuk menghindari singgungan antar struktur pada saat terjadi pergerakan lateral.
Dengan bentangan struktur kantilever jembatan yang berkisar antara 20m - 27m, sistem
truss baja yang tersambung dengan struktur kolom tower dan core-wall dipilih untuk dapat
menopang beban skybridge ke dalam struktur utama pada tower. Ketinggian struktur truss
baja kantilever memanfaatkan ketinggian satu lantai jembatan untuk menopang total tiga
lantai jembatan. Tentunya hal ini dikoordinasikan dengan mempertimbangkan tampak dan
denah arsitektural skybridge.

Dalam perancangan keseluruhan sistem struktur skybridge, distribusi gaya yang terjadi
mulai dari struktur jembatan sampai masuk ke dalam struktur utama kolom tower dan core-
wall ditinjau secara khusus untuk menghasilkan desain yang aman dan optimal. Gaya reaksi

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
yang dihasilkan dari pembebanan jembatan memiliki pengaruh yang signifikan dalam
mendesain struktur utama tower. Untuk dapat mendistribusikan gaya dari jembatan ke
dalam struktur utama tower dengan lebih tepat dan efektif, alur gaya yang dihasilkan dari
pembebanan jembatan sangatlah penting untuk diperhatikan. Sistem struktur yang
mentransfer gaya reaksi jembatan ke dalam kolom tower dan core-wall diperlukan untuk
menghindari adanya gaya reaksi yang berlebih pada elemen struktur utama.

Gambar 4 – Denah struktur dan potongan truss untuk upper part skybridge

Gaya reaksi yang dominan dari struktur jembatan kantilever di antaranya adalah gaya
vertikal dan juga gaya horisontal pada titik pertemuan truss dengan kolom tower. Gaya
reaksi vertikal akan ditransfer menjadi gaya aksial pada kolom tower. Namun, gaya reaksi
horisontal akan membuat desain kolom menjadi tidak optimal apabila gaya tersebut
ditransfer menjadi gaya geser horisontal pada kolom tower. Untuk menghindari hal tersebut,
batang diagonal pada area tumpuan truss kantilever ditambahkan untuk mengurangi reaksi
gaya horisontal yang perlu ditransfer ke dalam struktur tower. Selain itu, sistem bracing
horisontal pada sistem lantai tower disediakan untuk mentransfer gaya horisontal jembatan

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
masuk ke dalam struktur core-wall. Dengan demikian distribusi gaya dari skybridge ke
struktur utama tower menjadi lebih efektif.

Gambar 5 - Gaya aksial truss kantilever yang menunjukan pengaruh batang diagonal
tambahan pada tumpuan truss dengan kolom tower

Gambar 6 – Denah horisontal bracing pada system lantai tower

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Perletakan denah jembatan yang tidak tegaklurus terhadap denah tower menambah
kompleksitas detail sambungan baja yang berperanan sangat penting dalam meneruskan
gaya dari satu elemen ke elemen lainnya. Salah satu detail sambungan baja yang kompleks
ini dapat ditemui pada pertemuan truss jembatan dengan struktur utama pada kolom tower.
Selain aspek desain, aspek konstruksi juga menjadi pertimbangan tambahan dalam
merancang detail sambungan baja untuk dapat dilaksanakan di lapangan.

Gambar 7 – Detail sambungan baja pada pertemuan truss baja kantilever dengan
kolom tower

CLOUD CANOPY

Cloud Canopy merupakan struktur canopy besar berbentuk oval dengan balutan lampu LED
dengan bentang panjang 64m dan bentang pendek 50,5m. Kanopi ditopang dengan 6 buah
kolom baja dan mempunyai ketinggian ±30m di atas lantai dasar, dengan permukaan sisi
bawah yang melengkung berbentuk parabolik. Sesuai dengan namanya, cloud canopy ini
akan terlihat seperti awan yang melayang bila dilihat dari sudut pandang lobby utama
gedung mall.

Untuk menyesuaikan desain arsitektural dengan sistem struktur serta mempertimbangkan


faktor pelaksanaan, maka dipilih sistem struktur berupa truss dengan memanfaatkan bentuk
parabolik dari desain kanopi itu sendiri. Truss tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu
box truss yang berperan sebagai rangka utama kanopi dan truss biasa yang berfungsi
sebagai elemen pembagi dalam mendistribusikan beban. Sistem truss tersebut ditopang
oleh kolom-kolom baja yang terletak di lantai dasar, lantai 3 dan lantai 5 dari bangunan
utama.

Kondisi kolom yang memiliki panjang berbeda-beda membuat dua buah kolom yang
menumpu pada lantai 5 sebagai kolom paling pendek dan paling kaku menjadi lokasi
penjepitan yang memberikan stabilitas lateral utama pada keseluruhan sistem struktur
kanopi.

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Gambar 8 - Model 3-D Cloud Canopy dan Struktur Gedung Mall

Penggunaan bentuk box truss sebagai struktur utama dipilih karena memiliki kemampuan
yang baik dalam menerima beban baik dalam arah mayor maupun arah minor struktur
tersebut. Hal ini diperlukan karena stabilitas struktur terhadap gaya lateral diperoleh dari
dua buah kolom baja di lantai 5 yang berada di sisi paling belakang kanopi sehingga
perilaku kanopi secara keseluruhan menyerupai kantilever dalam arah horizontal.

Gambar 9 - Denah Struktur Cloud Canopy

Perilaku kanopi terhadap beban lateral yang menyerupai kantilever turut mempengaruhi
desain gording kanopi. Gording disusun tegak lurus terhadap sisi penjepitan kanopi
sehingga gording turut bekerja sebagai elemen yang terletak pada serat tarik dan tekan
terluar dalam dalam mendistribusikan gaya lateral masuk ke dalam box truss.

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Selain memanfaatkan konfigurasi gording dalam mendistribusikan gaya lateral, digunakan
juga horizontal brace pada sisi atas kanopi. Horizontal brace ini juga memperkaku struktur
secara lateral.

Gambar 10 - Potongan Memanjang Cloud Canopy

Gambar 11 - DistribusiGaya Aksial Struktur Akibat Beban Lateral. Gaya Aksial


Terkumpul ke Box Truss Sebelum Ditransfer Ke Kolom Lantai 5

Gambar 12 - Sambungan Antar Box Truss Ke Kolom Baja

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Salah satu komponen vital dalam desain cloud canopy ini adalah sambungan pertemuan
antar box truss, dimana titik ini menjadi tempat berkumpulnya gaya yang di terima kanopi
sebelum masuk ke kolom. Pada pertemuan antar box truss, dipilih elemen vertikal
berbentuk pipa. Pemilihan profil pipa sendiri karena pipa memiliki penampang yang simetris
ke segala arah sehingga cocok untuk menerima beban yang cukup besar pada pertemuan
box truss dengan sudut pertemuan yang bervariasi.
Pada ujung-ujung pipa digunakan pelat baja menerus untuk menggabungkan top chord atau
bottom chord dari box truss. Pelat baja ini berfungsi sebagai diaphragm plate tempat
berkumpulnya gaya-gaya dari box truss maupun horizontal brace (jika ada horizontal brace
yang masuk langsung ke tumpuan) untuk akhirnya disalurkan kembali ke kolom baja kanopi.

Gambar 13 - Kontur Tegangan Pada Sambungan Antar Box Truss

Gambar 14 - Kontur Tegangan Pada Diaphragm Plate

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
STRUKTUR KOMPOSIT UNTUK GEDUNG INDONESIA-1

Pada pembangunan gedung super-tall Indonesia-1 dengan ketinggian 303 meter, konstruksi
komposit digunakan sebagai sistem konstruksi. Konstruksi komposit mempunyai beberapa
keunggulan, yaitu bobot sistem lantai yang lebih ringan, kekakuan core-wall beton yang
tinggi, dan kecepatan pelaksanaan. Sistem ini ditargetkan untuk mencapai siklus
pelaksanaan 4 hari per lantai - jauh lebih cepat dari konstruksi beton konvensional dengan
siklus 7 hari per lantai - dimana sekwen kerjanya adalah core-wall beton, konstruksi baja,
composite slab dan kolom komposit. Struktur rangka baja dirancang untuk naik 6 lantai
sebelum kolom harus menjadi komposit dengan prinsip unequal height and synchronous
rise dimana core-wall dibangun mendahului konstruksi sistem lantai.

Gambar 15 - Konstruksi komposit dengan Core Structure Preceeding Construction

Gedung ini menggunakan core-wall beton dan outrigger sebagai sistem penahan beban
lateral tunggal, sehingga untuk struktur baja bisa digunakan sambungan yang sederhana
yaitu shear tab yang mana dapat dilaksanakan dengan cepat. Hal ini berperan dalam
mempercepat siklus konstruksi secara signifikan.Tentu saja analisisnya tidak dapat
menggunakan cara yang umum seperti modal response spectrum analysis, melainkan perlu
pendekatan performance-based. Detailing sambungan antara kolom ereksi dan kolom beton
dirancang dengan mempertimbangkan faktor kemudahan pelaksanaan. Lihat gambar 16.

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
Gambar 16 – Sambungan balok baja ke kolom

KENDALI MUTU

Konstruksi baja membutuhkan ketelitian detil untuk memperoleh hasil yang presisi.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi baja dimulai dari pembuatan shop drawing dan penulisan
dokumen WPS (Welding Procedure Specification) serta PQR (Procedure Qualification
Record), pemotongan, persiapan permukaan, perakitan parsial di pabrik serta dilanjutkan
dengan pekerjaan di lapangan yaitu pemasangan embedment material pada konstruksi
komposit, erection, perakitan hingga penyelesaian sambungan baik sambungan baut
maupun las. Beberapa kesalahan yang umum dijumpai antara lain material baja dipotong
dengan api dan tidak dibersihkan dari slag pada permukaannya serta tidak diperbaiki dari
ketidak-rataan. Persiapan permukaan tidak mengikuti tipe pengelasan. Pada sambungan
baut, lubang pada material induk dan pelat penyambung tidak diproduksi secara bersamaan
sehingga terjadi pemaksaan saat pemasangan baut.
Kemampuan juru las sangat menentukan kualitas hasil las.Tidak jarang juru las melakukan
pengelasan tidak sesuai kualifikasi proses dan posisi yang dimiliki atau bahkan tidak
mempunyai keahlian yang tersertifikasi. Pada cara pengelasan manual/semi otomatis,
diperlukan bukti dokumen yang memperlihatkan pengalaman pekerjaan mengelas dan hasil
yang didapat, sistem kontrol pekerjaan pengelasan, mesin-mesin, peralatan dan peraturan-
peraturan intern dalam pelaksanaan pekerjaan dan inspeksi harus ditunjukkan kepada
Manajer Konstruksi untuk disetujui sebagai syarat administrasi kemampuan pekerja

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"
sebelum pekerjaan dimulai. Dokumen yang di maksud diantaranya adalah WPS dan PQR,
untuk setiap tipe las yang digunakan. Hal ini seringkali diabaikan oleh fabrikator baja di
Indonesia, meskipun spesifikasi teknis sudah mensyaratkannya.

PENUTUP

Untuk dapat menggalakan pemakaian konstruksi baja pada gedung bertingkat ataupun
struktur gedung bentang besar, diperlukan suatu pendekatan menyeluruh, mulai dari teknik
pengajaran di perguruan tinggi, ketersediaan literatur tentang perancangan konstruksi baja,
peningkatan ketrampilan tenaga las sampai pelatihan tentang konstruksi baja kepada
kontraktor. Di samping itu kapasitas fabrikator baja di Indonesia perlu diperbesar selain
meningkatkan kemampuan teknik staff teknik. Terakhir tentunya kemampuan produsen baja
profil perlu bertambah, sehingga porsi pekerjaan konstruksi baja yang ada di Indonesia
dapat sebanyak mungkin diserap secara lokal.

REFERENSI
AISC 360 (2016) Specifications for Structural Steel Buildings (AISC 360-16), American
Institute of Steel Construction, Chicago, IL.

ANSI/AISC 341-16 Seismic Provisions for Structural Steel Buildings, American Institute
of Steel Construction, Chicago, IL.

ANSI/AISC 358-16 Prequalified Connections for Special and Intermediate Steel Moment
Frames for Seismic Applications, Chicago, IL.

ASCE-7 (2010) Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures (ASCE/SEI 7-
10), American Society of Civil Engineers, Reston, VA.

Inovasi dalam Desain Struktur dan Konstruksi Gedung Super-tinggi: Davy Sukamta,
Seminar HAKI 2016.

Sky City Convention & Theater: Menjawab Tantangan Urbanisasi Modern Dengan Enjinering
Inovatif: Nick Alexander, Suryani Mettawana, dan Joe Alexander, Seminar HAKI 2017.

SNI 03-1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726:2012), Badan Standarisasi Nasional, Indonesia

SNI 1729-2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, Badan Standarisasi
Nasional, Indonesia

Seminar dan Pameran HAKI 2019 - "Struktur Baja Di Indonesia : Perancangan, Konstruksi Dan Kendali Mutu"

Anda mungkin juga menyukai